You are on page 1of 29

JOURNAL READING

PREMATURE RUPTURE OF MEMBRANE- RISK FACTORS: A CLINICAL STUDY

Pembimbing :
dr. Aditiyono, Sp.OG, (K.Onk)

Disusun oleh :

Moh. Rezza Rizaldi G4A016047


Risdinar Ulya F G4A016048
Sera Rhosida Kurniawati G4A016099

SMF ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGAN


RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2018
HALAMAN PENGESAHAN

Telah dipresentasikan dan disetujui Journal Reading dengan judul:

PREMATURE RUPTURE OF MEMBRANE- RISK FACTORS: A CLINICAL STUDY

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mengikuti ujian


di bagian Obstetri dan Ginekologi Program Profesi Dokter
di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto

Disusun oleh:

Moh. Rezza Rizaldi G4A016047


Risdinar Ulya F G4A016048
Sera Rhosida Kurniawati G4A016099

Purwokerto, April 2018

Mengetahui,

Dokter Pembimbing

dr. Aditiyono, Sp.OG, (K.Onk)


FAKTOR RISIKO TERJADINYA KETUBAN PECAH DINI: SEBUAH
STUDI KLINIS

ABSTRAK

Pengantar: ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai kebocoran spontan


cairan ketuban dari kantung ketuban tempat bayi berenang. Penelitian ini dilakukan
di departemen Obstetri dan Ginekologi untuk menghitung faktor-faktor risiko pada
KPD.
Bahan dan metode: Penelitian ini dilakukan di departemen Obstetri dan Ginekologi
pada tahun 2010. Penelitian ini terdiri dari 120 pasien dengan Ketuban Pecah Dini
(KPD). Semua pasien diminta mengisi kuesioner, dilakukan pemeriksaan fisik,
pemeriksaan spekulum cusco steril, dan mengumpulkan swab dari endoserviks dan
fornix vagina posterior dari semua peserta penelitian. Setiap swab dimasukkan ke
dalam media darah, cokelat, Mac Conkey, dan media dekstrosa. Media cokelat agar
diinkubasi dalam Candle Extiction dan semua lempeng lainnya diinkubasi di udara
370C selama 24 - 48 jam. Preparat basah diperiksa dari semua swab dan dilakukan
pemeriksaan elemen jamur. Dan pemeriksaan gram juga dilakukan dari semua
spesimen untuk mengetahui diplokokkus gram negatif intraseluler.
Hasil: Dari 120 pasien, 11 pasien berumur kurang dari 18 tahun, 65 pasien berada di
kelompok usia 19-29 tahun, 35 pasien berada di 30-40 tahun dan 9 pasien berada di
atas 40 tahun. Untuk distribusi pasien tergantung pada jumlah gravida. Pada
primigravida berjumlah 52% dan pada nulipara dilaporkan berjumlah 56%. Pada
pasien yang berjumlah 105 orang tidak menunjukkan riwayat abortus, dari 9 pasien
diatas 4 orang pasien mengalami 2 kali aborsi, dan diantarnya terdapat 2 pasien
yang mengalami tiga kali aborsi. Penyebab yang bervariasi yang mengakibatkan
kebocoran tidak diketahui berjumlah (54), KPD sebelumnya berjumlah (28), ISK
berulang berjumlah (18), gatal-gatal berjumlah (6), polyhydramnion berjumlah(5),
kebohongan yang tak terduga berjumlah (5) dan perdarahan antepartum berjumlah
(4). Dari 92 pasien adalah seorang ibu rumah tangga, 24 sisanya adalah seorang
karyawan dan 4 sisanya adalah seorang mahasiswa. Pemeriksaan vulva yang normal
berjumlah 107 pasien dan yang abnormal berjumlah 13 pasien. Pemeriksaan vagina
normal pada 106 pasien dan yang abnormal pada 14 pasien. Pemeriksaan serviks
normal pada 110 pasien dan yang abnormal pada 10 pasien. Perbedaan signifikan
didapatkan hasil (P <0,05).
Kesimpulan: ketuban pecah dini merupakan sebuah komplikasi yang dapat terjadi
pada kehamilan. Sebagian besar penyebabnya tidak diketahui yang biasanya pasien
pernah mengalami KPD sebelumnya. Hal ini kebanyakan terjadi terutama pada
seorang ibu rumah tangga. Pada kelompok usia 20-30 KPD biasanya sering terjadi.
Kata kunci: Perdarahan antepartum, Ketuban pecah dini, primigravida

PENGANTAR

ketuban pecah dini (KPD/PROM) didefinisikan sebagai kebocoran spontan cairan


ketuban dari kantung ketuban tempat bayi berenang. Cairan lolos atau bocor melalui
membran fetus (kulit ketuban)yang sudah pecah, terjadi setelah pada usia kehamilan
28 minggudan setidaknya terjadi KPD minimal satu jam sebelum terjadinya
persalinan. KPD terjadi setelah usia kehamilan 28 minggu dan sebelum 37 minggu.
Istilah KPD Aterm terjadi setelah 37 minggu sampai selesai dari usia kehamilan,
termasuk kasus KPD Post Term terjadi setelah empat puluh minggu. KPD Preterm
dan KPD Aterm dapat dibagi lagi menjadi:KPD Awal (kurang dari dua belas jam
setelahketuban pecah) dan KPDProlong (dua belas jam atau lebih setelah ketuban
pecah). Kadang-kadang, hal itu dapat terjadi dalam kehamilan sangat awal atau di
awal trimester ketiga. Faktor risiko yang terkait dengan KPD adalah malpresentation
dari janin, kehamilan multiparitas, infeksi, dan kelebihan cairan ketuban,
inkompetensi serviks dan trauma pada abdomen. Untuk diagnosis, pemeriksaan USG
sangat berguna. pemeriksaan vagina digital harus dibatasi jika diduga pada
kehamilan preterm yang mengalami ketuban pecah dini (PKPD). Penelitian ini
dilakukan di departemen Obstetri dan Ginekologi untuk menghitung faktor-faktor
risiko KPD/PROM.
I. JURNAL

