Professional Documents
Culture Documents
I. PEKERJAAN PERSIAPAN
1. Pengukuran di Lapangan untuk Mutual Check (MC)
a) Pengukuran lapangan harus dilakukan sebelum memulai pelaksanaan
pekerjaan, selama pelaksanaan pekerjaan dan setelah pekerjaan
selesai;
b) Pedoman utama pekerjaan pengukuran di lapangan adalah patok
beton yang merupakan titik tetap (Bench Mark) yang akan ditentukan
oleh Direksi pekerjaan;
c) Jumlah patok beton yang akan dipasang minimal di tambahan 2 (dua)
buah patok beton, yang akan dijadikan sebagai titik bantu utama,
diletakkan diujung awal dan ujung akhir dari lokasi rencana konstruksi
dan tidak boleh terusik atau rusak atau berubah posisinya secara
langsung maupun tidak langsung selama pelaksanaan pekerjaan dan
untuk lahan pekerjaan yang cukup panjang perlu ditambah patok
bantu sesuai petunjuk Direksi Pekerjaan;
d) Patok bantu yang merupakan titik bantu utama, posisi elevasi dan
koordinatnya harus diikat secara sempurna dengan patok beton titik
utama. Patok bantu sebagai titik bantu utama, harus mempunyai
ukuran lebar (10 x 10) cm panjang 100 cm serta harus tertanam
sedalam 50 cm dengan posisi tegak dan cukup kokoh tidak mudah
berubah bentuk dan posisinya;
e) Semua data, gambar sketsa pengukuran dan perhitungan hasil
pengukuran sebelum dimulainya pelaksanaan pekerjaan, harus
disahkan oleh Direksi pekerjaan, dan selanjutnya dipakai sebagai
pedoman untuk penggambaran rencana gambar pelaksanaan
(Construction Drawing);
f) Pengukuran lapangan dan pematokan pada saluran. harus
dilaksanakan dengan jarak/ interval paling jauh setiap 25 m atau
sesuai instruksi Pengguna Jasa khususnya pada lokasi tertentu yang
mengharuskanuntuk lebih dekat/pendek yang dimulai dari titik awal
tikungan, tengah-tengah tikungan dan ujung akhir tikungan;
g) Selama masa pelaksanaan, semua data dan perhitungan hasil
pengukuran harus disahkan oleh Direksi pekerjaan, dan dari waktu ke
waktu selama masa pelaksanaan pekerjaan akan dipergunakan
sebagai dasar perhitungan prestasi hasil pelaksanaan pekerjaan;
h) Setelah semua pekerjaan selesai dilaksanakan, maka harus dilakukan
pengukuran akhir dari hasil pelaksanaan pekerjaan;
[1]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)
[2]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)
2. Pembersihan Akhir
Jika pekerjaan telah selesai seluruhnya, Penyedia Jasa harus
memindahkan semua fasilitas, instalasi, dan alat – alat dari proyek yang
[3]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)
3. Pembayaran
a) Pembayaran untuk mobilisasi dan pembersihan lapangan akhir harus
dibuat atas dasar harga lump sum dalam daftar kuantitas pekerjaan;
b) Kemajuan pembayaran harus dibuat sebagai berikut :
Jika 5 % dari total harga kontrak sudah diterima pembayarannya dari
bagian- bagian lain dari lingkup pekerjaan, maka 45 % dari jumlah
untuk mobilisasi dan pembersihan lapangan akhir dapat dibayarkan
apabila :
Semua alat – alat konstruksi atau yang disetujui untuk diganti telah
dipenuhi 0 % sampai 50 % seperti tercantum dalam proposal teknik
dalam daftar lingkup pekerjaan dan berada dilapangan, tidak ada
pembayaran untuk alat- alat yang didaftar tetapi tidak ada di
lapangan;
c) Jika 50 % dari harga borongan telah dibayarkan dari lingkup
pekerjaan yang lain, maka sampai 45 % dari mobilisasi dan
pembersihan lapangan dapat dibayarkan kepada Pemborong apabila :
Semua alat-alat konstruksi atau disetujui untuk diganti sudah dipenuhi
50 % sampai 100 %, seperti tercantum dalam proposal teknik dan
dalam daftar lingkup pekerjaan, berada dilapangan dan dalam
keadaan bekerja;
d) Kemajuan Pembayaran untuk mobilisasi dan demobilisasi serta
pembersihan lapangan akhir akan dikenakan retensi 5 % dan retensi
ini tidak akan dibayarkan apabila kegiatan tersebut belum
dilaksanakan sesuai petunjuk Direksi Pekerjaan.
[4]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)
[5]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)
2. Acuan Normatif
Standar Nasional Indonesia (SNI) :
a) SNI 03-1742-1989 : Metode Pengujian Kepadatan Ringan untuk
Tanah;
b) SNI 03-1743-1989 : Metode Pengujian Kepadatan Berat Untuk Tanah;
c) SNI 03-1966-1989 : Metode Pengujian Batas Plastis;
d) SNI 03-1965-1990 : Metode Pengujian Kadar Air Tanah;
e) SNI 03-1967-1990 : Metode Pengujian Batas Cair dengan Alat
Casagrande;
f) SNI 03-1976-1990 : Metode Koreksi untuk Pengujian Pemadatan
Tanah yang mengandung Butir Kasar;
g) SNI 03-2636-1992 : Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan
Tanah Untuk Bangunan Sederhana;
h) SNI 03-2832-1992 : Metode Pengujian untuk Mendapatkan Kepadatan
Tanah Maksimum;
i) SNI 03-2828-1992 : Metode Pengujian Kepadatan Lapangan dengan
Alat Konus Pasir;
j) SNI 03-3422-1994 : Metode Pengujian Batas Susut Tanah;
k) SNI 03-3423-1994 : Metode Pengujian Analisis Ukuran Butir Tanah
dengan Alat Hidrometer;
l) SNI 03-3422-1994 : Metode Pengujian Batas Susut Tanah;
[6]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)
[7]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)
c) Galian Tanah
- Pekerjaan galian yang dimaksud adalah galian tanah endapan, tanah
biasa dan galian batu termasuk pekerjaan lainnya yang berkaitan
misalnya upaya perlakuannya, jalan akses dan bangunan penunjang
(separator, relokasi, bangunan pengaman dan lain-lain) yang
diperlukan serta pengangkutan material hasil galian kelokasi yang
disepakati untuk tempat pembuangan akhir atau penimbunan
sementara (stock piling) sebelum dimanfaatkan lebih lanjut;
- Penyedia Jasa harus menyerahkan hasil uji laboratorium tanah yang
akan digali, metoda kerja pekerjaan galian termasuk peralatan yang
digunakan, pengangkutan ke lokasi pembuangan akhir atau
penampungan sementara sebelum pemanfaatan untuk bahan timbun,
paling lambat 30 (tiga puluh) hari sebelum pelaksanaan pekerjaan
galian;
- Penyedia Jasa juga harus melaksanakan pekerjaan pengukuran dan
pematokan bersama Pengguna Jasa sesudah pekerjaan penebasan
dan pembersihan semak belukar selesai dikerjakan atau waktu yang
lain sesuai dengan perintah Pengguna Jasa yang hasilnya berupa
gambar hasil pengukuran yang menunjukkan elevasi muka tanah,
tampang memanjang dan melintang harus diserahkan kepada
Pengguna Jasa untuk mendapatkan persetujuan;
- Gambar-gambar hasil pengukuran pra-konstruksi diatas untuk
selanjutnya dipergunakan sebagai acuan dan dasar perhitungan
kuantitas pekerjaan galian;
[8]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)
d) Klasifikasi Galian
Pekerjaan galian diklasifikasikan sebagai pekerjaan galian tanah dan
pekerjaan galian batu sebagai berikut :
- Galian Tanahyang dimaksud adalah galian tanah, sedimen/endapan,
pasir, kerikil, kerakal, atau batu yang dapat digali dengan mudah
tanpa menggunakan alat khusus (ripper) atau peledakan termasuk
upaya penanganannya, pembentukan/perapian lubang galian agar
sesuai dengan lokasi, jalur, elevasi, kelandaian dan dimensi seperti
yang telah ditetapkan dalam gambar atau petunjuk/perintah
Pengguna Jasa, serta pengangkutan material hasil galian ke lokasi
pembuangan akhir atau lokasi penampungan sementara sebelum
dipergunakan sebagai tanah bahan timbun;
- Galian tanah diklasifikasikan dalam 5 (lima) tipe galian sesuai dengan
kondisi dan lokasi daerah penggalian sebagai berikut :
Tipe-A : galian untuk saluran, sungai, embung, jalan, drainasi dan
galian tanah biasa lainnya yang berada diatas permukaan air’
Tipe-B: galian tanah endapan / sedimen untuk normalisasi
saluran/sungai/embung;
Tipe-C : galian tanah keras/cadas untuk pondasi bangunan Air dan
bangunan pelengkapnya serta pekerjaan sejenis;
Tipe-D : galian dibawah permukaan air pada sungai dan saluran
pembuang alam / buatan tanpa upaya pengeringan / pemompaan;
Tipe-E : galian dasar sungai untuk pembangunan bangunan Air
antara lain : Bendung, Ground Sill, Check Dam, Konsolidasi Dam,
Revetment / Perkuatan tebing Sungai, tanggul sungai, embung
dan fasilitas lainnya, dimana tanah dilokasi galian mengandung
banyak kerikil, kerakal dan batu.
