You are on page 1of 73

RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)

RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)

I. PEKERJAAN PERSIAPAN
1. Pengukuran di Lapangan untuk Mutual Check (MC)
a) Pengukuran lapangan harus dilakukan sebelum memulai pelaksanaan
pekerjaan, selama pelaksanaan pekerjaan dan setelah pekerjaan
selesai;
b) Pedoman utama pekerjaan pengukuran di lapangan adalah patok
beton yang merupakan titik tetap (Bench Mark) yang akan ditentukan
oleh Direksi pekerjaan;
c) Jumlah patok beton yang akan dipasang minimal di tambahan 2 (dua)
buah patok beton, yang akan dijadikan sebagai titik bantu utama,
diletakkan diujung awal dan ujung akhir dari lokasi rencana konstruksi
dan tidak boleh terusik atau rusak atau berubah posisinya secara
langsung maupun tidak langsung selama pelaksanaan pekerjaan dan
untuk lahan pekerjaan yang cukup panjang perlu ditambah patok
bantu sesuai petunjuk Direksi Pekerjaan;
d) Patok bantu yang merupakan titik bantu utama, posisi elevasi dan
koordinatnya harus diikat secara sempurna dengan patok beton titik
utama. Patok bantu sebagai titik bantu utama, harus mempunyai
ukuran lebar (10 x 10) cm panjang 100 cm serta harus tertanam
sedalam 50 cm dengan posisi tegak dan cukup kokoh tidak mudah
berubah bentuk dan posisinya;
e) Semua data, gambar sketsa pengukuran dan perhitungan hasil
pengukuran sebelum dimulainya pelaksanaan pekerjaan, harus
disahkan oleh Direksi pekerjaan, dan selanjutnya dipakai sebagai
pedoman untuk penggambaran rencana gambar pelaksanaan
(Construction Drawing);
f) Pengukuran lapangan dan pematokan pada saluran. harus
dilaksanakan dengan jarak/ interval paling jauh setiap 25 m atau
sesuai instruksi Pengguna Jasa khususnya pada lokasi tertentu yang
mengharuskanuntuk lebih dekat/pendek yang dimulai dari titik awal
tikungan, tengah-tengah tikungan dan ujung akhir tikungan;
g) Selama masa pelaksanaan, semua data dan perhitungan hasil
pengukuran harus disahkan oleh Direksi pekerjaan, dan dari waktu ke
waktu selama masa pelaksanaan pekerjaan akan dipergunakan
sebagai dasar perhitungan prestasi hasil pelaksanaan pekerjaan;
h) Setelah semua pekerjaan selesai dilaksanakan, maka harus dilakukan
pengukuran akhir dari hasil pelaksanaan pekerjaan;

[1]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)

i) Semua data dan perhitungan hasil pengukuran harus disyahkan oleh


Direksi pekerjaan dan dipergunakan sebagai dasar acuan guna
mempersiapkan gambar purna bangun (As built Drawing);
j) Pada hal-hal khusus yang ada kaitannya dengan pelaksanaan
pekerjaan, Direksi pekerjaan sewaktu-waktu berwenang dan berhak
memberikan instruksi kepada Penyedia Jasa, dan Penyedia Jasa harus
bersedia untuk melaksanakan pengukuran tertentu yang sifatnya
sebagai check berkala atau stick proof, misalnya kedalaman pondasi,
batas pembebasan tanah dan lain sebagainya;
k) Pada saat penyerahan gambar purna bangun, Penyedia Jasa harus
menyerahkan data dan perhitungan hasil pengukuran yang sudah
disahkan oleh Direksi pekerjaan;
l) Mutual Check Awal (MC0%) adalah hasil perhitungan kuantitas
pekerjaan yang dihitung oleh Penyedia Jasa berdasarkan gambar
kerja dan disetujui Pengguna Jasa. Perhitungan kuantitas pekerjaan
tersebut harus disampaikan oleh Penyedia Jasa paling lambat 15 (lima
belas) hari sebelum pekerjaan tersebut dilaksanakan, kepada PPK
untuk mendapatkan persetujuan;
m)Penyedia Jasa tidak diperbolehkan melaksanakan pekerjaan bila
Mutual Check Awal (MC0%) pekerjaan bersangkutan belum mendapat
persetujuan Pengguna Jasa.
n) Kegagalan Penyedia Jasa dalam mendapatkan persetujuan dari
Pengguna Jasa atas MC 0% yang disampaikan, tidak dapat
dipergunakan sebagai alasan Penyedia Jasa untuk mengusulkan
perpanjangan waktu pelaksanaan;
o) Penyedia Jasa harus menyerahkan hasil seluruh perhitungan kuantitas
semua pekerjaan dalam format Mutual Check Akhir (MC100%) kepada
Pengguna Jasa untuk mendapatkan persetujuan paling lambat 7
(tujuh) hari sebelum berakhirnya masa pelaksanaan;
p) Semua biaya yang timbul akibat pekerjaan ini sepenuhnya menjadi
tanggung jawab Penyedia Jasa dihitung berdasarkan yang tertera
dalam daftar kuantitas dan harga (Bill of Quantity).

2. Pembersihan Lokasi (Land Clearing)


a) Sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan tanah, pembersihan lokasi
pekerjaan dari semua tumbuhan harus dikerjakan, maka terlebih
dahulu harus mendapat persetujuan dari Direksi;
b) Pembersihan terdiri dari penebangan pohon-pohon perdu, semak
belukar yang ada di lokasi pekerjaan;

[2]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)

c) Membongkar akar-akar, mengisi lubang-lubangnya dengan tanah


kemudian membuang dari tempat pekerjaan semula bahan-bahan
hasil pembersihan lapangan;
d) Untuk semua pohon dan semak-semak yang tidak harus dibersihkan /
tidak harus ditebang dan tetap berada di tempatnya, maka
harusdilindungi dari kerusakan;
e) Setelah pelaksanaan pekerjaan selesai semua, lokasi areal pekerjaan
juga harus dibersihkan dari sisa-sisa semua material yang tidak
terpakai, serta areal diratakan dan dirapikan kembali sesuai dengan
petunjuk Direksi Pekerjaan;
f) Pengukuran dan pembayaran untuk pelaksanaan pekerjaan
pembersihan tersebut diatas, diperhitungkan dalam satuan (unit) m2,
sedangkan harga satuan pekerjaan yang ditawarkan, sudah harus
meliputi upah tenaga, bahan material yang dipakai, peralatan yang
dipergunakan, “overhead” dan keuntungan Penyedia Jasa.

II. PEKERJAAN MOBILISASI DAN DEMOBILISASI


1. Lingkup Pekerjaan
a) Dalam daftar kuantitas disediakan biaya tetap untuk mobilisasi dan
pembersihan lapangan pada akhir pekerjaan, biaya ini termasuk :
- Biaya transportasi untuk personil, alat – alat, penyediaan bahan-
bahan, yang berkaitan dengan tempat kerja;
- Untuk mendirikan kantor, gudang, instalasi, dan fasilitas lain di
tempat pekerjaan dan sewa/beli alat – alat.
b) Semua fasilitas, instalasi, dan alat – alat yang didirikan atau dibawa
ke lokasi proyek, dianggap sebagai penyediaan untuk proyek, kecuali
Direksi secara tertulis menentukan lain untuk hal tersebut diatas;
c) Dalam hal ini Penyedia Jasa hanya bertanggung jawab agar
penyediaan itu mencukupi dan efisien, serta dapat melindungi,
menjalankan, memperbaiki dan mempersiapkan fasilitas instalasi dan
alat – alat. Alat – alat tersebut tadi tidak boleh dibongkar atau
dipindahkan dari lapangan sebelum pekerjaan selesai tanpa izin
tertulis dari Direksi Pekerjaan;
d) Semua fasilitas, instalasi, dan alat – alat dilapangan, juga menjadi
wewenang Direksi untuk memiliki dan menggunakannya untuk lingkup
pekerjaan di Kontrak, dan Penyedia Jasa membuat tanda pengesahan
yang dapat diterima oleh Direksi Pekerjaan.

2. Pembersihan Akhir
Jika pekerjaan telah selesai seluruhnya, Penyedia Jasa harus
memindahkan semua fasilitas, instalasi, dan alat – alat dari proyek yang

[3]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)

akan menjadi bagian yang permanen dari bangunan lapangan akan


diserahkan hingga memuaskan Direksi dalam keadaan bersih bebas dari
kotoran, material – material yang sudah tidak digunakan dan alat – alat
bantu sementara.

3. Pembayaran
a) Pembayaran untuk mobilisasi dan pembersihan lapangan akhir harus
dibuat atas dasar harga lump sum dalam daftar kuantitas pekerjaan;
b) Kemajuan pembayaran harus dibuat sebagai berikut :
Jika 5 % dari total harga kontrak sudah diterima pembayarannya dari
bagian- bagian lain dari lingkup pekerjaan, maka 45 % dari jumlah
untuk mobilisasi dan pembersihan lapangan akhir dapat dibayarkan
apabila :
Semua alat – alat konstruksi atau yang disetujui untuk diganti telah
dipenuhi 0 % sampai 50 % seperti tercantum dalam proposal teknik
dalam daftar lingkup pekerjaan dan berada dilapangan, tidak ada
pembayaran untuk alat- alat yang didaftar tetapi tidak ada di
lapangan;
c) Jika 50 % dari harga borongan telah dibayarkan dari lingkup
pekerjaan yang lain, maka sampai 45 % dari mobilisasi dan
pembersihan lapangan dapat dibayarkan kepada Pemborong apabila :
Semua alat-alat konstruksi atau disetujui untuk diganti sudah dipenuhi
50 % sampai 100 %, seperti tercantum dalam proposal teknik dan
dalam daftar lingkup pekerjaan, berada dilapangan dan dalam
keadaan bekerja;
d) Kemajuan Pembayaran untuk mobilisasi dan demobilisasi serta
pembersihan lapangan akhir akan dikenakan retensi 5 % dan retensi
ini tidak akan dibayarkan apabila kegiatan tersebut belum
dilaksanakan sesuai petunjuk Direksi Pekerjaan.

III. PEKERJAAN DEWATERING


1. Pembuatan dan Pembongkaran kisdam
Penyedia Jasa harus bertanggung jawab terhadap pekerjaan
pengeringan dilokasi pekerjaan guna menjamin mutu, kemudahan dan
kelancaran pelaksanaan pekerjaan dengan membuat bangunan
sementara yang berupa tanggul, bangunan/saluran pengelak, bangunan
pengamanan, penyediaan pompa air, dan lainnya untuk memindahkan
air sehingga tidak menggenangi lokasi pekerjaan dan
membongkar/membersihkannya bila pekerjaan telah selesai dikerjakan.
Pekerjaan tersebut antara lain sebagai berikut :

[4]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)

a) Pembuatan kistdam H > 0,50 m : untuk pembuatan kisdam pada


pekerjaan di saluran / bangunan / pekerjaan sejenis dengan tinggi
muka air lebih besar 0,50 m;
b) Pembongkaran kistdam : untuk pembongkaran kisdam pada
pekerjaan di saluran / bangunan / pekerjaan sejenis dengan tinggi
muka air lebih besar 0,50 m termasuk pembersihannya
Segala biaya yang dikeluarkan untuk pekerjaan kisdam ini sudah
termasuk biaya pengurasan /pengeringan, kecuali bila sudah disediakan
secara tersendiri dalam Daftar Kuantitas dan Harga, maka harga satuan
tersebut dianggap sudah termasuk dalam harga satuan dalam
“overhead” pada analisa harga satuan pekerjaan.

2. Pengeringan (Coffering dan Dewatering)


a) Pada bagian-bagian tertentu dari jenis pekerjaan yang dilaksanakan,
areal pekerjaan kadang-kadang suatu saat tidak bisa bebas sama
sekali dari adanya air;
b) Pada keadaan ini, Penyedia Jasa harus mengeringkan atau
membebaskan areal pekerjaan yang akan dipakai sebagai kedudukan
Konstruksi dari genangan air atau pengaruh air, karena bisa
menyebabkan turunnya kwalitas pekerjaan akibat pengaruh air
tersebut;
c) Sebelum membuat suatu konstruksi penahan rembesan (kist dam)
Penyedia Jasa harus membuat gambar rencana terlebih dahulu untuk
mendapatkan persetujuan Direksi Pekerjaan;
d) Setelah pekerjaan konstruksi utama selesai dikerjakan, Penyedia Jasa
harus membongkar dan membersihkan material kist dam sehingga
tidak mengganggu aliran sungai;
e) Pada prinsipnya, selama masa pelaksanaan pekerjaan, semua lokasi
yang akan dipakai sebagai kedudukan bangunan harus dijaga agar
tetap kering, bebas dari genangan ataupun rembesan air;
f) Pekerjaan pengeringan yang dimaksud disini adalah termasuk sistem
drainase lingkungan pekerjaan, sehingga tidak menimbulkan akibat
sampingan negatif terutama pada masyarakat dan lingkungan
setempat.
Pekerjaan tersebut terbagi sebagai berikut :
- Dewatering : untuk pekerjaan khusus pengeringan;
- Pembuatan coffering dan pengerigan : untuk membuat coffering
dengan alat berat termasuk pemompaan/pengeringannya pada
pekerjaan di kolam dan yang sejenisnya;
- Pembongkaran coffering : untuk membongkar pekerjaan tersebut
pada point di atas sudah termasuk pembersihannya.

[5]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)

g) Perhitungan volume dan pembayaran untuk pelaksanaan pekerjaan


tersebut diatas, diperhitungkan dalam satuan meter kubik, sedangkan
harga satuan pekerjaan yang ditawarkan, sudah harus meliputi upah
tenaga, bahan material yang dipakai, peralatan yang dipergunakan.

IV. PEKERJAAN TANAH


1. Lingkup Pekerjaan
a) Pedoman kegiatan penggalian, penanganan, pembuangan atau
penumpukan tanah atau batu atau bahan lain dari sumber bahan
yang diperlukan untuk penyelesaian dari pekerjaan dalam Kontrak
untuk pekerjaan galian;
b) Pedoman kegiatan pengadaan, pengangkutan, penghamparan dan
pemadatan tanah atau bahan berbutir yang disetujui untuk
pembuatan timbunan, untuk penimbunan kembali untuk struktur dan
untuk timbunan umum yang diperlukan agar membentuk dimensi
timbunan sesuai dengan garis, kelandaian, dan elevasi penampang
melintang yang disyaratkan atau disetujui untuk penyelesaian dari
pekerjaan dalam Kontrak untuk pekerjaan timbunan.

2. Acuan Normatif
Standar Nasional Indonesia (SNI) :
a) SNI 03-1742-1989 : Metode Pengujian Kepadatan Ringan untuk
Tanah;
b) SNI 03-1743-1989 : Metode Pengujian Kepadatan Berat Untuk Tanah;
c) SNI 03-1966-1989 : Metode Pengujian Batas Plastis;
d) SNI 03-1965-1990 : Metode Pengujian Kadar Air Tanah;
e) SNI 03-1967-1990 : Metode Pengujian Batas Cair dengan Alat
Casagrande;
f) SNI 03-1976-1990 : Metode Koreksi untuk Pengujian Pemadatan
Tanah yang mengandung Butir Kasar;
g) SNI 03-2636-1992 : Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan
Tanah Untuk Bangunan Sederhana;
h) SNI 03-2832-1992 : Metode Pengujian untuk Mendapatkan Kepadatan
Tanah Maksimum;
i) SNI 03-2828-1992 : Metode Pengujian Kepadatan Lapangan dengan
Alat Konus Pasir;
j) SNI 03-3422-1994 : Metode Pengujian Batas Susut Tanah;
k) SNI 03-3423-1994 : Metode Pengujian Analisis Ukuran Butir Tanah
dengan Alat Hidrometer;
l) SNI 03-3422-1994 : Metode Pengujian Batas Susut Tanah;

[6]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)

m)SNI 03-3637-1994 : Metode Pengujian Berat Isi Tanah Berbutir Halus


dengan Cetakan Benda Uji.

3. Ketentuan, Persyaratan Dan Pelaksanaan


a) Penebasan dan Pembersihan Semak Belukar
- Lingkup Pekerjaan yang dimaksud adalah pekerjaan pembersihan dan
pembongkaran tanah dari pangkal/tunggul batang pohon,
gelondongan kayu, belukar dan tanaman lain serta bahan non-organik
yang berupa pagar, bangunan, pondasi, puing dan kotoran lainnya
sesuai dengan yang ditetapkan dalam gambar kerja atau dalam batas
wilayah garis sempadan daerah/lokasi pekerjaan;
- Sebelumnya Penyedia Jasa harus meminta persetujuan Pengguna
Jasa sebelum pekerjaan ini dilaksanakan terutama batas daerah yang
akan ditebas dan dibersihkan, dan pohon, bangunan dan obyek
lainnya yang tidak boleh diganggu/dirusak serta metoda kerja yang
harus menjaga keutuhan tanaman dan bangunan di luar batas daerah
kerja;
- Penjelasan berkaitan dengan hal diatas akan diberikan oleh Pengguna
Jasa berdasarkan kondisi lokasi pekerjaan;
- Bila lahan dalam batas wilayah garis sempadan didominasi tanaman
yang tingginya kurang dari 2,0 m atau tanaman dengan diameter
batas setinggi kurang dari 10 cm, maka pembukaan dan pembersihan
lahan didaerah tersebut tidak dapat dikategorikan sebagai pekerjaan
”penebasan dan pembersihan semak belukar” dalam Spesifikasi
Teknik ini, tetapi sebagai pekerjaan stripping sesuai dengan ketentuan
dalam pengupasan tanah organik: lapisan rumput, tanah bagian atas,
akar-akaran dan bahan non-organik yaitu sisa bangunan, pondasi dan
lain-lain serta mengeluarkannya dari lokasi pekerjaan;
- Pengukuran dan Pembayaranpekerjaan ini dilaksanakan dalam satuan
luas meter persegi yang diukur dalam batas wilayah garis sempadan
dan pembayaran untuk pekerjaan ini dilakukan berdasarkan harga
satuan yang ditawarkan Penyedia Jasa dalam Daftar Kuantitas dan
Harga.

b) Pengupasan Tanah Lapis Atas (Stripping)


- Lingkup Pekerjaan yang dimaksud dengan pekerjaan pengupasan
tanah lapis atas (stripping) adalah pengupasan tanah lapis atas yang
banyak mengandung bahan organik: rumput, akar-akaran maupun
bahan non-organik: sisa bangunan pondasi dan lain-lain dan
membuang material hasil kupasan tersebut dari lokasi pekerjaan
saluran dan bangunan dan lokasi pengambilan tanah bahan timbun

[7]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)

(borrow-area) atau lokasi lain sesuai dengan gambar kerja atau


printah Pengguna Jasa;
- Pengupasan lapisan tanah bagian atas dilaksanakan setebal 20 cm
atau sesuai dengan gambar kerja kecuali bila ditentukan lain oleh
Pengguna Jasa. Penyedia Jasa sebelum melaksanakan pekerjaan ini
terlebih dahulu harus mendapatkan persetujuan Pengguna Jasa
tentang batas wilayah yang tanah lapisan atasnya akan dikupas dan
lokasi pembuangan material hasil kupasan;
- Pengukuran dan Pembayara untuk pekerjaan ini diukur dalam satuan
meter persegi yang dihitung dari elevasi permukaan tanah asli sampai
elevasi batas kupasan sesuai dengan gambar kerja yang telah
disepakati;
- Pembayaran pekerjaan pengupasan lapisan tanah bagian atas ini
dilakukan berdasarkan harga satuan yang ditawarkan Penyedia Jasa
dalam Daftar Kuantitas dan Harga kecuali dilokasi borrow-pit
pengupasan tanah lapisan atas tidak dibayar.

c) Galian Tanah
- Pekerjaan galian yang dimaksud adalah galian tanah endapan, tanah
biasa dan galian batu termasuk pekerjaan lainnya yang berkaitan
misalnya upaya perlakuannya, jalan akses dan bangunan penunjang
(separator, relokasi, bangunan pengaman dan lain-lain) yang
diperlukan serta pengangkutan material hasil galian kelokasi yang
disepakati untuk tempat pembuangan akhir atau penimbunan
sementara (stock piling) sebelum dimanfaatkan lebih lanjut;
- Penyedia Jasa harus menyerahkan hasil uji laboratorium tanah yang
akan digali, metoda kerja pekerjaan galian termasuk peralatan yang
digunakan, pengangkutan ke lokasi pembuangan akhir atau
penampungan sementara sebelum pemanfaatan untuk bahan timbun,
paling lambat 30 (tiga puluh) hari sebelum pelaksanaan pekerjaan
galian;
- Penyedia Jasa juga harus melaksanakan pekerjaan pengukuran dan
pematokan bersama Pengguna Jasa sesudah pekerjaan penebasan
dan pembersihan semak belukar selesai dikerjakan atau waktu yang
lain sesuai dengan perintah Pengguna Jasa yang hasilnya berupa
gambar hasil pengukuran yang menunjukkan elevasi muka tanah,
tampang memanjang dan melintang harus diserahkan kepada
Pengguna Jasa untuk mendapatkan persetujuan;
- Gambar-gambar hasil pengukuran pra-konstruksi diatas untuk
selanjutnya dipergunakan sebagai acuan dan dasar perhitungan
kuantitas pekerjaan galian;

[8]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)

- Sebisa mungkin Penyedia Jasa juga harus mencegah dari kerusakan


dan melindungi tanah dibawah elevasi galian pekerjaan permanen:
saluran dan bangunan agar tetap dalam keadaan yang baik,
kerusakan tanah pada tanah pondasi tersebut yang disebabkan oleh
kesalahan Penyedia Jasa, maka Penyedia Jasa harus segera
memperbaiki dengan biayanya sendiri;
- Penyedia Jasa sesegera mungkin memberitahu Pengguna Jasa bila
pekerjaan galian telah selesai dikerjakan untuk dilakukan pemeriksaan
guna persetujuan sebelum pekerjaan lanjutan dan penggunaan
stockpiling dan pembuangan tanah hasil galian harus sesuai dengan
spesifikasi teknis ini.

