You are on page 1of 27

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah asuhan keperawatan pada pasien atelektasis .Makalah ini telah saya susun
dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan
tangan terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ini.Akhir kata saya berharap semoga makalah system
pencernaan ini dapat memberikan manfaatdan diaplikasikan dalam kegiatan
keperawatan .

Penyusun

Page 1
DAFTAR ISI

Kata pengantar …………………………… 1


Daftar isi …………………………… 2
Bab I pendahuluan …………………………… 3
- Latar belakang
- Tujuan
- Manfaat
Bab II pembahasan teori …………………………. 4-12
- Pengertian
- Etiologi
- Anatomi fisologi
- Patofisiologi
- Manifisien klinis
- Penatalaksaan
- Pemeriksaan penunjang
- Pencegahan
- Macam-macam atelektatis
Bab III tinjauan kasus ……………………………….. 13-25
- Pengkajian
- Diagnose keperawatan
- Intervensi
- Implementasi
- Evaluasi
Bab IV penutup ……………………………. 26
- Kesimpulan
Daftar Pustaka …………………………… 27

Page 2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Atelektasis adalah istilah yang berarti “pengembangan paru-paru yang tidak sempurna” dan
menerangkan arti bahwa alveolus pada bagian paru-paru yang terserang tidak mengandung udara
dan kollaps. Atelektasis adalah pengkerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat penyumbatan
saluran udara( bronkus maupun bronkeolus ) atau akibat pernafasan yang sangat dangkal.
Atelektasis berkenaan dengan kolaps dari bagian paru. Kolaps ini dapat meliputi subsegmen paru
atau seluruh paru. Atelektasis dapat terjadi pada wanita atau pria dan dapat terjadi pada semua
ras. Atelektasis lebih sering terjadi pada anak yang lebih muda daripada anak yang lebih tua dan
remaja.
Stenosis dengan penyumbatan efektif dari suatu bronkus lobar mengakibatkan atelektasis (atau
kolaps) dari suatu lobus, dan radiograf akan menunjukkan suatu bayangan yang homogen dengan
tanda pengempisan lobus. Secara patologik, hampir selalu ada pula kelainan-kelainan lain di
samping tidak adanya udara daripada lobus dan posisi yang disebabkannya daripada dinding-
dinding alveolar dan bronkhiolar.
Gangguan pada system pernapasan merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas. Hal
ini dapat disebabkan oleh karena kelainan paru bawaan atau congenital, infeksi pada saluran
pernapasan sering terjadi dibandingkan dengan infeksi pada system organ tubuh lain.

1.2 Tujuan

Tujuan Umun
 Untuk mempelajari tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan Atelektasis.

Tujuan Khusus
 Mengetahui kosep dasar teoritis penyakit Atelektasis..
 Untuk mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan pada klien dengan Atelektasis, yang
meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, dan intervensi.
 Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan Atelektasis, yang meliputi
pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi.

1.3. Manfaat
 Dalam pembuatan makalah ini, diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
keterampilan kelompok dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan
Atelektasis.
 Menambah pengetahuan dan wawasan bagi semua pembaca tentang asuhan keperawatan
pada klien dengan Atelektasis.

Page 3
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Definisi Atelektasis

Atelektasis adalah suatu keadaan paru atau sebagian paru yang mengalami hambatan
berkembang secara sempurna sehingga aerasi paru berkembang atau sama sekali tidak terisi
udara. Atelektasis adalah penyakit restriktif akut yang umum terjadi, mencakup kolaps jaringan
paru atau unit fungsional paru. Atelektasis merupakan masalah umum klien pascaoperasi.

Ateletaksis adalah ekspansi yang tidak sempurna paru saat lahir (ateletaksis neokatorum) atau
kolaps sebelum alveoli berkembang sempurna, yang biasanya terdapat pada dewasa yaitu
ateletaksis didapat (acovired aeletacsis). Atelektasis (Atelectasis )adalah pengkerutan sebagian
atau seluruh paru-paru akibat penyumbatan saluran udara (bronkus maupun bronkiolus) atau
akibat pernafasan yang sangat dangkal.

2.2 Anatomi Fisiologi Saluran Nafas

Saluran pernapasan udara hingga mencapai paru-paru adalah hidung, faring, laring, trakea,
bronkus, dan bronkhiolus. Saluran dari bronkus sampai bronkiolus dilapisi oleh membran
mukosa yang bersilia. Udara mengalir dari faring menuju laring atau kotak suara, laring
merupakan rangkaian cincin tulang rawan yang dihubungkan oleh otot-otot dan mengandung pita
suara. Trakea disokong oleh cincin tulang rawan yang berbentuk seperti sepatu kuda yang
panjangnya kurang lebih 5 inci. Struktur trakea dan bronkus dianalogkan sebagai suatu pohon
dan oleh karena itu dinamakan pohon trakeobronkial. Bronkus terdiri dari bronkus kiri dan kanan
yang tidak simetris, bronkus kanan lebih pendek dan lebar dan merupakan kelanjutan dari trakea,
cabang utama bronkus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronkus lobaris dan bronkus
segmentalis, percabangan ini berjalan menuju terus menjadi bronkus yang ukurannya sangat
kecil sampai akhirnya menjadi bronkus terminalis yaitu saluran udara yang mengandung alveoli,
setelah bronkus terminalis terdapat asinus yaitu tempat pertukaran gas.