- Dimensi galian untuk bangunan air dan bangunan pelengkap yang
diperhitungkan dalam pembayaran pekerjaan tersebut dibatasi sesuai
[9]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)
[10]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)
> Tipe – G (Galian Batu Keras) adalah galian batu yang berada
dilokasi pekerjaan berupa lapisan batuan masif, padat, dan kokoh
atau berupa batuan lepas dengan volume masing-masing lebih dari
1,0 meter kubik dengan diameter lebih dari 0,30 m yang tidak
dapat dipisahkan tanpa peledakan atau dengan bulldozer dan
peralatan berat lainnya. Batuan seperti ini dapat disebut juga
sebagai ”sound-rock” yang karena keras dan susunan teksturnya
tidak dapat dipecah dengan hand pick-hammer. Klasifikasi batu
tersebut diatas akan diputuskan oleh Pengguna Jasa berdasarkan
kondisi di lapangan, antara lain bila perlu dilakukan uji-coba
produktivitas peralatan.Pekerjaan galian batu Tipe-G, dianggap
sudah termasuk biaya untuk pengangkutan batu hasil galian ke
lokasi pembuangan yang disediakan Penyedia Jasa dan disetujui
Pengguna Jasa.
Galian tersebut di atas diklasifikasikan Galian Tipe G.1 : (batu
keras) dengan alat berat dan Galian Tipe G.2 : (batu keras) dengan
peledakan.
[11]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)
[12]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)
[13]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)
Galian Tipe-E
Galian Tipe E.1 terdiri :
o Biaya menggali tanah keras/cadas dengan kedalaman kurang
dari 1 m secara manual;
o Ongkos mengangkut untuk dibuang disekitarnya dengan jarak
< 30 m dan dan perapihan.
[14]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)
- Pekerjaan galian tanah Tipe-B diukur dalam satuan meter kubik (m3)
galian tanah endapan (sedimen) pekerjaan sungai / saluran yang
diperhitungkan berdasarkan hasil pengukuran (setting-out survey),
gambar kerja dan pekerjaan yang telah diselesaikan dengan rapi;
- Pembayaran pekerjaan galian Tipe-B dilaksanakan berdasarkan harga
satuan dalam Daftar Kuantitas dan Harga yang sudah termasuk
semua biaya untuk pekerja, peralatan, bahan dan pekerjaan
penunjang dan upaya lain yang diperlukan untuk kelancaran
pekerjaan galian, angkutan dan pembuangan tanah hasil galian
termasuk landasan kerja untuk alat berat di atas tanah lembek, jalan
akses sementara, relokasi saluran/bangunan pengelak, partisi,
pengeringan/pemompaan dan lain-lain;
- Yang dimaksud dalam Pembayaran Galian Tipe-B adalah sebagai
berikut :
Galian Type-B.1 terdiri :
o Biaya menggali tanah endapan / sedimen dengan kedalaman
kurang dari 1 m secara manual;
o Ongkos mengangkut untuk membuang disekitarnya dengan
jarak < 30 m danperapihan.
[15]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)
[16]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)
c) Galian Batu
- Galian batu lunak dan galian batu keras diukur dalam satuan meter
kubik (m3) yang diperhitungkan mulai dari permukaan batu sampai ke
garis dan elevasi galian yang sudah dirapikan sesuai dengan gambar
kerja. Penetapan tentang jenis galian batu weathered rock dan galian
batu sound rock sesuai ketentuan dalam spesifikasi ini, garis batas
antara kedua jenis galian batu ditetapkan oleh Pengguna Jasa;
[17]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)
- Pembayaran untuk galian batu lunak dan galian batu keras akan
dilakukan sesuai dengan harga satuan jenis pekerjaan tersebut dalam
Daftar Kuantitas dan Harga;
- Harga tersebut dianggap sudah termasuk semua biaya untuk pekerja,
peralatan, bahan, pengukuran, galian, angkutan dan pembuangan,
perapian dan pencegahan longsoran tebing galian dan upaya lainnya
kecuali bila sudah ditetapkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga
misalnya jalan akses sementara, relokasi saluran dan bangunan
pengelak/pengaman, pengeringan/pemompaan, partisi dan lain-lain;
- Harga satuan pekerjaan galian batu keras sudah termasuk biaya
untuk peledakan batu dan upaya lainnya yang diperlukan kelancaran
pelaksanaan;
- Yang dimaksud dalam Pembayaran Galain Type F dan G adalah
sebagai berikut :
Galian Type-F terdiri :
o Biaya menggali batu lunak dengan alat berat;
o Mengangkut / memmbuang pada lokasi sesuai yang ditentukan
oleh Direksi Pekerjaan;
o Biaya alat dan penunjangnya antara lain Excavator, wheel
loader, giant breaker dll yang sejenis sesuai kebutuhan
dilapangan dan perapihan.
[18]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)
d) Galian Borrow-area
- Galian tanah borrow area diukur dalam satuan meter kubik (m3)
untuk tanah timbunan yang dipadatkan sebagai pekerjaan timbunan
(permanen) Tipe-B dan Tipe-C, sesuai dengan ketentuan dalam
spesifikasi ini;
- Pembayaran untuk galian tanah borrow-area sudah termasuk dalam
harga satuan pekerjaan timbunan Tipe-B dan Tipe-C.