A. Materi dan Metode


Penelitian ini dilakukan di departemen Obstetri dan Ginekologi tahun
2010.Terdiri dari 120 pasien dengan premature rupture of membranes (PROM)
atau ketuban pecah dini. Pemilihan peserta penelitian berdasarkan kriteria inklusi
dan eksklusi. Kriteria inklusi adalah mereka yang memenuhi konfirmasi usia
kehamilan dengan pemeriksaan ultrasonografi sebelum 24 minggu kehamilan.
Kriteria eksklusi adalah: 1. Pasien dengan kehamilan ganda, 2. Pasien yang
mengalami kontraksi uterus, 3. Pasien dengan polihidramnion malpresentasi
serviks inkompeten.
Pasien diberikan informasi mengenai penelitian dan diminta untuk
mengambil persetujuan. Semua pasien diminta mengisi kuesioner, dilakukan
pemeriksaan fisik, pemeriksaan spekulum cusco steril, dan mengumpulkan swab
dari endoserviks dan fornix vagina posterior dari semua peserta penelitian. Setiap
swab dimasukkan ke dalam media darah, cokelat, Mac Conkey, dan media
dekstrosa. Media cokelat agar diinkubasi dalam Candle Extiction dan semua
lempeng lainnya diinkubasi di udara 370C selama 24 - 48 jam. Preparat basah
diperiksa dari semua swab dan dilakukan pemeriksaan elemen jamur. Dan
pemeriksaan gram juga dilakukan dari semua spesimen untuk mengetahui
diplokokkus gram negatif intraseluler.

B. Analisis Statistik
Hasil yang diperoleh ditabulasikan dan dianalisis statistik dengan
menggunakan uji chi square. Nilai P<0,05 dianggap signifikan.

C. Hasil
Tabel 1 menunjuk kan bahwa dari 120 pasien 11 dengan usia kurang dari
18 tahun, 65 di kelompok dengan usia 19-29 tahun, 35 berusia 30-40 tahun dan 9
berusia di atas 40 tahun.
Tabel 1. Distribusi pasien
Usia Jumlah
(tahun)
<18 11
19-29 65
30-40 35
>40 9
Total 120

Tabel 2 menunjukkan yang menunjukkandistribusi pasien menurut


gravida.Primigravida adalah 52% dan nulipara 56%. 105 pasien
menunjukkantidak ada riwayat aborsi, 9 adalah pernah mengalami keguguran 1
kali, 4 adalah adalah pernah mengalami keguguran 2 kali, dan 2 adalah pernah
mengalami keguguran 3 kali.
Tabel 2. Riwayat obstetri pasien
Gravitas Jumlah
Primi 52
2-4 50
>5 18
Paritas Jumlah
Nulipara 56
1-4 58
>5 6
Abortus Jumlah
Tidak pernah abortus 105
1 kali abortus 9
2 kali abortus 4
3 kali abortus 2

Gambar 1 menunjukkanberbagai penyebab pecahnya ketuban.Tidak


diketahui penyebabnya (54), riwayat PROM sebelumnya (28), ISK berulang
(18), gatal (6), polihidramnion(5), kebohongan yang tidak stabil (5), dan
perdarahan antepartum (4).
Gambar 1. Distribusi penyebab pecahnya ketuban pada pasien

Gambar 2 menunjukkan bahwa 92 ibu rumah tangga, 24 pekerja, dan


4 orang siswa.

Gambar 2. Distribusi pekerjaan pasien

Gambar 3 menunjukkan pemeriksaan vulva normal pada 107 pasien dan


abnormal pada 13 pasien. Pemeriksaan vagina normal pada 106 pasien dan
abnormal pada 14 pasien. Pemeriksaan serviks normal pada 110 pasien dan
abnormal pada 10 pasien pasien. Perbedaannya signifikan (P<0,05).
Gambar 3. Pemeriksaan vulva dan pemeriksaan serviks vagina