Paru-paru merupakan organ yang elastis, berbentuk kerucut, yang terletak dalam rongga dada
atau thorak. Kedua paru-paru saling berpisah oleh mediastinum sentral yang berisi jantung dan
beberapa pembuluh darah besar. Setiap paru-paru mempunyai apek dan basis. Pembuluh darah
paru-paru dan bronchial, saraf dan pembuluh darah limfe memasuki tiap paru-paru pada bagian
hilus dan membentuk akar paru-paru. Paru-paru kanan lebih besar daripada paru-paru kiri. Paru-
paru kanan dibagi tiga lobus oleh fisura interlobaris, paru-paru kiri dibagi dua lobus. Lobus-
lobus tersebut dibagi lagi menjadi beberapa segmen sesuai dengan segmen bronkusnya. Suatu
lapisan yang kontinu mengandung kolagen dan jaringan elastis dikenal sebagai pleura yang
melapisi rongga dada (pleura parietalis) dan menyelubungi setiap paru-paru (pleura vesiralis).

Page 4
Peredaran darah paru-paru berasal dari arteri bronkilais dan arteri pulmonalis. Sirkulasi bronchial
menyediakan darah teroksigenasi dari sirkulasi sistemik dan berfungsi memenuhi kebutuhan
metabolisme jaringan paru-paru. Arteri bronchial berasal dari aortatorakalis dan berjalan
sepanjang dinding posterior bronkus. Vena bronkialis yang besarmengalirkan darahnya ke dalam
sistem azigos, yang kemudian bermuara pada vena cava superior dan mengembalikan darah ke
atrium kanan. Vena bronkialis yang lebih kecil akan mengalirkan darah vena pulmonalis. Karena
sirkulasi bronchial tidak berperan pada pertukaran gas, darah yang tidak teroksigenasi
mengalami pirau sekitar 2 sampai 3% curah jantung. Arteri pulmonalis yang berasal dari
ventrikel kanan mengalirkan darah vena campuaran keparu-paru di mana darah tersebut
mengambil bagian dalam pertukaran gas. Jalinan kapiler paru-paru yang halus mengitari dan
menutupi alveolus, merupakan kontak erat yang diperlukan untuk proses pertukaran gas antara
alveolus dan darah. Darah yang teroksigenasi kemudian dikembalikan melalui vena
pulmonaliske ventrikel kiri, yang selanjutnya membagikan kepada sel-sel melalui sirkulasi
sistemik.

2.3 Etiologi

Sebab utama dari atelektasis adalah penyumbatan sebuah bronkus. Penyumbatan juga bisa terjadi
pada saluran pernafasan yang lebih kecil. Penyumbatan bisa disebabkan oleh adanya gumpalan
lendir, tumor atau benda asing yang terhisap ke dalam bronkus. Atau bronkus bisa tersumbat
oleh sesuatu yang menekan dari luar, seperti tumor atau pembesaran kelenjar getah bening.

Jika saluran pernafasan tersumbat, udara di dalam alveoli akan terserap ke dalam aliran darah
sehingga alveoli akan menciut dan memadat. Jaringan paru-paru yang mengkerut biasanya terisi
dengan sel darah, serum, lendir, dan kemudian akan mengalami infeksi.

Atelektasis merupakan suatu akibat dari kelainan paru yang dapat disebabkan:
 Bronkus tersumbat
penyumbatan bisa berasal didalam bronkus (tumor bronkus, benda asing, cairan sekresi yang
massif) dan penyumbatan bronkus akibat penengkanan dari luar bronkus akibat penengkanan
dari luar bronkus (tumor sekitar bronkus, kelenjar membesar).
 Tekanan ekstrapulmoner
Biasanya disebabkan oleh pneumothoraks, cairan pleura, peninggian diafragma, herniasi alat
perut kedalam rongga thoraks, dan tumor intra thoraks tepe ekstrapulmuner (tumor
mediastinum).
 Paralisis atau paresis gerak pernapasan,
akan menyebabkan perkembangan paru yang tidak sempurna, misalnya pada kasus poliomiolitis
dan kelainan neurologic lainya. Gerak nafas yang tergangu akan mempengaruhi kelancangan
pengeluaran secret bronkus dan ini menyebabkan penyumbatan bronkus yang berakhir
dengan memperberat keadaan atelektasis.

Page 5
 Hambatan gerak pernapasan
kelainan pleura atau trauma toraks yang menahan rasa sakit. Keadaan ini juga akan menghambat
pengeluaran secret bronkus yang dapat memperhebat terjadinya atelektasis.

2.4 Macam-macam Atelektasis

Berdasarkan Faktor yang Menimbulkan

1. Atelektasis Neonatorum

Banyak terjadi pada bayi prematur, di mana pusat pernapasan dalam otak tidak matur dan
gerakan pernapasan masih terbatas. Faktor pencetus termasuk komplikasi persalinan yang
menyebabkan hipoksia intrauter.

Pada autopsy, paru tampak kolaps, berwarna merah kebiruan, non crepitant, lembek dan alastis.
Yang khas paru ini tidak mampu mengembang di dalam air. Secara histologis, alveoli
mempunyai paru bayi, dengan ruang alveoli kecil yang seragam, dilapisi dindingin septa yang
tebal yang tampak kisut. Epitel kubis yang prominem melaposi rongga alveoli dan sering
terdapat edapan protein granular bercampur dengan debris amnion dan rongga udara. Atelektasi
neonatorum pada sistem, gawat napas, telah di bahas disebelumnya.

2. Atelektasis Acquired atau Didapat

Atelektasis pada dewasa, termasuk gangguan intratoraks yang menyebabkan kolaps dari ruang
udara, yang sebelumnya telah berkembang. Jadi terbagi atas atelektasis absorpsi, kompresi,
kontraksi dan bercak. Istilah ini banya menyangkut mechanisme dasar yang menyebabkan paru
kolaps atau pada distribusi dari perubahan tersebut.