[19]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)
[20]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)
- Metoda kerja yang disetujui oleh Pengguna Jasa tidak dapat dipakai
alasan bagi Penyedia Jasa untuk lepas tanggung jawab terhadap
tingkat kepadatan dan kinerja pekerjaan timbunan;
- Apabila karena suatu sebab perlu dilakukan perubahan metoda kerja
atau tanah bahan timbunan dari lokasi borrow pit lainnya, Penyedia
Jasa wajib melakukan uji coba timbunan ulang;
- Bila uji coba timbunan tersebut dilaksanakan dilokasi tanggul, saluran,
jalan atau pekerjaan permanen lainnya, maka hasil uji coba tersebut
dapat dibayar sebagai bagian dari pekerjaan timbunan bila menurut
pertimbangan Pengguna Jasa telah memenuhi persyaratan.
Sebaliknya bila hasil tes kepadatan uji coba timbunan tidak memenuhi
ketentuan dalam Spesifikasi ini, maka timbunan hasil uji coba tersebut
harus dibongkar oleh Penyedia Jasa dari lokasi pekerjaan.
[21]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)
h) Pengukuran
Pengukuran untuk pembayaran pekerjaan timbunan Tipe-A1, A2, B1,
B2, C1, C2 dan D dilakukan dalam satuan meter-kubik (m3) timbunan
padat yang diukur berdasarkan tampang memanjang, tampang
[22]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)
[23]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)
CATATAN :
- Yang dimaksud dengan Manual adalah proses pemadatan yang
dilaksanakan secara manual dengan menggunakan tenaga manusia
dengan alat pemadat timbris, dll, sejenis;
- Yang dimaksud dengan Mekanis adalah proses pemadatan yang
dilaksanakan secara mekanis yaitu dengan menggunakan peralatan antara
lain : baby roller, stamper, dll;
- Sedangkan yang dimaksud Alat Berat adalah proses pemadatan dengan
alat berat antara lain dengan menggunakan peralatan : Excavator,
Bulldozer, wheel loader, compaction roller, dll sejenis.
[24]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)
[25]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)
2. Acuan Normatif
Standar Nasional Indonesia (SNI)
- SNI 15-0302-1989 : Semen Pozolan Kapur
- SNI 15-2049-1994 : Semen Portland
- SNI 15-0129-1994 : Semen Portland Putih
- SNI 15-0302-1999 : Semen Portland Pozolan - SNI 03-2417-1991 :
Metode Pengujian Keausan Agregat Dengan Mesin Abrasi Los Angeles
- SNI 03-3046-1992 : Kawat Bronjong dan Bronjong Berlapis PVC
(Polivinil Chlorida)
- SNI 15-3758-1995 : Semen Aduk Pasangan
- SNI 03-0090-1999 : Spesifikasi Bronjong Kawat
- SNI 03-6817-2002 : Metode Pengujian Mutu Air Untuk digunakan
dalam Beton
- SNI 03-6882-2002 : Spesifikasi Mortar Untuk Pekerjaan Pasangan
[26]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)
4. Persyaratan Bahan
a) Batu
- Batu harus bersih, keras, tanpa bagian yang tipis atau retak dan harus
dari jenis yang diketahui awet;
- Bila perlu, batu harus dibentuk untuk menghilangkan bagian yang
tipis atau lemah;
- Batu yang digunakan adalah batu belah atau batu bulat, batu kali
yang dipecah salah satu sisinya tidak rapuh tidak keropos, tidak
berpori;
[27]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)
b) Pasir
- Pasir yang dimaksud disini lebih diutamakan pasir alam (pasir pasang)
yang diambil dari sungai atau sumber lain yang telah disetujui oleh
Direksi;
- Tempat penimbunan penyimpanan harus bersih dari sampah organik,
sampah kimia, bebas dari banjir serta tidak terkontaminasi dengan
bahan lainnya, seperti air laut/garam dan lain-lainnya yang akan
menurunkan mutu pasangan batu.
c) Material Semen
- Bahan material cement yang dipakai adalah jenis PC yang ada
dipasaran dan harus memenuhi standar;
- Bahan material cement yang telah mengeras karena pengaruh cuaca,
air atau bahan organic lainnya tidak boleh dipakai;
- Dalam menyimpan material di gudang lapangan, tempat penyimpanan
harus kering dan diberi alas minimum 30 cm diatas permukaan tanah
dan tinggi tumpukan maksimum 3 m.
c) Air
- Air yang dipergunakan harus bersih tidak mengandung Lumpur,
minyak, bahan organik atau bahan kimia.
5. Pelaksanaan Pekerjaan
a) Pasangan Batu Belah 1 PC : 4 PS
- Spesifikasi teknis untuk pasangan batu belah 1 PC : 4 PS sama
dengan spesifikasi pasangan batu belah 1 PC : 3 PS akan tetapi
perbandingan campuran spesi adalah 1 PC (Portland Cement) : 4
PS (Pasir) dengan kebutuhan Semen (PC) sebanyak = 163 kg dan
Pasir sebanyak = 0,52 m3;
- Perhitungan dan Pembayaran :
[28]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)
b) Siaran 1 PC : 2 PS
- Sebelum pekerjaan siaran dimulai semua bidang sambungan
diantara batu muka harus dikorek sebelum ditutup dengan adukan.
Permukaan harus dibersihkan;
- Adukan spesi untuk siaran harus memakai adukan 1 PC (Portland
Cement) : 2 PS (Pasir) dengan kebutuhan Semen (PC) sebesar =
6,35 kg dan Pasir sebanyak = 0,012 m3 dan diaduk secara merata
dengan air;
- Pekerjaan Siaran dapat dibagi atas :
Siaran Tenggelam (masuk kedalam ± 1 cm);
Siaran rata (rata dengan muka batu dengan tebal 1 cm);
Siaran Timbul (timbul dengan tebal 1 cm dari muka batu)
- Perhitungan dan Pembayaran :
Volume Pekerjaan dihitung sesuai dan berdasarkan gambar
pelaksanaan yan telah disetujui oleh Pengguna Jasa, dan
diperhitungkan dalam satuan meter persegi (m2);
- Harga satuan yang ditawarkan oleh Penyedia Jasa sudah harus
meliputi Upah tenaga,bahan material yang dipakai, peralatan yang
digunakan, Biaya Umum dan keuntungan.
c) Plesteran 1 PC : 3 PS
- Bila diperintahkan, dinding dan lantai baik lama maupun baru terbuat
dari pasangan bata/batu kali harus diplester dengan adukan 1 PC
(Portland Cement) : 3 PS (Pasir) dengan kebutuhan Semen (PC)
sebanyak = 7,75 kg dan Pasir sebanyak = 0,023 m3 dan diaduk
secara merata dengan air, guna mencapai campuran yang homogen
maka diwajibkan untuk memakai mixer / molen;
- Pekerjaan Plesteran dikerjakan 1 lapis sampai jumlah ketebalan 1,5
cm dan dihaluskan dengan air semen. Apabila tidak diperintahkan lain
pasangan harus diplester pada bagian atas dari dinding, bagian tepi
pasangan pada sorongan / pipa saluran, dan selebar 0,10 m dibawah
tepi atas dinding dan pasangan sorongan / pipa saluran;
- Untuk menghindari retak-retak rambut pada permukaan plesteran
yang sudah selesai karena sust pengerasan, maka permukaan
[29]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)
plesteran yang sudah selesai harus dibasahi dengan air selama 7 hari
berturut-turut;
- Perhitungan dan Pembayaran :
Volume Pekerjaan dihitung sesuai dan berdasarkan gambar
pelaksanaan yan telah disetujui oleh Pengguna Jasa, dan
diperhitungkan dalam satuan meter persegi (m2);
- Harga satuan yang ditawarkan oleh Penyedia Jasa sudah harus
meliputi Upah tenaga,bahan material yang dipakai, peralatan yang
digunakan, “ Biaya Umum dan keuntungan.