D. Diskusi
Ketuban pecah dini (KPD/PROM) dapat terjadi pada usia kehamilan
aterm atau segera sebelum persalinan, dan mungkin terjadi secara tak terduga
pada usia kehamilan prematur, yang disebut PPROM. Penelitian ini dilakukan di
departemen Obstetri dan Ginekologi untuk mengkalkulasi factor risiko dari
PROM.
Dalam penelitian ini dari 120 pasien terdapat 11 orang yang berusia
kurang dari 18 tahun, 65 orang pada kelompok usia 19-29 tahun, 35 orang berada
pada usia 30-40 tahun, dan 9 orang di atas usia 40 tahun. Hasil kami sesuai
dengan penelitian oleh Parry S et al. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Duff
P mengungkapkan bahwa angka kejadian tertinggi terlihat pada usia 20-30 tahun.
Pada penelitian ini juga mendistribusikan pasien menurut graviditas. Hasilnya
menunjukkan bahwa kejadian pada primi gravid sebesar 52% dan nulipara
sebesar 56%. Sebanyak 105 pasien menunjukkan tidak ada riwayat aborsi, 9
pasien dengan riwayat aborsi sekali, 4 pasien riwayat dua kali aborsi, dan 2
pasien dengan riwayat tiga kali aborsi. Hasil serupa terlihat dalam studi Hannah
et al.
Penyebab dari pecahnya kulit ketuban juga dinilai pada penelitian ini.
Didapatkan hasil dari 120 pasien terdapat 54 kasus dengan penyebab yang tidak
diketahui, 28 kasus dengan riwayat PROM sebelumnya, 18 kasus rekuren ISK, 6
kasus gatal, 5 kasus polihidramnion, 5 kasus kelainan letak dan 4 kasus
diantaranya karena perdarahan antepartum. Meskipun demikian berdasarkan
peneitian oleh Chen menunjukkan bahwa ISK rekuren adalah penyebab utama
PROM.
Total 92 pasien merupakan ibu rumah tangga, 24 orang bekerja, dan
sisanya 4 orang adalah seorang pelajar. Hasil penelitian ini sesuai degan
penelitian oleh Mayles et al. Hasil pemeriksaan vulva pada penelitian ini
menunjukkan 107 pasien dengan hasil normal dan 14 pasien sisanya abnormal.
Hasil pemeriksaan serviks didapatkan 110 pasien dalam batas normal dan 10
orang sisanya abnormal, dimana hasil ini sesuai dengan penelitian oleh Park J.S.
E. Kesimpulan
PROM adalah salah satu komplikasi yang dapat terjadi pada kehamilan.
Kebanyakan peyebabnya tidak diketahui yang diikuti oleh riwayat PROM
sebelumnya. Kejadian terbanyak dialami oleh ibu rumah tangga, dan pada
kelompok umur 20-30 tahun.
II. TELAAH JURNAL

Komponen Telaah
Pendahuluan
Penelitian ini menggunakan jumlah sampel berjumlah 120 pasien
yang terjadi KPD, sampel diminta mengisi kuisoner dan dilakukan
Data yang
pemeriksaan fisik inspekulo dan swab setelahnya di kemudian di
digunakan
letakan pada media agar berbeda. Data yang digunakan relevan
menjadi besaran
dengan tujuan penelitian untuk mengetehaui faktor resiko dari 120
masalah
pasien dg KPD yang paling dominan.

