You are on page 1of 16

1.

KOMITMEN
1.1 Komitmen Perusahaan

PT. Techno Prefab Indonesia berkomitmen untuk :


a. Menyediakan lingkungan kerja yang aman bagi karyawan, rekanan, pelanggan dan
pengunjung. Dengan memperhatikan aspek keamanan, keselamatan dan kesehatan kerja,
dan berusaha mencegah terjadinya kecelakaan akibat kerja (KAK), penyakit akibat kerja
(PAK) dan pencemaran terhadap lingkungan kerja maupun lingkungan sekitarnya.
b. Menjamin bahwa setiap kegiatan operasional tidak mengakibatkan resiko cidera, penyakit
akibat kerja (PAK), kerugian, atau berdampak negatif bagi karyawan, lingkungan kerja
dan masyarakat sekitar.
c. Mematuhi semua peraturan yang berlaku baik untuk aspek keselamatan dan kesehatan
kerja maupun lingkungan dan menempatkan OHSAS 18001 : 2007 pada posisi sejajar,
beriringan, dan setara dengan sistem manajemen lainnya.
d. Melakukan perbaikan dan peningkatan kinerja OHSAS 18001 : 2007 secara
berkesinambungan.
e. Memastikan bahwa kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja di PT. Techno Prefab
Indonesia telah dikomunikasikan, dimengerti, dan dipatuhi oleh seluruh karyawan dan
pihak terkait lainnya.

1.2 VISI, MISI DAN TATA NILAI


A. VISI
1. Menjadi perusahaan aplikator insulated sandwich panel terkemuka di Indonesia yang
berlandaskan K3.
2. Menjadi mitra bisnis dalam meminimalisasi risiko dengan mengutamakan pemenuhan
komitmen dan kualitas pelayanan yang dapat diandalkan.
3. Memiliki karyawan/pegawai yang professional, berpengetahuan serta bermutu yang
dihargai dengan baik.
4. Memberikan nilai yang optimal kepada pemegang saham dan memperoleh pendapatan
diatas rata-rata industri.

B. MISI
Mengurangi resiko pelanggan dalam kegiatan perdagangan, investasi dan industri dengan
memastikan kesesuaian terhadap standard hukum dan peraturan yang berlaku.

1
C. TATA NILAI
1. Customer Focus
Memenuhi harapan pelanggan dengan memberikan ragam jasa yang inovatif, memenuhi
standar dan berkualitas.
2. Competence
Memiliki kualitas pekerjaan dan sumber daya manusia yang handal sehingga memenuhi
standar profesionalisme dan persaingan.
3. Integrity
Menjunjung tinggi kejujuran, etika bisnis dan pemenuhan komitmen pada pelanggan.
4. Team Work
Mengedepankan kerjasama tim, loyalitas, dan kolaborasi dengan pihak ketiga untuk
menghasilkan efektifitas organisasi dan sinergi usaha yang lebih baik.

2. KEBIJAKAN K3 DAN SASARAN


2.1 Kebijakan K3 Perusahaan

Kebijakan K3 PT. Techno Prefab Indonesia

Kami berkomitmen untuk meningkatkan kepuasan pelanggan dan menyediakan tempat


kerja yang sehat dan aman bagi tenaga kerja, visitor dan pelanggan dengan penerapan program
perbaikan berkelanjutan melalui OHSAS 18001 : 2007 dengan cara :

a) Menetapkan tujuan, merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi sasaran dan program


Kesehatan & Keselamatan Kerja (K3) secara berkala agar selaras, baik dengan
perkembangan kondisi perusahaan, peraturan atau standar yang berlaku dan harapan
pelanggan.
b) Mematuhi perundang-undangan dan persyaratan lainnya yang berkaitan dengan K3, serta
mengintegrasikannya ke dalam semua aspek kegiatan operasional PT. Techno Prefab
Indonesia.
c) Melakukan identifikasi bahaya sesuai dengan sifat dan skala resiko-resiko K3 yang ada di
PT Techno Prefab Indonesia.
d) Menyediakan prosedur kerja bagi penetapan dan peninjauan sasaran K3.
e) Menyediakan sumber daya yang cukup untuk mengimplementasikan OHSAS 18001 :
2007.
f) Mendokumentasikan, menerapkan dan memelihara sistim manajemen K3.