[30]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)
2. Acuan Normatif
Standar Nasional Indonesia (SNI) :
- SNI 03-1968-1990 : Metode Pengujian tentang Analisis Saringan
Agregat Halus dan Kasar
- SNI 03-1969-1990 : Metode Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air
Agregat Kasar
- SNI 03-1972-1990 : Metode Pengujian Slump Beton
- SNI 03-1973-1990 : Metoda Pengujian Berat Isi Beton
- SNI 03-1974-1990 : Metode Pengujian Kuat Tekan Beton.
- SNI 03-2417-1991 : Metode Pengujian Keausan Agregat dengan
Mesin Los Angeles.
- SNI 03-2458-1991 : Metode Pengambilan Contoh Untuk Campuran
Beton Segar.
- SNI 03-2460-1991 : Spesifikasi Abu Terbang sebagai Bahan
Tambahan untuk Campuran Beton
- SNI 03-2461-1991 : Spesifikasi Agregat Ringan untuk Beton Struktur
- SNI 03-2491-1991 : Metode Pengujian Kuat Tarik Belah Beton
- SNI 03-2492-1991 : Metode Pengambilan dan Pengujian Beton Inti
- SNI 03-2493-1991 : Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji
Beton di Laboratorium
[31]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)
[32]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)
[33]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)
[34]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)
g) Beton siklop adalah beton yang terdiri dari campuran mutu beton
fc’=14,5 Mpa dengan batu-batu pecah ukuran maksimum 25 cm;
h) Construction joint adalah sambungan konstruksi beton;
i) Fly ash adalah residu halus yang dihasilkan dari sisa proses
pembakaran batu bara;
j) Form in place merupakan salah satu metode perawatan beton dengan
tetap mempertahankan cetakan sebagai dinding penahan pada
tempatnya selama waktu yang diperlukan beton dalam masa
perawatan;
k) Kaping adalah pemberian lapisan perata pada permukaan bidang
tekan benda uji;
l) Kuat tekan beton adalah besarnya beban per satuan luas, yang
menyebabkan benda uji beton hancur bila dibebani dengan gaya
tekan tertentu yang dihasilkan oleh mesin tekan;
m)Pozzolan adalah bahan yang mengandung silika atau silika dan
alumunium yang bereaksi secara kimia dengan kalsium hidroksida
pada temperatur biasa membentuk senyawa bersifat cementitious;
n) Segregasi adalah terpisahnya antara pasta semen dan agregat dalam
suatu adukan;
o) Silica fume adalah bahan pozzolanic yang sangat halus yang
mengandung silica amorf yang dihasilkan dari elemen silica atau
senyawa ferro-silica;
p) Slump beton adalah besaran kekentalan (viscosity) / plastisitas dan
kohesif dari beton segar;
q) Superplasticizer adalah bahan tambah yang mengurangi air dalam
campuran dengan cukup banyak dan sangat berbeda.
[35]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)
b) Persyaratan Bahan
- Bangunan Beton
Semen yang digunakan untuk pekerjaan beton harus jenis semen
portland yang memenuhi SNI 15-2049-1994. Apabila menggunakan
bahan tambahan yang dapat menghasilkan gelembung udara, maka
gelembung udara yang dihasilkan tidak boleh lebih dari 5 %, dan
harus mendapatkan persetujuan dari Direksi Pekerjaan.
Dalam satu campuran, hanya satu merk semen portland yang boleh
digunakan, kecuali disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Jika di dalam satu
proyek digunakan lebih dari satu merk semen, maka Penyedia Jasa
harus mengajukan kembali rancangan campuran beton sesuai dengan
merk semen yang digunakan.
- Air
Air yang digunakan untuk campuran, perawatan, atau pemakaian
lainnya harus bersih, dan bebas dari bahan yang merugikan seperti
minyak, garam, asam, basa, gula atau organis. Air yang diusulkan
dapat digunakan jika kuat tekan mortar dengan air tersebut pada
umur 7 hari dan 28 hari Memenuhi karakteristik kuat tekan yang
ditentukan.
- Agregat
Ketentuan Agradasi Agregat
[36]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)
[37]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)
[38]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)
- Mineral
Bahan tambah yang berupa mineral atau bahan limbah seperti Fly
Ash, Pozzolan, silica fume yang ditambahkan ke dalam campuran
beton. Bahan tambah yang digunakan harus sesuai atas persetujuan
Direksi.
c) Pekerjaan Waterstop
- Waterstop yang dipergunakan harus terbuat dari bahan
polyvinychlorida dalam bentuk ukuran tertentu pada lokasi seperti
yang diberikan pada gambar atau petunjuk Direksi Pekerjaan;
- Waterstop harus diproduksi dengan proses pencampuran dari suatu
campuran plastik elastis dan bahan dasar polyvinychlorida (PVC)
100% didapat, homogen dan tidak berlubang-lubang atau cacat
lainnya.