Masalah dengan Penelitian ini mencari faktor resiko pada pasien dg KPD akan
penelitian tetapi masalah penelitian sebelumnya tidak di paparkan oleh
sebelumnya? peneliti
Tujuan studi ini adalah untuk mencari faktro resiko yang paling
dominan pada 120 pasien dg KPD, tetapi pada penelitian ini untuk
Tujuan utama
mencari faktor resiko yang dominan penelitian ini tidak
penelitian
mempresentasikan semua kejadian KPD dg faktro resiko dominan
karena peneliti tidak mengikuti perjalanan pasien selama hamil
Hipotesis
Penelitian ini tidak mencantumkan hipotesis penelitian
penelitian
Metode
Desain Desain penelitian yang digunakan:
penelitian Peneliti tidak mencantumkan desain penelitian
Lokasi, tanggal saat saat merekrut peserta penelitian, follow
Setting up, dan pengumpulan data:
Peneliti tidak mencantumkan
Kriteria pemilihan peserta penelitian, sumber, dan metode
Subjek
seleksi:
penelitian
Subjek penelitian ini dipilih berdasarkan kriteri inklusi dan kriteria
eksklusi
“Kriteria inklusi adalah mereka yang memenuhi konfirmasi usia
kehamilan dengan pemeriksaan ultrasonografi sebelum 24 minggu
kehamilan. Kriteria eksklusi adalah: 1. Pasien dengan kehamilan
ganda, 2. Pasien yang mengalami kontraksi uterus, 3. Pasien
dengan polihidramnion malpresentasi serviks inkompeten.”
Variabel yang digunakan dalam penelitian:
- Karakteristik pasien (usia, pekerjaan, gravida, paritas, dan
Variabel jumlah abortus yang pernah dialami oleh pasien)
- Penyebab pecahnya ketuban
- Hasil pemeriksaan vulva dan serviks vagina
Sumber data pada setiap variabel, cara menentukan dan
mengukur variabel:
- Karakteristik pasien : berdasarkan pengisian kuisoner
Sumber data
- Penyebab pecahnya ketuban: berdasarkan pengisian kuisoner
- Hasil pemeriksaan vulva dan serviks vagina: swab dari
endoserviks dan fornix vagina posterior
Upaya untuk mengatasi bias:
Bias
Peneliti tidak mencantumkan
Alat untuk mengumpulkan data:
Menggunakan kuisoner, hasil pemeriksaan fisik, dan swab dari
Ukuran endoserviks dan fornix vagina posterior “Semua pasien diminta
penelitian mengisi kuesioner, dilakukan pemeriksaan fisik, pemeriksaan
spekulum cusco steril, dan mengumpulkan swab dari endoserviks
dan fornix vagina posterior dari semua peserta penelitian.”
Menjelaskan berapa jumlah sampel, dan bagaimana
mendapatkan jumlah sampel tersebut:
Jumlah sampel
Peneliti mencantumkan sampel penelitian ini adalah 120 pasien
dengan premature rupture of membranes (PROM) atau ketuban
pecah dini. Peneliti menjelaskan bagaimana peneliti mendapatkan
angka tersebut dalam isi jurnal.
Metode statistik yang digunakan:
Dengan metode chi square
“Peneliti mencantumkan metode statistik yang digunakan pada
Metode statistic
penelitian ini. Hasil yang diperoleh ditabulasikan dan dianalisis
statistik dengan menggunakan uji chi square. Nilai P<0,05
dianggap signifikan.”
Hasil
Bagaimana alur penelitian yang menggambarkan peserta
Peserta
penelitian, apakah ada yang drop out dan loss follow up?:
penelitian
Peneliti tidak mencantumkan
Memberikan deskripsi mengenai karakterikstik peserta
penelitian:
Karakteristik pasien dideskripsikan berdasarkan usia, pekerjaan,
Data deskriptif gravida, paritas, dan jumlah abortus yang pernah dialami oleh
pasien
Jumlah missing adta pada setiap variabel:
Peneliti tidak mencantukan
Jumlah hasil penelitian:
“Dari 120 pasien 11 dengan usia kurang dari 18 tahun, 65 di
kelompok dengan usia 19-29 tahun, 35 berusia 30-40 tahun dan 9
berusia di atas 40 tahun.”
Hasil data “Primi gravida adalah 52% dan nulipara 56%. 105 pasien
penelitian menunjukkan tidak ada riwayat aborsi, 9 adalah pernah
mengalami keguguran 1 kali, 4 adalah adalah pernah mengalami
keguguran 2 kali, dan 2 adalah pernah mengalami keguguran 3
kali.”
“Tidak diketahui penyebabnya (54), riwayat PROM sebelumnya
(28), ISK berulang (18), gatal (6), polihidramnion (5),
kebohongan yang tidak stabil (5), dan perdarahan antepartum (4)”
“92 ibu rumah tangga, 24 pekerja, dan 4 orang siswa.”
Pemeriksaan vulva normal pada107 pasien dan abnormal pada 13
pasien. Pemeriksaan vaginanormal pada 106 pasien dan abnormal
Main result pada 14 pasien. Pemeriksaan serviksnormal pada 110 pasien dan
abnormal pada 10 pasienpasien. Perbedaannya signifikan
(P<0,05).
Analisis yang lain:
Analisis lain
Peneliti tidak mencantumkan
Diskusi dan Kesimpulan
Kata kunci Sudah baik karena mengandung penjelasan mengenai hasil
penelitian dengan tujuan penelitian.
“Penelitian ini dilakukan di departemen Obstetri dan Ginekologi
untuk menentukan factor risiko PROM. Dalam penelitian ini dari
120 pasien terdapat 11 orang yang berusia kurang dari 18 tahun,
65 orang pada kelompok usia 19-29 tahun, 35 orang berada pada
usia 30-40 tahun, dan 9 orang di atasusia 40 tahun.”
Keterbatasan Peneliti tidak mencantumkan keterbatasan dari penelitian yang
penelitian telah dilakukan.
Interpretasi Penulis telah mencantumkan hasilyang juga dibandingkan dengan
penelitian-penelitian sebelumnya meski demikian penulis tidak
menjelaskan persamaan dan perbedaan dengan penelitian
sebelumnya secara lebih rinci. Penulis juga tidak mejelaskan
signifikansi dari hasil penelitian yang didapatkan dari analisis
data.

“Hasil kami sesuai dengan penelitian oleh Parry S et al.”


“Meskipun demikian berdasarkan peneitian oleh Chen
menunjukkan bahwa ISK rekuren adalah penyebab utama
PROM.”
Generalisasi Penelitian tidak dapat digeneralisasikan karena factor sistematik
eror yang diantaranya:
1. Penulis tidak menjelaskan populasi tempat pelaksaanaan
penelitian,
2. Pemilihan metode analisis uji hipotesis dimana peneliti
menggunakan uji chi-square, sedangkan pada penelitian tidak
terdapat kelompok control sebagai pembanding
III. TINJAUAN PUSTAKA