2
g) Memelihara program lindung lingkungan terhadap kegiatan di semua lokasi area kerja PT.
Techno Prefab Indonesia.
h) Mengkomunikasikan dan menanamkan kesadaran kebijakan ini kepada semua personil
secara berkala.
i) Mengelola dan menangani semua material, baik yang berbahaya maupun yang tidak
berbahaya, termasuk mengendalikan potensi bahaya yang terdapat di lingkungan kerja PT.
Techno Prefab Indonesia.
j) Meningkatkan kompetensi pekerja sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya.
k) Meninjau aspek manajemen K3 PT. Techno Prefab Indoensia secara periodik agar selalu
relevan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2.2 Tujuan dan Sasaran K3


A. Tujuan
Tujuan utama HSE Plan adalah :
1) PT. Techno Prefab Indonesia memiliki komitmen yang tinggi terhadap kebijakan K3LH
dengan melakukan pengendalian dan pemantauan K3LH melalui penerapan prosedur &
standard K3LH.
2) HSE Plan ini dibuat sebagai acuan bagi penerapan prosedur & standard K3LH selama
melaksanakan tugas.
3) Sebagai alat penuntun pekerja dalam melaksanakan pekerjaan dengan benar, aman dan
selamat. Prosedur yang di dokumentasikan menjadi ilmu pengetahuan yang dapat di
warisikan kepada generasi yang akan datang.

B. Sasaran
Sasaran yang harus dicapai PT Techno Prefab Indonesia adalah :
1) Program keselamatan dan kesehatan kerja serta lingkungan hidup (K3LH), hygiene dan
sanitasi perusahaan dapat terlaksana dengan baik.
2) Perilaku tenaga kerja dapat terkontrol.
3) Zero accident and zero lost time injury.
4) Zero occupational disease
5) Zero pollution.

Pencapaian tujuan dan sasaran harus dipantau secara periodik setiap satu tahun oleh Sekretaris
P2K3 dan dilaporkan dalam rapat tinjauan manajemen K3 untuk dievaluasi dan dikaji ulang.

3
3. ORGANISASI, SUMBER DAYA DAN DOKUMENTASI
3.1 Struktur Organisasi K3

KETUA

WAKIL KETUA

SEKRETARIS

Wakil Sekretaris

Ira Nurpahla Sari

ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA

3.2 Tugas dan Tanggung Jawab


Penerapan HSE merupakan tanggung jawab seluruh karyawan, rincian tanggung jawab masing-
masing tingkatan/level adalah sebagai berikut :

3.2.1. Ketua dan Wakil Ketua


a. Memberikan saran dan pertimbangan baik diminta maupun tidak kepada pengusaha atau
pengurus mengenai masalah K3.
b. Menyusun prosedur, instruksi kerja serta dokumen lain yang berhubungan dengan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
c. Menyediakan serta memonitor keberadaan sarana dan prasana yang diperlukan bila
terjadi kecelakaan.
d. Mengkoordinir pelaksanaan pemberian pertolongan pertama jika terjadi kecelakaan dan
penyakit akibat kerja serta inventarisasi jumlah korbannya.

4
3.2.2. Sekretaris dan Wakil Sekretaris
a. Mengawasi dan mengingatkan pekerja yang seharusnya memakai alat pelindung pada
saat bekerja.
b. Melakukan inventarisasi dan mencatat seluruh APD serta melaporkannya kepada
Manajemen jika terdapat kekurangan atau sudah tidak layak pakai.
c. Melaporkan secara periodic kegiatan pengawasan, pemantauan dan pengukuran kinerja
HSE.
d. Melakukan pemantauan terhadap pegawai yang mengalami kecelakaan dan penyakit
akibat kerja.
e. Membantu Tim Satuan tugas Penanggulangan Keadaan Darurat bilamana terjadi
kecelakaan darurat.
f. Mensosialisasikan kepada seluruh pekerja mengenai keselamatan kerja dan
perlengkapan penanggulangan keadaan darurat.