 Altelektasis absorpsi terjadi jika saluran pernapasan sama sekali tersumbat sehingga
udara tidak dapat memasuki bagian distal parenkim. Udara yang telah tersedia secara
lambat laun memasuki aliran darah, disertai dengan kolapsnya alveoli. Tergantung dari
tingkat obstruksi saluran udara, seluruh paru, merupakan lobus yang lengkap, atau bercak
segmen dapat terlibat. Penyebab tersering dari kolaps absorbsi adalah abstruksi bronchus
oleh suatu sumbatan mucus. Hal ini sering terjadi pasca operasi. Asma bronchial,
bronkiektasis dan bronchitis akut serta kronis, dapat pula menyebabkan obstruksi akut
serta kronis. Dapat pula menyebabkan obstruksi akut serta kronis, dapat pula
menyebabkan obstruksi karena sumbatan bahan mukopurulen. Kadang-kadang obstruksi
disebabkan oleh aspirasi benda asing atau bekuan darah, terutama pada anak atau selama
operasi rongga mulut atau anestesi. Saluran udara dapat juga ter sumbat oleh tumor,
terutama karsinoma bronkogenik dengan pembesaran kelenjar getah bening (seperti pada
tuberculosis, contohnya) dan oleh aneurisma pembuluh darah.
 Atelektasis kompresi paling sering dihubungkan dengan penimbunan cairan darah atau
udara dalam kavum pleura, yang secara mekanis menyebabkan kolaps paru di

Page 6
sebelahnya. Ini adalah kejadian yang sering pada efusi pleura dari penyebab apa pun,
namun mungkin yang paling sering dihubungkan dengan hidrotoraks pada payah jantung
kongesti. Pneumotoraks dapat juga menyebabkan atelektasis kompresi pada penderita
dengan tirah baring dan penderita denan asites, atelaktasis basal menyebabkan posisi
diafragma yang lebih tinggi.
 Atelektasis kontraksi terjadi bila perubahan fibrosis pada paru dan pleura yang
menghambat ekspensi dan meningkatkan daya pegas pada ekspirasi.
 Atelektasis bercak bearti adanya daeah kecil-kecil dari kolaps paru, sepeti terjadi pada
obstruksi bronkioli yang multiple karena sekresi atau eksudat pada kedua sindrom gawat
napas orang dewasa dan bayi. Pada sebagian kecil kasus, atelektasis terjadi karena
patogenesis tertentu yang menyertai jelas pada dinding dada.

Atelektasis didapat (acquired) dapat akut atau kronis. Biasanya timbul karena sumbatan mucus
yang relatif akut, yang menjadi manifest karena mendadak timbul sesak napas. Memang
peristiwa sesak napas akut dalam 48 jam setelah satu prosedur pembedahan, hampir selalu
didiagnosis sebagai atelektasis. Yang penting adalah atelektasis dapat didiagnosis dini dan terjadi
reekspensi yang tepat dari paru yang terkena, karena perenkim yang kolaps amit peka terhadap
infeksi yang menunggagi. Atelektasis persisten segmen paru mungkin merupakan bagian penting
untuk terjadinya karsinoma bronkogenik yang diam-diam.

Berdasarkan luasnya atelektasis

 Massive atelectase, mengenai satu paru


 Satu lobus, percabangan main bronchus

Berdasarkan lokasi atelektasis

 Atelektasis lobaris bawah: bila terjadi dilobaris bawah paru kiri, maka akan tersembunyi
dibelakang bayangan jantung dan pada foto thorak PA hamya memperlihatkan diafragma
letak tinggi.
 Atelektasis lobaris tengah kanan (right middle lobe). Sering disebabkan peradangan atau
penekanan bronkus oleh kelenjar getah bening yang membesar.
 Atelektasis lobaris atas (upper lobe): memberikan bayangan densitas tinggi dengan tanda
penarikan fissure interlobaris ke atas dan trakea ke arah atelektasis.
 Atelektasis segmental: kadang-kadang sulit dikenal pada foto thoraj PA, maka perlu
pemotretan dengan posisi lain seperti lateral, miring (obligue), yang memperlihatkan
bagian uang terselubung dengan penarikan fissure interlobularis.
 Atelektasis lobularis (plate like/atelektasis local). Bila penyumbatan terjadi pada bronkus
kecil untuk sebagian segmen paru, maka akan terjadi bayangan horizontal tipis, biasanya
dilapangan paru bawah yang sering sulit dibedakan dengan proses fibrosis. Karena hanya
sebagian kecil paru terkena, maka biasanya tidak ada keluhan.

Page 7
 Atelektasis pada lobus atas paru kanan. Kolaps pada bagian ini meliputi bagian anterior,
superior dan medial. Pada foto thorak PA tergambarkan dengan fisura minor bagian
superior dan mendial yang mengalami pergeseran. Pada foto lateral, fisura mayor
bergerak ke depan, sedangkan fisura minor dapat juga mengalamai pergeseran ke arah
superior.

2.5 Patofisiologi Atelektasis

Setelah penyumbatan bronchial yang terjadi secara mendadak sirkulasi darah perifer akan
diserap oleh udara dari alveoli, yang akan menyebabkan terjadinya kegagalan pernapasan dan
penarikan kembali paru-paru dalam beberapa menit, hal ini tanpa desebabkan adanya infeksi.
Paru-paru akan menyusut secara komplek. Dalam tingkat awal, perfusi darah paru-paru akan
kekurangan udara yang menyebabkan hipoksemi arterial. Jika kapiler dan jaringan hipoksia
mengakibatkan timbulnya transudat berupa gas dan cairan serta udem paru. Pengeluaran
transudat dari alveoli dan sel merupakan pencegahan komplit kolaps dari atelektasis paru.
Daerah sekitar paru-paru yang mengalami udem kompensata sebagian akan kehilangan volume.
Bagaimanapun juga pada kasus kolaps yang luas diafragma mengalami paninggian, dinding dada
nyeri dan hal ini akan mempengaruhi perubahan letak hati dan mediastinum.

