You are on page 1of 25

CASE REPORT

HEMOROID INTERNA GRADE IV

Disusun oleh :
dr. Inda Permata Wayantica

Pembimbing :
dr. Salomo M Gultom
dr. Sigya Octari

INSTALASI RAWAT INAP


RSUD MUKOMUKO
2018
BAB I
LAPORAN KASUS

A. ANAMNESIS
Nama : Ny. S
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 44 tahun
Alamat : Kebon Agung 6/6 Suruh Tasikmadu
Pekerjaan : Buruh
Agama : Islam
Tanggal MRS : 7 Juli 2013
No. RM : 2689XX

B. RIWAYAT PENYAKIT
Keluhan Utama
BAB bercampur darah

Riwayat Penyakit Sekarang


1 tahun SMRS
Pasien mengeluh BAB bercampur darah segar, terutama saat BAB sulit
keluar dan keras. Sebelum kotoran keluar, darah mengucur terlebih
dahulu. Keluhan muncul jika kondisi pasien sedang tidak sehat. Tidak
didapatkan benjolan yang keluar masuk saat BAB, nyeri, panas, dan
lendir. Pasien juga mengeluhkan nyeri perut bagian bawah sebelum
BAB. Keluhan lemas (+), pusing (-), mual (-), muntah (-). BAK dalam
batas normal.

9 bulan SMRS
Pasien mengeluh BAB bercampur darah disertai nyeri perut, lemas, dan
pusing. Kemudian pasien berobat ke dokter spesialis penyakit dalam,
didiagnosis maag kronis. Pasien mondok di RS dan mendapatkan
pengobatan.
7 bulan SMRS
Pasien masih mengeluhkan penyakit yang sama, yaitu keluar darah saat
BAB dan nyeri pada perut bagian bawah. Pasien berobat ke dokter
kandungan, didiagnosis mioma. Pasien tidak mondok di RS.
1 bulan SMRS
Pasien mengeluh BAB bercampur darah dan lemas. Pasien berobat ke
dokter spesialis penyakit dalam. Pasien mondok di RS dan
mendapatkan transfusi darah sebanyak 6 colf.
2 HSMRS
Pasien mengeluh BAB encer, warna coklat kehitaman, lendir (-), sehari
sebanyak 2x. Perut bagian bawah terasa mules, pusing (-), mual (-),
muntah ().
HMRS
Pasien datang ke IGD dengan keluhan BAB encer sejak 2 hari yang lalu.
BAB berwarna coklat kehitaman, sehari sebanyak 1x. Perut bagian
bawah terasa mules. Lemas (-), pusing (-), mual (-), muntah (-),
kembung (-). Pasien masuk ke bagian penyakit dalam di bangsal Mawar

Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat penyakit serupa : Diakui
Riwayat hipertensi : Disangkal
Riwayat DM : Disangkal
Riwayat alergi : Disangkal
Riwayat asma : Disangkal
Riwayat penyakit keluarga
Riwayat penyakit serupa : Disangkal
Riwayat hipertensi : Disangkal
Riwayat DM : Disangkal
Riwayat Alergi : Disangkal
Riwayat Asma : Disangkal

C. PEMERIKSAAN FISIK
 Keadaan Umum : Cukup
 Kesadaran : Compos Mentis
 Vital Sign
o Tekanan Darah : 150/80 mmHg
o Nadi : 80 kali/menit
o Respirasi : 22 kali/menit
o Suhu : 36,2
 Pemeriksaan kepala
Bentuk kepala : Normocephal, simetris
Pemeriksaan mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
 Pemeriksaan leher
Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening dan pembesaran
 Pemeriksaan thorax
- Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis tidak kuat angkat
Perkusi : Batas jantung dalam batas normal, tidak ada
pembesaran
Auskultasi : Bunyi jantung I/II murni reguler
- Paru
Inspeksi : Simetris, ketinggalan gerak (-)
Palpasi : Fremitus normal
Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru
Auskultasi : SDV (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
 Pemeriksaan abdomen
Inspeksi : Distended (-), bekas luka operasi (-), massa (-)
Auskultasi : Peristaltik dalam batas normal
Perkusi : Timpani pada seluruh lapang abdomen
Palpasi : Nyeri tekan (-)
 Pemeriksaan ekstremitas
Akral hangat, turgor kulit baik, edema (-), sianosis (-)
 Status lokalis
Inspeksi : Terdapat beberapa benjolan pada sekitar anal
Palpasi : Nyeri tekan (-)
Rectal toucher : - Tonus musculus sphingter ani baik
- Struktur dalam rectum, mukosa halus, tidak
terdapat benjolan atau massa
- Sarung tangan darah (-)