A. KETUBAN PECAH DINI


1. Definisi
Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya selaput
ketubansebelum terjadinya persalinan. Ketuban pecah dini dapat terjadi pada
atau setelahusia gestasi 37 minggu dan disebut KPD aterm atau premature
rupture of membranes (PROM) dan sebelum usia gestasi 37 minggu atau KPD
preterm atau pretermpremature rupture of membranes (PPROM) (Cunningham
et al., 2014; POGI, 2016).
2. Klasifikasi
a. KPD preterm
Ketuban pecah dini preterm adalah pecah ketuban yang
terbuktidengan vaginal pooling, tes nitrazin dan, tes fern atau IGFBP-1 (+)
pada usia<37minggu sebelum onset persalinan. KPD sangat preterm adalah
pecah ketuban saatumur kehamilan ibu antara 24 sampai kurang dari 34
minggu, sedangkan KPDpreterm saat umur kehamilan ibu antara 34 minggu
sampai kurang 37 minggu.Definisi preterm bervariasi pada berbagai
kepustakaan, namun yang paling diterimadan tersering digunakan adalah
persalinan kurang dari 37 minggu (POGI, 2016).
b. KPD pada kehamilan aterm
Ketuban pecah dini/ premature rupture of membranes (PROM)
adalah pecahnyaketuban sebelum waktunya yang terbukti dengan vaginal
pooling, tes nitrazin dan tesfern (+), IGFBP-1 (+) pada usia kehamilan ≥ 37
minggu (POGI, 2016).
PROM dibagi menjadi dua (Gahwagi, 2015):
a. Early PROM
Ketuban pecah dini yang kejadiannya kurang dari 12 jam
b. Prolonged PROM
Ketuban pecah dini yang kejadiannya lebih dari sama dengan dari 12 jam
3. Etiologi
Ketuban pecah dini berhubungan denganbeberapa komplikasi kehamilan
(yaitu, kehamilan yang disebabkanhipertensi), terutama dalam kondisi yang
meningkatkan distensi uterus (misal janin multipel,dan hidramnion) atau
tekanan (misal trauma tumpul uterus,dan penggunaan kokain), atau membatasi
ekspansi (misal malformasi uterus).Ini juga terkait dengan serviks inkompeten,
dan amniosentesis (Pedro, 2013).
Penelitian-penelitian yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa bukti
infeksi dalam waktu 12 jamketuban pecah dini menunjukkan adanya infeksi
asenden, sedangkan bukti infeksisetelah 72 jam menunjukkan infeksi yang
dihasilkan dari ketuban pecah dini.Beberapa faktor yang menyebabkan infeksi
berasal dari endogen (yaitu, pada chorion-desidual interphase), sedangkan yang
lain mungkin eksogen (yaitu, produk bakteri) (Pedro, 2013).
4. Epidemiologi
Insiden PROM adalah 9,8%. Insiden PROM secara signifikan tinggi di
primigravida (37%).Insiden maksimumnya adalah antara 20-25 tahun (43%).
PPROM terjadi pada terjadi pada sekitar 2-3% dari semua kehamilan tunggal
dan 7,4% dari kehamilan kembar. Kejadian KPD preterm berhubungan dengan
peningkatan morbiditas dan mortalitas maternal maupun perinatal. Sekitar 1/3
dari perempuan yang mengalami KPD preterm akan mengalami infeksi yang
berpotensi berat, bahkan fetus/neonatus akan berada pada risiko morbiditas dan
mortalitas terkait KPD preterm yang lebih besar dibanding ibunya, hingga
47,9% bayi mengalami kematian. Dari 100 kasus, 22 janin mengalami kematian
perinatal 14,6%; 32 janin menderita asfiksia, dan tersisa 46 janin normal
(Kiranmaie, 2016; Mercer, 1993; POGI, 2016; Caughey, 2008).