d) Persyaratan Kerja
- Pengajuan Kesiapan Kerja
Penyedia Jasa harus mengirimkan contoh dari semua bahan yang
akan digunakan dan dilengkapi dengan data pengujian yang
memenuhi seluruh sifat bahan sesuai dengan Pasal ini;
Penyedia Jasa harus mengirimkan rancangan campuran untuk
masing-masing mutu beton yang akan digunakan, 30 hari sebelum
pekerjaan pengecoran beton dimulai;
Penyedia Jasa harus menyerahkan secara tertulis seluruh hasil
pengujian pengendalian mutu sesuai dengan ketentuan kepada
Direksi Pekerjaan sehingga data tersebut selalu tersedia apabila
diperlukan;
Pengujian kuat tekan beton yang harus dilaksanakan pada umur 3
hari, 7 hari, 14 hari, dan 28 hari setelah tanggal pencampuran;
Penyedia Jasa harus mengirimkan gambar detail dan perhitungan
terinci untuk seluruh perancah yang akan digunakan, dan harus
memperoleh persetujuan dari Direksi Pekerjaan sebelum setiap
pekerjaan perancah dimulai;
Penyedia Jasa harus memberitahu Direksi Pekerjaan secara tertulis
mengenai rencana pelaksanaan pencampuran atau pengecoran
setiap jenis beton untuk mendapatkan persetujuannya paling
sedikit 24 jam sebelum tanggal pelaksanaan, seperti yang
disyaratkan disertai dengan metode pengecoran, kapasitas
peralatan yang digunakan, tanggung jawab personil dan jadwal
pelaksanaannya
[39]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)
- Permukaan Tampak
Semua permukaan beton yang telah selesai harus terlihat padat
bersih dan tidak keropos;
Semua permukaan yang tampak harus rata atau bulat;
Pekerjaan plesteran pada permukaan beton tidak diijinkan dan
setiap beton yang kelihatan cacat harus dibongkar hingga
kedalaman tertentu dan diganti atau diperbaiki dengan cara
[40]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)
5. Pelaksanaan Pekerjaan
Pelaksanaan pekerjaan yang perlu diperhatikan dalam pedoman
spesifikasi teknis pekerjaan beton, bekisting dan waterstop harus
memuat :
a) Pekerjaan Beton
- Pembetonan
Penyiapan tempat kerja
o Penyedia Jasa harus membongkar bangunan lama yang akan
diganti dengan beton yang baru atau yang harus dibongkar
untuk dapat memungkinkan pelaksanaan pekerjaan beton yang
baru. Pembongkaran tersebut harus dilaksanakan sesuai dengan
persyaratan dalam dari Spesifikasi ini;
o Penyedia Jasa harus menggali atau menimbun kembali pondasi
atau formasi untuk pekerjaan beton sesuai dengan garis yang
ditunjukkan dalam Gambar Kerja atau sebagaimana yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan sesuai dengan ketentuan
dalam Spesifikasi ini, dan harus membersihkan serta menggaru
tempat di sekeliling pekerjaan beton yang cukup luas sehingga
dapat menjamin dicapainya seluruh sudut pekerjaan;
o Jika diperlukan harus disediakan jalan kerja yang stabil untuk
menjamin dapat diperiksanya seluruh sudut pekerjaan dengan
mudah dan aman;
o Seluruh dasar pondasi, pondasi dan galian untuk pekerjaan
beton harus dijaga agar senantiasa kering. Beton tidak boleh
dicor di atas tanah yang berlumpur, bersampah atau di dalam
air. Apabila beton akan dicor di dalam air, maka harus dilakukan
dengan cara dan peralatan khusus untuk menutup kebocoran
seperti pada dasar sumuran atau cofferdam dan atas
persetujuan Direksi Pekerjaan;
o Sebelum pengecoran beton dimulai, seluruh acuan, tulangan
dan benda lain yang harus berada di dalam beton (seperti pipa
atau selongsong) harus sudah dipasang dan diikat kuat
sehingga tidak bergeser pada saat pengecoran;
o Bila disyaratkan atau diperlukan oleh Direksi Pekerjaan, maka
bahan lantai kerja untuk pekerjaan beton harus dihampar sesuai
dengan ketentuan dari Spesifikasi ini;
[41]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)
- Cetakan Beton
Jika disetujui oleh Direksi Pekerjaan, maka acuan dari tanah harus
dibentuk dari galian, dan sisi-sisi samping serta dasarnya harus
dipangkas secara manual sesuai dimensi yang diperlukan. Seluruh
kotoran tanah yang lepas harus dibuang sebelum pengecoran
beton;
Cetakan harus digunakan, dimana perlu untuk membatasi dan
membentuk beton sesuai dengan keinginan. Cetakan dapat
dibuatdari kayu, besi atau bahan lainnya yang cukup kuat sesuai
dengan ukuran–ukuran yang ada di dalam gambar;
Cetakan harus diperkuat dan ditopang agar mampu menahan
berat sendiri adukan beton, penggetaran beton, beban konstruksi,
angin dan tekanan lainnya dengan tidak berubah bentuk;
Penyedia Jasa harus menyerahkan satu set yang lengkap, gambar
cetakan sesuai dengan ketentuan diatas, untuk mendapatkan
persetujuan Direksi Pekerjaan, sebelum memulai pekerjaan,
walaupun demikian penyerahan tersebut kepada Direksi Pekerjaan
untuk disetujui, tidak mengurangi tanggung jawab Kontraktor bagi
keberhasilannya;
Permukaan cetakan beton yang berhubungan dengan beton harus
bebas dari sampah, paku, alur–alur, belahan, atau cacat–cacat
lainnya. Mengisi celah–celah sambungan cetakan beton harus
berhati–hati dan dilaksanakan sedemikian rupa agar sanggup
mengembang dibawah pengaruh kelembaban beton tanpa
menimbulkan perubahan bentuk cetakan, celah–celah harus diisi
[42]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)
[43]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)
- Penakaran
Penyedia Jasa harus menyediakan alat penakar yang disetujui
DireksiPekerjaan dan harus memelihara serta mengoperasikan
peralatan seperti yang diperlukan agar secara tepat mengontrol
dan menentukan jumlah dari masing–masing bahan yang
dicampurkan, sesuai dengan petunjuk Direksi Pekerjaan;
Peralatan harus mampu memproduksi beton sebanyak 1 (satu)
hingga 5 (lima) meter kubik atau lebih per jam secara keseluruhan
dengan mencampurkan agregat, semen, bahan additive (bila
perlu), dan air menjadi suatu campuran yang merata tanpa
pemisahan–pemisahan. Juga mampu mengimbangi perubahan–
perubahan kadar air dari agregat, serta merubah berat material–
material yang ikut tercakup;
Jumlah masing–masing bahan yang membentuk beton tersebut
dapat ditentukan dengan timbangan kecuali jumlah air yang diukur
dengan takaran. Meskipun demikian material beton dapat juga
diukur secara volume, bilamana disetujui oleh Direksi Pekerjaan;
Penyedia Jasa juga harus menyediakan penguji berat yang standar
dan peralatan lain yang diperlukan untuk mengecek operasi dan
tiap–tiap skala pengukuran pengaduk tersebut, serta melakukan
pengujian periodik terhadap perubahan harga pengukuran dalam
pekerjaan–pekerjaan adukan.
[44]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)
- Truk Pencampur
Material beton juga dicampur di dalam truk pencampur. Drum–
drum yang ada pada truk pencampur harus berputar dengan
kecepatan yang dianjurkan oleh Pabrik;
Operasi pencampuran dapat dimulai dalam waktu 30 menit setelah
bahan–bahan pencampur tersebut berada di dalam pencampur,
setelah itu beton dapat diangkut menuju tempat pekerjaan dan
satu jam setelah penambahan air pengecoran harus selesai;
Pada saat cuaca panas atau pada kondisi adukan beton yang cepat
mengeras, waktu pencampuran harus kurang dari 1 jam, sesuai
dengan petunjuk Direksi Pekerjaan
[45]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)
dilakukan dibak pengaduk yang bersih dan kedap air. Jika bak
dibuat dari kayu, maka sela–sela kayu harus ditutup agar tidak ada
kehilangan air dari adukan;
Semua agregat dan semen harus diaduk–aduk dalam keadaan
kering sekurang–kurangnya 3 kali. Kemudian air ditambahkan
berangsur-angsur dipuncak adukan, selanjutnya agregat kembali
diaduk dalam keadaan basah, sekurang–kurangnya 3 (tiga) kali
sebelum adukan diangkat ketempat pengecoran.