3.2.3. Anggota
a. Mematuhi semua kebijakan K3, prosedur dan instruksi kerja yang aman dalam
melakukan kegiatan.
b. Selalu melakukan kegiatan dengan cara yang aman bagi diri sendiri dan orang lain yang
dapat terpengaruh oleh aktifitas tersebut.
c. Melaporkan kepada atasan jika menemukan bahaya atau masalah yang berkaitan dengan
K3
d. Bekerja sama dalam hal penyelidikan terhadap kecelakaan, jika diperlukan.
e. Tidak menyalahgunakan segala fasilitas peralatan ataupun komponen-komponennya
yang seharusnya hanya digunakan untuk keselamatan dan kesehatan kerja.
f. Membantu penanggulangan kebakaran dan memelihara fasilitas penunjang
kesejahteraan pekerja.
g. Memahami dan mentaati semua peraturan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja
serta aturan-aturan kerja lainnya yang ada.

5
3.3. Sumber Daya
3.3.1. Orientasi HSE
Informasi yang sesuai mengenai kegiatan dan masalah-masalah K3 disebar luaskan kepada
semua pekerja, tamu, kontraktor dan pelanggan guna mendorong pemahaman atas usaha
PT Techno Prefab Indonesia dalam pengelolaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Untuk
pekerja baru diberikan orientasi/safety induction dan pemahaman tentang HSE yang
berlaku di perusahaan.

3.3.2. Pelatihan K3
Manajemen PT. Techno Prefab Indonesia juga menetapkan program dan sasaran
pelatihan bagi seluruh pekerja yang dirumuskan sesuai tuntutan pekerjaan sekarang dan
yang akan datang serta potensi bahaya dari pekerjaan yang dilakukannya. Pengelolaan
pelatihan tersebut diatur dalam prosedur pelatihan. Yang juga ditujukan untuk
memastikan bahwa setiap karyawan pada setiap level/fungsi sudah memahami tentang :
a. Pentingnya kesesuaian dengan kebijakan K3 dan prosedur serta persyaratan-
persyaratan OHSAS 18001 : 2007.
b. Konsekuensi K3 yang aktual/ potensial dari kegiatannya dan manfaat peningkatan
kinerja perorangan terhadap OHSAS 18001 : 2007.
c. Akibat yang mungkin terjadi bila prosedur tidak dilaksanakan.

Pelatihan dapat dilakukan dengan memanfaatkan sumber daya dari dalam ataupun dari
luar perusahaan. Perusahaan juga melaksanakan program pelatihan K3 yang berkaitan
dengan kebijakan K3, prosedur, instruksi kerja dan persyaratan OHSAS 18001 : 2007 bagi
seluruh pekerja, karyawan baru/pindahan, kontraktor serta tamu yang berkunjung yang
mencakup: First aid, scaffolding, penanganan bahan kimia, manajemen alat pelindung
diri, dsb.

3.3.3. Dokumentasi
PT. Techno Prefab Indonesia menetapkan, menerapkan, memelihara dan
meningkatkan dokumentasi OHSAS 18001 : 2007 yang berisi tentang kebijakan, tujuan,
program, prosedur dan instruksi di bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
dengan mengacu pada persyaratan Permenaker Nomor. PER05/MEN/1996 dan OHSAS
18001 : 2007.

6
Untuk memastikan adanya pendekatan secara sistematis, ditetapkan struktur sistem
dokumentasi sebagai berikut :
a. Kebijakan, Tujuan dan Sasaran K3
b. Pedoman OHSAS 18001 : 2007 yang berisi lingkup dan unsur-unsur utama OHSAS
18001 : 2007 serta rujukannya ke dokumen terkait.
c. Prosedur.
d. Instruksi kerja, formulir, rekaman, peraturan, standard dan dokumen lainnya.