Sesak yang disebabkan merupakan variasi perubahan stimulus pusat respirasi dan kortek
serebral. Stimulus berasal dari kemoreseptor di mana terdapat daerah atelektasis yang luas yang
menyebabkan tekanan O2 kurang atau berasal dari paru-paru dan otot pernapasan, dimana paru-
paru kekurangan oksigen tidak terpenuhi dan penambahan kerja pernapasan. Kiranya aliran
darah pada daerah yang mengalami atelektasis berkurang. Tekanan CO2 biasanya normal atau
seharusnya turun sedikit dari sisa hiperventilasi parenkim paru-paru yang normal.

2.6 Manifestasi Klinis Atelektasis / Gejala Atelektasis


Atelektasis dapat terjadi secara perlahan dan hanya menyebabkan sesak nafas yang ringan.
Penderita sindroma lobus medialis mungkin tidak mengalami gejala sama sekali, walaupun
banyak yang menderita batuk-batuk pendek.
Gejalanya bisa berupa:
 gangguan pernafasan
 nyeri dada
 batuk
Jika disertai infeksi, bisa terjadi demam dan peningkatan denyut jantung, kadang-kadang sampai
terjadi syok (tekanan darah sangat rendah).
Gejala klinis sangat bervariasi, tergantung pada sebab dan luasnya atelektasis. Pada umumnya
atelektasis yang terjadi pada penyakit tuberculosis, limfoma, neoplasma, asma dan penyakit yang
disebabkan infeksi misalnya bronchitis, bronkopmeumonia, dan lain-lain jarang menimbulkan
gejala klinis yang jelas, kecuali jika ada obstruksi pada bronkus utama.

Page 8
Jika daerah atelektsis itu luas dan terjadi sangat cepat akan terjadi :
· dipsneu dengan pola pernapasan yang cepat dan dangkal,
· takikardi dan sering sianosis,
· napas tertinggal,
· temperatur yang tinggi, dan
· jika berlanjut akan menyebabkan penurunan kesadaran atau syok.
Pada palpasi didapatkan fremitus vokal melemah sampai menghilang. Pada perkusi pekak
dan mungkin pula normal bila terjadi emfisema kompensasi, batas jantung dan mediastinum
bergerak ke lateral/bergeser ke sisi yang sakit, dan letak diafragma meninggi.
Pada atelektasis yang luas, atelektasis yang melibatkan lebih dari satu lobus
· suara napas menurun,
· bising nafas akan melemah atau sama sekali tidak terdengar,
· biasanya didapatkan adanya perbedaan gerak dinding thoraks, gerak sela iga dan diafragma.
Atelektasis dapat terjadi secara perlahan dan hanya menyebabkan sesak nafas yang
ringan.Penderita sindroma lobus medialis mungkin tidak mengalami gejala sama sekali,
walaupun banyak yang menderita batuk-batuk pendek.
Jika disertai infeksi, bisa terjadi :
·
demam dan peningkatan denyut jantung,
·
kadang-kadang sampai terjadi syok (tekanan darah sangat rendah).

2.7 Pemeriksaan Penunjang


1) Pemeriksaan fisik :
- Pada tahap dini sulit diketahui.
- Ronchi basah, kasar dan nyaring.
- Hipersonor/timpani bila terdapat kavitas yang cukup dan pada auskultasi memberi suara
umforik.
- Atropi dan retraksi interkostal pada keadaan lanjut dan fibrosis.
- Bila mengenai Pleura terjadi efusi pleura (perkusi memberikan suara pekak)
2) Pemeriksaan Radiologi :
- Pada tahap dini tampak gambaran bercak-bercak seperti awan dengan batas tidak jelas.
- Pada kavitas bayangan berupa cincin.
- Pada Kalsifikasi tampak bayangan bercak-bercak padat dengan densitas tinggi.
3) Bronchografi : merupakan pemeriksaan khusus untuk melihat kerusakan bronchus atau
kerusakan paru karena TB.
4) Laboratorium :
- Darah : leukosit meninggi, LED meningkat
- Sputum : pada kultur ditemukan BTA
- Test Tuberkulin : Mantoux test (indurasi lebih dari 10-15 mm)

Page 9
Diagnosis biasanya ditegakkan berdasarkan klinis dan gambaran radiologis yang jelas dari
berkurangnya ukuran paru-paru (digambarkan dengan adanya penarikan tulang iga, peninggian
diafragma, penyimpangan dari trakea, jantung dan mediastinum dan sela lobus kehilangan udara, di
celah interlobus menjadi bergeser atau tidak pada tempatnya, dan densitas pada lobus menjadi lebih
opak, seperti pada bronkus, pembuluh darah kelenjar limfe menjadi tidak beraturan. Dan
pemeriksaan khusus misalnya dengan bronkoskopi dan bronkografi, dapat degan tepat menetukan
cabang bronkus yang tersumbat.
2.8 Penatalaksanaan Medis
Tujuan pengobatan adalah mengeluarkan dahak dari paru-paru dan kembali mengembangkan
jaringan paru yang terkena.