d) Klasifikasi Galian
Pekerjaan galian diklasifikasikan sebagai pekerjaan galian tanah dan
pekerjaan galian batu sebagai berikut :
- Galian Tanahyang dimaksud adalah galian tanah, sedimen/endapan,
pasir, kerikil, kerakal, atau batu yang dapat digali dengan mudah
tanpa menggunakan alat khusus (ripper) atau peledakan termasuk
upaya penanganannya, pembentukan/perapian lubang galian agar
sesuai dengan lokasi, jalur, elevasi, kelandaian dan dimensi seperti
yang telah ditetapkan dalam gambar atau petunjuk/perintah
Pengguna Jasa, serta pengangkutan material hasil galian ke lokasi
pembuangan akhir atau lokasi penampungan sementara sebelum
dipergunakan sebagai tanah bahan timbun;
- Galian tanah diklasifikasikan dalam 5 (lima) tipe galian sesuai dengan
kondisi dan lokasi daerah penggalian sebagai berikut :
 Tipe-A : galian untuk saluran, sungai, embung, jalan, drainasi dan
galian tanah biasa lainnya yang berada diatas permukaan air’
 Tipe-B: galian tanah endapan / sedimen untuk normalisasi
saluran/sungai/embung;
 Tipe-C : galian tanah keras/cadas untuk pondasi bangunan Air dan
bangunan pelengkapnya serta pekerjaan sejenis;
 Tipe-D : galian dibawah permukaan air pada sungai dan saluran
pembuang alam / buatan tanpa upaya pengeringan / pemompaan;
 Tipe-E : galian dasar sungai untuk pembangunan bangunan Air
antara lain : Bendung, Ground Sill, Check Dam, Konsolidasi Dam,
Revetment / Perkuatan tebing Sungai, tanggul sungai, embung
dan fasilitas lainnya, dimana tanah dilokasi galian mengandung
banyak kerikil, kerakal dan batu.
- Dimensi galian untuk bangunan air dan bangunan pelengkap yang
diperhitungkan dalam pembayaran pekerjaan tersebut dibatasi sesuai

[9]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)

dengan ketentuan, kecuali apabila karena suatu sebab ditentukan lain


oleh Pengguna Jasa;
- Profil galian dasar dan tebing yang telah selesai digali harus dirapikan
dan dipadatkan dan diperiksa Pengguna Jasa untuk mendapat
persetujuan sebelum bangunan diatasnya, konstruksi beton atau
pasangan batu dilaksanakan, demikian pula bila sewaktu-waktu tebing
galian longsor akibat kegiatan peralatan berat atau sebab lain karena
kelalaian Penyedia Jasa;
- Bila dalam metoda kerja galian diperlukan penimbunan sementara
tanah hasil galian (stockpiling) sebelum tanah tersebut diangkut
kelokasi penimbunan permanen sebagai tanggul atau bangunan
permanen lainnya sehingga berakibat 2 (dua) kali kerja atau double-
handling, maka biaya yang dikeluarkan oleh Penyedia Jasa untuk
kegiatan tersebut, dianggap sudah termasuk dalam harga satuan
pekerjaan galian atau timbunan;
- Tanah yang baik untuk pekerjaan timbunan Tipe-B dan Tipe-C harus
diambil dari borrow-area yang disetujui Pengguna Jasa, dan Penyedia
Jasa berkewajiban membayar segala pengeluaran biaya untuk
pengadaan tanah bahan timbun tersebut termasuk biaya
pembelian/ganti rugi kepada pemilik tanah, pajak galian Tipe-C,
royalti, perijinan dan pengeluaran lainnya;
- Penyedia Jasa harus menyerahkan hasil uji laboratorium untuk tanah
dilokasi borrow-area yang diusulkan kepada Pengguna Jasa guna
mendapatkan persetujuan paling lambat 30 (tiga puluh) hari sebelum
kegiatan galian borrow-area dilaksanakan;
- Kegiatan galian borrow-area boleh dilakukan hanya bila telah
mendapatkan persetujuan Pengguna Jasa dan sesudah pekerjaan
penebasan dan pembersihan semak belukar dan pekerjaan
pengupasan tanah lapis atas, telah selesai dilaksanakan sehingga
dijamin bahwa tanah bahan timbun benar-benar sudah bersih dan
bebas dari bahan organik;
- Galian Batu diklasifikasikan dalam 3 (tiga) tipe galian sesuai dengan
kondisi dan lokasi daerah penggalian sebagai berikut :
> Tipe - F (Galian Batu Lunak) adalah galian yang dapat dilaksanakan
dengan menggunakan peralatan bantu tertentu misalnya ripping
dozer, pick hammer, giant breaker, excavator dan bulldozer tanpa
menggunakan metoda kerja peledakan/blasting dan pekerjaan ini
sudah termasuk pengangkutan batu hasil galian ke lokasi
pembuangan yang disediakan oleh Penyedia Jasa dan disetujui
Pengguna Jasa;

[10]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)

> Tipe – G (Galian Batu Keras) adalah galian batu yang berada
dilokasi pekerjaan berupa lapisan batuan masif, padat, dan kokoh
atau berupa batuan lepas dengan volume masing-masing lebih dari
1,0 meter kubik dengan diameter lebih dari 0,30 m yang tidak
dapat dipisahkan tanpa peledakan atau dengan bulldozer dan
peralatan berat lainnya. Batuan seperti ini dapat disebut juga
sebagai ”sound-rock” yang karena keras dan susunan teksturnya
tidak dapat dipecah dengan hand pick-hammer. Klasifikasi batu
tersebut diatas akan diputuskan oleh Pengguna Jasa berdasarkan
kondisi di lapangan, antara lain bila perlu dilakukan uji-coba
produktivitas peralatan.Pekerjaan galian batu Tipe-G, dianggap
sudah termasuk biaya untuk pengangkutan batu hasil galian ke
lokasi pembuangan yang disediakan Penyedia Jasa dan disetujui
Pengguna Jasa.
Galian tersebut di atas diklasifikasikan Galian Tipe G.1 : (batu
keras) dengan alat berat dan Galian Tipe G.2 : (batu keras) dengan
peledakan.

e) Pemanfaatan, Penampungan Sementara dan Pembuangan


Tanah Hasil Galian (Used, Stock Pilling and Disposal of
Excavated Materials)
- Pemanfaatan dan Pembuangan Tanah Hasil Galian
Apabila tanah hasil galian Tipe-A, Tipe-D dan Tipe-E memenuhi syarat
sebagai bahan timbunan sesuai dengan ketentuan dalam Spesifikasi
ini, maka tanah hasil galian tersebut harus dimanfaatkan untuk
bangunan permanen seperti tanggul, timbunan jalan, saluran dan
bangunan.
- Bila berdasarkan hasil uji laboratorium tanah hasil galian terdiri dari 2
(dua) jenis tanah yang memenuhi dan tidak memenuhi spesifikasi
sebagai tanah bahan timbun, Penyedia Jasaharus berupaya agar
kedua jenis tanah tersebut tidak bercampur bila tanah yang
memenuhi spesifikasi akan dipergunakan dalam konstruksi sesuai
dengan perintah.
- Tanah hasil galian yang memenuhi syarat pada umumnya sebagai
berikut :
• Diameter butiran (partikel) maksimum 100 mm;
• Plasticity Index (PI), lebih besar dari 15%.
- Tanah hasil galian yang tidak memenuhi syarat untuk bahan timbun :
• Tanah lapis atas yang mengandung banyak bahan organik;
• Plasticity Index (PI) kurang dari 15%;
• Liquid Limit (LL) lebih dari 50%;

[11]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)

• Diameter butiran lebih dari 100 mm;


• Batu lunak dan batu keras.
- Persetujuan Pengguna Jasa terhadap pemanfaatan tanah hasil galian
untuk keperluan pekerjaan permanen, tanggul, urugan kembali dan
lainnya akan diberikan berdasarkan hasil uji laboratorium tanah galian
yang dikerjakan dan diserahkan oleh Penyedia Jasa , tidak hanya
persyaratan di atas;
- Bila tanah yang sudah disepakati sebagai bahan timbun terlalu basah
dengan kandungan air melampaui kadar air optimum hasil uji
laboratorium (Standard Proctor Test), maka tanah tersebut harus
ditampung untuk sementara waktu dilokasi yang telah Penyedia Jasa
sediakan dan disetujui Pengguna Jasa yang dilengkapi dengan fasilitas
drainasi, guna mendapat perlakuan khusus: penghamparan,
pengeringan dan lain-lain untuk menurunkan kadar airnya sampai
memenuhi persyaratan sebagai tanah bahan timbunan;
- Kelebihan tanah hasil galian harus dibuang ke lokasi pembuangan
yang telah Penyedia Jasa sediakan dan telah disetujui Pengguna Jasa.
Penimbunan tanah buangan paling tinggi 2,0 m dan tidak
diperbolehkan mengganggu lingkungan disekitarnya;
- Bila dianggap perlu Penyedia Jasa akan menutup timbunan hasil
buangan dengan tanah yang baik bila menurut Pengguna Jasa
timbunan hasil galian tersebut berdampak negatif terhadap
lingkungan disekitarnya dan hasil galian tanah endapan Tipe-B harus
dibuang di lokasi yang disediakan Penyedia Jasa diluar daerah kerja
sesuai dengan ketentuan seperti yang diuraikan diatas.

f) Pembuangan Batu Hasil Galian


- Batu lunak hasil galian Tipe-F dan batu keras hasil galian Tipe-G
dibuang keluar daerah kerja dilokasi yang telah Penyedia Jasa
sediakan, kecuali bila ditentukan lain oleh Pengguna Jasa;
- Penimbunan batu hasil galian tersebut harus dibatasi paling tinggi 2,0
m dan tidak diperbolehkan mengganggu pekerjaan dan tidak
berdampak negatif terhadap lingkungan disekitarnya dengan biaya
menjadi tanggung jawab sepenuhnya Penyedia Jasa.

g) Pemilahan dan Pembuangan Tanah Borrow Area


Lokasi borrow area dan pemanfaatan tanahnya sebagai tanah bahan
timbunan harus mendapat persetujuan Pengguna Jasa sebelum galian
borrow area dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dan bila
berdasarkan hasil uji laboratorium tanah borrow area ternyata terdiri
dari tanah yang memenuhi syarat dan tanah yang tidak memenuhi

[12]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)

syarat sebagai bahan untuk timbunan maka Penyedia Jasa akan


melaksanakan pemilahan pada waktu penggalian tanah borrow area
sehingga tanah yang akan dimanfaatkan untuk timbunan/pekerjaan
permanen tidak terkontaminasi dan membuang tanah yang tidak
memenuhi syarat sebagai bahan timbunan di lokasi yang telah
Penyedia Jasa sediakan sesuai dengan ketentuan.

4. Pengukuran dan Pembayaran Pekerjaan Galian


a) Galian Tanah
- Pekerjaan galian tanah Tipe-A, Tipe-D, dan Tipe-E diukur dalam
satuan meter kubik (m3) galian tanah dan kupasan tanah lapisan
atas, sesuai dengan dimensi dan kemiringan yang ditunjukkan dalam
gambar kerja dan telah diselesaikan dengan rapi;
- Pembayaran untuk pekerjaan galian tanah Tipe-A, Tipe-D dan Tipe-E
dilaksanakan sesuai dengan harga satuan dalam Daftar Kuantitas dan
Harga yang sudah termasuk biaya untuk pekerja, peralatan, bahan
bangunan dan semua pekerjaan penunjang dan upaya lain untuk
kelancaran pelaksanaan yang diperlukan untuk pekerjaan galian,
pengangkutan hasil galian ke lokasi pembuangan atau lokasi
penampungan sementara (stock-pile), perapian tebing galian, jalan
akses sementara, pengeringan/pemompaan dan lain-lain;
- Yang termasuk dalam pembayaran Galian Tipe-A, Tipe-D dan Tipe-E
adalah sebagai berikut :
 Galian Tipe-A
Galian Type-A.1 terdiri :
o Biaya menggali tanah biasa dengan kedalaman kurang dari 1 m
secara manual;
o Ongkos mengangkut untuk bahan timbunan / dibuang
disekitarnya dengan jarak < 30 m danperapihan.

Galian Type-A.2 terdiri :


o Biaya menggali tanah biasa dengan kedalaman < 1 m secara
manual;
o Ongkos mengangkut untuk bahan timbunan / dibuang
disekitarnya dengan jarak > 30 m – 50 m dan perapihan

Galian Type-A.3 terdiri :


o Biaya menggali tanah biasa dengan kedalaman >1 m–3 m
secara manual;
o Ongkos mengangkut untuk bahan timbunan / dibuang
disekitarnya dengan jarak < 30 m dan perapihan.

[13]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)

Galian Type-A.4 terdiri :


o Biaya menggali tanah biasa dengan kedalaman >1 m–3 m
secara manual;
o Ongkos mengangkut untuk bahan timbunan / dibuang
disekitarnya dengan jarak > 30 m – 50 m dan perapihan.

Galian Type-A.5 terdiri :


o Biaya menggali tanah biasa dengan alat berat;
o Membuang / membawa sebagai bahan timbunan sesuai yang
ditentukan oleh Direksi Pekerjaan;
o Biaya alat dan penunjangnya antara lain Excavator, Bulldozer,
dll yang sejenis sesuai kebutuhan dilapangan dan perapihan.

 Galian Tipe-D terdiri :


o Biaya menggali tanah/endapan didalam air tanpa adanya
pengeringan dengan alat berat;
o Membuang / membawa sebagai bahan timbunan sesuai yang
ditentukan oleh Direksi Pekerjaan;
o Biaya alat dan penunjangnya antara lain Excavator, Ponton,
Bulldozer, dll yang sejenis sesuai kebutuhan dilapangan dan
perapihan.

 Galian Tipe-E
Galian Tipe E.1 terdiri :
o Biaya menggali tanah keras/cadas dengan kedalaman kurang
dari 1 m secara manual;
o Ongkos mengangkut untuk dibuang disekitarnya dengan jarak
< 30 m dan dan perapihan.

Galian Type-E.2 terdiri :


o Biaya menggali tanah keras / cadas dengan kedalaman < 1m
secara manual;
o Ongkos mengangkut untuk dibuang disekitarnya dengan jarak
> 30 m – 50 m dan perapihan.

Galian Type-E.3 terdiri :


o Biaya menggali tanah keras / cadas dengan kedalaman > 1m–
3m secara manual;
o Ongkos mengangkut untuk dibuang disekitarnya dengan jarak
< 30 m dan Perapihan.

[14]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)

Galian Type-E.4 terdiri :


o Biaya menggali tanah keras / cadas dengan kedalaman > 1m–
3m secara manual;
o Ongkos mengangkut untuk dibuang disekitarnya dengan jarak
> 30 m-50 m dan perapihan.

Galian Type-E.5 terdiri :


o Biaya menggali tanah keras / cadas dengan alat berat;
o Membuang pada lokasi sesuai yang ditentukan oleh Direksi
Pekerjaan
o Biaya alat dan penunjangnya antara lain Excavator, Bulldozer,
dll yang sejenis sesuai kebutuhan dilapangan dan perapihan.

- Pekerjaan galian tanah Tipe-B diukur dalam satuan meter kubik (m3)
galian tanah endapan (sedimen) pekerjaan sungai / saluran yang
diperhitungkan berdasarkan hasil pengukuran (setting-out survey),
gambar kerja dan pekerjaan yang telah diselesaikan dengan rapi;
- Pembayaran pekerjaan galian Tipe-B dilaksanakan berdasarkan harga
satuan dalam Daftar Kuantitas dan Harga yang sudah termasuk
semua biaya untuk pekerja, peralatan, bahan dan pekerjaan
penunjang dan upaya lain yang diperlukan untuk kelancaran
pekerjaan galian, angkutan dan pembuangan tanah hasil galian
termasuk landasan kerja untuk alat berat di atas tanah lembek, jalan
akses sementara, relokasi saluran/bangunan pengelak, partisi,
pengeringan/pemompaan dan lain-lain;
- Yang dimaksud dalam Pembayaran Galian Tipe-B adalah sebagai
berikut :
 Galian Type-B.1 terdiri :
o Biaya menggali tanah endapan / sedimen dengan kedalaman
kurang dari 1 m secara manual;
o Ongkos mengangkut untuk membuang disekitarnya dengan
jarak < 30 m danperapihan.

 Galian Type-B.2 terdiri :


o Biaya menggali tanah endapan / sedimen dengan kedalaman <
1m secara manual;
o Ongkos mengangkut untuk dibuang disekitarnya dengan jarak >
30 m – 50 m danperapihan.

[15]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)

 Galian Type-B.3 terdiri :


o biaya menggali tanah endapan / sedimen dengan kedalaman
>1m–3 m secara manual;
o Ongkos mengangkut untuk dibuang disekitarnya dengan jarak <
30 m dan perapihan.

 Galian Type-B.4 terdiri :


o biaya menggali tanah endapan / sedimen dengan kedalaman
>1m–3 m secara manual;
o Ongkos mengangkut untuk dibuang disekitarnya dengan jarak >
30 m-50 m dan perapihan.

 Galian Type-B.5 terdiri :


o Biaya menggali tanah endapan / sedimen dengan alat berat;
o Membuang pada lokasi sesuai yang ditentukan oleh Direksi
Pekerjaan;
o Biaya alat dan penunjangnya antara lain Excavator, Bulldozer,
dll yang sejenis sesuai kebutuhan dilapangan dan perapihan.

b) Galian Bangunan (Galian Tipe-C)


- Galian bangunan sebagai salah satu jenis pekerjaan dalam Daftar
Kuantitas dan Harga, diukur dalam satuan meter kubik (m3) yang
diperhitungkan dari permukaan tanah asli atau permukaan tanah yang
telah dikupas lapisan atasnya sampai ke garis dan elevasi galian yang
ditunjukkan dalam gambar kerja atau sesuai dengan ketentuan yang
ditetapkan dalam spesifikasi ini;
- Pembayaran pekerjaan galian bangunan/galian Tipe-C dilaksanakan
berdasarkan harga satuan pekerjaan ini dalam Daftar Kuantitas dan
Harga, tetapi bila tidak ada jenis pekerjaan galian bangunan/galian
Tipe-C dalam Daftar Kuantitas dan Harga, maka harga untuk
pekerjaan ini dianggap sudah termasuk dalam harga satuan pekerjaan
tanah dalam Daftar Kuantitas dan Harga;
- Harga satuan pekerjaan ini sudah termasuk semua biaya untuk
pekerja, peralatan, bahan, pengukuran, angkutan dan pembuangan,
perapian dan pencegahan dari longsoran tebing, perapian,
penampungan sementara dan pemanfaatannya sebagai bahan untuk
timbunan tanah dan pekerjaan lainnya kecuali bila ditetapkan secara
terpisah dalam Daftar Kuantitas dan Harga ialah jalan akses
sementara, relokasi saluran dan pengamanannya, pengeringan,
pekerjaan partisi dan lain-lain.

[16]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)

- Yang dimaksud dalam Pembayaran Galian Tipe-C adalah sebagai


berikut :
 Galian Type-C.1 terdiri :
o Biaya menggali tanah keras / cadas dengan kedalaman kurang
dari 1m secara manual;
o Ongkos mengangkut untuk dibuang disekitarnya dengan jarak <
30 m danperapihan.

 Galian Type-C.2 terdiri :


o Biaya menggali tanah keras / cadas dengan kedalaman < 1 m
secara manual;
o Ongkos mengangkut untuk dibuang disekitarnya dengan jarak >
30 m – 50 m danperapihan.

 Galian Type-C.3 terdiri :


o Biaya menggali tanah keras / cadas dengan kedalaman >1 m–3
m secara manual;
o Ongkos mengangkut untuk dibuang disekitarnya dengan jarak <
30 m dan perapihan.

 Galian Type-C.4 terdiri :


o Biaya menggali tanah keras / cadas dengan kedalaman >1 m–3
m secara manual;
o Ongkos mengangkut untuk dibuang disekitarnya dengan jarak >
30 m-50 m dan perapihan.

 Galian Type-C.5 terdiri :


o Biaya menggali tanah keras / cadas dengan alat berat;
o Membuang pada lokasi sesuai yang ditentukan oleh Direksi
Pekerjaan;
o Biaya alat dan penunjangnya antara lain Excavator, Bulldozer,
dll yang sejenis sesuai kebutuhan dilapangan dan perapihan.

c) Galian Batu
- Galian batu lunak dan galian batu keras diukur dalam satuan meter
kubik (m3) yang diperhitungkan mulai dari permukaan batu sampai ke
garis dan elevasi galian yang sudah dirapikan sesuai dengan gambar
kerja. Penetapan tentang jenis galian batu weathered rock dan galian
batu sound rock sesuai ketentuan dalam spesifikasi ini, garis batas
antara kedua jenis galian batu ditetapkan oleh Pengguna Jasa;

[17]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)

- Pembayaran untuk galian batu lunak dan galian batu keras akan
dilakukan sesuai dengan harga satuan jenis pekerjaan tersebut dalam
Daftar Kuantitas dan Harga;
- Harga tersebut dianggap sudah termasuk semua biaya untuk pekerja,
peralatan, bahan, pengukuran, galian, angkutan dan pembuangan,
perapian dan pencegahan longsoran tebing galian dan upaya lainnya
kecuali bila sudah ditetapkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga
misalnya jalan akses sementara, relokasi saluran dan bangunan
pengelak/pengaman, pengeringan/pemompaan, partisi dan lain-lain;
- Harga satuan pekerjaan galian batu keras sudah termasuk biaya
untuk peledakan batu dan upaya lainnya yang diperlukan kelancaran
pelaksanaan;
- Yang dimaksud dalam Pembayaran Galain Type F dan G adalah
sebagai berikut :
 Galian Type-F terdiri :
o Biaya menggali batu lunak dengan alat berat;
o Mengangkut / memmbuang pada lokasi sesuai yang ditentukan
oleh Direksi Pekerjaan;
o Biaya alat dan penunjangnya antara lain Excavator, wheel
loader, giant breaker dll yang sejenis sesuai kebutuhan
dilapangan dan perapihan.

 Galian Type-G.1 terdiri :


o Biaya menggali batu keras dengan alat berat;
o Mengangkut / memmbuang pada lokasi sesuai yang ditentukan
oleh Direksi Pekerjaan;
o Biaya alat dan penunjangnya antara lain Excavator, Bulldozer,
wheel loader pick hammer, giant breaker dll yang sejenis sesuai
kebutuhan dilapangan dan perapihan.