Dokumentasi tersebut dikendalikan, didistribusikan dan dipelihara sesuai dengan


prosedur pengendalian dokumen. Dokumen ini juga dikomunikasikan kepada personel
terkait untuk dipahami dan diterapkan.

4. HSE MANAGEMEN PLAN


4.1 Identifikasi Masalah K3LH dan HIRARC
Pada setiap kegiatan yang akan dilaksanakan harus diidentifikasi potensi bahaya
terbesarnya sesuai pekerjaan/lokasi/produksi/jasa yang akan dilaksanakan. Potensi bahaya
lain yang lebih detail akan dituangkan dalam HIRARC (Hazard Identification Risk
Assessmentand and Risk Control) yang didokumentasikan secara terpisah.

4.2 Induksi
Induksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja PT Techno Prefab Indoensia berisi tentang
penjelasan dan pengarahan tentang K3 yang berkaitan dengan potensi bahaya, pengendalian
bahaya, tanggap darurat, dan cara-cara penyelamatan pada setiap kegiatan PT Techno Prefab
Indonesia. Induksi K3 dilakukan untuk memberikan pengarahan tentang K3LH secara umum
yang dilakukan oleh :
a. Personil HSE kepada setiap pekerja yang baru.
b. Security kepada setiap tamu/non pekerja yang datang.
Persyaratan menggunakan Induksi K3 adalah
a. Induksi K3 harus diberikan kepada karyawan dan tamu.
b. Induksi harus dilakukan diruang khusus.
c. Materi induksi harus tersedia dalam jumlah yang sesuai dengan jumlah peserta dan jenis
induksi.
d. Alat bantu untuk mempermudah dan memperjelas penyampaian materi induksi harus
disesuaikan dengan jenis dan kondisi yang ada dilokasi.
e. Setiap peserta induksi harus mengisi daftar hadir dan daftar periksa.

7
f. Daftar periksa yang telah ditandatangani peserta dan penyaji induksi diarsipkan oleh
bagian K3.
g. Jenis induksi keselamatan dan kesehatan kerja adalah induksi umum, induksi local,
induksi tamu, dan induksi ulang.

4.3 Toolbox Meeting dan Safety Talk


Setiap ada pekerjaan/lokasi/ yang mengandung resiko, akan diadakan pengarahan
tentang K3LH yang lebih teknis kepada seluruh personil (staff, dan pekerja) dalam bentuk :
a. Safety Talk, yaitu pengarahan secara bersama-sama mengenai keselamatan dan
kesehatan kerja yang ada di perusahaan.
b. Tool Box Meeting, yaitu pengarahan secara berkelompok menurut area kerja atau
disiplin pekerjaan yang dilakukan sebelum pekerjaan dimulai. (Kurang lebih selama 10-
15 menit).
Safety Talk dan Tool Box Meeting selain memberi pengarahan juga dilakukan untuk
memberikan kesempatan bagi pekerja untuk melakukan dialog/konsultasi perihal K3LH
kepada HSE Profesional.

4.5 Inspeksi dan Patrol


Inspeksi dilakukan HSE Profesional dan HSE supervisior. Tujuan dari inspeksi untuk
menjaga konsistensi penerapan standar K3LH di lingkungan kerja. Patrol dilakukan team HSE,
meliputi seluruh area kerja, dan terhadap area dimana ada pekerjaan yang telah
diidentifikasikan mempunyai potensi kecelakaan dan pencemaran harus diberikan perhatian
yang lebih. Team HSE akan langsung memberikan perintah lisan ditempat untuk
menghentikan pekerjaan bila mana ditemukan keadaan yang berbahaya.