Tindakan yang biasa dilakukan :


a. Berbaring pada sisi paru-paru yang sehat sehingga paru-paru yang terkena kembali bisa
mengembang
b. Menghilangkan penyumbatan, baik melalui bronkoskopi maupun prosedur lainnya
c. Latihan menarik nafas dalam ( spirometri insentif )
d. Perkusi (menepuk-nepuk) dada untuk mengencerkan dahak
e. Postural drainase
f. Antibiotik diberikan untuk semua infeksi
g. Pengobatan tumor atau keadaan lainnya
h. Pada kasus tertentu, jika infeksinya bersifat menetap atau berulang, menyulitkan atau
menyebabkan perdarahan, maka biasanya bagian paru-paru yang terkena mungkin perlu
diangkat.
Setelah penyumbatan dihilangkan, secara bertahap biasanya paru-paru yang mengempis akan
kembali mengembang, dengan atau tanpa pembentukan jaringan parut ataupun kerusakan
lainnya.
Penatalaksaan Atelektasis meliputi langkah atau tindakan sebagai berikut:
1) Medis
a. Pemeriksaan bronkoskopi
b. Pemberian oksigenasi
c. Pemberian terapi simtomatis (anti sesak, bronkodilator, antibiotik dan kortikosteroid)
d. Fisioterafi (masase atau latihan pernapasan)\
e. Pemeriksaan bakteriologis
2) Keperawatan
a. Teknik batuk efektif
b. Pegaturan posisi secara teratur
c. Melakukan postural drainase dan perkusi dada
d. Melakukan pengawasan pemberian medikasi secara teratur

Page
10
2.9 Komplikasi
Pada pasien yang mengalami penyakit atelektasis sering kali dapat menimbulkan beberapa penyakit,
diantaranya:
a. Pneumothoraks
Pneumothoraks adalah adanya udara dalam rongga pleura di mana masukan udara ke dalam
rongga pleura, dapat dibedakan menjadi pneumothorak spontan, udara lingkungan keluar masuk
ke dalam rongga pleura melalui luka tusuk, misalnya udara melalui mediastinum yang
disebabkan oleh trauma.
b. Efusi pleura
Atelektasis yang berkepanjangan dapat menyebabkan penggantian jaringan paru yang terserang
dengan jaringan fibrosis dan juga atelektasis dapat menyebabkan pirau (jalan pengalihan)
intrapulmonal (perfusi ventilasi) dan bila meluas, dapat menyebabkan hipoksemia
c. Hypoxemia dan gagal napas
Bila keadaan atelektasis dimana paru tidak mengembang dalam waktu yang cukup lama dan
tidak terjadi perfusi ke jaringan sekitar yang cukup maka dapat terjadi hypoxemia hingga gagal
napas. Bila paru yang masih sehat tidak dapat melakukan kompensasi dan keadaan hipoksia
mudah terjadi pada obstruksi bronkus.
d. Sepsis
Hal ini dapat terjadi bila penyebab atelektasis itu sendiri adalah suatu proses infeksi, dan bila
keadaan terus berlanjut tanoa diobati maka mudah terjadi sepsis karena banyak pembuluh darah
di paru, namun bila keadaa segera ditangani keadaan sepsis jarang terjadi.
e. Bronkiektasis
Ketika paru paru kehilangan udara, bentuknya akan menjadi kaku dan mengakibatkan dyspnea,
jika obstruksi berlanjut dapat mengakibatkan fibrosis dan bronkiektasis.
2.10. Pencegahan
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya atelektasis :
1) Setelah menjalani pembedahan, penderita harus didorong untuk bernafas dalam, batuk teratur
dan kembali melakukan aktivitas secepat mungkin.
2) Meskipun perokok memiliki resiko lebih besar, tetapi resiko ini bisa diturunkan dengan
berhenti merokok dalam 6-8 minggu sebelum pembedahan.
3) Seseorang dengan kelainan dada atau keadaan neurologis yang menyebabkan pernafasan
dangkal dalam jangka lama, mungkin akan lebih baik bila menggunakan alat bantu mekanis
untuk membantu pernafasannya. Mesin ini akan menghasilkan tekanan terus-menerus ke paru-

Page
11
paru, sehingga meskipun pada akhir dari suatu pernafasan, saluran pernafasan tidak dapat
menciut.

Page
12
BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian
3.1.1 Data Biografi
Identitas Klien:
Nama : An. B
Umur : 8 th
Suku/bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan :-
Alamat : Jl.Harapan bojong , Bogor
Tanggal masuk RS : 22 febuari 2017
Tanggal Pengkajian : 23 febuari 2017

Keluarga Terdekat yang dapat dihubungi :


Nama/Umur : Tn E/ 30
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : karyawan swasta
Alamat : Jl . harapan bojong.bogor
Sumber Informasi : Pasien, keluarga.

3.1.2 Riwayat penyakit


1. Keluhan utama
sesak napas.
2. Riwayat kesehatan sekarang
Klien mengatakan dua hari sebelum masuk rumah sakit awalnya ia mengalami kehilangan
nafsu makan dan mual muntah, kemudian sesak nafas. Klien kemudian dibawa oleh

Page
13
keluarga ke RS terdekat.Sesampainya di RS klien langsung ditangan oleh dokter dan
perawat.
3. Riwayat kesehatan dahulu
Klien mengatakan bahwa ia sangat rentan terhadap virus influenza, oleh karena itu iya
sering mengalami influernza.
4. Riwayat Kesehatan keluarga
Klien mengatakan bahwa di dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit menurun.
3.1.3 Pemerikasaan Fisik
1. Keadaan umum :
Penampilan umum: Penampilan tidak baik, gaya bicara tidak terkoordinasi, bicara tidak
jelas
Kesadaran : composmentis
BB : 28 Kg
TB : 117 Cm
 Tanda-tanda vital :
TD : 100/80 mmHg
ND : 50/menit
RR : 14/menit
S : 36,5 °C
2. Kulit
Warna kulit : Warna kulit pucat
(sianosis,ikterus,pucat,eritema,dll).
Kelembapan : Kering
Turgor kulit : Elastis
Ada/tidaknya oedema : Tidak ada
3. Kepala/ rambut
Inspeksi : Kepala simetris, warna rambut kusam, kurang bersih dan tidak
berketombe.
Palpasi : Textur tidak halus dan kering, tidak berminyak, tidak ada benjolan atau
masa
4. Mata