- Pengecoran
Pelaksanaan Pengecoran
o Penyedia Jasa harus memberitahukan Direksi Pekerjaan secara
tertulis paling sedikit 24 jam sebelum memulai pengecoran
beton, atau meneruskan pengecoran beton jika pengecoran
beton telah ditunda lebih dari 6 jam (final setting);
o Pemberitahuan harus meliputi lokasi, kondisi pekerjaan, mutu
beton dan tanggal serta waktu pencampuran beton. Direksi
Pekerjaan akan memberi tanda terima atas pemberitahuan
tersebut dan akan memeriksa acuan, tulangan dan
mengeluarkan persetujuan tertulis untuk memulai pelaksanaan
pekerjaan seperti yang direncanakan. Penyedia Jasa tidak boleh
melaksanakan pengecoran beton tanpa persetujuan tertulis dari
Direksi Pekerjaan;
o Walaupun persetujuan untuk memulai pengecoran sudah
diterbitkan, pengecoran beton tidak boleh dilaksanakan jika
Direksi Pekerjaan atau wakilnya tidak hadir untuk menyaksikan
operasi pencampuran dan pengecoran secara keseluruhan;
o Segera sebelum pengecoran beton dimulai, acuan harus
dibasahi dengan air atau diolesi pelumas di sisi dalamnya yang
tidak meninggalkan bekas;
o Pengecoran beton harus dibuat sedemikian rupa hingga
penempatan dan penanganannya mudah dilakukan tanpa
adanya pemisahan butiran;
o Adukan beton dicor lapis demi lapis dengan ketebalan tertentu,
berurutan mulai dari bawah. Agar lapisan yang baru dapat
menyatu dengan lapisan dibawahnya, adukan beton digetar dari
lapisan bawah dengan alat penggetar (vibrator);
o Tidak diperkenankan melakukan pengecoran bila persiapan besi
tulangan dan bagian – bagian yang ditanam, cetakan dan
perancah belum diperiksa dan disetujui Direksi Pekerjaan secara
tertulis;
[46]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)
[47]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)
Pemadatan
o Beton harus dipadatkan dengan penggetar mekanis dari dalam
atau dari luar acuan yang telah disetujui. Jika diperlukan dan
disetujui oleh Direksi Pekerjaan, penggetaran harus disertai
penusukan secara manual dengan alat yang cocok untuk
menjamin kepadatan yang tepat dan memadai. Alat penggetar
tidak boleh digunakan untuk memindahkan campuran beton
dari satu titik ke titik lain di dalam acuan;
o Pemadatan harus dilakukan secara hati-hati untuk memastikan
semua sudut, di antara dan sekitar besi tulangan benar-benar
terisi tanpa menggeser tulangan sehingga setiap rongga dan
gelembung udara terisi;
o Lama penggetaran harus dibatasi, agar tidak terjadi segregasi
pada hasil pemadatan yang diperlukan;
o Alat penggetar mekanis dari luar harus mampu menghasilkan
sekurang- kurangnya 5000 putaran per menit dengan berat
efektif 0,25 kg, dan boleh diletakkan di atas acuan supaya dapat
menghasilkan getaran yang merata;
o Posisi alat penggetar mekanis yang digunakan untuk
memadatkan beton di dalam acuan harus vertikal sedemikian
hingga dapat melakukan penetrasi sampai kedalaman 10 cm
dari dasar beton yang baru dicor sehingga menghasilkan
kepadatan yang menyeluruh pada bagian tersebut. Apabila alat
penggetar tersebut akan digunakan pada posisi yang lain maka,
alat tersebut harus ditarik secara perlahan dan dimasukkan
kembali pada posisi lain dengan jarak tidak lebih dari 45 cm.
Alat penggetar tidak boleh berada pada suatu titik lebih dari 15
detik atau permukaan beton sudah mengkilap;
o Jumlah minimum alat penggetar mekanis;
o Apabila kecepatan pengecoran 20 m3 /jam, maka harus
digunakan alat penggetar yang mempunyai dimensi lebih besar
dari 7,5 cm;
o Dalam segala hal, pemadatan beton harus sudah selesai
sebelum terjadi waktu ikat awal (initial setting).
[48]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)
b) Beton Siklop
- Batu-batu ini diletakkan dengan hati-hati dan tidak boleh
dijatuhkan dari tempat yang tinggi atau ditempatkan secara
berlebihan yang dikhawatirkan akan merusak bentuk cetakan atau
pasangan-pasangan lain yang berdekatan;
[49]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)
c) Lining Beton
- Lining beton harus dilaksanakan ditempat yang telah ditunjukkan
pada Gambar atau ditentukan lain oleh Direksi;
- Beton yang digunakan harus dicor ditempat itu juga dan harus
sesuai dengan ketentuan;
- Lining harus dilaksanakan setelah penggalian saluran dan tanggul
selesai dilakukan, pada saat perapian sedang dikerjakan;
- Pelaksanaan lining dibuat mengikuti Gambar atau petunjuk Direksi,
dilaksanakan sesuai dengan gambar–gambar detail yang ada
terutama yang telah disetujui Direksi Pekerjaan;
- Sambungan lining harus diisi bitumen (aspal pasir) sesuai gambar
atau petunjuk Direksi Pekerjaan.
[50]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)
e) Pekerjaan Akhir
- Acuan tidak boleh dibongkar dari bidang vertikal, dinding, kolom
yang tipis dan bangunan yang sejenis lebih awal 30 jam setelah
pengecoran beton tanpa mengabaikan perawatan;
- Acuan yang ditopang oleh perancah di bawah pelat, balok, gelegar,
atau bangunan busur, tidak boleh dibongkar hingga pengujian kuat
tekan beton menunjukkan paling sedikit 85 % dari kekuatan
rancangan beton;
- Untuk memungkinkan pengerjaan akhir, acuan yang digunakan
untuk pekerjaan yang diberi hiasan, tiang sandaran, tembok
pengarah (parapet), dan permukaan vertikal yang terekspos harus
dibongkar dalam waktu paling sedikit 9 jam setelah pengecoran
dan tidak lebih dari 30 jam, tergantung pada keadaan cuaca dan
tanpa mengabaikan perawatan.
[51]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)
h) Perawatan Beton
- Segera setelah pengecoran, beton harus dilindungi dari
pengeringan dini, temperatur yang terlalu panas, dan gangguan
mekanis. Beton harus dijaga agar kehilangan kadar air yang terjadi
seminimal mungkin dan diperoleh temperatur yang relatif tetap
dalam waktu yang ditentukan untuk menjamin hidrasi yang
sebagaimana mestinya pada semen dan pengerasan beton;
- Pekerjaan perawatan harus segera dimulai setelah beton mulai
mengeras (sebelum terjadi retak susut basah) dengan
menyelimutinya dengan bahan yang dapat menyerap air. Lembaran
bahan penyerap air ini yang harus dibuat jenuh dalam waktu paling
[52]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)
6. Pengendalian Mutu
Pengendalian mutu yang perlu diperhatikan dalam pedoman spesifikasi
teknis pekerjaan beton, bekisting dan waterstop harus memuat :
a) Penerimaan bahan
Bahan yang diterima (air, semen, agregat dan bahan tambah bila
diperlukan) harus diperiksa oleh pengawas penerimaan bahan
dengan mengecek/memeriksa bukti tertulis yang menunjukkan
bahwa bahan-bahan yang telah diterima harus sesuai dengan
ketentuan persyaratan bahan pada Pekerjaan Beton dan Bekisting.
b) Pengawasan
Direksi pekerja harus menempatkan seorang personal khusus yang
mempunyai keahlian untuk melakukan pengawasan pekerjaan sesuai
dengan persyaratan kerja.
c) Perencanaan Campuran
- Ketentuan Sifat-sifat Campuran
Campuran beton yang tidak memenuhi ketentuan kelecakan
(misalnya dinyatakan dengan nilai “slump”) seperti yang diusulkan
tidak boleh digunakan pada pekerjaan, terkecuali bila Direksi
Pekerjaan dalam beberapa hal menyetujui penggunaannya secara
terbatas. Kelecakan (workability) dan tekstur campuran harus
sedemikian rupa sehingga beton dapat dicor pada pekerjaan tanpa
membentuk rongga, celah, gelembung udara atau gelembung air,
dan sedemikian rupa sehingga pada saat pembongkaran acuan
diperoleh permukaan yang rata, halus dan padat;
[53]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)
- Penyesuaian Campuran
Penyesuaian Sifat Mudah Dikerjakan (Kelecakan atau Workability)
Jika sifat kelecakan pada beton dengan proporsi yang semula
dirancang sulit diperoleh, maka Penyedia Jasa boleh melakukan
perubahan rancangan agregat, dengan syarat dalam hal apapun
[54]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)
- Penyesuaian Kekuatan
Jika beton tidak mencapai kekuatan yang disyaratkan, maka kadar
semen dapat ditingkatkan atau dapat digunakan bahan tambahan
dengan syarat disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
[55]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)
[56]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)
d) Pelaksanaan Pencampuran
- Penakaran Agregat
Seluruh komponen bahan beton harus ditakar menurut berat. Bila
digunakan semen kemasan dalam zak, kuantitas penakaran harus
sedemikian sehingga kuantitas semen yang digunakan adalah
setara dengan satu satuan atau kebulatan dari jumlah zak semen.