4.6 Safety Meetings


Sedikit berbeda dengan tool box meeting, dan safety talk yang dilakukan bersama
dengan group kecil yang sesuai dengan jenis pekerjaan. Sedangkan safety meeting ini
dilakukan secara global dan antar group sehingga memerlukan materi yang lebih luas dan
mencakup keseluruhan kegiatan group. Beberapa materi yang telah digunakan sebagai bahan
safety meting di PT Techno Prefab Indonesia adalah :
a. Pemeliharaan, penggunaan dan perawatan APD (Alat Pelindung Diri).
b. NAB (Nilai Ambang Batas) terkait pekerjaan, getaran, kebisingan, gas beracun, dan suhu
ruangan.
c. P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan).
d. Teknik Pemadam Kebakaran.
8
e. Ergonomik, dll.

4.7 Laporan dan Analiasa


a. Setiap kecelakaan kerja dan pencemaran lingkungan akan dicatat dan diinvestigasi.
b. Setiap nearmiss akan dicatat, untuk selanjutnya dianalisa sebagai tindakan preventif.
c. Laporan untuk kerja HSE (dayly, weekly, monthly, yearly) wajib dilaporkan sebagai arsip
HSE persusahaan.

5. AUDIT, PROSEDUR, DAN INVESTIGASI


5.1 Audit Internal
Ada beberapa audit internal yang dilakukan PT Techno Prefab Indoensia yang dilakukan
periodik, audit internal tersebut antara lain :
a. Audit internal OHSAS 18001 : 2007
b. Audit internal Sistem Manajemen Mutu.
c. Audit internal System Manajemen Lingkungan.
Audit internal dilakukan PT. Techmo Prefab Indonesia guna untuk:
a. Menentukan apakah HSE telah :
- Memenuhi pengaturan yang direncanakan, termasuk persyaratan standar.
- Diterapkan dan dipelihara secara memadai.
b. Menyediakan informasi hasil audit bagi manajemen.
Audit dilakukan oleh personel terlatih dan independen dari kegiatan yang diaudit, dan
pelaksanaannya dilakukan dalam interval waktu yang tidak lebih dari dua belas bulan. Hasil
audit ditujukan dan ditindaklanjuti oleh manajemen penanggung jawab areal yang diaudit.
Pelaksanaa kegiatan audit ini diatur secara rinci dalam prosedur Audit Internal yang
memuat :
a. Tanggung jawab dan persyaratan untuk perencanaan dan pelaksanaan audit, pelaporan
hasil dan penyimpanan rekaman terkait.
b. Penentuan criteria, lingkup, frekuensi dan metode audit.
Semua rekaman proses audit internal dipelihara sesuai prosedur kearsipan. Rekaman
merupakan bukti obyektif atas status penerapan HSE dan dapat dijadikan masukan untuk
tinjauan manajemen.

5.2 Prosedur
PT Techno Prefab Indoensia menetapkan bahwa setiap kegiatan operasional
berlandaskan pada keselamatan dan kesehatan kerja serta lingkungan hidup, dalam
mendukung pelaksanaan tersebut maka PT Techno Prefab Indonesia memerlukan adanya
9
prosedur yang mencakup proses penyelidikan insiden bahwa semua insiden diselidiki dengan
baik agar tindakan perbaikan yang tepat dapat dilaksanakan sehingga tidak terulang kembali.
a. Prosedur ini dilaksanakan di seluruh wilayah kerja PT Techno Prefab Indonesia.
b. Proses penyelidikan insiden mengacu pada persyaratan yang tercakup dalam SOP ini.
c. Sosialisasi persyaratan SOP ini kepada semua karyawan.
d. Semua supervisor bertanggung jawab untuk memastikan bahwa laporan insiden telah
ditindak lanjuti agar bisa melakukan penyelidikan bila perlu.
e. Semua karyawan mengetahui dan mengerti semua ketentuan SOP ini.
f. Setiap insiden dilaporkan ke atasan masing-masing sesuai ketentuan SOP ini.
g. Setiap karyawan bertanggung jawab untuk melaksanakan ketentuan SOP ini setiap saat
dan harus melaporkan semua insiden yang mereka saksikan sebelum akhir shift kejadian