 Galian Type-G.2 terdiri :


o Biaya menggali batu keras dengan peledakan / blasting;
o Mengangkut / memmbuang pada lokasi sesuai yang ditentukan
oleh Direksi Pekerjaan;
o Biaya alat, bahan dan penunjangnya antara lain Explosive
dinamite, detonator, Excavator, Bulldozer, dump truck, dll yang
sejenis sesuai kebutuhan dilapangan dan perapihan.

[18]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)

d) Galian Borrow-area
- Galian tanah borrow area diukur dalam satuan meter kubik (m3)
untuk tanah timbunan yang dipadatkan sebagai pekerjaan timbunan
(permanen) Tipe-B dan Tipe-C, sesuai dengan ketentuan dalam
spesifikasi ini;
- Pembayaran untuk galian tanah borrow-area sudah termasuk dalam
harga satuan pekerjaan timbunan Tipe-B dan Tipe-C.

4. Pengukuran dan Pembayaran Pekerjaan Timbunan


a) Jenis Timbunan
- Pekerjaan timbunan tanah adalah semua jenis pekerjaan timbunan
tanah yang dilaksanakan untuk terwujudnya konstruksi permanen :
saluran, jalan inspeksi, pekerjaan timbunan bagian dari bangunan
konstruksi yang tanahnya berasal dari pekerjaan galian atau borrow-
area dan berdasarkan hasil uji laboratorium memenuhi syarat dan
spesifikasi teknik serta sudah mendapat persetujuan Pengguna Jasa
sebelum pekerjaan timbunan dilaksanakan;
- Penyedia Jasa harus menyampaikan metoda kerja pekerjaan
timbunan kepada Pengguna Jasa termasuk semua kegiatan yang
berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan tersebut untuk
mendapatkan persetujuan sebelum dilaksanakan;
- Pekerjaan timbunan harus dilaksanakan sesuai dengan jalur, dimensi,
elevasi dan kemiringan timbunan yang ditetapkan dalam gambar kerja
yang telah disepakati. Kecuali bila ada ketentuan lain, Penyedia Jasa
harus menambah timbunan tambahan (extra filling), lima persen
(5%).

b) Jenis Timbunan Berdasarkan Jarak Angkut


- Tipe-A : pekerjaan timbunan dengan tanah yang berasal dari
pekerjaan galian disekitarnya;
- Tipe-B : pekerjaan timbunan dengan tanah yang berasal dari borrow-
pit atau dari pekerjaan galian dengan jarak angkut sesuai dengan
yang ditentukan dalam Daftar Kuantitas dan Harga. Kecuali bila ada
ketentuan lain, pada umumnya semua jenis pekerjaan timbunan
termasuk kategori Tipe-B ini;
- Tipe-C : pekerjaan timbunan di lokasi dengan tanah pondasi yang
lembek dan muka air tanah yang tinggi, tanah untuk bahan timbunan
berasal dari borrow-area dengan jarak angkut sesuai dengan yang
ditentukan dalam Daftar Kuantitas dan Harga. Timbunan Tipe-C
hanya diterapkan dibagian pekerjaan seperti yang ditunjukkan dalam
gambar kerja atau atas perintah Pengguna Jasa.

[19]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)

c) Jenis/Kelompok Pekerjaan Timbunan Berdasarkan


Pemadatan
- Pemadatan Ringan (Tipe-A1, B1, C1)
Pekerjaan timbunan tanah untuk mengganti tanah yang asli, sebagai
bangunan penyangga beban (counter-weight) dan pekerjaan
timbunan lainnya sesuai dengan perintah Pengguna Jasa. Tingkat
kepadatan untuk pekerjaan timbunan dengan pemadatan ringan
harus tidak boleh kurang dari 85% kepadatan kering maksimum (85%
MDD, maximum dry density);
Pekerjaan timbunan dengan pemadatan ringan terdiri dari 3 (tiga)
golongan :
 Tipe-A1, menggunakan tanah dari hasil pekerjaan galian;
 Tipe-B1, menggunakan tanah dari borrow-area;
 Tipe-C1, menggunakan tanah dari luar.

- Pemadatan Biasa/Normal (Tipe-A2, B2, C2)


Pekerjaan timbunan tanah untuk saluran, tanggul, jalan, timbunan
untuk bangunan irigasi dan bangunan pelengkap dan konstruksi
permanen lainnya yang diperintahkan Pengguna Jasa. Tingkat
kepadatan untuk kelompok pekerjaan timbunan dengan pemadatan
biasa harus tidak boleh kurang dari 95% kepadatan kering maksimum
(95% MDD, maximum dry density) sesuai dengan ketentuan dalam
ASTM D-698 atau SNI.
Kelompok pekerjaan timbunan dengan pemadatan biasa terdiri dari 4
(empat) golongan ialah :
 Tipe-A2, menggunakan tanah dari hasil pekerjaan galian;
 Tipe-B2, menggunakan tanah dari borrow-area;
 Tipe-C2, menggunakan tanah dari luar;
 Tipe-D, pemadatan menggunakan alat berat.

d) Penghamparan, Perlakuan dan Pemadatan


- Uji Coba Timbunan
Sebelum pekerjaan timbunan untuk konstruksi yang permanen akan
dilaksanakan, terlebih dahulu mengerjakan uji coba pelaksanaan
pekerjaan timbunan dilapangan menggunakan tanah bahan timbunan,
peralatan, tenaga kerja dan metoda kerja yang sudah mendapat
persetujuan Pengguna Jasa sebelumnya.Uji coba timbunan ini
dimaksudkan guna memilih metoda kerja untuk pekerjaan timbunan
yang efisien berdasarkan jumlah peralatan yang dipergunakan, tebal
lapisan yang dipadatkan, jumlah lintasan alat pemadat serta tingkat
kepadatan yang dicapai yang harus memenuhi Spesifikasi Teknik ini;

[20]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)

- Metoda kerja yang disetujui oleh Pengguna Jasa tidak dapat dipakai
alasan bagi Penyedia Jasa untuk lepas tanggung jawab terhadap
tingkat kepadatan dan kinerja pekerjaan timbunan;
- Apabila karena suatu sebab perlu dilakukan perubahan metoda kerja
atau tanah bahan timbunan dari lokasi borrow pit lainnya, Penyedia
Jasa wajib melakukan uji coba timbunan ulang;
- Bila uji coba timbunan tersebut dilaksanakan dilokasi tanggul, saluran,
jalan atau pekerjaan permanen lainnya, maka hasil uji coba tersebut
dapat dibayar sebagai bagian dari pekerjaan timbunan bila menurut
pertimbangan Pengguna Jasa telah memenuhi persyaratan.
Sebaliknya bila hasil tes kepadatan uji coba timbunan tidak memenuhi
ketentuan dalam Spesifikasi ini, maka timbunan hasil uji coba tersebut
harus dibongkar oleh Penyedia Jasa dari lokasi pekerjaan.

e) Pondasi Timbunan Tipe-A dan Tipe-B


Sebelum timbunan tanah dilaksanakan, permukaan tanah pondasinya
harus terlebih dulu dikupas sesuai dengan ketentuan. Spesifikasi
Teknik ini. Selanjutnya permukaan tanah yang telah dibersihkan dari
humus dan bahan organik lainnya, dicangkul/dibajak sedalam tidak
kurang dari 15 cm merata pada seluruh permukaan, sebelum lapis
pertama (1) tanah bahan timbunan dihamparkan.Biaya yang
dikeluarkan oleh Penyedia Jasa untuk pekerjaan diatas dianggap
sudah termasuk dalam harga satuan pekerjaan timbunan yang
ditawarkannya dalam Daftar Kuantitas dan Harga.

f) Pondasi Timbunan Tipe-C


Untuk pekerjaan timbunan dengan tanah pondasi yang lembek dan
muka air tanah yang tinggi, sesudah perlakuan terhadap permukaan
tanah pondasi selesai dikerjakan seperti yang dijelaskan spesifikasi
teknis ini maka upaya pengeringan dengan pompa air perlu
dilaksanakan paling tidak 2 (dua) jam sebelum pekerjaan timbunan
dikerjakan.Selama pekerjaan timbunan dikerjakan, tinggi muka air
tanah harus tetap dijaga paling sedikit 30 cm dibawah permukaan
timbunan, danbila permukaan tanah timbunan tergenang maka
permukaan tanah tersebut harus dikupas setebal paling sedikit 5 cm
atau sesuai dengan perintah Pengguna Jasa dan kemudian
dicangkul/dibajak sedalam 15 cm seperti yang telah diuraikan.

[21]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)

g) Penghamparan, Pengendalian Kadar Air, dan Pemadatan


Tanah
- Penyedia Jasa wajib menyerahkan metoda kerja termasuk
peralatan yang dipergunakan kepada Pengguna Jasa untuk
mendapatkan persetujuan sebelum timbunan tanah dikerjakan.
Sebelum timbunan lapisan pertama dihampar dipermukaan tanah
pondasi, perlakuan terhadap permukaan tanah pondasi seperti
diuraikan harus terlebih dahulu diselesaikan.;
- Permukaan tanah asli atau timbunan lama harus dibuat bertangga
sesuai dengan yang ditunjukkan dalam gambar kerja atau perintah
Pengguna Jasa sebelum penghamparan tanah bahan timbunan
dikerjakan;
- Untuk lereng timbunan lama yang akan digali dengan bertangga,
terlebih dahulu permukaan lereng tersebut harus dikupas dan
dibersihkan dari bahan organik, setelah selesai baru kemudian
dibuat bertangga, sehingga tanggul yang baru dapat sepenuhnya
menyatu dengan tanggul/timbunan yang lama;
- Penghamparan tanah bahan timbunan secara mendatar dengan
tebal tidak boleh lebih dari 30 cm atau harus sesuai dengan hasil
uji coba timbunan tanah yang berbentuk bongkah-bongkah harus
dipecah-pecah sebelum dipadatkan. Tidak diperkenankan
memperlebar timbunan tanah dengan cara mencurahkan tanah
lepas dari atas timbunan lama;
- Kadar air tanah bahan timbunan harus dijaga agar disekitar kadar
air optimum dengan toleransi + 3% sampai -5% dari kadar air
optimum hasil uji laboratorium atau ketentuan lain atas perintah
Pengguna Jasa berdasarkan soil-properties tanah tersebut;
- Pemadatan harus dikerjakan hingga tingkat kepadatan timbunan
mencapai 95% kepadatan kering maksimum untuk pemadatan
biasa/normal dan 85% untuk pemadatan ringan sesuai dengan
ketentuan;
- Untuk lereng timbunan yang akan diperkuat dengan lapisan/talud
beton, sebelum talud beton dipasang/dicor, lereng timbunan
terlebih dahulu harus dirapikan dan dipadatkan dengan tamping-
rammer atau alat lain yang disetujui Pengguna Jasa sesuai dengan
dimensi yang ditunjukkan dalam gambar kerja.

h) Pengukuran
Pengukuran untuk pembayaran pekerjaan timbunan Tipe-A1, A2, B1,
B2, C1, C2 dan D dilakukan dalam satuan meter-kubik (m3) timbunan
padat yang diukur berdasarkan tampang memanjang, tampang

[22]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)

melintang, elevasi, kemiringan, dan jarak sesuai dengan gambar kerja


yang telah disepakati dan hasil pengukuran prestasi kerja yang
terakhir termasuk timbunan Tipe-D, dengan memperhatikan
settlement dan subsidence tanah pondasi yang masih berlanjut.

4. Pengukuran dan Pembayaran Pekerjaan Timbunan/Urugan


Kembali
a) Pekerjaan urugan kembali harus dikerjakan sesuai dengan gambar
kerja yang disepakati atau atas perintah Pengguna Jasa, berdasarkan
tujuannya urugan kembali digolongkan dalam 2 (dua) tipe, ialah :
- Tipe-A : urugan kembali tanpa pengendalian pemadatan yang
ketat, dimaksudkan untuk saluran pengelak sementara dan lokasi
lain yang ditetapkan Pengguna Jasa;
- Tipe-B : urugan kembali untuk bangunan :bendung, saluran
irigasi,drainasi, sungai dan di lokasi lain sesuai dengan perintah
Pengguna Jasa dengan pemadatan biasa/normal seperti yang
diuraikan dalam spesifikasi ini.
b) Penyedia Jasa harus menyampaikan metoda pelaksanaan kerja, bahan
dan peralatan yang direncanakan akan digunakan, kepada Pengguna
Jasa untuk mendapatkan persetujuan sebelum pekerjaan
urugan/timbunan tanah kembali dilaksanakan :
- Tipe-A : tanah bahan timbunan berasal dari tanah hasil pekerjaan
galian dilokasi bangunan atau lokasi lain sesuai persetujuan
Pengguna Jasa;
- Tipe-B.1 : tanah bahan timbunan harus berasal dari tanah hasil
pekerjaan galian atau dari borrow-pit yang memenuhi syarat
sebagai tanah bahan timbun berdasarkan hasil uji laboratorium dan
atas persetujuan/perintah Pengguna Jasa.
c) Dikerjakan paling sedikit 14 (empat belas) hari sesudah pekerjaan
beton untuk struktur selesai dilaksanakan;
d) Dikerjakan lapis demi lapis dengan tebal lapisan berdasarkan hasil uji
coba yang tergantung dari material/ tanah bahan timbunan, peralatan
yang dipergunakan dan jumlah lintasannya. Pada umumnya tebal
lapisan urugan kembali yang telah dipadatkan tidak boleh lebih dari
30 cm;
e) Kadar air tanah bahan timbunan berkisar antara + 3% sampai -5%
dari kadar air optimum berdasarkan hasil uji laboratorium dengan
tingkat kepadatan 95% kepadatan kering maksimum sesuai dengan
kriteria ASTM D-968;
f) Pemadatan dengan menggunakan Baby roller / stamper atau Alat
Pemadat yang disetujui Pengguna Jasa.

[23]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)

g) Pengukuran untuk pekerjaan timbunan / urugan kembali Tipe-A


dilakukan dalam satuan meter kubik (m3) yaitu volume yang diukur
mulai dari garis batas pekerjaan galian dan dinding/permukaan paling
luar bangunan atau elevasi yang telah ditetapkan yang tidak
melampaui elevasi permukaan tanah asli atau berdasarkan data hasil
pengukuran sebelum dan segera setelah pekerjaan urugan kembali
selesai dikerjakan diatas pondasi tanah lembek dimana settlement dan
land subsidence masih terus berlanjut atau sesuai perintah Pengguna
Jasa.Kecuali bila ditetapkan lain oleh Pengguna Jasa, biaya untuk
urugan kembali Tipe-B.1 dan B.2 sudah termasuk dalam harga Lump
Sum dalam Daftar Kuantitas dan Harga. Tapi bila berdasarkan
perintah Pengguna Jasa, pembayaran pekerjaan urugan kembali Tipe-
B.1 dan B.2 harus dilakukan berdasarkan harga satuan maka
pembayarannya dilakukan berdasarkan volume pekerjaan tersebut
yang diperoleh dari data pengukuran sebelum dan sesudah selesainya
pekerjaan yang memuaskan Pengguna Jasa;
h) Pembayaran pekerjaan urugan kembali dilakukan berdasarkan harga
yang tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga yang sudah
termasuk biaya untuk : galian, angkutan, re-handling, penghamparan,
pengendalian kadar air, pemadatan, perapian dan biaya lain
termasuk, upah, bahan, peralatan serta pekerjaan penunjang yang
telah diuraikan dalam sub-bagian sebelumnya.
i) Pembayaran tersebut diatas adalah :
- Timbunan tanah Tipe-A : dari hasil galian (Manual);
- Timbunan tanah Tipe-B1: dari hasil galian (Mekanis);
- Timbunan tanah Tipe-B2: dari hasil galian dengan alat berat.

CATATAN :
- Yang dimaksud dengan Manual adalah proses pemadatan yang
dilaksanakan secara manual dengan menggunakan tenaga manusia
dengan alat pemadat timbris, dll, sejenis;
- Yang dimaksud dengan Mekanis adalah proses pemadatan yang
dilaksanakan secara mekanis yaitu dengan menggunakan peralatan antara
lain : baby roller, stamper, dll;
- Sedangkan yang dimaksud Alat Berat adalah proses pemadatan dengan
alat berat antara lain dengan menggunakan peralatan : Excavator,
Bulldozer, wheel loader, compaction roller, dll sejenis.

5. Pengangkutan Tanah Bagan Timbunan dan Sisa Galian


a) Penyedia Jasa wajib menyerahkan metoda kerja untuk pengangkutan
tanah bahan timbunan dari lokasi borrow-pit dan/atau galian serta

[24]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)

pembuangan sisa galian dan/atau tanah yang tidak memenuhi syarat


sebagai bahan timbunan ke lokasi pembuangan yangdisediakan oleh
Penyedia Jasa, paling lambat 30 (tiga puluh) hari sebelum dikerjakan
kepada PPK untuk mendapatkan persetujuan;
b) Metoda kerja tersebut dilampiri dengan peta rencana pemindahan
tanah secara mekanis (earth moving work plan) dilengkapi
jalur/lintasan jalan untuk transportasi tanah;
c) Harga satuan untuk pekerjaan galian dan timbunan yang tercantum
dalam Daftar Kuantitas dan Harga, sudah termasuk biaya untuk
angkutan.

6. Toleransi Pekerjaan Tanah


Dimensi, elevasi dan kemiringan pekerjaan tanah setelah selesai
dirapikan dapat diberi toleransi seperti daftar dibawah ini kecuali bila
ditetapkan lain oleh Pengguna Jasa.
a) Saluran irigasi dan drainasi termasuk bangunan pelengkapnya:
- Permukaan dasar : - 5 cm, + 0 cm
- Lebar dasar : - 0 cm, + 5 cm
- Lebar puncak : - 0 cm, + 5 cm
- Jalur : ± 5 cm
- Kemiringan memanjang : ± 0,1%
b) Jalan
- Permukaan jalan : - 0 cm, + 5 cm
- Lebar jalan : - 0 cm, + 10 cm
- Jalur : ± 5 cm
c) Galian bangunan
- Dasar galian : + 0 cm, - 5 cm

7. Uji Laboratorium Untuk Bahan dan Pekerjaan Selesai


a) Uji laboratorium untuk bahan timbunan dan urugan sebelum
pelaksanaan pekerjaan dan untuk pengendalian mutu selama
pelaksanaan pekerjaan harus dilaksanakan menggunakan
laboratoriumnya di lapangan atau laboratorium lain yang disetujui
Pengguna Jasa dengan disaksikan/diawasi oleh Pengguna Jasa;
- Penyedia Jasa akan melaksanakan uji SPT (Standard Cone Penetration
Test) pada dasar galian untuk memastikan kesesuaian tanah sebagai
pondasi sebelum dilakukan pengecoran beton.Hasil uji laboratorium
untuk semua bahan bangunan yang akan dipergunakan untuk
pekerjaan harus disampaikan oleh Penyedia Jasa kepada Pengguna
Jasa untuk dikaji dan disetujui;

[25]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)

- Uji laboratorium yang akan dikerjakan Penyedia Jasa, metode baku


untuk uji laboratorium yang akan digunakan dan frekuensi uji
laboratorium untuk bahan bangunan selama pelaksanaan sampai
selesainya pekerjaan harus secara rinci sesuai ketentuan dalam SNI
atau sesuai perintah Pengguna Jasa.

V. PEKERJAAN PASANGAN BATU


1. Ruang Lingkup
a) Pedoman ini menetapkan ketentuan dan persyaratan, metode
pelaksanaan pekerjaan, pengendalian mutu serta pengukuran dan
pembayaran untuk pekerjaan pasangan batu dan adukan semen;
b) Pedoman ini mencakup pekerjaan pasangan batu yang meliputi
bronjong, pasangan batu Kali, pasangan batu kosong, plesteran dan
siaran serta pekerjaan adukan semen;
c) Pedoman ini mencakup pekerjaan penyediaan baik batu yang diisikan
ke dalam bronjong kawat (gabion) maupun pasangan batu kosong
pada landasan yang disetujui sesuai dengan detail yang ditunjukkan
dalam pada Gambar sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan.

2. Acuan Normatif
Standar Nasional Indonesia (SNI)
- SNI 15-0302-1989 : Semen Pozolan Kapur
- SNI 15-2049-1994 : Semen Portland
- SNI 15-0129-1994 : Semen Portland Putih
- SNI 15-0302-1999 : Semen Portland Pozolan - SNI 03-2417-1991 :
Metode Pengujian Keausan Agregat Dengan Mesin Abrasi Los Angeles
- SNI 03-3046-1992 : Kawat Bronjong dan Bronjong Berlapis PVC
(Polivinil Chlorida)
- SNI 15-3758-1995 : Semen Aduk Pasangan
- SNI 03-0090-1999 : Spesifikasi Bronjong Kawat
- SNI 03-6817-2002 : Metode Pengujian Mutu Air Untuk digunakan
dalam Beton
- SNI 03-6882-2002 : Spesifikasi Mortar Untuk Pekerjaan Pasangan

American Standard Test Method


- ASTM C 91 : Masonry cement
- ASTM C 207 : Hydrated Lime
- ASTM C 270 : Mortar for Unit Masonry
- ASTM C 476 : Mortar and Grout for Reinforcement of Masonry

[26]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)

3. Istilah Dan Difinisi


a) Agregat halus : adalah agregat yang mempunyai diameter butir di
atas 0,25 mm sampai 4 mm yang biasa disebut pasir;
b) Agregat kasar : adalah agregat yang mempunyai diameter butir di
atas 4 mm sampai 31,5 mm yang biasa disebut kerikil;
c) Semen Portland : adalah semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara
menggiling terak semen portland yang terutama, terdiri dari Kalsium
Silikat Hidrat yang bersifat hidrolis dan digiling bersama-sama dengan
bahan tambahan satu atau lebih bentuk kristal senyawa Kalsium
Sulfat;
c) Batu alam : adalah suatu gabungan daripada hablur mineral yang
bersatu dan memadat, sehingga memiliki derajat kekerasan tertentu,
yang berbentuk secara alamiah melalui proses pelelehan, pembekuan,
pengendapan dan perubahan alamiah;
d) Batu candi : adalah batu kasar (granit, andesit dan sejenis) yang
dibentuk secara khusus untuk dipergunakan sebagai lapisan tahan
gerusan;
e) Batu pecah : adalah hasil pecahan batu alam dalam bentuk butiran
asli atau dibelah menjadi ukuran butiran yang cukup besar untuk
dipergunakan dalam pembuatan bangunan dasar;
f) Bronjong : adalah suatu konstruksi yang tersusun dari batuan pecah
dan di ikat oleh anyaman kawat;
g) Pasangan batu kosong : adalah suatu konstruksi yang disusun dengan
bahan material yang berupa batu kosong yang berfungsi untuk
melindungi bahaya gerusan;
h) Pasangan batu belah : adalah suatu konstruksi yang disusun dengan
bahan material yang berupa batu kali, pasir dan semen Portland;
i) Plesteran : adalah suatu konstruksi yang berfungsi sebagai penutup /
pengikat ujung pasangan batu;
j) Siaran : adalah sutau konstruksi yang berfungsi untuk menutup /
mengikat / memperkuat antara batu muka.

