Ketuban Pecah Dini (KPD) atau disebut juga PROM (Premature Rupture of The Membrane)) didefinisikan sebagai pecahnya selaput ketuban sebelum proses persalinan. Ketuban yang terlalu cepat pecah sebelum usia kehamilan 37 minggu disebut Ketuban Pecah dini pada kehamilan premature (Prawirohardjo, 2008) Penyebab pasti KPD masih belum diketahui dan tidak dapat ditentukan secara pasti. Kemungkinan yang menjadi faktor predesposisi adalah: a. Infeksi yang biasanya berawal dari kemaluan, lalu naik ke mulut rahim, leher rahim, dan dinding ketuban. Dinding ketuban paling bawah merupakan bagian pertama yang mendapat infeksi dari genital dan yang paling rentan karena mendapat tekanan dari bobot janin(Hacker, 2001). b. Servik yang inkompetensia yaitu kanalis sevikalis yang selalu terbuka oleh karena kelainan pada servik uteri. Meskipun penyebabnya masih meragukan namun trauma sebelumnya pada servik, khususnya pada tindakan dilatasi, kauteterisasi, kuretasi.Keadaan ini ditandai oleh dilatasi servik tanpa rasa nyeri dalam trimester kedua atau awal trimester ketiga kehamilan yang disertai prolapsus mebran amnion lewat servik dan penonjolan membran tersebut kedalam vagina, peristiwa ini diikuti oleh pecahnya ketuban dan selanjutnya ekspulsi janin imatur sehingga kemungkinan janin akan meninggal (Maria, 2007). c. Tekanan intra uterin yang meningkat secara berlebihan (overdistensi uterus) misalnya trauma, hidramnion, gemelli. Trauma oleh beberapa ahli disepakati sebagai faktor predisposi atau penyebab terjadinya (Hacker, 2001). d. Kelainan letak, misalnya sungsang, sehingga tidak ada bagian terendah yang menutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat menghalangi tekanan terhadap membran bagian bawah (Hacker, 2001). e. Faktor lain a) Faktor golongan darah. Akibat golongan darah ibu dan anak yang tidak sesuai dapat menimbulkan kelemahan bawaan termasuk kelemahan jarinngan kulit ketuban. b) Faktor disproporsi antar kepala janin dan panggul ibu. c) Faktor multi graviditas, merokok dan perdarahan antepartum. d) Defisiesnsi gizi dari tembaga atau asam askorbat (Vitamin C). Ketuban pecah dini (KPD) atau disebut juga dengan PROM (Premature Rupture of Membrane) adalah salah satu ketidaknormalan yang paling umum dari kehamilan yang memiliki dampak besar bagi neonatal dan ibu. Salah satu penyebab tingginya mortalitas dan morbiditas ibu dan bayi adalah infeksi. Infeksi yang banyak dialami oleh sebagian besar ibu adalah sebanyak 65% disebabkan KPD. Komplikasi selanjutnya adalah kompresi tali pusat, dimana aliran ketuban yang pecah akan membawa serta tali pusat dalam aliran menuju ke daerah pintu atas panggul. Hal ini akan menimbulkan kompresi tali pusat oleh panggul dan presentasi janin (normalnya kepala sebagai presentasi). Apabila tali pusat tertekan antara tulang panggul ibu dan kepala bayi dapat menyebabkan kematian janin akibat gangguan sirkulasi janin. Selain itu jumlah amnion yang sedikit (oligohidroamnion) juga bisa menimbulkan kompresi karena ruang yang makin sempit. Bila dibiarkan, lama-kelamaan akan menimbulkan hipoksia janin yang disebabkan terganggunya passage oksigen dari plasenta ke janin, dan kemungkinan terburuknya akan menimbulkan asfiksia dan kematian intrauterine. Oleh karena itu salah satu penanganannya adalah terminasi kehamilan yang berarti terjadi kelahiran premature. Namun dalam usaha terminasi bukannya tanpa kesulitan, dimana pada ibu yang hisnya lemah, yang salah satunya disebabkan waktu yang belum mencukupi, induksi kehamilan kemungkinan akan sulit dilakukan dikarenakan carian amnion yang sedikit menyebabkan kontraksi uterus yang terjadi tidak efektif. Seperti yang kita ketahui dibutuhkan media penghantar kontraksi, dalam hal ini amnion, untuk bisa mendorong bayi keluar. Akibatnya, bila induksi ini gagal, harus dilakukan Seksio Caesaria segera dan tidak bisa dilahirkan per vaginam. Selain itu kompresi akibat oligohidramnion juga dapat menyebabkan deformitas pertumbuhan janin, termasukkompresi pada dinding toraks yang menyebabkan gangguan maturasi paru dan pengembangan dada. Hal ini diperparah oleh gangguan suplai oksigen ke paru sehingga terjadi hipoplasi paru (Prawirohardjo, 2011).
Tabel 1. Managemen KPD
Antibiotik yang digunakan pada dalam penanganan ketuban pecah dini adalah antibiotik spektrum sempit yaitu penicilin atau ampicilin. Antibiotik profilaksis yang digunakan berguna untuk mencegah transmisi vertikal dan sepsis neonatal yang disebabkan oleh Streptococcus grup B. Antibiotik yang digunakan yaitu penicilin dengan sediaan intravena (IV) dengan 5.000.000-U bolus yang diikuti dengan 2.500.000 U setiap 4 jam atau ampicilin 2 gram yang diikuti dengan 1 gram intravena (IV) setiap 4 jam (erythromycin 500 gram IV setiap 6 jam atau clyndamycin, 900 gram IV setiap 8 jam, jika terdapat alergi penicilin) (Mercer, 2003). Kortikosteroid yang digunakan dalam penanganan ketuban pecah dini adalah dosis tunggal betametason dan deksametason. Betametason 12 mg intramuscular, 2 dosis setiap 24 jam. Deksametason 6mg intramuscular, 4 dosis setiap 12 jam ( Mercer, 2003). Tidak ada data yang adekuat dalam merekomendasikan pemberian tokolitik dalam terapi untuk mengatasi kejadian ketuban pecah dini. Studi mengenai profilaksis intravena atau terapi oral betamimetic mengatakan bahwa pemberian tokolitik dapat mencegah kejadian ketuban pecah dini. Pemberian tokolitik pada manajemen hamil dapat diberikan setelah kontaksi tidak terjadi. Selama ini beluma ada penelitian konkret yang menyatakan bahwa pemberian tokolitik dapat memperbaiki kondisi neonates yang mengalami ketuban pecah dini bila terapi tokolitik ini diberikan bersamaan dengan kortikosteroid dan antibiotik. Adapun contoh obatnya adalah : a. Nifedipin 10 mg diulang tiap 30 menit, maksimum 40 mg/6 jam. b. Golongan beta-mimetik: 1. Salbutamol Per infus 20-50 mg/menit, dan per oral 4 mg, 2-4 kali/menit. 2. Terbutalin Per infus 10-15 mg/menit, per oral 5-7,5 mg setiap 8 jam. c. Magnesium sulfat: Parenteral 4-6 gr/iv pemberian bolus 20-30 menit.