Agregat harus ditimbang beratnya secara terpisah. Ukuran setiap
penakaran tidak boleh melebihi kapasitas alat pencampur;
Penakaran agregat harus dilakukan dalam kondisi jenuh kering
permukaan (SSD-saturated surface dry). Apabila hal tersebut tidak
dilakukan maka harus dilakukan koreksi penakaran sesuai dengan
kondisi agregat di lapangan. Untuk mendapatkan kondisi agregat
yang jenuh kering permukaan dapat dilakukan dengan cara
menyemprot tumpukan agregat dengan air secara berkala paling
sedikit 12 jam sebelum penakaran untuk menjamin kondisi jenuh
kering permukaan;
Penyedia Jasa harus dapat menunjukkan sertifikat kalibrasi yang
masih berlaku untuk seluruh peralatan yang digunakan untuk
keperluan penakaran bahan-bahan beton termasuk saringan
agregat pada perangkat ready mix
- Pencampuran
Beton harus dicampur dalam mesin yang dijalankan secara
mekanis dari jenis dan ukuran yang disetujui sehingga dapat
menjamin distribusi yang merata dari seluruh bahan;
Pencampur harus dilengkapi dengan tangki air yang memadai dan
alat ukur yang akurat untuk mengukur dan mengendalikan jumlah
air yang digunakan dalam setiap penakaran;
Cara pencampuran bahan beton dilakukan sebagai berikut,
pertama masukkan sebagian air, kemudian seluruh agregat
sehingga mencapai kondisi yang cukup basah, dan selanjutnya
masukkan seluruh semen yang sudah ditakar hingga tercampur
dengan agregat secara merata. Terakhir masukkan sisa air untuk
menyempurnakan campuran;
Waktu pencampuran harus diukur mulai pada saat air dimasukkan
ke dalam campuran bahan kering. Seluruh sisa air yang diperlukan
harus sudah dimasukkan sekira seperempat waktu pencampuran
tercapai. Waktu pencampuran untuk mesin berkapasitas ¾ m3
atau kurang harus sekira 1,5 menit; untuk mesin yang lebih besar
waktu harus ditingkatkan 15 detik untuk tiap penambahan 0,5 m3;
Bila tidak mungkin menggunakan mesin pencampur, Direksi
Pekerjaan dapat menyetujui pencampuran beton dengan cara
[57]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)
[58]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)
Pengujian Tambahan
Penyedia Jasa harus melaksanakan pengujian tambahan yang
diperlukan untuk menentukan mutu bahan atau campuran atau
pekerjaan beton akhir, sebagaimana yang diperintahkan oleh
Direksi Pekerjaan. Pengujian tambahan tersebut meliputi :
o Pengujian yang tidak merusak menggunakan alat seperti Impact
Echo, Ultrasonic Penetration Velocity atau perangkat penguji
lainnya (hasil pengujian tidak boleh digunakan sebagai dasar
penerimaan);
o Pengujian pembebanan bangunan atau bagian bangunan yang
dipertanyakan;
o Pengambilan dan pengujian benda uji inti (core) beton;
[59]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)
[60]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)
- Pekerjaan Waterstop
Pengukuran pembayaran pekerjaan waterstop dibuat berdasarkan
meter panjang terpasang, sesuai as waterstop seperti terlihat pada
gambar.
[61]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)
b) Dasar Pembayaran
Kuantitas yang diterima dari berbagai mutu beton yang ditentukan
sebagaimana yang disyaratkan di atas, akan dibayar pada Harga
Kontrak untuk Mata Pembayaran dan menggunakan satuan
pengukuran yang ditunjukkan dalam Daftar Kuantitas Harga dan
pembayaran harus merupakan kompensasi penuh untuk seluruh
penyediaan dan pemasangan seluruh bahan yang tidak dibayar dalam
Mata Pembayaran lain, termasuk "water stop", lubang sulingan,
acuan, perancah untuk pencampuran, pengecoran, pekerjaan akhir
dan perawatan beton, dan untuk semua biaya lainnya yang perlu dan
lazim untuk penyelesaian pekerjaan yang sebagaimana mestinya.
8. Besi Tulangan
a) Umum
- Besi tulangan untuk pekerjaan konstruksi beton dapat berupa besi
polos dan besi ulir yang memenuhi ketentuan standar JIS atau
ASTM A615, Grade 60 atau SII 0376-84;
- Penyedia Jasa harus mendapat persetujuan Pengguna Jasa untuk
pengadaan besi tulangan yang akan dipergunakan dan
menyerahkan sertifikat produksi pabrik setiap pengirimannya ke
lokasi pekerjaan;
- Penyedia Jasa dengan biaya sendiri harus melakukan uji material
bila diminta Pengguna Jasa dengan prosedur baku uji yang
disetujui Pengguna Jasa;
- Tampang melintang besi tulangan yang dikirim ke lokasi kerja
harus sama pada seluruh panjangnya dengan yang disetujui
Pengguna Jasa;
- Dua besi tulangan dengan diameter yang sama yang diambil secara
random dari besi tulangan yang dikirim ke lokasi kerja harus tidak
boleh berbeda lebih dari 2% (dua persen) dari diameter yang
disyaratkan. Besi tulangan harus bersih dari karat, oli, kotoran dan
tidak cacat.
b) Gambar Pembesian
Penyedia Jasa wajib menyerahkan gambar pembesian berikut dengan
daftar besi dan pembengkokannya kepada Pengguna Jasa untuk
mendapat persetujuan sebelum pemasangannya di lokasi pekerjaan.
[62]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)
[63]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)
e) Selimut Beton
Semua besi tulangan harus dipasang dengan tebal selimut beton
sesuai dengan ketentuan dalam gambar, atau atas perintah Pengguna
Jasa.