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG

No Parameter Jumlah Satuan Nilai Rujukan


1. Leukosit 5.400 uL 5.000-10.000/uL
2. Eritrosit 4,48 uL 4,0-5,5/uL
3. Hemoglobin 13.9 gr/dl 11,5-13,5 g/dl
4. Hematokrit 41,9 % 37-43 %
5. MCV 93,5 femtoliter 82-92 fl
6. MCH 31 pikograms 27-31 pg

7. MCHC 33,2 g/dl 32-36 g/dl


8. Trombosit 218.000 uL 150.000-400.000/uL
9. Limfosit 28,2 % 20-40%
10. Monosit 5,7 % 2-8%
11. N. Segmen 66,1 % 33-60%
12 Creatinine 0,65 mg/dl 0,5-1
13. Ureum 12,2 mg/dl 10-50
14. GDS 115 mg/dl <200 mg/dl

E. DIAGNOSIS BANDING
Ca rekti

F. DIAGNOSIS KERJA
Hemoroid interna grade III
Hipertensi stage I

G. PENATALAKSANAAN
Medikamentosa :
 Infus RL 20 tpm
 Inj. Ceftriaxon 1x1
 Captopril 2x25 mg
Bedah :
 Hemoroidektomi
H. PROGNOSIS
Quo ad vitam : Ad bonam
Quo ad sanam : Ad bonam
Quo ad fungsionam : Ad bonam

I. FOLLOW UP

Tanggal S O A P
10/7/2013 Saat BAB keluar
darah segar, kadang
nyeri perut bagian
bawah
11/7/2013 Saat BAB keluar
darah segar, kadang
nyeri perut bagian
bawah
12/7/2013 Saat BAB keluar
darah segar, kadang
nyeri perut bagian
bawah
13/7/2013 BAB campur darah
(-), nyeri perut (-),
batuk (+)
KU: Cukup
TD: 120/90
N: 74
R: 20
S:37
Abdomen: Nyeri
tekan di inguinal
sinsitra
Status lokalis:
Terdapat
beberapa benjolan
di daerah anal
KU: Cukup
TD: 130/100
N: 80
R: 20
S:37,2
Status lokalis:
Terdapat
beberapa benjolan
di daerah anal
KU: Cukup
TD: 150/100
N: 78
R: 20
S:37,2
Status lokalis:
Terdapat
beberapa benjolan
di daerah anal
KU: Cukup
TD: 160/100
N: 73
R: 20
S:36,3
Hemoroid
interna
Hipertensi
Hemoroid
interna
Hipertensi
Hemoroid
interna
Hipertensi
Hemoroid
interna
Hipertensi
- Inf. RL 20
tpm

- Inj.
Ceftriaxone
1x1

- Inf. RL 20
tpm

- Inj.
Ceftriaxone
1x1

Planning
operasi
hemoroidek
-tomi
(Sabtu
13/7/2013)

15/7/2013 BAB campur darah


(-), nyeri perut (-),
batuk (+)
16/7/2013 BAB campur darah
(-), nyeri perut (-),
batuk (+)
17/7/2013 Nyeri bekas operasi
(+), tidak bisa tidur,
BAB (-)
18/7/2013 Nyeri bekas operasi
(-), flatus (+), BAB
(-)