Persalinan prematur dengan potensi masalah yang muncul, infeksi


perinatal, dan kompresi tali pusat in utero merupakan komplikasi yang umum
terjadi.Insiden PROM yang dapat secara signifikan mempengaruhi ibu dan janin
dapat dikurangi dengan skrining dini, antenatal care yang memadai, perbaikan
kondisi umum ibu dan pengobatan komplikasi yang terkait (Kiranmaie, 2016;
Mercer, 1993; POGI, 2016).
5. Faktor risiko
Faktor risiko dikaitkan dengan PROM antara lain (Gahwagi, 2015):
a. Pasien berkulit hitam dibandingkan dengan pasien kulit putih
b. Peingkatanberatbadanibu,
c. Anemia,
d. Diabetes melitus,
e. Riwayatmelahirkan prematur sebelumnya,
f. Perdarahan antepaartum, atau
g. Perokok,
h. Riwayat infeksi menular seksual,
i. Distensi uterus (misalnya, malpresentasi, polihidramnion, kehamilan multifetal)
j. Serviksinkompeten
k. Trauma pada abdomen
6. Patofisiologi
Kemungkinan penyebab dari PROM termasuk cacat ketuban lokal, infeksi
vagina, serviks atau intraamniotik terutama untuk kolonisasi streptokokus grup B,
insufisiensi serviks, polihidramnion, kehamilan multipel, abrupsi plasenta, plasenta
previa, trauma, merokok, sertadefisiensi zink dan tembaga. Mekanisme terjainya PROM
tidak sepenuhnya dipahami meskipun telah dikaitkan dengan apoptosis seluler,
remodeling matriks ekstraseluler, dan peregangan fisik pada membrane janin
(Hasaneroğlu, 2014)
Kantung amnion terdiri dari membran dalam dan luar. Lapisan luar (korion)
dibentuk oleh trofoblas, sedangkan lapisan bagian dalam (amnion) dibentuk oleh
embrioblas. Sebagai organ metabolik, kantung amnion mempunyai fungsi produksi dan
resorpsi cairan amion. Epitel amniotik, ginjal janin dan paru-paru janin menghasilkan
cairan ketuban, sedangkan resorpsi terjadi melalui kantung amnion dan sistem
gastrointestinal ketika janin meminum cairan amion (Mohr, 2018).
Alasan pecahnya membran dikarenakan penurunan resistensi amnion. Dimulai
pada usia kehamilan 20 minggu, sintesis kolagen yang lebih rendah (pengurangan
kolagen-mRNA) dan penurunan produksi enzim penstabilisasi kolagen, seperti
lysyloxidase. Mekanisme lain adalah peningkatan destruksi kolagen oleh matriks
metalloproteinase spesifik (MMPs), terutama MMP-1, -8 dan -9 yang kemudian mengikat
inhibitor jaringan khusus (TIMP). Selama kehamilan normal terdapat keseimbangan
TIMPs dan MMPs, sehingga menstabilkan membran. berbeda pada kondisi lain seperti
korioamnionitis yang menyebabkan ketidakseimbangan terhadap matriks
metalloproteinase, dan kemudian meningkatkan hasil kolagenolisis dalam penghancuran
amnion, sehingga mengurangi resistensi membran (Mohr, 2018).
Mekanisme lain terjadinya PROM adalah karena tekanan mekanis yang pada
membran, misalnya selama persalinan, kehamilan kembar, atau polihidramnion.
Peregangan berlebihan mengakibatkan penipisan membaran yang membuat lebih rentan
rupture. Respons mekanis dari membran janin adalah kombinasi dari respon mekanis
komponen korion dan amnion. Toppozada dkk. menunjukkan bahwa kontraksi spesifik
yang menyebabkan pecahnya membran jarang merupakan kontraksi paling kuat yang
pernah dialami hingga saat itu. Mereka berpendapat bahwa kontraksi sebelumnya
melemahkan membran sehingga kemudian memberi jalan dengan kekuatan yang lebih
sedikit (Hasaneroğlu, 2014)
Patofisiologi infeksi yang menyebabkan PPROM dianggap karena produksi
prostaglandin dan enzim pengurai matriksmelalui endotoksin mikroba dan sitokin
proinflamasi (misalnya IL8, IL1β, TNFα) yang, pada gilirannya, dilepaskan setelah
pengikatan mikroorganisme ke reseptor reseptor pengenalan (misalnya toll-like
reseptor).7 Hal ini menyebabkan peningkatan metalloproteinase, yang bertanggung
jawab untuk degradasi kolagen, penurunan daya tarikan membran dan menyebabkan
ruptur.Beberapa organisme yang umumnya ada di flora vagina, termasuk kelompok Ecoli,
B streptococci, Staphylococcus aureus dan mikroorganisme yang menyebabkan Bacterial
Vaginosis, mengeluarkan protease yang menurunkan kolagen dan melemahkan selaput
janin yang menyebabkan PROM (Shivaraju, 2015).
7. Diagnosis
Penilaian awal dari ibu hamil yang datang dengan keluhan ketuban pecah dini
meliputi 3 hal, yaitu konfirmasi diagnosis, konfirmasi usia kehamilan, dan
penilaian kesejahteraan maternal dan fetal (POGI, 2016).
A. Anamnesis dan pemeriksaan fisik
Dari anamnesis perlu diketahui waktu dan kuantitas dari cairan yang
keluar, usia kehamilan, taksiaran persalinan, riwayat KPD sebelumnya, dan
faktor-faktor risiko lainnya. Pemeriksaan dalam dengan vaginal toucher
perlu dihindari untuk mengurangi risiko infeksi. Jika memang sangat
diperlukan, dapat dilakukan pemeriksaan inspekulo untuk melihat kondisi
servikovaginal dan sekaligus mengambil sampel untuk kultur cairan vagina.
Pemeriksaan spekulum steril digunakan untuk menilai adanya servisitis,
prolaps tali pusat, atau prolaps bagian terbawah janin (pada presentasi
bukan kepala), menilai dilatasi dan pendataranserviks, mendapatkan sampel
dan diagnosis KPD secara visual (Cunningham, 2014).
Jika cairan amnion jelas terlihat mengalir dari serviks, tidak
diperlukan lagi pemeriksaan lainnya untuk mengkonfirmasi diagnosis. Jika
diagnosis tidak dapat dikonfirmasi, dapat dilakukan tes pH dari forniks
posterior vagina (pH cairan amnion biasanya 7,1-7,3 sedangkan pH sekret
vagina 4,5-6).
B. Pemeriksaan USG
Pemeriksaan USG dapat berguna untuk melengkapi diagnosis untuk menilai
indeks cairan amnion. Jika didapatkan volume cairan amnion atau indeks
cairan amnion yang berkurang tanpa adanya abnormalitas ginjal janin dan
tidak adanya pertumbuhan janin terhambat maka kecurigaan akan ketuban
pecah dini sangat besar, walaupun normalnya volume cairan amnion tidak
menyingkirkan diagnosis (POGI, 2016).
C. Pemeriksaan Laboratorium
Jika diagnosis KPD masih belum jelas setelah menjalani pemeriksaan fisik,
dapat dilakukan beberapa pemeriksaan yaitu (Mercer, 2003; POGI, 2016):
1) Nitrazine test, yaitu sebuah pemeriksaan dengan menggunakan kertas
lakmus yang dimasukkan ke dalam vagina. Jika pH dalam vagina naik
(basa), lakmus merah akan berubah menjadi biru, maka nitrazine test
positif. Nitrazine test bias positif palsu jika terdapat darah, semen,
antiseptik alkalis atau adanya bacterial vaginosis. Kadar pH vagina
perempuan hamil sekitar 4,5, dan jika ada cairan ketuban akan naik
menjadi 7,1 – 7,3.
2) Uji fern, yaitu dengan cara mengambil mucus serviks dan dikeringkan
di gelas objek untuk selanjutnya diamati dengan mikroskop pembesaran
rendah. Adanya gambaran seperti daun pakismenunjukkan uji fern
positif. Uji ini digunakan sebagai uji konfirmasi nitrazine test. Sampel
diambil di fornix posterior atau fornix lateral untuk menghindari mucus
serviks, yang juga mungkin memberikan hasilpositifpalsu