[64]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)
2. Acuan Normatif
Standar Nasional Indonesia (SNI)
- SNI 03-3399-1994 : Metode Pengujian Kuat Tarik Kayu Di
Laboratorium;
- SNI 03-3400-1994 : Metode Pengujian Kuat Geser Kayu Di
Laboratorium;
- SNI 03-3527-1994 : Mutu Kayu Bangunan;
- SNI 03-3958-1995 : Metode Pengujian Kuat Tekan Kayu Di
Laboratorium;
- SNI 03-3959-1991 : Metode Pengujian Kuat Lentur Kayu Di
Laboratorium;
- SNI 03-3960-1995 : Metode Pengujian Modulus Elastisitas Lentur Kayu
di laboratorium;
- SNI 03-3972-1995 : Metode Pengujian Modulus Elastisitas Lentur Kayu
Konstruksi berukuran structural;
- SNI 03-3973-1995 : Metode Pengujian Modulus Elastisitas Tekan dan
Kuat Tekan Sejajar Serat Kayu Konstruksi Berukuran Struktural;
- SNI 03-3974-1995 : Metode Pengujian Modulus Geser Kayu Konstruksi
Berukuran structural;
- SNI 03-3975-1995 : Metode Pengujian Kuat Lentur Kayu Konstruksi
Berukuran structural;
- SNI 03-6861.1-2002 : Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian – A (Bahan
Bangunan Bukan Logam)
- SNI 03-6861.2-2002 : Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian – B (Bahan
Bangunan Dari Besi / Baja;
- SNI 03-6861.3-2002 : Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian – C (Bahan
Bangunan Dari Logam Bukan Besi;
[65]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)
d) Pintu Air Type B : adalah pintu air dengan daun pintu dari bahan kayu
dan alat putar transmisi satu stang, digunakan untuk pintu lebar
antara > 1,00 m s/d 2,00 m, dan atau ditentukan sesuai dengan
gambar disain;
e) Pintu Air Type C2 : adalah pintu air dengan daun pintu dari bahan plat
dan alat putar biasa satu stang, digunakan untuk pintu lebar antara >
0,70 m s/d 1,00 m, dan atau ditentukan sesuai dengan gambar
disain;
f) Pintu Air Type C3 : adalah pintu air dengan daun pintu dari bahan plat
dan alat putar biasa satu stang, digunakan untuk pintu lebar antara >
0,50 m s/d 0,70 m, dan atau ditentukan sesuai dengan gambar
disain;
g) Pintu Air Type C5 : adalah pintu air angkat dengan daun pintu dari
bahan plat, digunakan untuk pintu lebar antara 0,30 m s/d 0,50 m,
dan atau ditentukan sesuai dengan gambar disain.
4. Persyaratan Bahan
a) Baja konstruksi (plat dan profil) harus baik, baru, dari pabrik yang
resmi dan setaraf dengan S.t.(DIN 17100 1966);
b) Tangkai dan ulir untuk gate/pintu harus setaraf dengan S.t. 60 (DIN
17100 1966);
c) Besi tuang harus bebas cacat/retak; perbaikan retak retak dengan las
atau lainnya tidak diperkenankan;
d) Baut, keling dan washers harus dari pabrik resmi dan harus setaraf
U.st. 36 1 (DIN 1711 1968). Baut dan keling yang tersentuh air harus
digalvanisir;
e) Las harus dikerjakan dengan halus, rapi, penuh dan bersih, kelihatan
jelek atau las yang tidak sempurna dan sebagainya akan ditolak;
f) Kawat las yang dipakai adalah "Unimatic" 6000 (AC DC) dengan
kekuatan tarik 4.760 kg/cm2 atau type yang sama;
g) Pipa besi untuk sandaran harus ukuran standar pipa dengan "heavy
duty galvanized coating".
5. Pelaksanaan Pekerjaan
a) Spesifikasi untuk Bangunan Pintu dan Pintu Sorong
- Bangunan Pintu
Pintu harus dibuat dengan konstruksi las yang sempurna. Daun
pintu untuk bagian (sisi) hulu harus dipotong tepat ukuran.
Palang sisi dan horizontal harus diklem kuat pada permukaan
plat sedemikian hingga pada waktu selesai mengelas jarak
antara plat dan batang tidak lebih dari 1 mm;
[66]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)
- Pintu Sorong
Pintu sorong dapat dioperasikan dan harus diserahkan lengkap
termasuk tangkai, dan kunci, gear, serta kopling dan lain-lain;
Tarikan yang dibutuhkan tidak boleh lebih keras dari 10 kg untuk
membuka atau menutup pintu dan las roda setang harus pada
elevasi 0.90 m diatas bangunan atau platform dimana operator
akan berdiri;
Tangkai ulir dan gear harus dibuat presisi sangat tepat;
Gear harus dari besi tulang atau selubung/rangka las dilengkapi
tutup untuk pemberian pelumas dari gear;
Pintu sorong harus seluruhnya shop assembled (rakitan pabrik)
ukuran plat dan profil pintu harus sesuai dengan gambar.
[67]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)
[68]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)
- Pengecatan
Bahan-bahan
o Semua cat harus disediakan dalam keadaan segel pabrik
(factory scaled) kaleng/cap pabriknya akan ditentukan oleh
Direksi;
o Cat yang telah melampui batas kadaluwarsa seperti tertulis
pada kalengnya tidak boleh dipakai, dan harus segera
disingkirkan dari tempat pekerjaan.
[69]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)
2. Acuan Normatif
Standar Nasional Indonesia (SNI)
3. Pelaksanaan Pekerjaan
a) Pengadaan dan Pemasangan Pegangan (Handril)
- Bahan yang digunakan adalah Pipa galvanis diameter 3”;
- Ukuran pegangan adalah sesuai gambar desain;
- Demensi tiang sesuai gambar disain dari bahan campuran beton.
b) Perhitungan dan Pembayaran :
[70]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)
X. PEKERJAAN LAIN-LAIN
1. Ruang Lingkup
a) Pedoman ini menetapkan ketentuan dan persyaratan, metode
pelaksanaan pekerjaan, pengendalian mutu serta pengukuran dan
pembayaran pelaksanaan pekerjaan lain-lain;
b) Pedoman ini mencakup pengadaan, pengujian, finishing, pengecatan,
pengiriman ke lokasi pekerjaan, penyetelan yang ditunjuk oleh Direksi
Pekerjaan.
2. Acuan Normatif
Standar Nasional Indonesia (SNI)
3. Pelaksanaan Pekerjaan
a) Drain Hole Pipa PVC diameter 2”
- Pekerjaan ini meliputi pengadaan bahan/material PVC dan
pemasangan pada dinding penguat (retaining walls), dinding-
dinding pasangan batu, pasangan beton dan bangunan lain
termasuk pemasangan gravel filter dan lapisan ijuk seperti tertera
pada gambar rencana atau yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan;
- Pipa tersebut terbuat dari Polyvinyle Cloride (PVC) berkualitas baik,
tidak pecah dan berdiameter tidak kurang 2 inch, dengan panjang
sesuai ketebalan konstruksi atau gambar yang telah disetujui oleh
Direksi Pekerjaan.
b) Gebalan Rumput
- Untuk melindungi rawan rusak lereng/tebing oleh riak/gelombang
atau arus air (erosi), gebalan rumput dikerjakan/diadakan
sebagaimana tertera pada gambar atau sesuai dengan yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan;
- Lempengan gebalan rumput yang dipergunakan untuk pelindung
tebing harus segar, padat dan berakar kuat serta panjang
potongan lempengan gebalan rumput tidak kurang dari 10 cm;
[71]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)
[72]
RENCANA KERJA DAN SYARAT (RKS)
2) Saluran Pembawa
Pekerjaan saluran pembawa terdiri dari:
a) Pekerjaan galian
b) Pekerjaan timbunan
c) Pekerjaan struktur bangunan :
- Pasangan batu gunung
- Pekerjaan plesteran
- Beton bertulang
- Perancah dan bekisting
[73]