Status lokalis:
Terdapat
beberapa benjolan
di daerah anal
KU: Cukup
TD: 160/100
N: 73
R: 20
S:36,3
Status lokalis:
Terdapat
beberapa benjolan
di daerah anal
KU: Cukup
TD: 130/80
N: 88
R: 16
S:36,2
Status lokalis:
Terdapat
beberapa benjolan
di daerah anal
KU: Cukup
TD: 150/90
N: 81
R: 20
S:36,7
Status lokalis:
Luka tertutup
kasa, rembesan
darah (-)
KU: Cukup
TD: 130/90
N: 80
R: 20
S:36,5
Status lokalis:
Luka tertutup
kasa, rembesan
darah (-)
Hemoroid
interna
Hipertensi
Hemoroid
interna pre
op
Hipertensi
Hemoroid
interna
post op
H+1
Hipertensi
Hemoroid
interna
post op
H+2
Hipertensi
-Planning
operasi
(Selasa,16/
7/2013)
-Konsul
anestesi
-Inf RL 30
tpm
-Inj.
Ceftriaxon
2x1
-Inj.
Pragesol
3x1
-Inj. Kalnex
3x1
-Aff
tampon
-Terapi lain
lanjut
-Aff kateter
-Laxadyn
2x1
-Terapi lain
lanjut

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Hemoroid adalah jaringan normal yang terdapat pada semua
orang, yang terdiri atas pleksus arteri-vena, berfungsi sebagai katup di
dalam saluran anus untuk membantu sistem sfingter anus, mencegah
inkontinensia flatus dan cairan. Apabila hemoroid menyebabkan keluhan
atau penyulit, baru dilakukan tindakan.

B. Klasifikasi
Hemoroid dibedakan antara interna dan eksterna.
1. Hemoroid interna
Hemoroid interna dalah pleksus vena hemoroidalis superior di
atas garis mukokutan dan ditutupi oleh mukosa. Hemoroid ini
merupakan bantalan vaskular di dalam jaringan submukosa pada
rektum sebelah bawah. Hemoroid sering dijumpai pada tiga posisi
primer, yaitu kanan depan, kanan belakang, dan kiri lateral.
Hemoroid yang lebih kecil terdapat diantara ketiga letak primer
tersebut. Adapun derajat hemoroid interna:
A. Derajat I : Berdarah, tidak menonjol keluar anus
B. Derajat II : Berdarah, menonjol keluar anus, reposisi spontan
C. Derajat III : Berdarah, menonjol keluar anus, reposisi manual
D. Derajat IV : Bila tidak dapat direposisi lagi

2. Hemoroid eksterna
Hemoroid eksterna yang merupakan pelebaran dan penonjolan
plexus hemoroidalis inferior, terdapat di sebelah distal garis
mukokutan, di bawah linea pectinata di dalam jaringan di bawah
epitel anus. Kedua plexus hemoroid saling berhubungan secara
longgar dan merupakan awal dari aliran vena yang kembali bermula
dari rectum sebelah bawah dan anus. Plexus hemoroid interna
mengalirkan darah ke v.hemoroidalis superior dan selanjutnya ke
v.porta. Plexus hemoroid eksternus mengalirkan darah ke peredaran
sistemik melalui daerah perineum dan lipat paha ke v.iliaca.

C. Etiologi
Beberapa hal yang menyebabkan timbulnya hemoroid antara lain:
1. Obstruksi venous
Prinsip penyebab timbulnya hemoroid adalah gangguan
kongesti dan hipertrofi bantalan anus. Kongesti terjadi karena
kegagalan mengeluarkan berak misalnya feses yang keras (skibala),
tahanan oleh spingter ani yang kaku, dan mobilitas abnormal.
Kongesti ini bisa disebabkan adanya feses yang keras, kehamilan,
tumor di pelvis, peningkatan tekanan vena porta pada sirosis.