Gambar 9. Hasil uji fern positif

8. Tatalaksana
Komplikasi perinatal berubah secara signifkan seiring dengan
meningkatnya usia kehamilan. Terdapat beberapa konsensus dasar mengenai
manajemen dasar PPROM. Yaitu: 1) Usia kehamilan harus ditetapkan atas dasar
riwayat klinis (HPHT dan pemeriksaan USG; 2) Ibu dengan PROM harus
dievaluasi untuk kemungkinan adanya kemajuan persalinan, korioamnionitis,
solusio plasenta dan infeksi intrauterine; 3) Ibu dengan infeksi HSV atau HIV
tidak boleh diterapi secara konservatif. 4) Profilaksis terhadap infeksi
streptokokus grup B direkomendasikan pada gravida dengan persalinan preterm,
kecuali sudah didapatkan hasil kultur negatif. 5) Jika terapi ekspektatif atau
konserfatif akan dilakukan, sebainya pasien dirujuk ke Rumah Sakit dengan
fasilitas yang mencukupi. Terdapat dua manajemen dalam penatalaksanaan
KPD, yaitu manajemen aktif dan konserfatif. Manajemen konserfatif adalah
penanganan dengan pendekatan tanpa intervensi, sementara manajemen aktif
melibatkan klinisi untuk lebih aktif mengintervensi persalinan (Cunningham et
al., 2014, POGI, 2016).
Gambar 10. Algoritma tatalaksana pada ketuban pecah dini (Mercer, 2003)
A. Konservatif
Sampai saat ini, belum ada pendekatan terapi yang terbukti lebih
superior untuk meningkatan hasil perinatal. Risiko terapi konservatif
antara lain adalah kelainan neurologis pada bayi, oligohidramnion dan
infeksi (Cunningham, 2014).
1) Korioamnionitis
Korioamnionitis sangat berisiko untuk terjadi pada ibu dengan
ketuban pecah dini lama. Jika koriamnionitis terjadi, maka perlu
dinilai kematangan serviks untuk persiapan persalinan pervaginam.

Selain itu,perlu dinilai suhu (>38o C), leukositosis, fetal takikardia,

nyeri uterus, dan discharge vaginal tidak berbau. Ibu hamil dengan
korioamnionitis memiliki risiko untuk terjadi sepsis, sindrom
distress respirasi, kejang onset akut, perdarahan intraventrikuler
dan periventricular leukomalasia (Cunningham, 2014).

Gambar 11. Angka morbiditas akut janin berdasarkan usia kehamilan

Gambar 12. Angka morbiditas kronik janin berdasarkan usia kehamilan


2) Antibiotik
Pemberian antibiotik memberikan beberapa manfaat, antara lain
adalah sebagai berikut: 1) Penurunan angka korioamnionitis, 2)
Penurunan angka sepsis, 3) Peningkatan usia kehamilan lebih dari 7
hari. 4) Penurunan kejadian sindrom distress respirasi, enterocolitis
nekrotikans, dan permsalahan yang lebih kompleks (Cunningham,
2014).

3) Kortikosteroid
Kortikosteroid digunakan untuk mempercepat pematangan paru.
Jumlah pemberian yang direkomendasikan adalah sebanyak satu seri
pada usia kehamilan 24-32 minggu. Sampai saat ini, belum ada
konsensus untuk usia kehamilan 32-34 minggu dan koprtikosteroid
tidak direkomendasikan pada usia kehamilan di bawah 24 minggu
(Cunningham, 2014). Berikut ini adalah tatalaksana yang
direkomendasikan pada persalinan dengan ketuban pecah dini
(Cunningham, 2014):

4) Usia kehamilan kurang dari 24 minggu


a. Konseling pasien
b. Terapi konservatif (ekspektatif) atau induksi persalinan
c. Antibiotic jika tidak ada kontraindikasi
d. Antibiotic Profilaksis untuk streptokokus grup B
e. Kortikosteroid satu seri

5) Usia kehamilan 24 minggu sampai genap 31 minggu


a. Terapi konservatif (ekspektatif)
b. Antibiotik jika tidak ada kontraindikasi
c. Antibiotic Profilaksis untuk streptokokus grup B
d. Kortikosteroid satu seri
e. Tokolitik
6) Usia kehamilan 32 minggu sampai genap 33 minggu
a. Terapi konservatif (ekspektatif), kecuali jika diketahui sudah
terjadi pematangan paru
b. Antibiotic jika tidak ada kontraindikasi
c. Antibiotic Profilaksis untuk streptokokus grup B
d. Kortikosteroid

7) Usia kehamilan lebih dari 34 minggu


a. Persiapkan persalinan, biasanya dengan induksi persalinan
b. Antibiotic profilaksis streptokokus grup B
B. Aktif
Pada kehamilan >37 minggu, dan skor bishop kurang dari 5,
lakukan pematangan serviks dengan misoprostol 25 mikrogram
pervaginam setiap 6 jam maksimal 4 kali. Jika skor bishop lebih dari 5,
induksi dengan drip oksitosin 5 IU mulai 8 tpm, ditingkatkan sebanyak 4
tpm setiap 15 menit, maksimal 20 tpm. Jika gagal, dilakukan seksio
sesaria. Jika ada tanda-tanda infeksi, berikan antibiotik dosis tinggi dan
akhiri persalinan (Cunningham, 2014).
1. Komplikasi (Prawirohardjo, 2013; POGI, 2016)
a. Infeksi maternal (endomyometritis, korioamnionitis, sepsis)
b. Persalinan preterm
c. Oligohidramnion
d. Infeksi neonatal
e. Hipoksia janin karena kompresi tali pusat
f. Deformitas janin
g. Sindrom distress pernapasan
h. Perdarahan intraventrikel
i. Gangguan neurologi janin
9. Komplikasi
a. Komplikasi ibu
Komplikasi pada ibu yang terjadi biasanya berupa infeksi
intrauterin.Infeksi tersebut dapat berupa endomiometritis, maupun
korioamnionitis yangberujung pada sepsis. Pada sebuah penelitian,
didapatkan 6,8% ibu hamil dengan KPD mengalami endomiometritis
purpural, 1,2% mengalami sepsis, namun tidak ada yang meninggal dunia
(POGI, 2016).
b. Komplikasi janin
Salah satu komplikasi yang paling sering terjadi adalah persalinan
lebih awal. Periode laten adalah masa dari pecahnya selaput amnion sampai
persalinan. Sebuah studi besar pada pasien aterm menunjukkan bahwa 95%
pasien akan mengalami persalinan dalam 1 hari sesudah kejadian KPD.
Sedangkan analisis terhadap studi yang mengevaluasi pasien dengan preterm
dengan sebanyak 22% memiliki periode laten 4 minggu. Bila KPD terjadi
sangat cepat, neonatus yang lahir hidup dapat mengalami sekuele seperti
malpresentasi, kompresi tali pusat, oligohidramnion, necrotizing
enterocolitis, gangguan neurologi, perdarahan intraventrikel, dan sindrom
distress pernapasan (Medina, 2006; POGI, 2016).
DAFTAR PUSTAKA