4. Persyaratan Bahan
a) Batu
- Batu harus bersih, keras, tanpa bagian yang tipis atau retak dan harus
dari jenis yang diketahui awet;
- Bila perlu, batu harus dibentuk untuk menghilangkan bagian yang
tipis atau lemah;
- Batu yang digunakan adalah batu belah atau batu bulat, batu kali
yang dipecah salah satu sisinya tidak rapuh tidak keropos, tidak
berpori;

[27]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)

- Batu harus rata, lancip atau lonjong bentuknya dan dapat


ditempatkan saling mengunci bila dipasang bersama-sama;
- Untuk batu dari hasil galian, harus dibersihkan dari lapisan tanah yang
menyelimuti agar permukaan batu bersih;
- Ukuran batu berkisar antara diameter 15-30 cm. Batu bulat atau batu
kali hanya boleh digunakan setelah salah satu sisinya dipecah atau
sesuai persetujuan Direksi dan digunakan bersama-sama dengan batu
belah;
- Batu pecah yang mempunyai diameter < 10 cm hanya boleh
dipergunakan sebagai batuan pengisi/pengunci.

b) Pasir
- Pasir yang dimaksud disini lebih diutamakan pasir alam (pasir pasang)
yang diambil dari sungai atau sumber lain yang telah disetujui oleh
Direksi;
- Tempat penimbunan penyimpanan harus bersih dari sampah organik,
sampah kimia, bebas dari banjir serta tidak terkontaminasi dengan
bahan lainnya, seperti air laut/garam dan lain-lainnya yang akan
menurunkan mutu pasangan batu.

c) Material Semen
- Bahan material cement yang dipakai adalah jenis PC yang ada
dipasaran dan harus memenuhi standar;
- Bahan material cement yang telah mengeras karena pengaruh cuaca,
air atau bahan organic lainnya tidak boleh dipakai;
- Dalam menyimpan material di gudang lapangan, tempat penyimpanan
harus kering dan diberi alas minimum 30 cm diatas permukaan tanah
dan tinggi tumpukan maksimum 3 m.

c) Air
- Air yang dipergunakan harus bersih tidak mengandung Lumpur,
minyak, bahan organik atau bahan kimia.

5. Pelaksanaan Pekerjaan
a) Pasangan Batu Belah 1 PC : 4 PS
- Spesifikasi teknis untuk pasangan batu belah 1 PC : 4 PS sama
dengan spesifikasi pasangan batu belah 1 PC : 3 PS akan tetapi
perbandingan campuran spesi adalah 1 PC (Portland Cement) : 4
PS (Pasir) dengan kebutuhan Semen (PC) sebanyak = 163 kg dan
Pasir sebanyak = 0,52 m3;
- Perhitungan dan Pembayaran :

[28]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)

Volume Pekerjaan dihitung sesuai dan berdasarkan gambar


pelaksanaan yan telah disetujui oleh Pengguna Jasa, dan
diperhitungkan dalam satuan meter kubik (m3);
- Harga satuan yang ditawarkan oleh Penyedia Jasa sudah harus
meliputi Upah tenaga,bahan material yang dipakai, peralatan yang
digunakan, Biaya umum dan keuntungan.

b) Siaran 1 PC : 2 PS
- Sebelum pekerjaan siaran dimulai semua bidang sambungan
diantara batu muka harus dikorek sebelum ditutup dengan adukan.
Permukaan harus dibersihkan;
- Adukan spesi untuk siaran harus memakai adukan 1 PC (Portland
Cement) : 2 PS (Pasir) dengan kebutuhan Semen (PC) sebesar =
6,35 kg dan Pasir sebanyak = 0,012 m3 dan diaduk secara merata
dengan air;
- Pekerjaan Siaran dapat dibagi atas :
 Siaran Tenggelam (masuk kedalam ± 1 cm);
 Siaran rata (rata dengan muka batu dengan tebal 1 cm);
 Siaran Timbul (timbul dengan tebal 1 cm dari muka batu)
- Perhitungan dan Pembayaran :
Volume Pekerjaan dihitung sesuai dan berdasarkan gambar
pelaksanaan yan telah disetujui oleh Pengguna Jasa, dan
diperhitungkan dalam satuan meter persegi (m2);
- Harga satuan yang ditawarkan oleh Penyedia Jasa sudah harus
meliputi Upah tenaga,bahan material yang dipakai, peralatan yang
digunakan, Biaya Umum dan keuntungan.

c) Plesteran 1 PC : 3 PS
- Bila diperintahkan, dinding dan lantai baik lama maupun baru terbuat
dari pasangan bata/batu kali harus diplester dengan adukan 1 PC
(Portland Cement) : 3 PS (Pasir) dengan kebutuhan Semen (PC)
sebanyak = 7,75 kg dan Pasir sebanyak = 0,023 m3 dan diaduk
secara merata dengan air, guna mencapai campuran yang homogen
maka diwajibkan untuk memakai mixer / molen;
- Pekerjaan Plesteran dikerjakan 1 lapis sampai jumlah ketebalan 1,5
cm dan dihaluskan dengan air semen. Apabila tidak diperintahkan lain
pasangan harus diplester pada bagian atas dari dinding, bagian tepi
pasangan pada sorongan / pipa saluran, dan selebar 0,10 m dibawah
tepi atas dinding dan pasangan sorongan / pipa saluran;
- Untuk menghindari retak-retak rambut pada permukaan plesteran
yang sudah selesai karena sust pengerasan, maka permukaan

[29]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)

plesteran yang sudah selesai harus dibasahi dengan air selama 7 hari
berturut-turut;
- Perhitungan dan Pembayaran :
Volume Pekerjaan dihitung sesuai dan berdasarkan gambar
pelaksanaan yan telah disetujui oleh Pengguna Jasa, dan
diperhitungkan dalam satuan meter persegi (m2);
- Harga satuan yang ditawarkan oleh Penyedia Jasa sudah harus
meliputi Upah tenaga,bahan material yang dipakai, peralatan yang
digunakan, “ Biaya Umum dan keuntungan.

d) Drain Hole pipa PVC diameter 3”


- Bila diperintahkan Direksi / ditunjuk dalam gambar disain maka
pasangan baru harus dipasangan drain hole dengan bahan antara lain
pipa PVC, ijuk kerikil bergradasi baik;
- PVC diameter 3” harus lebih panjang 20 cm sampai dengan 25 cm
dari pasangan bagian belakang dan diujungnya harus dibungkus
dengan ijuk setebal 5 cm dan dikelilingi / diselimuti kerikil setebal 15
cm secara penuh;
- Cara pemasangan harus selang seling dengan jarak horisontal 2 m
dan vertikal 1 m atau ditentukan lain oleh direksi.

e) Bronjong Kawat Galvanis diameter 3” (pabrikasi)


- Spesifikasi teknis untuk bronjong kawat galvanis 3 mm pabrikasi sama
dengan spesifikasi bronjong kawat galvanis 3 mm dengan anyaman
tangan akan tetapi dalam penganyaman harus dilaksanakan oleh
mesin bukan manusia;
- Perhitungan dan Pembayaran :
Volume Pekerjaan dihitung sesuai dan berdasarkan gambar
pelaksanaan yan telah disetujui oleh Pengguna Jasa, dan
diperhitungkan dalam satuan buah;
- Harga satuan yang ditawarkan oleh Penyedia Jasa sudah harus
meliputi Upah tenaga,bahan material yang dipakai, peralatan yang
digunakan, Biaya umum dan keuntungan;
- Batu isi untuk bronjong harus berdiameter 200 mm sampai dengan
400 mm dimana sekurang-kurangnya 25 % harus berdiameter lebih
besar dari 250 mm dan untuk batu kecil hanya untuk pengisi bagian
rongga;
- Dalam pengisian batu perlu diperhatikan utamanya untuk semua sisi
permukaan dimana batu yang dipakai adalah batu yang mempunyai
permukaan yang rata dan ditopang bagian belakangnya dengan batu
pengisi sesuai dengan demensi bronjong;

[30]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)

- Perhitungan dan Pembayaran :


Volume Pekerjaan dihitung sesuai dan berdasarkan gambar
pelaksanaan yan telah disetujui oleh Pengguna Jasa, dan
diperhitungkan dalam satuan meter kubik (m3);
- Harga satuan yang ditawarkan oleh Penyedia Jasa sudah harus
meliputi Upah tenaga,bahan material yang dipakai, peralatan yang
digunakan, Biaya Umum dan keuntungan.

VI. PEKERJAAN BETON


1. Ruang Lingkup
a) Pedoman ini menetapkan ketentuan dan persyaratan, metode kerja
pelaksanaan, pengendalian mutu serta pengukuran dan pembayaran
dalam pelaksanaan pekerjaan beton;
b) Pedoman ini mencakup kegiatan pelaksanaan seluruh bangunan
beton bertulang, beton tanpa tulangan, beton pracetak, beton untuk
bangunan baja komposit dan waterstop;
c) Pedoman ini mencakup penyiapan tempat kerja untuk pengecoran
beton, pengadaan penutup beton, lantai kerja dan pemeliharaan
pondasi seperti pemompaan atau tindakan lain untuk
mempertahankan agar pondasi tetap kering.

2. Acuan Normatif
Standar Nasional Indonesia (SNI) :
- SNI 03-1968-1990 : Metode Pengujian tentang Analisis Saringan
Agregat Halus dan Kasar
- SNI 03-1969-1990 : Metode Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air
Agregat Kasar
- SNI 03-1972-1990 : Metode Pengujian Slump Beton
- SNI 03-1973-1990 : Metoda Pengujian Berat Isi Beton
- SNI 03-1974-1990 : Metode Pengujian Kuat Tekan Beton.
- SNI 03-2417-1991 : Metode Pengujian Keausan Agregat dengan
Mesin Los Angeles.
- SNI 03-2458-1991 : Metode Pengambilan Contoh Untuk Campuran
Beton Segar.
- SNI 03-2460-1991 : Spesifikasi Abu Terbang sebagai Bahan
Tambahan untuk Campuran Beton
- SNI 03-2461-1991 : Spesifikasi Agregat Ringan untuk Beton Struktur
- SNI 03-2491-1991 : Metode Pengujian Kuat Tarik Belah Beton
- SNI 03-2492-1991 : Metode Pengambilan dan Pengujian Beton Inti
- SNI 03-2493-1991 : Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji
Beton di Laboratorium

[31]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)

- SNI 03-2495-1991 : Spesifikasi Bahan Tambahan untuk Beton


- SNI 03-2530-1991 : Metode Pengujian Kehalusan Semen Portland
- SNI 03-2531-1991 : Metode Pengujian Berat Jenis Semen Portland
- SNI 03-2816-1992 : Metode Pengujian Kotoran Organik Dalam Pasir
untuk Campuran Mortar dan Beton
- SNI 03-2823-1992 : Metode Pengujian Kuat Lentur Beton Memakai
Gelagar Sederhana Dengan Sistem Beban Titik di Tengah
- SNI 03-2834-1992 : Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton
Normal
- SNI 03-2854-1992 : Spesifikasi Kadar Ion Klorida dalam Beton
- SNI 03-2914-1992 : Spesifikasi Beton Bertulang Kedap Air
- SNI 03-2915-1992 : Spesifikasi Beton Tahan Sulfat
- SNI 03-3402-1994 : Metode Pengujian Berat Isi Beton Ringan
Struktural
- SNI 03-3407-1994 : Metode Pengujian Sifat Kekekalan Bentuk Agregat
Terhadap Natrium Sulfat dan Magnesium Sulfat.
- SNI 03-3418-1994 : Metode Pengujian Kandungan Udara Pada Beton
Segar
- SNI 03-3419-1994 : Metode Pengujian Abrasi Beton di Laboratorium
- SNI 03-3421-1994 : Metode Pengujian Kuat Tekan Beton Isolasi
Ringan di Lapangan
- SNI 03-3449-1994 : Tata Cara Rencana Pembuatan Campuran Beton
Ringan dengan Agregat Ringan
- SNI 03-3976-1995 : Tata Cara Pengadukan Pengecoran Beton
- SNI 03-4141-1996 : Metode Pengujian Gumpalan Lempung dan Butir-
butir Mudah Pecah dalam Agregat
- SNI 03-4142-1996 : Metode Pengujian Jumlah bahan Dalam Agregat
Yang Lolos No.200 (0,075 mm).
- SNI 03-4154-1996 : Metode Pengujian Kuat Lentur Beton Dengan
Balok Uji Sederhana Yang dibebani Terpusat Langsung
- SNI 03-4155-1996 : Metode Pengujian Kuat Tekan Beton dengan
Benda Uji Patahan Balok Bekas Uji Lentur
- SNI 03-4156-1996 : Metode Pengujian Bliding dari Beton Segar
- SNI 03-4169-1996 : Metode Pengujian Modulus Elastisitas Statis Dan
Rasio Poison Beton dengan Kompresor Ekstensometer
- SNI 03-4430-1997 : Metode Pengujian Kuat Tekan Elemen Struktur
Beton Dengan Alat Palu Beton Tipe n dan nr
- SNI 03-4431-1997 : Metode Pengujian Kuat Lentur Beton Normal
Dengan Dua Titik Pembebanan
- SNI 03-4433-1997 : Spesifikasi Beton Siap Pakai

[32]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)

- SNI 03-4805-1998 : Metode Pengujian Kadar Semen Portland Dalam


Beton Keras Yang Memakai Semen Hidrolik
- SNI 03-4806-1998 : Metode Pengujian Kadar Semen Portland dalam
Beton Segar dengan Titrasi Volumetri
- SNI 03-4807-1998 : Metode Pengujian untuk Menentukan Suhu Beton
Segar Semen Portland
- SNI 03-4807-1998 : Metode Pengujian untuk Menentukan Suhu Beton
Segar Semen Volumetri
- SNI 03-4809-1998 : Metode Pengujian untuk membandingkan
berbagai Beton Berdasarkan Kuat Lekat Yang Timbul Terhadap
Tulangan
- SNI 03-4810-1998 : Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji
Beton di Lapangan
- SNI 03-4811-1998 : Metode Pengujian Rangkak Pada Beton Yang
Tertekan
- SNI 03-4812-1998 : Metode Pengujian Kuat Tarik Beton Secara
Langsung
- SNI 03-4817-1998 : Spesifikasi Lembaran Bahan Penutup untuk
Perawatan Beton
- SNI 03-4820-1998 : Tata Cara Penggunaan Peralatan Untuk Penentuan
Perubahan Panjang, Pasta, Mortar Dan Beton Semen Yang Sudah
Mengeras
- SNI 03-6369-2000 : Tata Cara Pembuatan Kaping Untuk Benda Uji
Silinder Beton
- SNI 03-6429-2000 : Metode Pengujian Kuat Tekan Beton Silinder
Dengan Cetakan Silinder Di Dalam Tempat Cetakan
- SNI 06-6430-2000 : Metode Pengujian Ekspansi dan Bliding
- SNI 06-6430.1-2000 : Metode Pengujian Kuat Tekan Graut untuk
Beton dengan Agregat Praletak di Laboratorium
- SNI 03-6430.2-2000 : Metode Pengujian Waktu Pengikatan Graut
Untuk Beton dengan Agregat Praletak di Laboratorium
- SNI 03-6451-2000 : Metode Pengujian Kuat Lentur Adukan Semen
Hidraulik
- SNI 03-6477-2000 : Metode Penentuan 10 % Kehalusan untuk
Agregat
- SNI 03-6805-2002 : Metode Pengujian untuk Mengukur Nilai Kuat
Tekan Beton pada Umur Awal dan Memproyeksikan Kekuatan Pada
Umur Berikutnya
- SNI 03-6806-2002 : Tata Cara Perhitungan Beton Tidak Bertulang
Struktural

[33]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)

- SNI 03-6807-2002 : Metode Pengujian Kemampuan Mempertahankan


Air pada Campuran Graut untuk Beton Agregat Praletak di
Laboratorium
- SNI 03-6808-2002 : Metode Pengujian Kekentalan Graut Untuk Beton
Agregat Praletak (Metode Pengujian Corong Alir)
- SNI 03-6809-2002 : Tata Cara Estimasi Kekuatan Beton dengan
Metode Maturity
- SNI 03-6810-2002 : Metode Pengujian Kadar Bahan Padat Total dan
Bahan Anorganik dalam Air Untuk Campuran Beton
- SNI 03-6811-2002 : Spesifikasi Bahan Pencampur Untuk Beton
Semprot
- SNI 03-6812-2002 : Spesifikasi Anyaman Kawat Baja Polos Yang Dilas
Untuk Tulangan Beton
- SNI 03-6814-2002 : Tata Cara Pelaksanaan Sambungan Mekanis
untuk Tulangan Beton
- SNI 03-6815-2002 : Tata Cara Mengevaluasi Hasil Uji Kekuatan Beton
- SNI 03-6816-2002 : Tata Cara Pendetailan Penulangan Beton
- SNI 03-6817-2002 : Metode Pengujian Mutu Air Untuk Digunakan
Dalam Beton
- SNI 03-2461-2002 : Spesifikasi Agregat Ringan untuk Beton Ringan
Struktur
- SNI 03-6817-2002 : Metode Pengujian Mutu Air untuk digunakan
dalam Beton
- SNI 03-6717-2002 : Tata Cara Penyiapan Benda Uji Dari Contoh
Agregat
- SNI 03-6889-2002 : Tata Cara Pengambilan Contoh Agregat

3. Istilah Dan Definisi


a) Agregat halus adalah agregat yang mempunyai diameter butir di atas
0,25 mm sampai 4 mm;
b) Agregat kasar adalah agregat yang mempunyai diameter butir di atas
4 mm sampai 31.5 mm;
c) Benda uji beton inti adalah benda uji beton berbentuk silinder hasil
pengeboran beton pada bangunan yang sudah dilaksanakan;
d) Beton adalah campuran antara semen portland atau semen hidrualik
yang lain, agregat halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa
bahan campuran tambahan membentuk masa padat;
e) Beton ringan adalah beton yang berat izin maksimum 1,9 ton/m3;
f) Beton segar adalah campuran beton yang telah selesai diaduk sampai
beberapa saat karakteristiknya tidak berubah (masih plastis dan
belum terjadi pengikatan);

[34]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)

g) Beton siklop adalah beton yang terdiri dari campuran mutu beton
fc’=14,5 Mpa dengan batu-batu pecah ukuran maksimum 25 cm;
h) Construction joint adalah sambungan konstruksi beton;
i) Fly ash adalah residu halus yang dihasilkan dari sisa proses
pembakaran batu bara;
j) Form in place merupakan salah satu metode perawatan beton dengan
tetap mempertahankan cetakan sebagai dinding penahan pada
tempatnya selama waktu yang diperlukan beton dalam masa
perawatan;
k) Kaping adalah pemberian lapisan perata pada permukaan bidang
tekan benda uji;
l) Kuat tekan beton adalah besarnya beban per satuan luas, yang
menyebabkan benda uji beton hancur bila dibebani dengan gaya
tekan tertentu yang dihasilkan oleh mesin tekan;
m)Pozzolan adalah bahan yang mengandung silika atau silika dan
alumunium yang bereaksi secara kimia dengan kalsium hidroksida
pada temperatur biasa membentuk senyawa bersifat cementitious;
n) Segregasi adalah terpisahnya antara pasta semen dan agregat dalam
suatu adukan;
o) Silica fume adalah bahan pozzolanic yang sangat halus yang
mengandung silica amorf yang dihasilkan dari elemen silica atau
senyawa ferro-silica;
p) Slump beton adalah besaran kekentalan (viscosity) / plastisitas dan
kohesif dari beton segar;
q) Superplasticizer adalah bahan tambah yang mengurangi air dalam
campuran dengan cukup banyak dan sangat berbeda.

4. Ketentuan Dan Persyaratan


Ketentuan dan persyaratan umum yang perlu diperhatikan dalam
pedoman spesifikasi teknis pekerjaan beton, bekisting dan waterstop
harus memuat :
a) Toleransi
- Bangunan Beton
Batas penyimpangan pada gambar-gambar plat, balok mendatar
dan pengganti pagar;
 Terlihat : 1 cm setiap 3 m;
 Tertimbun : 5 cm setiap 3 m.
- Penyimpangan dalam dimensi potongan melintang dari kolom, pilar,
lantai, dinding, balok dan sebagainya.Minus : 1 cmPlus : 5 cm;
- Penyimpangan pada plat jembatan. Minus : 1 cmPlus : 2 cm;

[35]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)

- Dasar Pondasi penyimpangan ukuran-ukuran dalam perencanaan.