Page
14
Fungsi penglihatan : Baik, visus 6/6.
Ukuran pupil : 2mm
Konjungtiva : anemis
Lensa/iris : Lensa warna hitam, tidak ada kekeruhan lensa
Oedema palpebral : tidak ada odema palpebral
Palpebra : Terbuka
Skelera : Tidak ikterik
5. Telinga
Fungsi pendengaran : Baik
Kebersihan : bersih
Daun telinga : simetris, elastis, lesi tidak ada, tidak ada tanda-tanda mastoiditis
Fungsi keseimbangan: baik
Secret : tidak ada
6. Hidung dan sinus
Infeksi : Bentuk simetris, tidak ada deformitas
Fungsi penciuman : baik, dapat membedakan bau
Pembengkakan : tidak ada, polip tidak ada
Kebersihan : bersih
Perdarahan : tidak ada
Sekret : ada
7. Mulut dan tenggorokan
Membrane mukosa : Kering dan pucat
Keadaan gigi : Lengkap
Tanda radang : tidak ada
(bibir,gusi,lidah)
Trismus : tidak ada kesulitan buka mulut.
Kesulitan menelan : disfagia tidak ada
8. Leher
Trakea(simetris/tidak) : Simetris saat dilakukan palpasi
Carotid bruid : ada bunyi bruid
JVP : 5-2 cm H2O

Page
15
Kelenjar limfe : tidak ada pembesaran kelenjar limfe
Kelenjar toroid : tidak ada pembengkakan
Kaku kuduk : tidak ada kaku kuduk dan kepala mpasien bias fleksi ke
dada
9. Thorak/paru
Inspeksi : inspeksi dada tidak simetri, RR : 14x/menit, menggunakan otot
Bantu pernafasan
Palpasi : Fremitus Ka≠Ki, ekspansinparu tidak simetris
Perkusi : resonan pada kedua lapang paru
Auskultasi : vesikuler
10. Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Paspasi : ictus cordis teraba 1 jari LMCS RIC ke5
Perkusi : batas atas jantung RIC ke2
batas kanan : linea sternalis dextra
batas kiri : 1 jari linea mid clavikula sinistra
batas bawah : 1 jari LMCS RIC
Auskultasi : S1 dan S2 terdengar jelas, tidak ada bunyi tambahan S3ndan S4,
murmur dan gallop tidak ada
11. Abdomen
Inspeksi : Simetris, jaringan parut tidak ada, vena tidak menonjol, asites
tidak ada
Auskultasi : B.U, 12x/i
Perkusi : Tympani
Palpasi : hepar dan limfa tidak teraba, tidak ada pembesaran hepar dan
limfa.
12. Genitalia : bersih, tanda-tanda radang tidak ada. Lesi tidak ada
13. Rectal : haemoroid tidak ada, lesi atau kemerahan tidak ada, massa tidak ada
14. Ekstrimitas
Ekstrimitas atas : kanan dan kiri akral hangat, oedema tidak ada,
genggaman tangan kuat

Page
16
Ekstrimitas bawah : kanan dan kiriAkral hangat, oedema tidak ada, kekuatan
penuh
ROM : gerakan aktif tanpa dibantu
Kekuatan otot : otot lemah
Alat bantu ( kruk, pispot, tongkat, kursi roda) : tidak ada
Keluhan saat beraktivitas : nafas semakin sesak,
Lain-lain :-
15. Vascular perifer
Capilari refille :3detik
Clubbing : tidak menonjol
Perubahan warna : kilit sedikit pucat
(kuku,kulit,bibir)
16. Neurologis
Kesadaran(GCS) :
Status mental : compos mentis/15
Motorik : normal; gerak menurut perintah
Sensorik : normal, percakapan adekuat
Saraf cranial : normal
Refleks fisiologis : baik, ekstremitas semua bisa digerakkan

3.1.4 Pemeriksaan Penunjang

1. Rontgen dada
Menunjukan adanya daerah bebas udara di paru-paru
2. CT scan
Menentukan penyebab terjadinya penyumbatan
3. GDA
Untuk menunjukan derajat hipoksemia dan keadekuatan ventilasi alveolar

Page
17
DATA FOKUS

DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF


Pasien mengeluh batuk Pada pemeriksaan Fisik ditemukan :
Pasien mengeluh sesak napas - Fremitus vokal melemah sampai
Pasien mengeluh sukar bernapas menghilang
Pasien mengeluh takipnea - Suara napas menurun
Pasien mengeluh takikardia Perkusi pekak
Pasien mengeluh demam AGD ABNORMAL
Pasien mengeluh mual Pergeseran mediastinum
Pasien mengeluh sianosis

Page
18
ANALISA DATA

No Data Problem Etiologi


1. Ds:keluargaa pasien mengatakan bahwa Ketidakafektifan Akumulasi mukus
pasien saat bernafas terdapat bunyi bersihan jalan nafas pada bronkus
Do:
-bunyi nafas ronki
-bunyi nafas pasien melemah
-Frekwensi nafas px >16x/m

Ds : keluarga pasien mengatakan sesak


2 Ventilasi & perfusi tdk
saat bernafas. Gangguan pertukaran
seimbang
Do : pasien terlihat lemah. gas
Bunyi nafas ronki
Bunyi nafas pasien melemah
Frekwensi nafas pasien >16x/m

Ds: keluarga pasien mengatakan pasien


3. sering muntah dan tidak nafsu makan.
Do: pasien terlihat lemah dan pucat Anoreksia
muntahan dan bau