5.3 Investigasi
Investigasi adalah usaha untuk memastikan bahwa tindakan perbaikan dan pencegahan
telah dilaksanakan dan diselesaikan agar bisa mencegah terulang kembali. Sedangkan Tim
Penyelidik yaitu tim yang ditunjuk oleh General Manager Operation/Kepala Divisi yang
bertugas untuk melakukan penyelidikan insiden dan memberikan saran percegahan tindakan
perbaikan yang tepat. Prosedur dalam investigasi antara lain adalah
a. Untuk semua insiden yang melibatkan cidera serius pada karyawan (Cidera hari hilang)
yang bisa diklaim dari Jamsostek. (Secepatnya setelah formulir diisi, tapi pasti dalam 48
jam)
b. Department HSE harus menilai semua formulir laporan penyelidikan insiden untuk
menentukan kualitas dari pengisian. Presentasi penilaian ini harus dicantumkan dalam
buku catatan insiden.
c. Department HSE harus melaporkan kecelakaan dengan batas waktu 1 X 24 jam untuk
laporan sementara (Notifikasi) dan 3 X 24 jam untuk draft investigasi atau bila
memungkinkan hasil dari investigasi yang sudah dilaksanakan.
d. Harus terdapat suatu sistem tindak lanjut dari manajemen lini dalam 30 hari dan dari
Department HSE dalam waktu 45 hari setelah insiden terjadi untuk memastikan apakah
semua tindakan perbaikan telah dilaksanakan.
e. Tindakan perbaikan yang belum tuntas harus dilaporkan dalam rapat komite keselamatan
bulanan.

6. PERENCANAAN DAN PROSEDUR


6.1 Standar Kesehatan

10
Pemeriksaan kesehatan dilaksanakan secara berkala yang mencakup identifikasi,
pemeriksaan, pemeliharaan kesehatan dan perekaman data. Apabila terdapat laporan
kesehatan pegawai yang memerlukan penanganan lebih lanjut. Tindak lanjut yang dilakukan
antara lain seperti:
 Pemberian istirahat sesuai saran dokter perusahaan
 Pemeriksaan/ perawatan lebih lanjut
 Rotasi/ mutasi untuk pegawai yang mengalami masalah kesehatan pada bidang
pekerjaannya.
Setiap pekerja dilarang keras memiliki dan mengkonsumsi minuman beralkohol atau narkoba
di tempat kerja.

6.2 Sistem Keselamatan Kerja


PT Techno Prefab Indonesia menetapkan prosedur untuk memantau dan mengukur
karakteristik utama operasi dan kegiatannya yang dapat menimbulkan kecelakaan dan
penyakit akibat kerja secara periodik.
Pemantauan dilakukan oleh personel yang kompeten, dengan peralatan yang telah
dikalibrasi serta metode pemantauan/pengujian yang sesuai standar. Kegiatan dapat dilakukan
sendiri secara internal ataupun dengan menggunakan jasa pihak eksternal.
Hasil kegiatan di dokumentasikan untuk selanjutnya dianalisa guna menentukan kinerja
K3 PT Techno Prefab Indonesia serta untuk menentukan tindakan perbaikan atau pencegahan
yang diperlukan. Secara rinci kegiatan ini dituangkan dalam prosedur:
 Prosedur Inspeksi K3
 Prosedur Pemantauan Lingkungan Kerja
 Prosedur Loaing Unloading
 Prosedur Pemeriksaan Kesehatan.

6.3 Perlindungan Lingkungan


PT Techno Prefab Indonesia berkomitmen untuk mencegah pencemaran lingkungan
akibat dari limbah yang dihasilkan dari kegiatan yang dilakukan. Sehingga seluruh limbah
yang dihasilkan harus dilakukan :
a. Setiap tumpahan harus ditampung dalam tempat penampungan.
b. Limbah tidak boleh dibuang ke saluran drainase.
c. Apabila terdapat pencemaran lingkungan, segera menginformasikan kepada pengawas
pekerjaan.
11
Limbah B3 sesuai spesifikasi MSDS yang pemusnahannya melalui enzinerator maka
dikirim ke pihak ketiga yang memiliki enzinerator yang memiliki ijin dari pemerintah terkait
sesuai dengan perundangan yang berlaku.
Limbah radioaktif harus dicatat dan dikirim ke instansi yang berwenang mengelola
limbah radioaktif yang bertanggung jawab atas pengelolaan radioaktif sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