Minus : 1 cmPlus : 5 cm;
- Salah penempatan atau penyimpangan 2% dari lebar dasar pondasi,
terhadap rencana tidak lebih dari 5 cm;
- Pengurangan ketebalan : 5%;
- Penyimpangan lokasi dan ukuran pada lantai dan dinding yang
terbuka : 5 cm;
- Penyimpangan dari garis unting pada sisi dinding tembok untuk pintu
dan bangunan-bangunan air yang serupa : 0,1%;
- Penempatan tulangan baja;
Penyimpangan untuk beton pelindung : 10%
Penyimpangan dari tempat yang seharusnya : 2 cm
- Perletakan beton pra cetak
Penyimpangan terhadap trase yang seharusnya dibangun 1% dari
panjang beton pra cetak yang ada, dan tidak lebih dari 5 cm.
Penyimpangan terhadap elevasi rencana adalah 1% dari panjang
beton pra cetak yang ada, dan tidak lebih dari 5 cm.Penyimpangan
garis unting setiap beton pra cetak yang ditempatkan vertical tidak
boleh lebih dari 1 cm setiap 3 m.

b) Persyaratan Bahan
- Bangunan Beton
Semen yang digunakan untuk pekerjaan beton harus jenis semen
portland yang memenuhi SNI 15-2049-1994. Apabila menggunakan
bahan tambahan yang dapat menghasilkan gelembung udara, maka
gelembung udara yang dihasilkan tidak boleh lebih dari 5 %, dan
harus mendapatkan persetujuan dari Direksi Pekerjaan.
Dalam satu campuran, hanya satu merk semen portland yang boleh
digunakan, kecuali disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Jika di dalam satu
proyek digunakan lebih dari satu merk semen, maka Penyedia Jasa
harus mengajukan kembali rancangan campuran beton sesuai dengan
merk semen yang digunakan.
- Air
Air yang digunakan untuk campuran, perawatan, atau pemakaian
lainnya harus bersih, dan bebas dari bahan yang merugikan seperti
minyak, garam, asam, basa, gula atau organis. Air yang diusulkan
dapat digunakan jika kuat tekan mortar dengan air tersebut pada
umur 7 hari dan 28 hari Memenuhi karakteristik kuat tekan yang
ditentukan.
- Agregat
 Ketentuan Agradasi Agregat

[36]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)

Gradasi agregat kasar dan halus harus memenuhi ketentuan yang


diberikan, tetapi bahan yang tidak memenuhi ketentuan gradasi
tersebut harus diuji dan harus memenuhi sifat-sifat campuran
yang disyaratkan. Agregat kasar harus dipilih sedemikian rupa
sehingga ukuran agregat terbesar tidak lebih dari ¾ jarak bersih
minimum antarabaja tulangan atau antara baja tulangan dengan
acuan, atau celah-celah lainnya di mana beton harus dicor.
 Sifat-sifat Agregat
Agregat yang digunakan harus bersih, keras, kuat yang diperoleh
dari pemecahan batu atau koral, atau dari pengayakan dan
pencucian (jika perlu) kerikil dan pasir sungai.Agregat harus bebas
dari bahan organik seperti yang ditunjukkan oleh pengujian SNI
03-2816-1992 dan harus memenuhi sifat-sifat lainnya bila contoh-
contoh diambil dan diuji sesuai dengan prosedur yang
berhubungan.
- Batu untuk Beton Siklop
Batu untuk beton siklop harus keras, awet, bebas dari retak, rongga
dan tidak rusak oleh pengaruh cuaca. Batu harus bersudut runcing,
bebas dari kotoran, minyak dan bahan-bahan lain yang
mempengaruhi ikatan dengan beton. Ukuran batu yang digunakan
untuk beton siklop tidak boleh lebih besar dari 25 cm.
- Bahan Tambah
Bahan tambah yang digunakan sebagai bahan untuk meningkatkan
kinerja beton dapat berupa bahan kimia atau bahan limbah yang
berupa serbuk halus sebagai bahan pengisi pori dalam campuran
beton dengan persetujuan Direksi.
- Bahan Kimia
Bahan tambah yang berupa bahan kimia ditambahkan dalam
campuran beton dalam jumlah tidak lebih dari 5% berat semen
selama proses pengadukan atau selama pelaksanaan pengadukan
tambahan dalam pengecoran beton. Bahan tambah yang digunakan
harus sesuai dengan standar spesifikasi yang ditentukan dalam SNI
03-2495-1991.
Bahan tambah dapat diklasifikasikan sesuai dengan penggunaannya
sebagai berikut :
 Tipe A : bahan pengurang kadar airberfungsi untuk mengurangi air
dalam campuran, dan pengunaannya bertujuan untuk mengurangi
water-cement rasio dalam campuran sesuai dengan workability
yang diinginkan, atau untuk meningkatkan workability ada angka
water-cement rasio yang telah ditetapkan;

[37]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)

 Tipe B : bahan untuk memperlambat waktu pengikatanberfungsi


untuk memperlambat waktu pengikatan pasta semen, sehingga
akan memperlambat pengerasan dari beton. Bahan tambah jenis
ini digunakan jika iklim di tempat pengecoran terlalu panas,
dimana waktu pengikatan pasta semen dalam keadaan normal
menjadi sangat pendek dikarenakan suhu yang tinggi;
 Tipe C : bahan untuk mempercepat waktu pengikatanberfungsi
untuk mempercepat waktu pengikatan pasta semen, yang akan
mempercepat pengerasan dari beton sehingga mempercepat
kekuatan beton, dan dapat digunakan dalam pabrik pembuatan
beton precast (dimana perlu pelepasan bekisting secepatnya), atau
pekerjaan perbaikan yang sangat penting;
 Tipe D : campuran bahan pengurang kadar air dan bahan
memperlambat waktu pengikatan.Bahan tambah ini untuk
menambah workability, dimana beton mempunyai kekuatan tinggi
dapat dibuat workabel tanpa mengurangi density, ketahanan dan
kekuatannya. Perlambatan waktu pengikatan sangat berguna
untuk waktu pengangkutan adukan beton yang lama ke tempat
pengecoran, pengecoran dalam kondisai yang sangat panas dan
menghindari cold joint;
 Tipe E : campuran bahan pengurang kadar air dan bahan
mempercepat waktu pengikatan.Bahan tambah ini untuk
menambah workability dan memberikan kekuatan awal yang
tinggi, atau memberikan kekuatan awal yang lebih tinggi pada
workability yang sama. Bahan tambah ini digunakan pada precast
karena memungkinkan pelepasan bekisting lebih awal dan dipakai
untuk pekerjaan perbaikan dimana kekuatan awal sangat
diperlukan;
 Tipe F : bahan pengurang kadar air dengan tingkat angka tinggi
atau superplasticizer. Bahan tambah yang mengurangi air dalam
campuran dengan cukup banyak dan sangat berbeda dengan Tipe
A, D atau E. Penggunaan bahan ini digunakan membuat beton alir
(flow concrete) untuk menjangkau tempat yang tak terjangkau
oleh pengetar dan beton pompa (pumping concrete) pada jenis
bangunan yang rumit;
 Tipe G : campuran bahan pengurang kadar air dengan tingkat
angka tinggi tau superplasticizer dan bahan memperlambat waktu
pengikatan. Bahan tambah ini merupakan campuran dari Tipe F
dan Tipe B, tetapi slump loss-nya lebih kecil bila dibandingkan
dengan beton yang menggunakan superplasticizer.

[38]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)

- Mineral
Bahan tambah yang berupa mineral atau bahan limbah seperti Fly
Ash, Pozzolan, silica fume yang ditambahkan ke dalam campuran
beton. Bahan tambah yang digunakan harus sesuai atas persetujuan
Direksi.

c) Pekerjaan Waterstop
- Waterstop yang dipergunakan harus terbuat dari bahan
polyvinychlorida dalam bentuk ukuran tertentu pada lokasi seperti
yang diberikan pada gambar atau petunjuk Direksi Pekerjaan;
- Waterstop harus diproduksi dengan proses pencampuran dari suatu
campuran plastik elastis dan bahan dasar polyvinychlorida (PVC)
100% didapat, homogen dan tidak berlubang-lubang atau cacat
lainnya.

d) Persyaratan Kerja
- Pengajuan Kesiapan Kerja
 Penyedia Jasa harus mengirimkan contoh dari semua bahan yang
akan digunakan dan dilengkapi dengan data pengujian yang
memenuhi seluruh sifat bahan sesuai dengan Pasal ini;
 Penyedia Jasa harus mengirimkan rancangan campuran untuk
masing-masing mutu beton yang akan digunakan, 30 hari sebelum
pekerjaan pengecoran beton dimulai;
 Penyedia Jasa harus menyerahkan secara tertulis seluruh hasil
pengujian pengendalian mutu sesuai dengan ketentuan kepada
Direksi Pekerjaan sehingga data tersebut selalu tersedia apabila
diperlukan;
 Pengujian kuat tekan beton yang harus dilaksanakan pada umur 3
hari, 7 hari, 14 hari, dan 28 hari setelah tanggal pencampuran;
 Penyedia Jasa harus mengirimkan gambar detail dan perhitungan
terinci untuk seluruh perancah yang akan digunakan, dan harus
memperoleh persetujuan dari Direksi Pekerjaan sebelum setiap
pekerjaan perancah dimulai;
 Penyedia Jasa harus memberitahu Direksi Pekerjaan secara tertulis
mengenai rencana pelaksanaan pencampuran atau pengecoran
setiap jenis beton untuk mendapatkan persetujuannya paling
sedikit 24 jam sebelum tanggal pelaksanaan, seperti yang
disyaratkan disertai dengan metode pengecoran, kapasitas
peralatan yang digunakan, tanggung jawab personil dan jadwal
pelaksanaannya

[39]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)

- Penyimpanan dan Perlindungan Bahan


 Untuk penyimpanan semen, Penyedia Jasa harus menyediakan
tempat yang terlindung dari perubahan cuaca dan diletakkan di
atas lantai kayu dengan ketinggian tidak urang dari 30 cm dari
permukaan tanah serta ditutup dengan lembaran plastik
(polyethylene) selama penyimpanan dan tidak lebih dari 3 bulan
sejak disimpan dalam tempat penyimpanan di lokasi pekerjaan.
Semen tidak boleh ditumpuk melebihi melebihi 8 sak ke arah atas;
 Penyedia Jasa harus menjaga kondisi tempat kerja terutama
tempat penyimpanan agregat, agar terlindung dan tidak langsung
terkena sinar matahari dan hujan pepanjang waktu pengecoran;
 Penyimpanan agregat harus dilakukan sedemikian rupa sehingga
jenis agregat atau ukuran yang berbeda tidak tercampur.

- Kondisi Tempat Kerja


Setiap pelaksanaan pengecoran beton harus terlindung dari sinar
matahari secara langsung.
Sebagai tambahan, Penyedia Jasa tidak boleh melakukan pengecoran
jika :
 Tingkat penguapan melampaui 1,0 mm/jam;
 Selama turun hujan atau bila udara penuh debu atau tercemar.

- Pencampuran dan Penakaran


 Rancangan Campuran
Proporsi bahan dan berat penakaran harus berdasarkan hasil tes
campuran
 Campuran Percobaan
Penyedia Jasa harus membuat dan menguji campuran percobaan
dengan rancangan campuran serta bahan yang diusulkan dengan
disaksikan oleh Direksi Pekerjaan, yang menggunakan jenis
instalasi dan peralatan sebagaimana yang akan digunakan dalam
pelaksanaan pekerjaan.

- Permukaan Tampak
 Semua permukaan beton yang telah selesai harus terlihat padat
bersih dan tidak keropos;
 Semua permukaan yang tampak harus rata atau bulat;
 Pekerjaan plesteran pada permukaan beton tidak diijinkan dan
setiap beton yang kelihatan cacat harus dibongkar hingga
kedalaman tertentu dan diganti atau diperbaiki dengan cara

[40]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)

seperti yang diinginkan oleh Direksi Pekerjaan atas biaya Penyedia


Jasa.

5. Pelaksanaan Pekerjaan
Pelaksanaan pekerjaan yang perlu diperhatikan dalam pedoman
spesifikasi teknis pekerjaan beton, bekisting dan waterstop harus
memuat :
a) Pekerjaan Beton
- Pembetonan
 Penyiapan tempat kerja
o Penyedia Jasa harus membongkar bangunan lama yang akan
diganti dengan beton yang baru atau yang harus dibongkar
untuk dapat memungkinkan pelaksanaan pekerjaan beton yang
baru. Pembongkaran tersebut harus dilaksanakan sesuai dengan
persyaratan dalam dari Spesifikasi ini;
o Penyedia Jasa harus menggali atau menimbun kembali pondasi
atau formasi untuk pekerjaan beton sesuai dengan garis yang
ditunjukkan dalam Gambar Kerja atau sebagaimana yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan sesuai dengan ketentuan
dalam Spesifikasi ini, dan harus membersihkan serta menggaru
tempat di sekeliling pekerjaan beton yang cukup luas sehingga
dapat menjamin dicapainya seluruh sudut pekerjaan;
o Jika diperlukan harus disediakan jalan kerja yang stabil untuk
menjamin dapat diperiksanya seluruh sudut pekerjaan dengan
mudah dan aman;
o Seluruh dasar pondasi, pondasi dan galian untuk pekerjaan
beton harus dijaga agar senantiasa kering. Beton tidak boleh
dicor di atas tanah yang berlumpur, bersampah atau di dalam
air. Apabila beton akan dicor di dalam air, maka harus dilakukan
dengan cara dan peralatan khusus untuk menutup kebocoran
seperti pada dasar sumuran atau cofferdam dan atas
persetujuan Direksi Pekerjaan;
o Sebelum pengecoran beton dimulai, seluruh acuan, tulangan
dan benda lain yang harus berada di dalam beton (seperti pipa
atau selongsong) harus sudah dipasang dan diikat kuat
sehingga tidak bergeser pada saat pengecoran;
o Bila disyaratkan atau diperlukan oleh Direksi Pekerjaan, maka
bahan lantai kerja untuk pekerjaan beton harus dihampar sesuai
dengan ketentuan dari Spesifikasi ini;

[41]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)

o Direksi Pekerjaan akan memeriksa seluruh galian yang disiapkan


untuk pondasi sebelum menyetujui pemasangan acuan, baja
tulangan atau pengecoran beton;
o Jika dijumpai kondisi tanah dasar pondasi yang tidak memenuhi
ketentuan, maka Penyedia Jasa dapat diperintahkan untuk
mengubah dimensi atau kedalaman pondasi dan/atau menggali
dan mengganti bahan di tempat yang lunak, memadatkan tanah
pondasi atau melakukan tindakan stabilisasi lainnya
sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan;
o Penyedia Jasa harus memastikan lokasi pengecoran bebas dari
resiko terkena air hujan dengan memasang tenda seperlunya.
Direksi Pekerjaan berhak menunda pengecoran sebelum tenda
terpasang dengan benar. Penyedia Jasa juga harus memastikan
lokasi pengecoran bebas dari resiko terkena air pasang atau
muka air tanah dengan penanganan seperlunya.

- Cetakan Beton
 Jika disetujui oleh Direksi Pekerjaan, maka acuan dari tanah harus
dibentuk dari galian, dan sisi-sisi samping serta dasarnya harus
dipangkas secara manual sesuai dimensi yang diperlukan. Seluruh
kotoran tanah yang lepas harus dibuang sebelum pengecoran
beton;
 Cetakan harus digunakan, dimana perlu untuk membatasi dan
membentuk beton sesuai dengan keinginan. Cetakan dapat
dibuatdari kayu, besi atau bahan lainnya yang cukup kuat sesuai
dengan ukuran–ukuran yang ada di dalam gambar;
 Cetakan harus diperkuat dan ditopang agar mampu menahan
berat sendiri adukan beton, penggetaran beton, beban konstruksi,
angin dan tekanan lainnya dengan tidak berubah bentuk;
 Penyedia Jasa harus menyerahkan satu set yang lengkap, gambar
cetakan sesuai dengan ketentuan diatas, untuk mendapatkan
persetujuan Direksi Pekerjaan, sebelum memulai pekerjaan,
walaupun demikian penyerahan tersebut kepada Direksi Pekerjaan
untuk disetujui, tidak mengurangi tanggung jawab Kontraktor bagi
keberhasilannya;
 Permukaan cetakan beton yang berhubungan dengan beton harus
bebas dari sampah, paku, alur–alur, belahan, atau cacat–cacat
lainnya. Mengisi celah–celah sambungan cetakan beton harus
berhati–hati dan dilaksanakan sedemikian rupa agar sanggup
mengembang dibawah pengaruh kelembaban beton tanpa
menimbulkan perubahan bentuk cetakan, celah–celah harus diisi

[42]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)

secukupnya untuk mencegah hilangnya air semen. Bagaimanapun


penggunaan kertas dengan tegas dilarang;
 Pembuatan lubang bagian dalam cetakan untuk pemeriksaan,
pembuangan air dapat dilakukan untuk itu cetakan dapat dibuat
sedemikian rupa hingga dapat dengan mudah ditutup sebelum
pengecoran dimulai;
 Sebelum pengecoran beton semua baut–baut harus dipasang pada
posisinya, semua yang diperlukan dan alat–alat lain untuk
menutup lubang harus dipasang pada cetakan. Tidak
diperbolehkan membuat lubang didalam beton tanpa persetujuan
Direksi Pekerjaan;
 Penggunaan kawat yang diikat untuk menyangga cetakan tidak
diijinkan dilakukan pada dinding beton yang akan tampak;
 Lubang–bekas ikatan kawat harus ditutup dengan beton setelah
cetakan dibongkar;
 Jika batangan logam digunakan untuk menyangga cetakan
ujungnya tidak boleh kurang dari 3 cm dari permukaan beton yang
terbentuk. Semua permukaan cetakan yang menempel dengan
beton harus dilumasi dengan oli untuk memastikan bahwa cetakan
dapat dibuka dengan mudah;
 Pelumas harus diterapkan pada cetakan sebelum tulangan
dipasang dan harus berhati–hati mencegah pelumas jangan
sampai mengenai besi tulangan. Sebelum pengecoran dan
pembesian semua celah–celah cetakan yang telah diisi harus
dibersihkan dan dikeringkan. Bila cetakan beton dibuat dan siap
untuk pengecoran maka harus diperiksa oleh Direksi Pekerjaan.
Tidak diperkenankan mengecor bila cetakan belum disetujui
Direksi Pekerjaan;
 Penyedia Jasa harus memberitahukan kepada Direksi Pekerjaan
sekurang– kurangnya 24 (dua puluh empat) jam sebelum cetakan
siap untuk diperiksa.
- Pencampuran Beton
 Perbandingan Campuran
o Beton harus mengandung semen, agregat bergradasi baik, air
dan bahan additive bila diperlukan, dicampurkan bersama –
sama dan digunakan untuk menghasilkan kekuatan yang
diharapkan.
o Beton diklasifikasikan berdasarkan tekanan pada 7 hari dan
umur 28 hari dengan ukuran maksimum agregat.

[43]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)

 Proporsi campuran untuk masing–masing klas beton diatas akan


diberikan oleh Direksi, berdasarkan hasil–hasil test percobaan
campuran yang dikerjakan Penyedia Jasa;
 Penyedia Jasa dapat merubah proporsi dari waktu ke waktu untuk
mendapatkan kepadatan maksimum dari beton, kemudahan
pengerjaan, kekentalan dan kekuatan dengan faktor air semen
yang sekecil mungkin dengan persetujuan Direksi tidak ada
tambahan biaya atas perubahan tersebut;
 Kandungan air di dalam beton akan diatur oleh Direksi, dalam
batas yang ditetapkan untuk mendapatkan faktor air semen pada
beton dengan kekentalan yang benar. Tidak diperkenankan
penambahan air untuk mengatasi mengerasnya beton sebelum
ditempatkan. Keseragaman kekentalan beton pada setiap adukan
adalah perlu. Slump dari pada adukan beton harus mengikuti tabel
di bawah ini, setelah beton diendapkan.

- Penakaran
 Penyedia Jasa harus menyediakan alat penakar yang disetujui
DireksiPekerjaan dan harus memelihara serta mengoperasikan
peralatan seperti yang diperlukan agar secara tepat mengontrol
dan menentukan jumlah dari masing–masing bahan yang
dicampurkan, sesuai dengan petunjuk Direksi Pekerjaan;
 Peralatan harus mampu memproduksi beton sebanyak 1 (satu)
hingga 5 (lima) meter kubik atau lebih per jam secara keseluruhan
dengan mencampurkan agregat, semen, bahan additive (bila
perlu), dan air menjadi suatu campuran yang merata tanpa
pemisahan–pemisahan. Juga mampu mengimbangi perubahan–
perubahan kadar air dari agregat, serta merubah berat material–
material yang ikut tercakup;
 Jumlah masing–masing bahan yang membentuk beton tersebut
dapat ditentukan dengan timbangan kecuali jumlah air yang diukur
dengan takaran. Meskipun demikian material beton dapat juga
diukur secara volume, bilamana disetujui oleh Direksi Pekerjaan;
 Penyedia Jasa juga harus menyediakan penguji berat yang standar
dan peralatan lain yang diperlukan untuk mengecek operasi dan
tiap–tiap skala pengukuran pengaduk tersebut, serta melakukan
pengujian periodik terhadap perubahan harga pengukuran dalam
pekerjaan–pekerjaan adukan.

[44]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)

- Mesin Pengaduk Beton


 Material beton harus dimasukkan dalam pengaduk yang berpenakar
dalam waktu yang tidak lebih dari satu setengah menit, kecuali
sejumlah air yang diperlukan sudah ada dalam alat pengaduk
tersebut;
 Seluruh air pencampur harus diberikan sebelum seperempat waktu
pencampuran terlampaui. Waktu pencampuran adukan yang
volumenya lebih besar dari 0,75 m3 harus ditambah seperempat
menit pada setiap penambahan 0,5 m3;
 Alat pencampur beton tidak boleh dibebani volume yang melebihi
kapasitas maksimum, atau dioperasikan melebihi kecepatan yang
dianjurkan pabrik pembuatnya. Alat tersebut dapat menghasilkan
beton dengan kekentalan dan warna yang merata secara menerus
dan disetujui Direksi Pekerjaan;
 Semua peralatan pencampur harus selalu dibersihkan sebelum
melakukan pekerjaan. Pencampuran pertama setelah pembersihan,
tidak boleh digunakan dalam pekerjaan. Blades penumbuk yang
ada dalam alat pencampur perlu diganti bila telah aus menjadi 2
cm.