4. DS : tidak efektifan jalan


Pasien mengeluh batuk Pernafasan dangkal
nafas
Pasien mengeluh sesak napas
Pasien mengeluh sukar bernapas
Pasien mengeluh napas nya cepat dan
dangkal
Pasien mengeluh berdebar-debar
DO :
RR : > 16x/menit
Pada pasien ditemukan sesak napas
Pasien terlihat cemas

Page
19
3.2 Diagnosa keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret (
bronkospasme ), lemah, penurunan energi.
b. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas oleh sekresi, spasme
bronchus
c. Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh, risiko tinggi terhadap anoreksia yang
berhubungan dengan muntahan dan bau.
d. Ketidakefektifan pola nafas b.d pola nafas cepat dan dangkal

3.3 INTERVENSI
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret (
bronkospasme ), lemah, penurunan energi.
Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x 24 jam diharapkan jalan nafas
paten/ kembali efektif, dahak dapat dikeluarkan dan tidak sulit dalam bernafas
Keriteria hasil :
 Jalan nafas bebas atau dahak dapat dikeluarkan .
 Dispnea dan takipnea tidak ada.
 Kesulitan bernapas tidak ada.
 Penggunaan otot bantu pernapasan tidak ada.
 TTV DBN:
TD:120-130/80-85mmHg
ND;60-100x/i
RR:16-24x/i
Intervensi :
o Berbaring pada sisi paru-paru yang sehat sehingga paru-paru yang terkena
kembali bisa mengembang
o Perkusi (menepuk-nepuk) dada
o Menghilangkan penyumbatan, baik melalui bronkoskopi maupun prosedur
lainnya
o Kaji kepatenan jalan nafas
o Observasi TTV
o Kaji gerakan dada dan auskultasi untuk bunyi nafas bilateral misal: mengi ,ronki.
o Kolaborasi Berikan obat sesuai indikasi bronkodilator, mis : egonis :epinefrin
(adrenalin ,vaponefrin) Xantin ,misalnya : aminofilin,oxtrifilin.
o Berikan humidikasi tambahan,misalnya :nebulizer ultranik,humidifier aerosol
ruangan
o Berikan pengobatan pernafasan ,mis ;fisioterapi dada

Page
20
b. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas oleh sekresi,
spasme bronchus
Tujuan : Setelah di lakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam di harapkan pertukaran
gas atau oksigenasi ade kuat, tidak ada lagi obtruksi jalan nafas

Keriteria hasil : Berpartisipasi dalam program pengobatan dalam tingkat kemampuan/situasi
 Dispnea & takipnea tidak ada.
 Kesulitan bernafas tidak ada.
 Gelisah tidak ada.
 TTV DBN :
TD : 120-130/80-85 mmHg
ND : 80-100 x /i
RR :16-24 x/i
 Hb : 14 -18 dr/dL.

Intervensi :
- kaji frekuensi kedalaman pernafasan .
- tinggikan kepala tempat tidur bantu pasien memilih posisi yang mudah untuk bernafas.dorong
pasien untuk penafasan dalam atau nafas bibir.
- Auskultasi bunyi nafas,cacat area penurunan aliran udara /bunyi tambahan
,(ronki,mengi,redup).
- Palpasi fremitus (getaran vibrasi pada saat palpasi)
- Evaluasi tingkat toleransi aktivitas.
- kaji tanda – tanda vital dan irama jantung.
- Kolaborasi Berika oksigen tambahan sesuai dengan indikasi hasil GDA dan toleransi pasien
- kaji gambaran seri GDA dan nadi
- Bantu intubasi ,berikan /pertahankan ventilasi mekanik

c. Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh, risiko tinggi terhadap anoreksia
yang berhubungan dengan muntahan dan bau.
Tujuan : Setelah di lakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam di harapkan kebutuhan
nutrisi terpenuhi / intake ade kuat
Keriteria hasil : Menunjukkan peningkatan nafsu makan
 Mempertahankan/meningkatkan berat badan.
 Klien tidak mual lagi.
 BB stabil /tidak turun atau naik.
 Klien dapat menghabiskan ¾ - 1 porsi makan yang di berikan.
 Mukosa bibir lembab

Page
21
Intervensi :
- Auskultasi bunyi usus. Observasi/ palpasi distensi abdomen.
- Berikan makan porsi kecil dan sering termasuk makanan kering atau makanan yang
nenarik untuk pasien.
- Kaji makanan kesukaan pasien dan makanan yang tidak disuka
- Lakukan kolaborasi dengan ahli gizi
- Lakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat anti mual

d. Ketidakefektifan pola nafas b.d pola nafas cepat dan dangkal

Tujuan : Pola nafas kembali efektif setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 × 24 jam,
dengan kriteria hasil:
- Tidak terjadi hipoksia atau hipoksemia
- Tidak sesak
- RR normal (16-24 × / menit)
- Tidak terdapat kontraksi otot bantu nafas
Tidak terdapat sianosis
Intervensi :
- Berikan HE pada pasien tentang penyakitnya
Informasi yang adekuat dapat membawa pasien lebih kooperatif dalam memberikan terapi
- Atur posisi semi fowler
Jalan nafas yang longgar dan tidak ada sumbatan proses respirasi dapat berjalan dengan lancar.
- Observasi tanda dan gejala sianosis
Sianosis merupakan salah satu tanda manifestasi ketidakadekuatan suply O2 pada jaringan tubuh
perifer
- Berikan terapi oksigenasi
Pemberian oksigen secara adequat dapat mensuplai dan memberikan cadangan oksigen, sehingga
mencegah terjadinya hipoksia.
- Observasi tanda-tanda vital
Dyspneu, sianosis merupakan tanda terjadinya gangguan nafas disertai dengan kerja jantung
yang menurun timbul takikardia dan capilary refill time yang memanjang/lama.
- Observasi timbulnya gagal nafas.
Ketidakmampuan tubuh dalam proses respirasi diperlukan intervensi yang kritis dengan
menggunakan alat bantu pernafasan (mekanical ventilation).
- Kolaborasi dengan tim medis dalam memberikan pengobatan
Pengobatan yang diberikan berdasar indikasi sangat membantu dalam proses terapi keperawatan