2. Prolap dari bantalan vascular


Pada anak-anak dan dewasa muda yang sehat bantalan
vascular ditopang oleh ligament parks (pectin band) dan muskularis
sub mukosa. Pada proses defekasi terjadi rotasi jaringan bantalan
vascular dan masuk kembali setelah proses selesai. Beberapa faktor
yang mengganggu rotasi vascular adalah umur, konstipasi, kelamaan
mengejan. Faktor-faktor ini yang menyebabkan prolaps dan
kelemahan bantalan vascular sehingga
vena-vena menjadi lebar (varises).

3. Herediter
Tidak ada bukti yang jelas bahwa faktor herediter menjadi
penyebab hemoroid.Namun dikatakan di sumber lain bahwa factor
hereditas berhubungan dengan kelemahan struktur dinding
pembuluh darah.

4. Faktor diet
Bahwa banyak kasus hemoroid didapatkan pada orang Barat
(di Negara maju) dan jarang pada orang pedesaan (undeveloped
country). BURKITT 1972 menyatakan bahwa penyakit hemoroid
jarang terjadi di pedesaan Afrika (primitive) tapi banyak terjadi
keluhan hemoroid pada orang negro yang berada di Amerika Serikat
atau di perkotaan. Kemungkinan ini terjadi oleh karena orang Afrika
di pedesaan banyak mengkonsumsi makanan berserat.

5. Tonus spingter ani


Dengan pemeriksaan manometri terhadap penderita
menunjukkan bahwa penderita hemoroid mempunyai tekanan lebih
tinggi daripada orang normal

.
6. Kebiasaan defekasi
Penderita-penderita hemoroid biasanya lama defekasi
mencapai 10-15 menit. Kebiasaan duduk di kloset yang lama
menyebabkan tekanan di daerah bantalan vena meningkat dapat
menyebabkan hemoroid.
D. Gejala Klinis
Hemoroid dapat menimbulkan gejala karena banyak hal. Faktor yang
memegang peranan kausal ialah mengedan pada waktu defekasi,
konstipasi menahun, kehamilan, dan obesitas.
1. Perdarahan
Merupakan gejala awal didapatkan, dan gejala ini tidak selalu
timbul, kadang-kadang sudah terjadi prolap tetapi belum ada gejala
feses berdarah. Biasanya perdarahan timbul sesudah defekasi,
menetes dan tidak nyeri. Kadang-kadang disertai adanya lendir
(mucous). Perdarahan umumnya merupakan tanda pertama hemoroid
interna akibat trauma oleh feses yang keras.
Darah yang keluar berwarna merah segar dan tidak
tercampur dengan feses, dapat hanya berupa garis pada feses atau
kertas pembersih sampai pada perdarahan yang terlihat menetes atau
yang mewarnai air toilet menjadi merah. Walaupun berasal dari vena,
darah yang keluar berwarna merah segar karena kaya akan zat asam.
Perdarahan yang luas dan intensif di plexus hemoroidalis
Menyebabkan darah di vena tetap merupakan darah arteri. Kadang
perdarahan hemoroid yang berulang dapat berakibat timbulnya
anemia berat.

2. Prolaps
Prolaps atau lumps (benjolan) yang muncul di anus ini disebut
“piles”. Perlu dibedakan dengan benjolan lain yang mungkin tampak di
anus antara lain polip rectum, hipertrofi papilla anal, sentinel tag pada
penderita fissure ani. Hemoroid yang membesar secara perlahan
akhirnya dapat menonjol keluar menyebabkan prolaps.
Pada tahap awal penonjolan ini hanya terjadi pada waktu
defekasi dan disusul oleh reduksi spontan sesudah selesai defekasi.
Pada stadium yang lebih lanjut hemoroid interna ini perlu didorong
kembali setelah defekasi agar masuk ke dalam anus. Akhirnya
hemoroid dapat berlanjut menjadi bentuk yang mengalami prolaps
menetap dan tidak dapat didorong masuk lagi.