- Truk Pencampur
 Material beton juga dicampur di dalam truk pencampur. Drum–
drum yang ada pada truk pencampur harus berputar dengan
kecepatan yang dianjurkan oleh Pabrik;
 Operasi pencampuran dapat dimulai dalam waktu 30 menit setelah
bahan–bahan pencampur tersebut berada di dalam pencampur,
setelah itu beton dapat diangkut menuju tempat pekerjaan dan
satu jam setelah penambahan air pengecoran harus selesai;
 Pada saat cuaca panas atau pada kondisi adukan beton yang cepat
mengeras, waktu pencampuran harus kurang dari 1 jam, sesuai
dengan petunjuk Direksi Pekerjaan

- Mencampur Beton dengan Tenaga Manusia


 Pekerjaan mencampur beton dengan manual tidak diijinkan kecuali
jika situasi tidak memungkinkan untuk menggunakan mesin
pencampur setelah mendapat persetujuan Direksi Pekerjaan;
 Dalam keadaan seperti itu, beton harus diaduk dengan tangan,
sedekat mungkin ke lokasi dimana beton akan ditempatkan. Harus

[45]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)

dilakukan dibak pengaduk yang bersih dan kedap air. Jika bak
dibuat dari kayu, maka sela–sela kayu harus ditutup agar tidak ada
kehilangan air dari adukan;
 Semua agregat dan semen harus diaduk–aduk dalam keadaan
kering sekurang–kurangnya 3 kali. Kemudian air ditambahkan
berangsur-angsur dipuncak adukan, selanjutnya agregat kembali
diaduk dalam keadaan basah, sekurang–kurangnya 3 (tiga) kali
sebelum adukan diangkat ketempat pengecoran.

- Pengecoran
 Pelaksanaan Pengecoran
o Penyedia Jasa harus memberitahukan Direksi Pekerjaan secara
tertulis paling sedikit 24 jam sebelum memulai pengecoran
beton, atau meneruskan pengecoran beton jika pengecoran
beton telah ditunda lebih dari 6 jam (final setting);
o Pemberitahuan harus meliputi lokasi, kondisi pekerjaan, mutu
beton dan tanggal serta waktu pencampuran beton. Direksi
Pekerjaan akan memberi tanda terima atas pemberitahuan
tersebut dan akan memeriksa acuan, tulangan dan
mengeluarkan persetujuan tertulis untuk memulai pelaksanaan
pekerjaan seperti yang direncanakan. Penyedia Jasa tidak boleh
melaksanakan pengecoran beton tanpa persetujuan tertulis dari
Direksi Pekerjaan;
o Walaupun persetujuan untuk memulai pengecoran sudah
diterbitkan, pengecoran beton tidak boleh dilaksanakan jika
Direksi Pekerjaan atau wakilnya tidak hadir untuk menyaksikan
operasi pencampuran dan pengecoran secara keseluruhan;
o Segera sebelum pengecoran beton dimulai, acuan harus
dibasahi dengan air atau diolesi pelumas di sisi dalamnya yang
tidak meninggalkan bekas;
o Pengecoran beton harus dibuat sedemikian rupa hingga
penempatan dan penanganannya mudah dilakukan tanpa
adanya pemisahan butiran;
o Adukan beton dicor lapis demi lapis dengan ketebalan tertentu,
berurutan mulai dari bawah. Agar lapisan yang baru dapat
menyatu dengan lapisan dibawahnya, adukan beton digetar dari
lapisan bawah dengan alat penggetar (vibrator);
o Tidak diperkenankan melakukan pengecoran bila persiapan besi
tulangan dan bagian – bagian yang ditanam, cetakan dan
perancah belum diperiksa dan disetujui Direksi Pekerjaan secara
tertulis;

[46]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)

o Dalam pengecoran beton bertulang, harus dijaga jangan sampai


terjadi pemisahan butiran. Apabila bentuk tulangan pada dasar
cetakan cukup rapat, dicor terlebih dahulu lapisan selimut beton
setebal 3 cm, dengan spesi yang sama dengan yang dibutuhkan
oleh beton diatasnya;
o Jika pengecoran permukaan telah mencapai ketinggian lebih
dari yang ditentukan oleh Direksi, kelebihan ini harus segera
dibuang. Semua pengecoran harus selesai dalam waktu 60
menit telah keluar dari mesin pengaduk, kecuali jika ditentukan
lain oleh Direksi;
o Beton jangan dicor di dalam atau pada aliran kecuali jika
ditentukan atau disetujui sebelumnya. Air yang mengumpul
selama pengecoran harus segera dibuang. Beton jangan dicor
diatas beton lain yang baru saja dicor selama lebih dari 30
menit, kecuali jika ada konstruksi sambungan yang akan
ditentukan kemudian;
o Jika pelaksanaan pengecoran dihentikan, lokasi sambungan
harus ditempatkan pada posisi yang benar secara vertikal
maupun horizontal, dengan permukaan dibuat kasar atau
bergerigi untuk menahan gesekan dan membentuk ikatan
sambungan beton berikutnya, seperti yang diinginkan oleh
Direksi Pekerjaan.
o Sebelum pengecoran berakhir, permukaan beton harus dibuat
kasar atau disambungkan untuk menyingkap agregat.
Permukaan beton harus tetap lembab dan dilindungi dengan
mortel semen (perbandingan berat) 1 : 2 setebal 1 cm;
o Beton harus dicor pada posisi dan urutan – urutan seperti yang
ditunjukkan dalam gambar, atau atas petunjuk Direksi
Pekerjaan. Beton yang dicor ditempatkan langsung pada
cetakannya sedemikian rupa untuk menghindari pemisahan
butiran dan penggeseran tulangan beton, acuan, atau bagian –
bagian yang tertanam, serta membentuk lapisan – lapisan yang
tidak lebih tebal dari 40 cm padat;
o Pengecoran harus secara menerus hingga mencapai sambungan
ditentukan pada gambar atau menurut petunjuk Direksi
Pekerjaan;
o Beton tidak boleh diangkut dengan peluncur atau dijatuhkan
kereta dorong lebih tinggi dari 1,5 m kecuali jika diijinkan oleh
Direksi Pekerjaan untuk menjatuhkan ketempat penampungan
sementara dan kemudian diambil lagi dengan sekop sebelum
dicorkan;

[47]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)

o Pengecoran beton tumbuk/lantai kerja dikerjakan pada urutan


sebelumnya atau mengikuti petunjuk Direksi dan harus
dikerjakan secara menerus sampai dengan selesai. Bila perlu
Penyedia Jasa harus bekerja lembur untuk mencapai target
tersebut.

 Pemadatan
o Beton harus dipadatkan dengan penggetar mekanis dari dalam
atau dari luar acuan yang telah disetujui. Jika diperlukan dan
disetujui oleh Direksi Pekerjaan, penggetaran harus disertai
penusukan secara manual dengan alat yang cocok untuk
menjamin kepadatan yang tepat dan memadai. Alat penggetar
tidak boleh digunakan untuk memindahkan campuran beton
dari satu titik ke titik lain di dalam acuan;
o Pemadatan harus dilakukan secara hati-hati untuk memastikan
semua sudut, di antara dan sekitar besi tulangan benar-benar
terisi tanpa menggeser tulangan sehingga setiap rongga dan
gelembung udara terisi;
o Lama penggetaran harus dibatasi, agar tidak terjadi segregasi
pada hasil pemadatan yang diperlukan;
o Alat penggetar mekanis dari luar harus mampu menghasilkan
sekurang- kurangnya 5000 putaran per menit dengan berat
efektif 0,25 kg, dan boleh diletakkan di atas acuan supaya dapat
menghasilkan getaran yang merata;
o Posisi alat penggetar mekanis yang digunakan untuk
memadatkan beton di dalam acuan harus vertikal sedemikian
hingga dapat melakukan penetrasi sampai kedalaman 10 cm
dari dasar beton yang baru dicor sehingga menghasilkan
kepadatan yang menyeluruh pada bagian tersebut. Apabila alat
penggetar tersebut akan digunakan pada posisi yang lain maka,
alat tersebut harus ditarik secara perlahan dan dimasukkan
kembali pada posisi lain dengan jarak tidak lebih dari 45 cm.
Alat penggetar tidak boleh berada pada suatu titik lebih dari 15
detik atau permukaan beton sudah mengkilap;
o Jumlah minimum alat penggetar mekanis;
o Apabila kecepatan pengecoran 20 m3 /jam, maka harus
digunakan alat penggetar yang mempunyai dimensi lebih besar
dari 7,5 cm;
o Dalam segala hal, pemadatan beton harus sudah selesai
sebelum terjadi waktu ikat awal (initial setting).

[48]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)

 Sambungan Pelaksanaan (Construction Joint)


o Jadwal pengecoran beton yang berkaitan harus disiapkan untuk
setiap jenis bangunan yang diusulkan beserta lokasi sambungan
pelaksanaan seperti yang ditunjukkan pada Gambar Rencana
untuk disetujui oleh Direksi Pekerjaan;
o Sambungan pelaksanaan tidak boleh ditempatkan pada
pertemuan elemen-elemen bangunan kecuali ditentukan
demikian;
o Sambungan pelaksanaan pada tembok sayap tidak diijinkan.
Semua sambungan konstruksi harus tegak lurus terhadap sumbu
memanjang dan pada umumnya harus diletakkan pada titik
dengan gaya geser minimum;
o Jika sambungan vertikal diperlukan, baja tulangan harus
menerus melewati sambungan sedemikian rupa sehingga
membuat bangunan tetap monolit;
o Pada sambungan pelaksanaan harus disediakan lidah alur
dengan ke dalaman paling sedikit 4 cm untuk dinding, pelat
serta antara dasar pondasi dan dinding. Untuk pelaksanaan
pengecoran pelat yang terletak di atas permukaan dengan cara
manual, sambungan konstruksi harus diletakkan sedemikian rupa
sehingga pelat-pelat mempunyai luas maksimum 40 m2;
o Penyedia Jasa harus menyediakan pekerja dan bahan-bahan
yang diperlukan untuk kemungkinan adanya sambungan
pelaksanaan tambahan jika pekerjaan terpaksa mendadak harus
dihentikan akibat hujan atau terhentinya pemasokan beton atau
penghentian pekerjaan oleh Direksi Pekerjaan;
o Atas persetujuan Direksi Pekerjaan, bonding agent yang dapat
digunakan untuk pelekatan pada sambungan pelaksanaan dan
cara pelaksanaannya harus sesuai dengan petunjuk pabrik
pembuatnya;
o Pada lingkungan air asin atau korosif, sambungan pelaksanaan
tidak diperkenankan berada pada 75 cm di bawah muka air
terendah atau 75 cm di atas muka air tertinggi kecuali
ditentukan lain dalam Gambar Kerja.

b) Beton Siklop
- Batu-batu ini diletakkan dengan hati-hati dan tidak boleh
dijatuhkan dari tempat yang tinggi atau ditempatkan secara
berlebihan yang dikhawatirkan akan merusak bentuk cetakan atau
pasangan-pasangan lain yang berdekatan;

[49]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)

- Semua batu-batu pecah harus cukup dibasahi sebelum


ditempatkan;
- Volume total batu pecah tidak boleh melebihi sepertiga dari total
volume pekerjaan beton siklop;
- Untuk dinding penahan tanah dan pilar yang lebih tebal dari 60 cm,
tiap bat harus dilindungi dengan adukan beton setebal 15 cm; jarak
antar batu pecah maksimum 30 cm dan jarak terhadap permukaan
minimum 15 cm. Permukaan bagian atas dilindungi dengan beton
penutup (caping).

c) Lining Beton
- Lining beton harus dilaksanakan ditempat yang telah ditunjukkan
pada Gambar atau ditentukan lain oleh Direksi;
- Beton yang digunakan harus dicor ditempat itu juga dan harus
sesuai dengan ketentuan;
- Lining harus dilaksanakan setelah penggalian saluran dan tanggul
selesai dilakukan, pada saat perapian sedang dikerjakan;
- Pelaksanaan lining dibuat mengikuti Gambar atau petunjuk Direksi,
dilaksanakan sesuai dengan gambar–gambar detail yang ada
terutama yang telah disetujui Direksi Pekerjaan;
- Sambungan lining harus diisi bitumen (aspal pasir) sesuai gambar
atau petunjuk Direksi Pekerjaan.

d) Pekerjaan Pondasi Beton


- Sebelum menempatkan beton pada pondasi, Penyedia Jasa harus
membersihkan semua kotoran yang ada termasuk minyak, serpihan
tanah, reruntuhan, plastik, sisa kertas dan genangan air yang ada
sesuai dengan permintaan Direksi Pekerjaan;
- Selama pengecoran Penyedia Jasa harus menjaga permukaan yang
dicor bersih dari genangan air;
- Pengecoran beton belum boleh dilaksanakan sebelum Direksi
Pekerjaan memeriksa dan menyetujui persiapan pekerjaan pondasi
tersebut;
- Jika tidak ditentukan lain oleh Direksi Pekerjaan, sebelum
melakukan pengecoran, permukaan tanah atau kerikil harus disiram
air semen setelah bersih;
- Jika permukaan tersebut berupa cadas, permukaannya dibersihkan
dan dibuat bergerigi agar terbentuk ikatan yang kuat, baru adukan
semen ditempatkan diatasnya;

[50]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)

- Adukan semen tersebut harus mempunyai perbandingan semen–


pasir yang sama dengan perbandingan semen pasir yang
digunakan untuk beton;

e) Pekerjaan Akhir
- Acuan tidak boleh dibongkar dari bidang vertikal, dinding, kolom
yang tipis dan bangunan yang sejenis lebih awal 30 jam setelah
pengecoran beton tanpa mengabaikan perawatan;
- Acuan yang ditopang oleh perancah di bawah pelat, balok, gelegar,
atau bangunan busur, tidak boleh dibongkar hingga pengujian kuat
tekan beton menunjukkan paling sedikit 85 % dari kekuatan
rancangan beton;
- Untuk memungkinkan pengerjaan akhir, acuan yang digunakan
untuk pekerjaan yang diberi hiasan, tiang sandaran, tembok
pengarah (parapet), dan permukaan vertikal yang terekspos harus
dibongkar dalam waktu paling sedikit 9 jam setelah pengecoran
dan tidak lebih dari 30 jam, tergantung pada keadaan cuaca dan
tanpa mengabaikan perawatan.

f) Permukaan (Pengerjaan Akhir Biasa)


- Kecuali diperintahkan lain, permukaan beton harus dikerjakan
segera setelah pembongkaran acuan. Seluruh perangkat kawat
atau logam yang telah digunakan untuk memegang acuan, dan
acuan yang melewati badan beton, harus dibuang atau dipotong
kembali paling sedikit 2,5 cm di bawah permukaan beton. Tonjolan
mortar dan ketidakrataan lainnya yang disebabkan oleh sambungan
cetakan harus dibersihkan;
- Direksi Pekerjaan harus memeriksa permukaan beton segera
setelah pembongkaran acuan dan dapat memerintahkan
penambalan atas kekurang sempurnaan minor yang tidak akan
mempengaruhi bangunan atau fungsi lain dari pekerjaan beton.
Penambalan harus meliputi pengisian lubang-lubang kecil dan
lekukan dengan adukan semen;
- Jika Direksi Pekerjaan menyetujui pengisian lubang besar akibat
keropos, pekerjaan harus dipahat sampai ke bagian yang utuh
(sound), membentuk permukaan yang tegak lurus terhadap
permukaan beton;
- Lubang harus dibasahi dengan air dan adukan pasta (semen dan
air, tanpa pasir) harus dioleskan pada permukaan lubang.
Selanjutnya lubang harus diisi dengan adukan yang kental yang
terdiri dari satu bagian semen dan dua bagian pasir dan

[51]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)

dipadatkan. Adukan tersebut harus dibuat dan didiamkan sekira 30


menit sebelum dipakai agar dicapai penyusutan awal, kecuali
digunakan jenis semen tidak susut (non shrinkage cement).

g) Permukaan (Pekerjaan Akhir Khusus)


- Permukaan yang terekspos harus diselesaikan dengan pekerjaan
akhir berikut ini, atau seperti yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan;
- Bagian atas pelat, kerb, dan permukaan horisontal lainnya
sebagaimana yang diperintahkan Direksi Pekerjaan, harus digaru
dengan mistar bersudut untuk memberikan bentuk serta
ketinggianyang diperlukan segera setelah pengecoran beton dan
harus diselesaikan secara manual sampai rata dengan
menggerakkan perata kayu secara memanjang dan melintang, atau
dengan cara lain yang sesuai sebelum beton mulai mengeras;
- Perataan permukaan horisontal tidak boleh menjadi licin, seperti
untuk trotoar, harus sedikit kasar tetapi merata dengan penyapuan,
atau cara lain sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan, sebelum beton mulai mengeras;
- Permukaan yang tidak horisontal yang telah ditambal atau yang
masih belum rata harus digosok dengan batu gurinda yang agak
kasar (medium), dengan menempatkan sedikit adukan semen pada
permukaannya. Adukan harus terdiri dari semen dan pasir halus
yang dicampur sesuai dengan proporsi yang digunakan untuk
pengerjaan akhir beton. Penggosokan harus dilaksanakan sampai
seluruh tanda bekas acuan, ketidakrataan, tonjolan hilang, dan
seluruh rongga terisi, serta diperoleh permukaan yang rata. Pasta
yang dihasilkan dari penggosokan ini harus dibiarkan tertinggal di
tempat.

h) Perawatan Beton
- Segera setelah pengecoran, beton harus dilindungi dari
pengeringan dini, temperatur yang terlalu panas, dan gangguan
mekanis. Beton harus dijaga agar kehilangan kadar air yang terjadi
seminimal mungkin dan diperoleh temperatur yang relatif tetap
dalam waktu yang ditentukan untuk menjamin hidrasi yang
sebagaimana mestinya pada semen dan pengerasan beton;
- Pekerjaan perawatan harus segera dimulai setelah beton mulai
mengeras (sebelum terjadi retak susut basah) dengan
menyelimutinya dengan bahan yang dapat menyerap air. Lembaran
bahan penyerap air ini yang harus dibuat jenuh dalam waktu paling

[52]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)

sedikit 7 hari. Semua bahan perawatan atau lembaran bahan


penyerap air harus menempel pada permukaan yang dirawat;
- Jika acuan kayu tidak dibongkar maka acuan tersebut harus
dipertahankan dalam kondisi basah sampai acuan dibongkar, untuk
mencegah terbukanya sambungan-sambungan dan pengeringan
beton;
- Permukaan beton yang digunakan langsung sebagai lapis aus harus
dirawat setelah permukaannya mulai mengeras (sebelum terjadi
retak susut basah) dengan ditutupi oleh lapisan pasir lembab
setebal 5 cm paling sedikit selama 21 hari;
- Beton semen yang mempunyai sifat kekuatan awal yang tinggi,
harus dibasahi sampai kuat tekannya mencapai 70 % dari kekuatan
rancangan beton berumur 28 hari.

6. Pengendalian Mutu
Pengendalian mutu yang perlu diperhatikan dalam pedoman spesifikasi
teknis pekerjaan beton, bekisting dan waterstop harus memuat :
a) Penerimaan bahan
Bahan yang diterima (air, semen, agregat dan bahan tambah bila
diperlukan) harus diperiksa oleh pengawas penerimaan bahan
dengan mengecek/memeriksa bukti tertulis yang menunjukkan
bahwa bahan-bahan yang telah diterima harus sesuai dengan
ketentuan persyaratan bahan pada Pekerjaan Beton dan Bekisting.

b) Pengawasan
Direksi pekerja harus menempatkan seorang personal khusus yang
mempunyai keahlian untuk melakukan pengawasan pekerjaan sesuai
dengan persyaratan kerja.

c) Perencanaan Campuran
- Ketentuan Sifat-sifat Campuran
 Campuran beton yang tidak memenuhi ketentuan kelecakan
(misalnya dinyatakan dengan nilai “slump”) seperti yang diusulkan
tidak boleh digunakan pada pekerjaan, terkecuali bila Direksi
Pekerjaan dalam beberapa hal menyetujui penggunaannya secara
terbatas. Kelecakan (workability) dan tekstur campuran harus
sedemikian rupa sehingga beton dapat dicor pada pekerjaan tanpa
membentuk rongga, celah, gelembung udara atau gelembung air,
dan sedemikian rupa sehingga pada saat pembongkaran acuan
diperoleh permukaan yang rata, halus dan padat;

[53]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)

 Seluruh beton yang digunakan dalam pekerjaan harus memenuhi


kuat tekan yang disyaratkan, atau yang disetujui oleh Direksi
Pekerjaan, bila pengambilan contoh, perawatan dan pengujian
sesuai dengan SNI 03-1974-1990, SNI 03-4810-1998, SNI 03-
2493-1991, SNI 03-2458-1991;
 Jika pengujian beton umur 7 hari menghasilkan kuat tekan beton
di bawah kekuatan yang disyaratkan, maka Penyedia Jasa tidak
diperkenankan mengecor beton lebih lanjut, sampai penyebab dari
hasil yang rendah tersebut diketahui dengan pasti dan diambil
tindakan-tindakan yang menjamin bahwa produksi beton
berikutnya memenuhi ketentuan yang disyaratkan dalam
Spesifikasi;
 Kuat tekan beton umur 28 hari yang tidak memenuhi ketentuan
yang disyaratkan harus dipandang sebagai pekerjaan yang tidak
dapat diterima dan pekerjaan tersebut harus diperbaiki
sebagaimana disyaratkan di atas. Kekuatan beton dianggap lebih
kecil dari yang disyaratkan jika hasil pengujian serangkaian benda
uji dari suatu bagian pekerjaan yang dilaksanakan lebih kecil dari
kuat tekan beton karakteristik yang diperoleh dari rumus yang
diuraikan;
 Direksi Pekerjaan dapat pula menghentikan pekerjaan dan/atau
memerintahkan Penyedia Jasa untuk mengambil tindakan
perbaikan dalam meningkatkan mutu campuran atas dasar hasil
pengujian kuat tekan beton umur 3 hari. Dalam keadaan demikian,
Penyedia Jasa harus segera menghentikan pengecoran beton yang
diragukan tetapi dapat memilih menunggu sampai hasil pengujian
kuat tekan beton umur 7 hari diperoleh, sebelum menerapkan
tindakan perbaikan, pada waktu tersebut Direksi Pekerjaan akan
menelaah kedua hasil pengujian umur 3 hari dan 7 hari, dan dapat
segera memerintahkan tindakan perbaikan yang dipandang perlu;
 Perbaikan atas pekerjaan beton yang tidak memenuhi ketentuan
dapat mencakup pembongkaran dan penggantian seluruh beton.
Tindakan tersebut tidak boleh berdasarkan pada hasil pengujian
kuat tekan beton umur 3 hari saja, kecuali bila Penyedia Jasa dan
Direksi Pekerjaan sepakat dengan perbaikan tersebut.

