You are on page 1of 4

DEVINISI BIMBEL

Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) merupakan satuan Pendidikan Luar


Sekolah atau Nonformal (PNF) yang diselenggarakan bagi masyarakat yang
memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup dan sikap untuk
mengembangkan diri, bekerja mencari nafkah, mengembangkan profesi dan atau
melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Berdasarkan Undang-
Undang Sisdiknas No. 20 tahun 2003 Pasal 26 Ayat 5 disebutkan bahwa kursus
dan pelatihan adalah bentuk pendidikan berkelanjutan untuk mengembangkan
kemampuan peserta didik dengan penekanan pada penguasaan keterampilan,
standar kompetensi, pengembangan sikap kewirausahawan serta pengembangan
kepribadian profesional.

Bimbingan Belajar untuk selanjutnya disingkat dengan Bimbel, termasuk


salah satu dari berbagai jenis LKP sebagaimana disebutkan dalam UU Sisdiknas
2003 tersebut. Penyelenggaraan Bimbel bertujuan memberikan bekal pengetahuan
dan sikap untuk dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi
kepada masyarakat yang membutuhkan yaitu para siswa Sekolah Dasar (SD),
Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA).
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa Bimbel adalah suatu
lembaga PNF yang keberadaannya telah diakui oleh Pemerintah. Pengakuan
pemerintah dilaksanakan dalam bentuk pemberian izin, sebagaimana terlihat
dalam UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 pada pasal 62 tentang pendirian satuan
pendidikan. Dalam ayat disebutkan bahwa setiap satuan pendidikan formal dan
nonformal yang didirikan wajib memperoleh izin Pemerintah atau Pemerintah
Daerah.

Pada awal pendirian di tahun 1970-an, Bimbel terkenal sebagai lembaga


bimbingan belajar bagi para siswa kelas tiga SMA yang akan mengikuti ujian
masuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Keberhasilan lembaga Bimbel
mengantarkan siswa-siswanya masuk PTN membuktikan bahwa bimbingan
belajar merupakan
salah satu usaha jasa disektor pendidikan yang memiliki prospek dimasa datang.
Timbulnya lembaga Bimbel didorong juga oleh adanya peraturan mengenai ujian
masuk ke perguruan tinggi baik negeri maupun swasta di Indonesia.
Pada awal tahun 1980-an muncul berbagai lembaga Bimbel di kota-kota
besar di pulau Jawa dimana terdapat perguruan tinggi negeri dan swasta yang
terkenal. Program Bimbel ini berkembang lebih jauh dalam arti program
pembelajaran tidak hanya melayani para siswa lulusan SMA yang akan mengikuti
ujian masuk perguruan tinggi, tetapi sudah berkembang menjadi lembaga Bimbel
dengan program bimbingan yang lebih variatif, yaitu program-program belajar
untuk siswa-siswa SD, SMP dan SMA secara regular, intensif dan private.
Bahkan dalam beberapa tahun terakhir ada Bimbel yang menawarkan program
bimbingan multimedia, yaitu system pembelajaran melalui internet atau
bimbingan belajar online.

Bimbel Kelompok Studi Mahasiswa (KSM) di Salemba Jakarta Pusat


mengadakan sejumlah program yang dinamakan Standard Class, Excecutive
Class dan Royal Class (Kompas.com). Siswa di Bimbel tersebut mengikuti
program sejak memasuki kelas 12 hingga menjelang Seleksi Penerimaan
Mahasiswa Baru (SPMB). Program tersebut ditawarkan masing-masing dengan
harga Rp.3,1 juta, Rp.4,5 juta dan Rp.8,6 juta.