6.4 Program Motivasi


Selain itu guna meningkatkan motivasi, kesadaran dan keterlibatan karyawan dalam
penerapan K3, maka manajemen puncak secara periodic melakukan konsultasi dengan
seluruh karyawan.
Konsultasi ditujukan untuk :
 Meningkatkan keterlibatan karyawan dalam pengembangan dan tinjauan terhadap
kebijakan dan prosedur untuk mengelola risiko.
 Mensosialisasikan/mendiskusikan jika ada perubahan-perubahan yang mempengaruhi
kesehatan dan keselamatan di tempat kerja.
 Terwakilinya karyawan dalam masalah-masalah K3.
 Memberikan informasi kepada karyawan tentang petugas-petugas K3.

6.5 Rencana Tanggap Darurat


Pengendalian risiko dari bahaya-bahaya yang ada di tempat kerja dilakukan dengan
mengacu kepada hasil identifikasi dan penilaian bahaya yang telah dilakukan sehingga tingkat
risikonya bisa ditekan serendah mungkin, sesuai dengan kebijakan, tujuan dan sasaran K3.
Bentuk tindakan pengendalian risiko dilakukan baik pada tahap perancangan/desain,
pembelian, instalasi, proses, maupun pemeliharaan dengan mengacu hirarki :
 Eliminasi
 Substitusi
 Isolasi
 Rekayasa teknik
 Administrasi
 Alat pelindung diri.

Setiap karyawan yang bekerja di tempat-tempat yang berisiko menimbulkan bahaya


diwajibkan menggunakan alat pelindung diri yang telah disediakan seperti : baju kerja, sarung
tangan, sepatu safety, masker, kaca mata pelindung, full body harness untuk bekerja di
ketinggian, yang penggunaanya disesuaikan dengan sifat bahaya yang ada.
12
PT Techno Prefab Indonesia menetapkan dan memelihara prosedur kesiagaan dan
tanggap darurat untuk mengidentifikasi keadaan darurat yang potensial agar dapat diatasi,
seperti terjadinya kebakaran, banjir, kebocoran gas berbahaya, tumpahan bahan kimia dalam
jumlah besar, huru-hara, kecelakaan fatal, ledakan bom, gempa bumi, dan lainnya.
Disamping itu PT Techno Prefab Indonesia juga menyediakan beberapa alat pemadam
kebakaran yang ditempatkan di lokasi-lokasi yang sudah ditentukan sesuai dengan
kemudahan dan kebutuhannya seperti Alat Pemadam Api Ringan (APAR) serta alat untuk
tanda bahaya. Pemastian bahwa peralatan-peralatan tersebut bekerja pada saat darurat
dilakukan melalui kegiatan inspeksi secara rutin setiap bulan.
Untuk menangani kecelakaan kerja yang terjadi, PT Techno Prefab Indonesia
menyediakan alat untuk melakukan pertolongan pertama pada kecelakaan di tempat-tempat
tertentu yang berdekatan dengan tempat kerja.
Seluruh karyawan diberi informasi mengenai instruksi keadaan darurat dan petugas
terkait penanganan darurat diberi pelatihan sesuai tugas dan tanggung jawabnya. Adapun
daftar nomer telepon yang bisa dihubungi jika terdapat keadaan darurat adalah sbb:
 Ambulans 118
 Dinas Pemadam Kebakaran 113
 Kepolisian 110
 Posko Bencana Alam 129
 Rumas Sakit Annisa 9876189
 Rumah Sakit Sentra Medika 8904160-64

7. PEMANTAUAN IMPLEMENTASI DAN KINERJA


7.1 Implementasi
Untuk mencapai tujuan, sasaran dan indicator kinerja yang telah ditetapkan, disusun
program manajemen K3 yang berisi kegiatan tahap demi tahap, penanggung jawab serta
jangka waktu pelaksanaan kegiatan.