Page
22
3.4 IMPLEMENTASI

a.Dx 1
 Mengkaji frekuensi/ kedalaman pernafasan dengan gerakan dada, pernafasan
cepat dan dangkal, fromitus penurunan pada kedua paru
 Mengauskultasi area paru, mencatat area penurunan tidak ada aliran udara dan
bunyi nafas krekels, mengi, (wheezing), stridor,
 Mengajarkan pasien latihan nafas dalam dan batuk efektif, missal: menekan dada
dan batuk preaktif sementara duduk tinggi
 Memberikan obat dan terapi sesuai indikasi serta memberikan O2 tambahan

b. DX 2
 Mengkaji status pernapasan, peningkatan respirasi atau perubahan pola nafas.
 Mengobservasi adanya cianosis, somnolen, confusion, apatis, dan ketidakmampuan
beristirahat.
 Memberikan humidifier ksigen dengan masker.
 Mengawasi review X-Ray dada.

c. DX 3
- berikan nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan tubuh
- anjurkan diet yang sesuai
- mengkaji pola makan
- mengkaji makanan yang disuka dan tidak disuka
- melakukan kolaborasi dengan ahli gizi atau dengan dokter untuk pemenuhan nutrisi

d.DX 4
• Mengatur posisi semifowler
• Memantau adanya pucat dan sianosis
• Memantau suara pernafasan pasien saat tidur
• Mengobservasi TTV pasien
• Mengajarkan latihan nafas dalam

Page
23
3.5 EVALUASI

a. DX 1

S: Klien mengatakan sesaknya sudah banyak berkurang .Klien mengatakan sudah dapat bernafas
dengan agak lega
O :Klien dapat mempertahankan jalan nafas dengan bunyi nafas yang jernih dan ronchi. Klien
memperlihatkan tingkah laki mempertahankan jalan nafas
A : tujuan tercapai
 Klien dapat mempertahankan jalan nafas dengan bunyi nafas yang jernih dan ronchi,
tidak ada sumbatan, bernafas dengan lega, memoerlihatkan tingkah laku
mempertahankan jalan nafas.
P : intervensi di hentikan

b. DX 2

S:Klien mengatakan sudah bisa bernafas dengan normal.Klien mengatakan dapat beristirahat
dengan tenang.
O :Klien dapat memperlihatkan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat.Klien bebas dari gejala
distress pernafasan
A :Tujuan tercapai
 Klien dapat memperlihatkan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat bebas dari
gejala distress pernafasan.
P : Intervensi dihentikan

c. DX 3

S: klien mengatakan tidak nafsu makan


O: klien terlihat wajah pucat, mukosa kering dan masih terlihat lemas
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
• Berikan makan porsi kecil dan sering termasuk makanan kering atau makanan yang
nenarik untuk pasien.
• Kaji makanan kesukaan pasien dan makanan yang tidak disuka
• Lakukan kolaborasi dengan ahli gizi
• Lakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat anti mual

D. DX 4
S : klien mengatakan nafasnya masih cepat dan dangkal

Page
24
O : klien terlihat sesak nafas dan cemas
serta RR > 16
A: masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
• Atur posisi semi fowler
jalan nafas yang longgar dan tidak ada sumbatan proses respirasi dapat berjalan dengan lancar.
• Berikan terapi oksigenasi
Pemberian oksigen secara adequat dapat mensuplai dan memberikan cadangan oksigen, sehingga
mencegah terjadinya hipoksia.
• Observasi tanda-tanda vital
Dyspneu, sianosis merupakan tanda terjadinya gangguan nafas disertai dengan kerja jantung
yang menurun timbul takikardia dan capilary refill time yang memanjang/lama.
• Observasi timbulnya gagal nafas.
Ketidakmampuan tubuh dalam proses respirasi diperlukan intervensi yang kritis dengan
menggunakan alat bantu pernafasan (mekanical ventilation).
• Kolaborasi dengan tim medis dalam memberikan pengobatan
Pengobatan yang diberikan berdasar indikasi sangat membantu dalam proses terapi keperawatan

Page
25
BAB IV

PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Atelektasis adalah pengkerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat penyumbatan saluran
udara (bronkus maupun bronkiolus) atau akibat pernafasan yang sangat dangkal. Penyebab dari
atelektasis bisa bersifat obstruktif maupun non-obstruktif.Penyebab obstruktif bisa berasal dari
dalam saluran pernafasan maupun dari luar saluran pernafasan. Sedangkan penyebab non-
obstruktif bisa disebabkan oleh adanya kompresi jaringan paru atau pengembangan alveoli yang
tidak sempurna dan akhirnya mengalami kolaps.
Diagnosa atelektasis ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan hasil pemeriksaan fisis. Secara
radiograf akan menunjukkan suatu bayangan yang homogen dengan tanda pengempisan lobus.

Page
26
DAFTAR PUSTAKA

Staf pengajar ilmu kesehatan anak. 1985. Buku kuliah ilmu kesehatan anak. FKUI:
Jakarta
Doenges, Marylinn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi V. Jakarta: EGC

Willkinson Judith M. 2007.Diagnosa Keperawatan. EGC : Jakarta

Page
27

You might also like