- Penyesuaian Campuran
 Penyesuaian Sifat Mudah Dikerjakan (Kelecakan atau Workability)
Jika sifat kelecakan pada beton dengan proporsi yang semula
dirancang sulit diperoleh, maka Penyedia Jasa boleh melakukan
perubahan rancangan agregat, dengan syarat dalam hal apapun

[54]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)

kadar semen yang semula dirancang tidak berubah, juga rasio


air/semen yang telah ditentukan berdasarkan pengujian yang
menghasilkan kuat tekan yang memenuhi tidak dinaikkan.
Pengadukan kembali beton yang telah dicampur dengan cara
menambah air atau oleh cara lain tidak diijinkan. Bahan tambahan
untuk meningkatkan sifat kelecakan hanya diijinkan bila telah
disetujui oleh Direksi Pekerjaan.

- Penyesuaian Kekuatan
Jika beton tidak mencapai kekuatan yang disyaratkan, maka kadar
semen dapat ditingkatkan atau dapat digunakan bahan tambahan
dengan syarat disetujui oleh Direksi Pekerjaan.

- Penyesuaian Untuk Bahan-bahan Baru


Perubahan sumber atau karakteristik bahan tidak boleh dilakukan
tanpa pemberitahuan tertulis kepada Direksi Pekerjaan. Bahan baru
tidak boleh digunakan sampai Direksi Pekerjaan menerima bahan
tersebut secara tertulis dan menetapkan proporsi baru berdasarkan
atas hasil pengujian campuran percobaan baru yang dilakukan oleh
Penyedia Jasa

- Bahan Tambahan (admixture)


 Bila perlu menggunakan bahan tambahan, maka Penyedia Jasa
harus mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan. Jenis dan
takaran bahan tambahan yang akan digunakan untuk tujuan
tertentu harus dibuktikan kebenarannya melalui pengujian
campuran di laboratorium. Ketentuan mengenai bahan tambahan
ini harus mengacu pada SNI 03-2495-1991;
 Bila akan digunakan bahan tambahan berupa butiran yang sangat
halus, sebagian besar berupa mineral yang bersifat cementious
seperti abu terbang (fly ash), mikrosilika (silicafume), atau abu slag
besi (iron furnace slag), yang umumnya ditambahkan pada semen
sebagai bahan utama beton, maka penggunaan bahan tersebut
harus berdasarkan hasil pengujian laboratorium yang menyatakan
bahwa hasil kuat tekan yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan
yang diinginkan pada Gambar Rencana dan disetujui oleh Direksi
Pekerjaan;
 Dalam hal penggunaan bahan tambahan dalam campuran beton,
maka bahan tersebut ditambahkan pada saat pengadukan beton.
Bahan tambahan ini hanya boleh digunakan untuk meningkatkan
kinerja beton segar (fresh concrete);

[55]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)

 Penggunaan bahan tambahan ini dilakukan dalam hal-hal berikut :


o Meningkatkan kinerja kelecakan adukan beton tanpa menambah
air;
o Mengurangi penggunaan air dalam campuran beton tanpa
mengurangi kelecakan;
o Mempercepat pengikatan hidrasi semen atau pengerasan beton;
o Memperlambat pengikatan hidrasi semen atau pengerasan
beton;
o Meningkatkan kinerja kemudahan pemompaan beton;
o Mengurangi kecepatan terjadinya slump loss;
o Mengurangi susut beton atau memberikan sedikit
pengembangan volume beton (ekspansi);
o Mengurangi terjadinya bleeding;
o Mengurangi terjadinya segregasi.

 Untuk tujuan peningkatan kinerja beton sesudah mengeras, bahan


tambahan campuran beton bisa digunakan untuk keperluan-
keperluan sebagai berikut :
o Meningkatkan kekuatan pada beton muda;
o Mengurangi atau memperlambat panas hidrasi pada proses
pengerasan beton, terutama untuk beton dengan kekuatan awal
yang tinggi;
o Meningkatkan kinerja pengecoran beton di dalam air atau di
laut;
o Meningkatkan keawetan jangka panjang beton;
o Meningkatkan kekedapan beton (mengurangi permeabilitas
beton);
o Mengendalikan ekspansi beton akibat reaksi alkali agregat;
o Meningkatkan daya lekat antara beton baru dan beton lama;
o Meningkatkan daya lekat antara beton dan baja tulangan;
o Meningkatkan ketahanan beton terhadap abrasi dan tumbukan.
Walaupun demikian, penggunaan aditif dan admixture perlu dilakukan
secara hati-hati dan dengan takaran yang tepat sesuai
manualpenggunaannya, serta dengan proses pengadukan yang baik,
agar pengaruh penambahannya pada kinerja beton bisa dicapai secara
merata pada semua bagian beton. Dalam hal ini perlu dimengerti bahwa
dosis yang berlebih akan dapat mengakibatkan menurunnya kinerja
beton, atau dalam hal yang lebih parah, dapat menimbulkan kerusakan
pada beton.

[56]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)

d) Pelaksanaan Pencampuran
- Penakaran Agregat
 Seluruh komponen bahan beton harus ditakar menurut berat. Bila
digunakan semen kemasan dalam zak, kuantitas penakaran harus
sedemikian sehingga kuantitas semen yang digunakan adalah
setara dengan satu satuan atau kebulatan dari jumlah zak semen.
Agregat harus ditimbang beratnya secara terpisah. Ukuran setiap
penakaran tidak boleh melebihi kapasitas alat pencampur;
 Penakaran agregat harus dilakukan dalam kondisi jenuh kering
permukaan (SSD-saturated surface dry). Apabila hal tersebut tidak
dilakukan maka harus dilakukan koreksi penakaran sesuai dengan
kondisi agregat di lapangan. Untuk mendapatkan kondisi agregat
yang jenuh kering permukaan dapat dilakukan dengan cara
menyemprot tumpukan agregat dengan air secara berkala paling
sedikit 12 jam sebelum penakaran untuk menjamin kondisi jenuh
kering permukaan;
 Penyedia Jasa harus dapat menunjukkan sertifikat kalibrasi yang
masih berlaku untuk seluruh peralatan yang digunakan untuk
keperluan penakaran bahan-bahan beton termasuk saringan
agregat pada perangkat ready mix
- Pencampuran
 Beton harus dicampur dalam mesin yang dijalankan secara
mekanis dari jenis dan ukuran yang disetujui sehingga dapat
menjamin distribusi yang merata dari seluruh bahan;
 Pencampur harus dilengkapi dengan tangki air yang memadai dan
alat ukur yang akurat untuk mengukur dan mengendalikan jumlah
air yang digunakan dalam setiap penakaran;
 Cara pencampuran bahan beton dilakukan sebagai berikut,
pertama masukkan sebagian air, kemudian seluruh agregat
sehingga mencapai kondisi yang cukup basah, dan selanjutnya
masukkan seluruh semen yang sudah ditakar hingga tercampur
dengan agregat secara merata. Terakhir masukkan sisa air untuk
menyempurnakan campuran;
 Waktu pencampuran harus diukur mulai pada saat air dimasukkan
ke dalam campuran bahan kering. Seluruh sisa air yang diperlukan
harus sudah dimasukkan sekira seperempat waktu pencampuran
tercapai. Waktu pencampuran untuk mesin berkapasitas ¾ m3
atau kurang harus sekira 1,5 menit; untuk mesin yang lebih besar
waktu harus ditingkatkan 15 detik untuk tiap penambahan 0,5 m3;
 Bila tidak mungkin menggunakan mesin pencampur, Direksi
Pekerjaan dapat menyetujui pencampuran beton dengan cara

[57]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)

manual dan harus dilakukan sedekat mungkin dengan tempat


pengecoran. Penggunaan pencampuran beton dengan cara
manual harus dibatasi hanya pada beton non-struktural.
- Pengujian Campuran
 Pengujian Untuk Kelecakan (Workability)
Satu pengujian "slump", atau lebih sebagaimana yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, harus dilaksanakan pada
setiap pencampuran beton yang dihasilkan, dan pengujian harus
dianggap belum dikerjakan kecuali disaksikan oleh Direksi
Pekerjaan atau wakilnya. Nilai slump pada setiap campuran tidak
boleh berada diluar rentang nilai slump (± 2 cm) yang disyaratkan.
 Pengujian Kuat Tekan
o Penyedia Jasa harus membuat sejumlah set benda uji (3 buah
benda uji per set) untuk pengujian kuat tekan berdasarkan
jumlah beton yang dicorkan untuk setiap kuat tekan beton dan
untuk setiap jenis komponen bangunan yang dicor terpisah
pada tiap hari pengecoran;
o Untuk keperluan pengujian kuat tekan beton, Penyedia Jasa
harus menyediakan benda uji beton berupa silinder dengan
diameter 150 mm dan tinggi 300 mm, dan harus dirawat sesuai
dengan SNI 03-4810-1998. Benda uji tersebut harus dicetak
bersamaan dan diambil dari contoh yang sama dengan benda
uji silinder yang akan dirawat di laboratorium;
o Jumlah set benda uji yang dibuat berdasarkan jumlah kuantitas
pengecoran atau komponen bangunan yang dicor secara
terpisah dan diambil jumlah terbanyak diantara keduanya;
o Pengambilan benda uji untuk pengecoran yang didapat dari
pencampuran secara manual, setiap 10 meter kubik beton harus
dibuat 1 set benda uji dan untuk setiap komponen bangunan
yang dicor terpisah minimal diambil 3 set benda uji;
o Jumlah benda uji yang harus dibuat untuk pengecoran hasil
produksi ready mix, diambil pada setiap pengiriman (1 set untuk
setiap truk). 1set = 3 buah benda uji;
o Setiap set pengujian minimum tersebut harus diuji untuk kuat
tekan beton umur 28 hari;
o Apabila dalam pengujian kuat tekan benda uji tersebut terdapat
perbedaan nilai kuat tekan yang > 5% antara dua buah benda
uji dalam set tersebut, maka benda uji ketiga dalam set
tersebut harus diuji kuat tekannya. Hasil kuat tekan yang
digunakan dalam perhitungan statistik adalah hasil dari 2 buah
benda uji yang berdekatan nilainya;

[58]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)

o Kekuatan beton diterima dengan memuaskan bila fc


karakteristik dari benda uji lebih besar atau sama dengan fc
rencana;
o Nilai hasil uji tekan satupun tidak boleh mempunyai nilai di
bawah 0,85 fc’;
o Jika salah satu dari kedua syarat tersebut di atas tidak dipenuhi,
maka harus diambil langkah untuk meningkatkan rata-rata dari
hasil uji kuat tekan berikutnya, dan langkah-langkah lain untuk
memastikan bahwa kapasitas daya dukung dari bangunan tidak
membahayakan;
o Jika dari hasil perhitungan dengan kuat tekan menunjukkan
bahwa kapasitas daya dukung bangunan berkurang, maka
diperlukan suatu uji bor (core drilling) pada daerah yang
diragukan berdasarkan aturan pengujian yang berlaku. Dalam
hal ini harus diambil paling tidak 3 (tiga) buah benda uji bor inti
pada daerah yang tidak membahayakan bangunan untuk setiap
hasil uji tekan yang meragukan atau terindikasi bermutu rendah
seperti disebutkan di atas;
o Beton di dalam daerah yang diwakili oleh hasil uji bor inti bisa
dianggap secara bangunan antara lain cukup baik bila rata-rata
kuat tekan dari ketiga benda uji bor inti tersebut tidak kurang
dari 0,85 fc’ dan tidak satupun dari benda uji bor inti yang
mempunyai kekuatan kurang dari 0,75 fc’. Dalam hal ini,
perbedaan umur beton saat pengujian kuat tekan benda uji bor
inti terhadap umur beton yang disyaratkan untuk penetapan
kuat tekan beton (yaitu 28 hari, atau lebih bila disyaratkan),
perlu diperhitungkan dan dilakukan koreksi dalam menetapkan
kuat tekan beton yang dihasilkan.

 Pengujian Tambahan
Penyedia Jasa harus melaksanakan pengujian tambahan yang
diperlukan untuk menentukan mutu bahan atau campuran atau
pekerjaan beton akhir, sebagaimana yang diperintahkan oleh
Direksi Pekerjaan. Pengujian tambahan tersebut meliputi :
o Pengujian yang tidak merusak menggunakan alat seperti Impact
Echo, Ultrasonic Penetration Velocity atau perangkat penguji
lainnya (hasil pengujian tidak boleh digunakan sebagai dasar
penerimaan);
o Pengujian pembebanan bangunan atau bagian bangunan yang
dipertanyakan;
o Pengambilan dan pengujian benda uji inti (core) beton;

[59]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)

o Pengujian lainnya sebagaimana ditentukan oleh Direksi


Pekerjaan.

e) Perbaikan Atas Pekerjaan Beton Yang Tidak Memenuhi Ketentuan


- Perbaikan atas pekerjaan beton yang tidak memenuhi kriteria
toleransi yang disyaratkan,atau yang tidak memiliki permukaan akhir
yang memenuhi ketentuan,atau yang tidak memenuhi sifat-sifat
campuran yang disyaratkan, harus mengikuti petunjuk yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan antara lain :
 Perubahan proporsi campuran beton untuk sisa pekerjaan yang
belum dikerjakan;
 Penanganan pada bagian bangunan yang hasil pengujiannya gagal;
 Perkuatan, pembongkaran atau penggantian sebagian atau
menyeluruh pada bagian pekerjaan yang memerlukan penanganan
khusus.
- Jika terjadi perbedaan pendapat dalam hal mutu pekerjaan beton atau
adanya keraguan dari data pengujian yang ada, Direksi Pekerjaan
dapat meminta Penyedia Jasa melakukan pengujian tambahan yang
diperlukan untuk menjamin bahwa mutu pekerjaan yang telah
dilaksanakan dapat dinilai dengan adil dengan meminta pihak ketiga
untuk melaksanakannya;
- Perbaikan atas pekerjaan beton yang retak atau bergeser sesuai
dengan ketentuan dari Spesifikasi ini. Penyedia Jasa harus
mengajukan detail rencana perbaikan untuk mendapatkan
persetujuan Direksi Pekerjaan sebelum memulai pekerjaan.

7. Pengukuran Dan Pembayaran


Pengukuran dan pembayaran yang perlu diperhatikan dalam pedoman
spesifikasi teknis pekerjaan beton harus memuat :
a) Pengukuran
- Pekerjaan Beton
 Cara Pengukuran
o Beton akan diukur dengan jumlah meter kubik pekerjaan beton
yang digunakan dan diterima sesuai dengan dimensi yang
ditunjukkan pada Gambar Kerja atau yang diperintahkan oleh
Direksi Pekerjaan dengan batas toleransi yang diijinkan dan
dibayar ukuran minimal yang masih masuk dalam toleransi.
Tidak ada pengurangan yang akan dilakukan untuk volume
yang ditempati oleh pipa dengan garis tengah kurang dari 20
cm atau oleh benda lainnya yang tertanam seperti "water stop",

[60]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)

baja tulangan, selongsong pipa (conduit) atau lubang sulingan


(weephole);
o Tidak ada pengukuran tambahan atau yang lainnya yang akan
dilakukan untuk acuan, perancah untuk balok dan lantai
pemompaan, penyelesaian akhir permukaan, penyediaan pipa
sulingan, pekerjaan pelengkap lainnya untuk penyelesaian
pekerjaan beton, dan biaya dari pekerjaan tersebut telah
dianggap termasuk dalam harga penawaran untuk Pekerjaan
Beton;
o Kuantitas bahan untuk lantai kerja, bahan drainase porous, baja
tulangan dan mata pembayaran lainnya yang berhubungan
dengan bangunan yang telah selesai dan diterima akan diukur
untuk dibayarkan seperti disyaratkan pada Bagian lain dalam
Spesifikasi ini;
o Beton yang telah dicor dan diterima harus diukur dan dibayar
sebagai beton bangunan atau beton tidak bertulang. Beton
Bangunan harus beton yang disyaratkan atau disetujui oleh
Direksi Pekerjaan sebagai fc’=21,7 MPa (K-250) atau lebih
tinggi dan Beton Tak Bertulang harus beton yang disyaratkan
atau disetujui untuk fc’=14,5 MPa (K-175) atau fc’=9,8 Mpa (K-
125). Jika beton dengan mutu (kekuatan) yang lebih tinggi
diperkenankan untuk digunakan di lokasi untuk mutu
(kekuatan) beton yang lebih rendah, maka volumenya harus
diukur sebagai beton dengan mutu (kekuatan) yang lebih
rendah.

 Pengukuran Untuk Pekerjaan Beton Yang Diperbaiki


o Jika pekerjaan telah diperbaiki, kuantitas yang akan diukur
untuk pembayaran harus sejumlah yang harus dibayar bila
mana pekerjaan semula telah memenuhi ketentuan;
o Tidak ada pembayaran tambahan akan dilakukan untuk tiap
peningkatan kadar semen atau setiap bahan tambah
(admixture), juga tidak untuk tiap pengujian atau pekerjaan
tambahan atau bahan pelengkap lainnya yang diperlukan untuk
mencapai mutu yang disyaratkan untuk pekerjaan beton.

- Pekerjaan Waterstop
Pengukuran pembayaran pekerjaan waterstop dibuat berdasarkan
meter panjang terpasang, sesuai as waterstop seperti terlihat pada
gambar.

[61]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)

b) Dasar Pembayaran
Kuantitas yang diterima dari berbagai mutu beton yang ditentukan
sebagaimana yang disyaratkan di atas, akan dibayar pada Harga
Kontrak untuk Mata Pembayaran dan menggunakan satuan
pengukuran yang ditunjukkan dalam Daftar Kuantitas Harga dan
pembayaran harus merupakan kompensasi penuh untuk seluruh
penyediaan dan pemasangan seluruh bahan yang tidak dibayar dalam
Mata Pembayaran lain, termasuk "water stop", lubang sulingan,
acuan, perancah untuk pencampuran, pengecoran, pekerjaan akhir
dan perawatan beton, dan untuk semua biaya lainnya yang perlu dan
lazim untuk penyelesaian pekerjaan yang sebagaimana mestinya.

8. Besi Tulangan
a) Umum
- Besi tulangan untuk pekerjaan konstruksi beton dapat berupa besi
polos dan besi ulir yang memenuhi ketentuan standar JIS atau
ASTM A615, Grade 60 atau SII 0376-84;
- Penyedia Jasa harus mendapat persetujuan Pengguna Jasa untuk
pengadaan besi tulangan yang akan dipergunakan dan
menyerahkan sertifikat produksi pabrik setiap pengirimannya ke
lokasi pekerjaan;
- Penyedia Jasa dengan biaya sendiri harus melakukan uji material
bila diminta Pengguna Jasa dengan prosedur baku uji yang
disetujui Pengguna Jasa;
- Tampang melintang besi tulangan yang dikirim ke lokasi kerja
harus sama pada seluruh panjangnya dengan yang disetujui
Pengguna Jasa;
- Dua besi tulangan dengan diameter yang sama yang diambil secara
random dari besi tulangan yang dikirim ke lokasi kerja harus tidak
boleh berbeda lebih dari 2% (dua persen) dari diameter yang
disyaratkan. Besi tulangan harus bersih dari karat, oli, kotoran dan
tidak cacat.

b) Gambar Pembesian
Penyedia Jasa wajib menyerahkan gambar pembesian berikut dengan
daftar besi dan pembengkokannya kepada Pengguna Jasa untuk
mendapat persetujuan sebelum pemasangannya di lokasi pekerjaan.

c) Pemasangan Besi Tulangan


- Besi tulangan harus dipotong, ditekuk dan dibentuk sesuai dengan
ukuran/dimensi yang ditunjukkan pada gambar pembesian yang

[62]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)

telah disepakati. Besi tulangan harus dipasang pada lokasi dan


posisi yang tepat sesuai dengan gambar dan diikat kuat pada
cetakan beton;
- Besi tulangan harus menyatu dengan kuat antara satu dengan yang
lain sebagai suatu rangkaian/anyaman yang kokoh yang tidak
mudah berubah bentuk dan diikat dengan kuat pada cetakan
dengan posisi yang tepat dan tidak mudah bergeser selama proses
penuangan dan pemadatan beton;
- Semua ujung-ujung kawat pengikat harus ditekuk ke arah dalam
adukan beton, tidak diijinkan mencuat keluar permukaan beton;
- Batu tahu untuk membentuk selimut beton, dibuat dari beton pra-
cetak dengan kuat desak tidak kurang dari tipe beton yang akan
dituang, dengan tebal sesuai dengan desain tebal selimut beton
diikat kuat pada cetakan dengan kawat dan disiram air sesaat
sebelum beton dituang;
- Sebelum penuangan beton dilaksanakan, seluruh besi tulangan
harus dibersihkan dari material lepas, debu, lumpur, kerak, oli atau
sisa beton hasil pengecoran sebelumnya yang menempel/mengeras
dan bahan lainnya yang dapat melemahkan ikatan dengan beton;
- Penyedia Jasa wajib memberikan waktu tidak kurang dari 24 jam
sebelum pelaksanaan penuangan beton, kepada Pengguna Jasa
untuk melakukan pemeriksaan kesiapan pelaksanaan secara
menyeluruh dan memberi persetujuan bila semuanya sesuai
dengan ketentuan dalam spesifikasi.

d) Penyambungan Besi Tulangan


- Semua besi tulangan harus dipasang dengan susunan dan panjang
seperti pada gambar kecuali bila ditentukan dan disetujui berbeda
oleh Pengguna Jasa;
- Kecuali yang sudah ditetapkan dalam gambar penyambungan besi
tulangan lainnya tidak diperkenankan tanpa persetujuan Pengguna
Jasa Penyambungan harus dilakukan dengan overlap sepanjang
mungkin;
- Panjang overlap antara 2 (dua) besi tulangan yang disambung
harus sesuai dengan gambar. Bila tidak ditunjukkan dalam gambar,
panjang overlap harus tidak kurang dari 30 (tiga puluh) diameter
besi tulangan.
- Untuk penyambungan dengan cara overlap, besi tulangan harus
dipasang dan diikat dengan kawat sedemikian sehingga tebal
selimut beton tetap memenuhi ketentuan.