Penyusunan program ini difokuskan pada pencegahan kecelakaan dan pencemaran yang
dapat mengakibatkan kecelakaan personel dan cidera, kehilangan kesempatan berproduksi,
kerusakan peralatan dan kerusakan/ gangguan terhadap lingkungan sekitar dan juga diarahkan
untuk dapat memastikan bahwa seluruh personel mampu menghadapi keadaan darurat.

Kemajuan program K3 ini dipantau secara periodic setiap enam bulan guna dapat
ditingkatkan secara berkesinambungan sesuai dengan risiko-risiko yang telah teridentifikasi

13
dan mengacu kepada rekaman-rekaman K3 sebelumnya serta pencapaian sasaran-sasaran K3
yang lalu.
Program-program K3 yang disusun dapat mencakup hal-hal sebagai berikut:
a. Meningkatkan sistem pengawasan K3 sebagai alat kontrol untuk mendeteksi dini risiko
kecelakaan kerja melalui program inspeksi, kajian kecelakaan dan kajian hasil
pemantauan parameter lingkungan kerja.
b. Pemasangan dan penyediaan sarana penanggulangan kecelakaan/kebakaran.
c. Peningkatan sistem pembinaan K3 meliputi sarana pembinaan dan media pembinaan/
publikasi, sehingga tersosialisasinya kebijakan, standard dan peraturan K3.
d. Persiapan dan pelaksanaan audit K3 sebagai alat ukur keberhasilan pencapaian program
K3.
e. Meningkatkan kualitas dan kuantitas pemantauan kesehatan lingkungan kerja sehingga
dapat diketahui seluruh kondisi kesehatan lingkungan kerja di area operasi.

7.2. Pemantauan Kinerja


Pemantauan dilakukan oleh personel yang kompeten, dengan peralatan yang telah dikalibrasi
serta metode pemantauan/ pengujian yang sesuai standar. Kegiatan dapat dilakukan sendiri
secara internal ataupun dengan menggunakan jasa pihak eksternal.

Hasil kegiatan didokumentasikan untuk selanjutnya dianalisa guna menentukan kinerja K3 PT


Techno Prefab Indonesia serta untuk menentukan tindakan perbaikan atau pencegahan yang
diperlukan.

Secara rinci kegiatan ini dituangkan dalam prosedur antara lain :


 Prosedur Inspeksi K3
 Prosedur Pemantauan Lingkungan Kerja
 Prosedur Loading Unloading
 Prosedur Pemeriksaan Kesehatan.

8. KAJI ULANG
Tinjauan ulang K3 secara berkala dilakukan untuk menjamin kesesuaian dan keefektifan yang
berkesinambungan dalam pencapaian kebijakan dan tujuan K3 termasuk mengkaji
kesempatan untuk perbaikan dan keperluan melakukan perubahan pada OHSAS 18001 :
2007, seperti kebijakan, tujuan, sasaran dan program K3.

14
Tinjauan manajemen dilakukan minimal 1 tahun sekali atau bila ada pergantian pimpinan
puncak (jika perlu) dan hasilnya dicatat dan dipelihara. Secara umum tinjauan manajemen
membahas:
 Kesesuaian kebijakan K3 dan penerapannya.
 Pencapaian tujuan, sasaran dan program K3.
 Hasil audit internal dan evaluasi pentaatan terhadap peraturan.
 Komunikasi dari pihak internal/ eksternal termasuk keluhan.
 Kinerja K3.
 Status tindakan perbaikan dan pencegahan.
 Tindak lanjut tinjauan manajemen sebelumnya.
 Situasi yang berubah, termasuk perkembangan pada peraturan.
 Rekomendasi perbaikan.

15
9. REFERENSI
 Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 05/Men/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja.
 Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
 OHSAS 18001 : 2007 – Occuptional Health and Safety Management System – Specification.

16

You might also like