Abe T. Detection of rupture of fetal membranes with Nitrazine indicator. Am J


Obstet Gynecol. 1940;39:400–4.

Brosens I, Gordon H. The cytological diagnosis of ruptured membranes using Nile


Blue Sulphate staining. J Obstet Gynaecol Br Commonw. 1965;72:342–6.

Baptisti A. Chemical test for determinationof ruptured membranes. Am J Obstet


Gynecol. 1938;35:688–90.

Chen FCK, Dudenhausen JW. The physiology of fetal membrane rupture: insight
gained from the determination of physical properties. Placenta. 2006;27:1037–
51.

Caughey, A.B., Robinson, J.N., Norwitz, E.R. 2008. Contemporary diagnosis and
management of preterm premature rupture of membranes. Rev Obstet Gynecol.
1(1):11-22.

Cunningham, F. G., et al. 2012. Williams Gynaecology. New York : McGraw Hill.

Cunningham, F. G., et al. 2014. Williams Obstetrics 24thEdition. New York:


McGraw Hill.

Duff P. Premature rupture of the membranes in term patients. Semin Perinatol.


1996;20:401–11.

Gahwagi, M.M.M, Busarira, M.O. and Atia, M. 2015. Premature Rupture of


Membrane Characteristics, Determinants, and Outcomes of in Benghazi,
Libya. Open Journal of Obstetrics and Gynecology, 5, 494-504.

Hasaneroğlu, Murat Bakacak, Mehmet Sühhabostancı, Eminesedagü-vendağgüven,


Rukset Attar, Özgekızılkale, Gaziyıldırım&Agahan Han. Relationship between
Premature Rupture of Membranes and Collagen Amount in Chorioamnionic
Membranes in Term Pregnancy. 2014. Global Journal of Medical research: E
Gynecology and Obstetrics: Volume 14 Issue 2
Hannah ME, Ohlsson A, Farine D, Hewson SA, Hodnett ED, Myhr TL, et al.
Induction of labour compared with expectant management for prelabor rupture
of the membranes at term–TERMPROM Study Group. N Engl J Med.
1996;334:1005–10.

King AG. The determination of rupture of membranes. AmJ Obstet Gynecol.


1935;30:860–2
Medina, T.M., Hill, D.A. 2006. Preterm Premature Rupture of Membranes:
Diagnosisand Management. Am Fam Physician. 73(4):659-664.

Mercer, B.M., Crocker, L.G., Pierce, W.F., Sibai, B.M. 1993.Clinical characteristics
andoutcome of twin gestation complicated by preterm premature rupture of the
membranes.Am J Obstet Gynecol. 168(5):1467-73.

Mohr, T., M. Bolz, Rostock, J. Siemer, dan Mannheim. 2018. Premature rupture of
the membranes. GynakolGeburtsmedGynakolEndokrinol: 5(1):28–36.

Myles TD, Espinoza R, Meyer W, Bieniarz A. Preterm premature rupture of


membranes: comparison between twin and singleton gestations. J Matern Fetal
Neonat Med. 1997;6:159–63.

Pedro, A., Poma, M.D., Chicago, Illinois. 2013. Premature Rupture of Membranes.
Journal of the National Medical Association. 88(1): 27-32.

POGI (Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia). 2016. Ketuban Pecah Dini.
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran. Himpunan Kedokteran
Fetomaternal.

Parry S, Strauss JF. Premature rupture of the fetal membranes. N Engl J Med.
1998;338:663–70.

Rukset Attar, Özgekızılkale, Gaziyıldırım&Agahan Han. Relationship between


Premature Rupture of Membranes and Collagen Amount in Chorioamnionic
Membranes in Term

Shivaraju, P., PurraP, BheemaganiN, Lingegowda K. Vaginal infections and its


relation to preterm labour, PPROM, PROM and its outcome. Int J
ReprodContraceptObstetGynecol 2015;4:1422-6
Yoon BH, Romero R, Moon JB, Oh SY, Kim JC, et al. The relationship between
oligohydramnios and the onset of preterm labor in preterm premature rupture
of membranes. Am J Obstet Gynecol. 2001;184:459–62

Mohr, T., M. Bolz, Rostock, J. Siemer, dan Mannheim. 2018. Premature rupture of the
membranes. GynakolGeburtsmedGynakolEndokrinol: 5(1):28–36.

You might also like