[63]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)

e) Selimut Beton
Semua besi tulangan harus dipasang dengan tebal selimut beton
sesuai dengan ketentuan dalam gambar, atau atas perintah Pengguna
Jasa.

f) Pengukuran Pembayaran Besi Tulangan


- Kecuali untuk beton pracetak, besi tulangan diukur dalam satuan
berat ton untuk setiap jenis/tipe besi tulangan bulat-polos atau
bulat-ulir, berdasarkan berat yang dihitung untuk besi tulangan
dengan ukuran diameter dan panjang yang ditunjukkan dalam
daftar dan gambar pembesian/penulangan yang disetujui Pengguna
Jasa;
- Untuk menghitung berat besi tulangan setiap tipe besi sebagai
dasar pembayaran, ketentuan berat dalam SNI 07-2052-1990 yang
setara dengan JIS G3112;
- Bila diameter besi tulangan dalam gambar tidak ada dalam daftar
diatas, Pengguna Jasa akan menetapkan berat besi tulangan yang
dipasang di lokasi pekerjaan berdasarkan ketentuan dalam standar
SNI atau JIS;
- Besi tulangan yang diperlukan untuk pemasangan, penyetelan,
penjepit, pengikat dan keperluan lainnya untuk penempatan besi
tulangan pada cetakan, tidak diperhitungkan dalam pembayaran.
Besi tulangan untuk overlap sambungan akan diperhitungkan
dalam pembayaran;
- Pembayaran untuk pekerjaan besi tulangan dilakukan berdasarkan
harga satuan yang ditawarkan/dicantumkan dalam Daftar Kuantitas
dan Harga untuk masing-masing tipe besi bulat-ulir dan besi bulat-
polos. Harga satuan tersebut sudah termasuk biaya dan ongkos
untuk pekerja, peralatan, material, alat penyediaan, pemasangan
dan penyetelan besi tulangan dan semua pekerjaan pendukung
yang disebut dalam Spesifikasi ini.

VII. PEKERJAAN PINTU AIR


1. Ruang Lingkup
a) Pedoman ini menetapkan ketentuan dan persyaratan, metode
pelaksanaan pekerjaan, pengendalian mutu serta pengukuran dan
pembayaran pelaksanaan pekerjaan pintu;
b) Pedoman ini mencakup perencanaan, pengadaan, pengujian,
finishing, pengecatan, pengiriman ke lokasi pekerjaan, penyetelan
yang ditunjuk oleh Direksi Pekerjaan.

[64]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)

2. Acuan Normatif
Standar Nasional Indonesia (SNI)
- SNI 03-3399-1994 : Metode Pengujian Kuat Tarik Kayu Di
Laboratorium;
- SNI 03-3400-1994 : Metode Pengujian Kuat Geser Kayu Di
Laboratorium;
- SNI 03-3527-1994 : Mutu Kayu Bangunan;
- SNI 03-3958-1995 : Metode Pengujian Kuat Tekan Kayu Di
Laboratorium;
- SNI 03-3959-1991 : Metode Pengujian Kuat Lentur Kayu Di
Laboratorium;
- SNI 03-3960-1995 : Metode Pengujian Modulus Elastisitas Lentur Kayu
di laboratorium;
- SNI 03-3972-1995 : Metode Pengujian Modulus Elastisitas Lentur Kayu
Konstruksi berukuran structural;
- SNI 03-3973-1995 : Metode Pengujian Modulus Elastisitas Tekan dan
Kuat Tekan Sejajar Serat Kayu Konstruksi Berukuran Struktural;
- SNI 03-3974-1995 : Metode Pengujian Modulus Geser Kayu Konstruksi
Berukuran structural;
- SNI 03-3975-1995 : Metode Pengujian Kuat Lentur Kayu Konstruksi
Berukuran structural;
- SNI 03-6861.1-2002 : Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian – A (Bahan
Bangunan Bukan Logam)
- SNI 03-6861.2-2002 : Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian – B (Bahan
Bangunan Dari Besi / Baja;
- SNI 03-6861.3-2002 : Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian – C (Bahan
Bangunan Dari Logam Bukan Besi;

3. Istilah Dan Difinisi


a) Pintu Air Type A* : adalah pintu air dengan daun pintu dari bahan plat
dan alat putar transmisi doble stang, digunakan untuk pintu lebar
antara > 2,00 m s/d 3,00 m, dan atau ditentukan sesuai dengan
gambar disain;
b) Pintu Air Type A : adalah pintu air dengan daun pintu dari bahan kayu
dan alat putar transmisi doble stang, digunakan untuk pintu lebar
antara > 2,00 m s/d 3,00 m, dan atau ditentukan sesuai dengan
gambar disain;
c) Pintu Air Type B* : adalah pintu air dengan daun pintu dari bahan plat
dan alat putar transmisi satu stang, digunakan untuk pintu lebar
antara > 1,00 m s/d 2,00 m, dan atau ditentukan sesuai dengan
gambar disain;

[65]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)

d) Pintu Air Type B : adalah pintu air dengan daun pintu dari bahan kayu
dan alat putar transmisi satu stang, digunakan untuk pintu lebar
antara > 1,00 m s/d 2,00 m, dan atau ditentukan sesuai dengan
gambar disain;
e) Pintu Air Type C2 : adalah pintu air dengan daun pintu dari bahan plat
dan alat putar biasa satu stang, digunakan untuk pintu lebar antara >
0,70 m s/d 1,00 m, dan atau ditentukan sesuai dengan gambar
disain;
f) Pintu Air Type C3 : adalah pintu air dengan daun pintu dari bahan plat
dan alat putar biasa satu stang, digunakan untuk pintu lebar antara >
0,50 m s/d 0,70 m, dan atau ditentukan sesuai dengan gambar
disain;
g) Pintu Air Type C5 : adalah pintu air angkat dengan daun pintu dari
bahan plat, digunakan untuk pintu lebar antara 0,30 m s/d 0,50 m,
dan atau ditentukan sesuai dengan gambar disain.

4. Persyaratan Bahan
a) Baja konstruksi (plat dan profil) harus baik, baru, dari pabrik yang
resmi dan setaraf dengan S.t.(DIN 17100 1966);
b) Tangkai dan ulir untuk gate/pintu harus setaraf dengan S.t. 60 (DIN
17100 1966);
c) Besi tuang harus bebas cacat/retak; perbaikan retak retak dengan las
atau lainnya tidak diperkenankan;
d) Baut, keling dan washers harus dari pabrik resmi dan harus setaraf
U.st. 36 1 (DIN 1711 1968). Baut dan keling yang tersentuh air harus
digalvanisir;
e) Las harus dikerjakan dengan halus, rapi, penuh dan bersih, kelihatan
jelek atau las yang tidak sempurna dan sebagainya akan ditolak;
f) Kawat las yang dipakai adalah "Unimatic" 6000 (AC DC) dengan
kekuatan tarik 4.760 kg/cm2 atau type yang sama;
g) Pipa besi untuk sandaran harus ukuran standar pipa dengan "heavy
duty galvanized coating".

5. Pelaksanaan Pekerjaan
a) Spesifikasi untuk Bangunan Pintu dan Pintu Sorong
- Bangunan Pintu
 Pintu harus dibuat dengan konstruksi las yang sempurna. Daun
pintu untuk bagian (sisi) hulu harus dipotong tepat ukuran.
Palang sisi dan horizontal harus diklem kuat pada permukaan
plat sedemikian hingga pada waktu selesai mengelas jarak
antara plat dan batang tidak lebih dari 1 mm;

[66]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)

 Bagian batang/palang yang dilas pada daun pintu, las harus


menerus didua sisi, sedemikian hingga tidak ada air yang bocor
diantara bagian bagian tersebut;
 Pintu harus diserahkan komplit dengan segala kelengkapannya,
plat dinding, rangka, ambang, tangki ulir gear dan material lain
yang dibutuhkan. Semua bagian daripada pintu harus cocok
dengan gambar disain;
 Setelah pemasangan rangka, semua harus ditambat kuat pada
bangunan dengan baut berjangkar, dan semua rongga yang ada
antara rangka dan bangunan harus diisi mortar 1 PC : 3 PS
sampai Direksi menganggap cukup;
 Semua pembuatan konstruksi harus sedemikian sehingga pintu
bebas dari puntiran, bengkok dan deformasi lain menurut
anggapan Direksi;
 Pemakaian karet atau bahan lain untuk seals guna perapat pada
pintu pintu harus sesuai dengan yang diijinkan yang mempunyai
effectivitas, keawetan sesuai cuaca Indonesia dan terendam
dalam air secara kontinu, dan keterbukaan pada sinar matahari
dimungkinkan pemakaian bahan karet sintetik atau plastik yang
memenuhi persyaratan;
 Bahan perapat diatas harus sedemikian sehingga mudah
dipasang atau diganti, dan baut baut dipakai harus tahan
terhadap korosi;
 Semua bagian harus dibuat secara presisi sesuai standar Industri
untuk memudahkan perakitan, pemasangan dan pemindahan.
Semua dimensi yang ada digambar adalah minimum. Dalam
pembuatan harus dilebihi (ukurannya) secukupnya, sedemikian
hingga tidak ada dimensi yang kurang.

- Pintu Sorong
 Pintu sorong dapat dioperasikan dan harus diserahkan lengkap
termasuk tangkai, dan kunci, gear, serta kopling dan lain-lain;
 Tarikan yang dibutuhkan tidak boleh lebih keras dari 10 kg untuk
membuka atau menutup pintu dan las roda setang harus pada
elevasi 0.90 m diatas bangunan atau platform dimana operator
akan berdiri;
 Tangkai ulir dan gear harus dibuat presisi sangat tepat;
 Gear harus dari besi tulang atau selubung/rangka las dilengkapi
tutup untuk pemberian pelumas dari gear;
 Pintu sorong harus seluruhnya shop assembled (rakitan pabrik)
ukuran plat dan profil pintu harus sesuai dengan gambar.

[67]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)

b) Spesifikasi Teknik Umum


- Penyiapan bahan bahan
 Semua kegiatan, sedapat mungkin dilakukan didalam / sekitar
wilayah (proyek);
 Mutu dan penyelesaian harus sesuai dengan kenyataan praktek
dalam pekerjaan konstruksi baja modern. Bahan pada pekerjaan
besi harus dijaga bersih dan terlindung dari pengaruh cuaca
sejauh memungkinkan dalam praktek;
 Lubang baut harus betul betul bulat;
 Ukuran dari lubang baut harus tidak lebih dari 2 mm lebih besar
dari diameter nominal (ditetapkan) dari baut dan harus
menciptakan putaran yang pas dengan baut;
 Jika mungkin, mesin dengan "a fixed drilling line" harus
digunakan. Lubang lubang pada dasar plat untuk baut lebih
besar 0.25 mm. Gerigi gerigi pada permukaan luar harus
dihilangkan;
 Panjang uliran baut harus sedemikian sehingga seluruh diameter
tangkai berada dalam daerah geser (shearzone);
 Baut harus menonjol paling tidak satu panjang uliran dengan
minimum 3 mm dan maksimum 10 mm setelah penggeseran dari
mur. Dibawah mur pada baut jangkar dan dibawah semua
kepala baut dan mur, harus dilengkapi "heavy duty washer";
 Jika baut digunakan dalam permukaan yang miring, harus
menggunakan "bevelled washer". Kepala dari mur harus diputar
benar, dengan kunci inggris yang cocok dan dengan panjang
tidak kurang dari 0.30 m;
 Untuk dratstang harus doble drat;
 Sebelum dimulainya pengelasan, Penyedia Jasa harus membuat
dan menyerahkan kepada Direksi untuk disetujui, program
lengkap yang menunjukkan :
o Type pengelasan.
> Klasifikasi bahan untuk pengelasan, termasuk ukuran
ukuran yang diperlukan untuk mewujudkan dimensi
spesifikasi setelah pengelasan. Sesudah pengelasan,
semua ceceran las harus dibersihkan dan semua lubang,
pori dan berkas berkas terbakar harus diperbaiki;
> Diameter kawat las dan aliran listrik yang dipakai harus
memenuhi ketentuan dibawah ini.
- Pemasangan
 Penyedia Jasa harus memasang semua bagian dari pekerjaan
seperti pada gambar disain yang disetujui atau atas petunjuk

[68]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)

Direksi ditempat pekerjaan, termasuk semua alat alat pelengkap


seperti baut jangkar, penahan, seal (penguat) dan sebagainya;
 Semua bagian yang ditanam harus ditumpu kuat (rigid) dan
diteliti/tepat sebelum dan selama pemasangan;
 Dinding plat, sandaran dan ambang harus diperkuat seperti
ditunjukkan dalam gambar atau atas petunjuk Direksi;
 Pada penyelesaian pekerjaan semua bagian harus dibersihkan
dan dirapikan oleh Penyedia Jasa;
 Penyedia Jasa harus memindahkan semua kelebihan bahan
bahan dari tempat pekerjaan atau seperti ditunjukkan Direksi;
 Semua gear reducer tertutup harus diisi secukupnya dengan
minyak pelumas, sesuai syarat dari pembuat/pabrik;
 Gear Reducer terbuka harus diberi gemuk kwalitas baik pada
giginya (graphite grease). Semua pelumas dan zat pencuci harus
disediakan Penyedia Jasa tanpa tambahan biaya;
 Penyedia Jasa harus menyediakan persediaan pelumas yang
cukup untuk jangka waktu pemeliharaan untuk semua bagian
pekerjaan dari Kontrak ini

- Test dan Garansi


 Pada saat penyelesaian pekerjaan, peralatan harus siap untuk
ditest, dihadapan Direksi sebelum penyerahannya untuk
membuktikan bisa dioperasikan dengan memuaskan;
 Jika ada bagian dari pekerjaan gagal dioperasikan sesuai
ketentuan Direksi, beberapa perubahan harus dikerjakan oleh
Penyedia Jasa sesuai ketentuan Direksi tanpa pembayaran
ekstra;
 Pada saat penyerahan pekerjaan, Penyedia Jasa harus
melaksanakan pemeliharaan selama jangka waktu masa
pemeliharaan untuk semua pekerjaan, meliputi perbaikan dari
semua kekurangan dan kerusakan yang mungkin terjadi dalam
jangka waktu tersebut tanpa biaya tambahan.

- Pengecatan
 Bahan-bahan
o Semua cat harus disediakan dalam keadaan segel pabrik
(factory scaled) kaleng/cap pabriknya akan ditentukan oleh
Direksi;
o Cat yang telah melampui batas kadaluwarsa seperti tertulis
pada kalengnya tidak boleh dipakai, dan harus segera
disingkirkan dari tempat pekerjaan.

[69]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)

 Pelaksanaan Pengecatan Pekerjaan Baja


o Sebelum pengecatan dilaksanakan permukaan harus
dibersihkan dan dikerjakan atau dicat sebagai berikut :
> Pengecatan harus dikerjakan dengan mesin, dalam
pelaksanaan pengecatan lapis demi lapis sampai dengan
ketebalan yang ditentukan dimulai dari cat meni lalu cat
anti karat dan terakhir dilapis cat bron untuk bagian atas
konstruksi;
> Yang bersentuhan dengan pekerjaan baja lainnya ketika
pemasangan di lapangan, dua lapis cat dasar, kecuali
ditentukan lain;
> Yang akan bersentuhan dengan beton, aspal, termakadam
atau bitumen penahan air, tidak perlu pengerjaan apa-apa
atau pengecatan.

c) Perhitungan dan Pembayaran


- Volume Pekerjaan dihitung sesuai dan berdasarkan gambar
pelaksanaan yan telah disetujui oleh Pengguna Jasa, dan
diperhitungkan dalam satuan buah;
- Harga satuan yang ditawarkan oleh Penyedia Jasa sudah harus
meliputi Upah tenaga,bahan material yang dipakai, peralatan yang
digunakan, BiayaUmum dan keuntungan.

IX. PEKERJAAN PIPANISASI


1. Ruang Lingkup
a) Pedoman ini menetapkan ketentuan dan persyaratan, metode
pelaksanaan pekerjaan, pengendalian mutu serta pengukuran dan
pembayaran pelaksanaan pekerjaan pipanisasi beserta assesorisnya;
b) Pedoman ini mencakup pengadaan, pengujian, finishing, pengecatan,
pengiriman ke lokasi pekerjaan, penyetelan yang ditunjuk oleh Direksi
Pekerjaan.

2. Acuan Normatif
Standar Nasional Indonesia (SNI)

3. Pelaksanaan Pekerjaan
a) Pengadaan dan Pemasangan Pegangan (Handril)
- Bahan yang digunakan adalah Pipa galvanis diameter 3”;
- Ukuran pegangan adalah sesuai gambar desain;
- Demensi tiang sesuai gambar disain dari bahan campuran beton.
b) Perhitungan dan Pembayaran :

[70]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)

- Volume Pekerjaan dihitung sesuai dan berdasarkan gambar


pelaksanaan yan telah disetujui oleh Pengguna Jasa dan
diperhitungkan dalam satuan meter (m);
- Harga satuan yang ditawarkan oleh Penyedia Jasa sudah harus
meliputi Upah tenaga, bahan material yang dipakai, peralatan yang
digunakan, Biaya Umum dan keuntungan.

X. PEKERJAAN LAIN-LAIN
1. Ruang Lingkup
a) Pedoman ini menetapkan ketentuan dan persyaratan, metode
pelaksanaan pekerjaan, pengendalian mutu serta pengukuran dan
pembayaran pelaksanaan pekerjaan lain-lain;
b) Pedoman ini mencakup pengadaan, pengujian, finishing, pengecatan,
pengiriman ke lokasi pekerjaan, penyetelan yang ditunjuk oleh Direksi
Pekerjaan.

2. Acuan Normatif
Standar Nasional Indonesia (SNI)

3. Pelaksanaan Pekerjaan
a) Drain Hole Pipa PVC diameter 2”
- Pekerjaan ini meliputi pengadaan bahan/material PVC dan
pemasangan pada dinding penguat (retaining walls), dinding-
dinding pasangan batu, pasangan beton dan bangunan lain
termasuk pemasangan gravel filter dan lapisan ijuk seperti tertera
pada gambar rencana atau yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan;
- Pipa tersebut terbuat dari Polyvinyle Cloride (PVC) berkualitas baik,
tidak pecah dan berdiameter tidak kurang 2 inch, dengan panjang
sesuai ketebalan konstruksi atau gambar yang telah disetujui oleh
Direksi Pekerjaan.

b) Gebalan Rumput
- Untuk melindungi rawan rusak lereng/tebing oleh riak/gelombang
atau arus air (erosi), gebalan rumput dikerjakan/diadakan
sebagaimana tertera pada gambar atau sesuai dengan yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan;
- Lempengan gebalan rumput yang dipergunakan untuk pelindung
tebing harus segar, padat dan berakar kuat serta panjang
potongan lempengan gebalan rumput tidak kurang dari 10 cm;

[71]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)

- Metoda Kerja pekerjaan gebalan rumput terdiri dari pekerjaan


persiapan, pemotongan, pengangkutan dan menata lempengan
gebalan rumput pada tempatnya, serta memelihara lereng/tebing
sedemikian rupa agar supaya rumput dapat tumbuh normal dan
serentak;
- Direksi Pekerjaan akan memeriksa lempengan gebalan rumput.
Perlu dijaga agar jangan terjadi kehilangan tanah humus pada
lempengan gebalan rumput selama pemotongan dan pengangkut.
Transplating (memindahkan tanaman) rumput dilaksanakan selama
24 jam, setelah pemotongan dan ditaruh pada tempat sementara
atas persetujuan Direksi Pekerjaan;
- Dalam proses penempatan sementara dan pengangkutan
dikerjakan sedemikian rupa sehingga dua muka tanah dari dua
lempengan disetangkup (tanah dengan tanah saling ditempelkan).
- Lempengan – lempengan gebalan rumput harus dijaga
kelembabannya dan terlindung dari terik sinar matahari. Bila bidang
rumput yang akan dipotong dalam keadaan kering maka harus
dibasahi secara cukup, jangan diterima gebalan rumput yang
berkualitas rendah maupun yang dalam keadaan jelek serta
terdapat gulma (rumput yang tidak diinginkan);
- Semua bidang yang akan ditutupi dengan gebalan rumput
dihaluskan, diratakan sehingga menjadi permukaan yang seragam
dan diolah (digemburkan dengan kedalaman 3 cm. Lempengan
gebalan rumput diletakkan berjajar satu sama lain, kemudian
dipadatkan secukupnya dan diperkuat dengan tusuk bambu dengan
maksud agar tidak mudah rusak karena tertimpa air hujan. Rongga
antar gebalan rumput tidak boleh kurang dari 15 cm dan disusun
zig-zag;
- Penyedia Jasa bertanggung jawab tentang pemeliharaan dan
perawatan areal gebalan rumput sampai rumput tumbuh normal
dan serentak, serta lebih lanjut sampai diterbitkannya berita acara
oleh Direksi Pekerjaan yang menyatakan bahwa seluruh pekerjaan
sudah selesai dikerjakan;
- Penyedia Jasa harus memperbaiki atas beban biaya sendiri apabila
menurut pendapat Direksi Pekerjaan ada areal yang rusak, rumput
mengering atau tidak berakar pada bidang tebing, tumbuh jenis
tumbuhan yang tidak dikehendaki (gulma) atau tampak tak teratur
dan berpemandangan jelek;
- Perhitungan dan Pembayaran dihitung sesuai dan berdasarkan
gambar pelaksanaan bangunan jadi, yang telah disetujui oleh

[72]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)

Pengguna Jasa, dan diperhitungkan dalam satuan (unit) m2 yang


telah ditanam;
- Harga satuan pekerjaan yang ditawarkan oleh Penyedia Jasa sudah
harus meliputi upah tenaga, bahan material yang dipakai, peralatan
yang dipergunakan, “overhead” dan keuntungan Penyedia Jasa
pada analisa harga satuan pekerjaan.

XI. PEKERJAAN BANGUNA DAN SALURAN


1) Bangunan Bagi/Sadap
Bangunan-bangunan bagi/sadap serta saluran-saluran pembawa adalah
merupakan bangunan-bangunan baru yang dibangun sesuai hasil desain.
Pekerjaan bangunan bagi/sadap meliputi :
a) Pekerjaan galian
b) Pekerjaan timbunan
c) Pekerjaan struktur bangunan :
- Pasangan batu gunung
- Pekerjaan plesteran
- Beton bertulang
- Perancah dan bekisting

2) Saluran Pembawa
Pekerjaan saluran pembawa terdiri dari:
a) Pekerjaan galian
b) Pekerjaan timbunan
c) Pekerjaan struktur bangunan :
- Pasangan batu gunung
- Pekerjaan plesteran
- Beton bertulang
- Perancah dan bekisting

[73]

You might also like