3. Rasa nyeri
Hemoroid yang tidak mengalami penyulit biasanya tidak ada
nyeri walaupun berdarah. Rasa nyeri dapat timbul bila terjadi
trombosis dan prolaps (disebut juga strangulated). Nyeri yang hebat
jarang sekali ada hubungannya dengan hemoroid interna dan hanya
timbul pada hemoroid eksterna yang mengalami thrombosis.

4. Keluar lendir atau cairan dan disertai gatal


Keluarnya mucus dan terdapatnya feses pada pakaian dalam
merupakan ciri dari hemoroid yang mengalami prolaps
menetap.Akibat kongesti dan pembengkakan bantalan dalam anus
menyebabkan membrane keluar dari anus dan kontaminasi ke kulit
menyebabkan iritasi dan timbul gatal-gatal, oleh karena kelembaban
yang terus menerus dan rangsangan mucus.

E. Diagnosis
Pemeriksaan untuk menegakkan diagnosa hemoroid dapat
dilakukan dengan anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang. Anamnesa harus dikaitkan dengan faktor obstipasi, defekasi
yang keras diselimuti darah segar atau menetes darah segar setelahnya,
faktor-faktor yang menyebabkan tekanan intraabdominal yang tinggi,
dan nyeri.
Dari pemeriksaan luar kemungkinan tidak ditemukan kelainan.
Kadang didapatkan anemia. Inspeksi di daerah anal untuk mengetahui
adakah benjolan, dan tentukan benjolan diliputi oleh kulit ataukah
mukosa. Bilamana diliputi kulit menunjukkan hemoroid eksterna dan
bila diliputi mukosa berarti hemoroid interna yang sudah terjadi prolap.
Benjolan di anus dapat pula disebabkan oleh karena fisura ani dimana
kulit menebal dan disebut sentinel tag.
Apabila hemoroid mengalami prolaps, lapisan epitel penutup
bagian yang menonjol keluar ini mengeluarkan mucus yang dapat dilihat
apabila penderita diminta
mengedan.
Dalam hal palpasi hemoroid perlu pelicin, dan harus pelan-pelan,
bilamana perlu dengan lubrikasi anestesi. Pemeriksaan ini merupakan
keharusan dalam hal kasus berak darah. Untuk pasien wanita,
pemeriksaan rektum dilakukan setelah pemeriksaan vagina.
Pada pemeriksaan colok dubur hemoroid interna tidak dapat
diraba sebab tekanan vena didalamnya tidak cukup tinggi, dan biasanya
tidak nyeri. Massa teraba pemeriksaan colok dubur apabila sudah
terdapat penyulit trombus atau anal papilla. Colok dubur dilakukan
untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma rectum. Penilaian dengan
anoskopi diperlukan untuk melihat hemoroid interna
yang tidak menonjol keluar. Anoskop dimasukkan dan diputar untuk
mengamati keempat kuadran.
Hemoroid interna terlihat sebagai struktur vaskuler yang
menonjol dalam lumen. Apabila penderita diminta mengedan sedikit,
ukuran hemoroid akan membesar dan penonjolan atau prolaps akan
lebih nyata.
Proktosigmoideskopi perlu dikerjakan untuk memastikan bahwa
keluhan bukan disebabkan oleh proses radang atau proses keganasan
ditingkat yang lebih tinggi, karena hemoroid merupakan keadaan yang
fisiologis saja atau tanda yang menyertai. Dengan cara ini juga dapat
menentukan lokasi dan gradasi hemoroid interna yang selanjutnya
digunakanuntuk menentukan cara pengobatan. Feses juga harus
diperiksa terhadap adanya darah yang samar.