Lembaga Bimbel saling bersaing dengan menawarkan berbagai jenis


program dan metoda pembelajaran yang menarik misalnya Bimbel Primagama
dengan Metoda Smart Solution (S = simple, M = mind, A = applicable, R =
rational) , Bimbel Gama UI dengan metoda Brilliant Solution, Bimbel Teknos
Genius dengan metoda belajar Genius Solution Bilingual Multimedia (GSBM)
yaitu metoda belajar yang memadukan rumus cepat penyelesaian soal dengan dua
bahasa ditampilkan secara multimedia dan edutaintment, Bimbel GSC (Gamaliel
Science Center) menawarkan cara belajar fisika dan matematika tanpa rumus yang
dikenal dengan sebutan Gasing yaitu Gampang, Asyik, dan Menyenangkan.
Dengan demikian terlihat bahwa pada saat ini ada peluang pasar Bimbel
yang sangat besar dan menjanjikan sehingga masing-masing Bimbel saling
bersaing dengan menawarkan berbagai metoda dan program pembelajaran.
Menurut Bayu Sapta Hari (detik.com) banyak siswa yang dengan antusias
mengikuti bimbingan belajar antara lain karena :

1. Belajar di bimbingan belajar tidak sekedar berupa materi pelajaran semata,


tetapi juga disampaikan tentang kiat-kiat belajar efektif, kiat-kiat belajar di
perguruan tinggi dan informasi seputar perguruan tinggi.

2. Persaingan ketat untuk mendapatkan tempat di perguruan tinggi memaksa


para siswa untuk mempersiapkan diri secara ekstra.

3. Tujuan siswa mengikuti bimbingan belajar adalah untuk masuk perguruan


tinggi negeri karena biayanya lebih murah dibanding dengan perguruan
tinggi swasta.

4. Kemampuan guru yang terbatas, kurangnya fasilitas belajar yang


memadai, serta tuntutan kurikulum yang tidak realitis menyebabkan siswa
mencari alternatif lain untuk belajar diluar sekolah. Sekolah juga dianggap
tidak mampu menyediakan semua kebutuhan yang diperlukan siswa
terlebih lagi kesiapan untuk berebut kursi di PTN yang diidam-idamkan.

Peluang pasar bimbingan belajar ini didorong pula oleh penetapan


pemerintah mengenai Standar Nasional Pendidikan melalui Ujian Nasional (UN)
yang semakin ketat dan seleksi masuk Perguruan Tinggi Negeri yang terlalu
banyak peminatnya. Disamping itu pendirian lembaga Bimbel menjadi menarik
dan menguntungkan serta biaya investasi yang sangat ringan bagi investor dengan
adanya system bisnis waralaba (franchisee). Sudah ada sejumlah lembaga Bimbel
terkenal menawarkan bisnis waralaba kepada investor yang ingin berbisnis di
sektor pendidikan non formal seperti kursus dan pelatihan atau bimbingan belajar,
antara lain Bimbel JILC ( Jakarta intensive learning centre ) Teknos Genius,
Bimbel Primagama, Bimbel Gama UI, Bimbingan Konsultasi Belajar Nurul Fikri,
Super Bimbel GSC, Sony Sugema College dan lain-lain.
Pengembangan Bimbel-Bimbel baru tersebut tentunya memerlukan dana
yang cukup besar baik untuk investasi maupun modal kerja, sehingga terbuka juga
kesempatan bagi perbankan untuk ikut membantu membiayainya. Berdasarkan
informasi multimedia, dalam beberapa tahun terakhir lembaga perbankan sudah
mulai memberikan kredit kepada lembaga Bimbel, baik lembaga Bimbel
Franchisor maupun lembaga Bimbel franchisee, namun jumlah lembaga Bimbel
yang dibantu relatif masih terbatas dan dana kredit yang diberikan masih.kecil.
Secara statistik jumlah Bimbel yang beroperasi tidak diketahui secara pasti
karena tidak semua lembaga Bimbel melaporkan kegiatannya atau meminta izin
operasional dari Dinas pendidikan Kabupaten/Kota. Jumlah lembaga Bimbel yang
tercatat di Dinas pendidikan Kabupaten/Kota adalah Bimbel yang telah memiliki
izin operasional dan memiliki NILEK. Pada tabel 1 dicantumkan jumlah Bimbel
ditiap provinsi di seluruh Indonesia yang telah memiliki izin dan NILEK dari
Dinas Pendidikan Nasional Kota/Kabupaten.

You might also like