F. Penatalaksanaan
Terapi hemoroid interna harus ditetapkan secara perorangan.
Hemoroid adalah normal dan oleh karenanya tujuan terapi bukan untuk
menghilangkan plexus hemoroidal tetapi untuk menghilangkan keluhan.
Terapi hemoroid dapat berupa pencegahan (prevention) atau
medikamentosa (non invasive) maupun tindakan (invasive) dan
pemilihan jenis terapi sangat tergantung pada derajat hemoroid serta
keluhan penderita.
1. Medikamentosa
Obat yang digunakan bertujuan untuk memperbaiki defekasi,
mengurangi keluhan subjektif, menghentikan perdarahan, mengurangi
atau mencegah timbulnya keluhan dan gejala. Untuk memperbaiki
defekasi diberikan suplemen serat (fiber suplement) dan pelincir feses
(stool softener).
Selain itu juga dapat diberikan obat simtomatik. Obat ini
bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi keluhan gatal, nyeri,
perdarahan. Terapi dimulai dari merendam bokong dalam air hangat
atau garam pekat (Sitzbath), kompres dengan es, salep, antiseptik,
vasokonstriktor dan anagetik.
Saat ini ada preparat diosmin (ardium) yang bersifat
phlebotropik dan vaskuloprotektif. Diosmin bekerja pada vena, sistem
limfatik, sistem mikrosirkulasi dan terutama memperbaiki
permeablitas.

2. Tindakan (invasive)
a. Skleroterapi
Yaitu penyuntikan larutan kimia yang merangsang, misalnya 5%
fenol dalam minyak nabati. Sklerosan yang biasa dipakai adalah:
- 1% polidocanol yang disuntikkan 0,5 -1 cc per hemoroid dan
diulang setiap 3-4 minggu
- Phenol in almond oil 3-4 cc dengan interval 6 minggu.
Penyuntikan diberikan ke submukosa dalam jaringan areolar
yang longgar di bawah hemoroid interna dengan tujuan
menimbulkan peradangan steril kemudian menjadi fibrotic dan
meninggalkan parut.
Penyuntikan dilakukan di sebelah atas dari garis mukokutan
dengan jarum yang panjang melalui anuskop. Apabila penyuntikan
dilakukan pada tempat yang tepat, tidak ada nyeri. Penyulit
penyuntikan termasuk infeksi, prostatitis akut jika masuk ke dalam
prostat, dan reaksi hipersensitivitas terhadap obat yang
disuntikkan.
Terapi suntikan dengan bahan sklerosan bersama dengan
nasehat tentang makanan merupakan terapi yang efektif untuk
hemoroid interna derajat I dan II.
b. Rubber Band Ligation (RBL) / Ligasi dengan gelang karet
Hemoroid yang besar atau yang mengalami prolaps dapat
ditangani dengan ligasi gelang karet menurut Barron. Dengan
bantuan anuskop, mukosa diatas hemoroid yang menonjol dijepit
dan ditarik atau dihisap ke dalam tabung ligator khusus. Gelang
karet di dorong dari ligator dan ditempatkan secara rapat di
sekeliling mukosa plexus hemoroidalis tersebut. Nekrosis karena
iskemia dapat terjadi setelah beberapa hari. Mukosa bersama karet
akan lepas sendiri. Fibrosis dan parut akan terjadi pada pangkal
hemoroid tersebut.
Pada satu kali terapi hanya diikat satu kompleks hemoroid,
sedangkan ligasi berikutnya dilakukan dalam jarak waktu dua
sampai empat minggu. Penyulit utama dari ligasi ini adalah timbul
nyeri karena terkenanya garis mukokutan. Untuk menghindari ini
maka gelang tersebut ditempatkan cukup jauh dari garis
mukokutan. Nyeri yang hebat dapat pula disebabkan oleh infeksi.
Perdarahan dapat terjadi pada waktu hemoroid mengalami
nekrosis, biasanya setelah tujuh sampai sepuluh hari.

c. Cryosurgery
Pemotongan hemoroid dengan menggunakan nitrogen cair
yang suhunya -1960C.(7) Bedah beku atau bedah krio ini tidak
dipakai secara luas oleh karena mukosa nekrotik sukar ditentukan
luasnya. Bedah krio lebih cocok untuk terapi paliatif pada
karsinoma rectum yang inoperable.

d. Coagulation
Koagulasi dapat dilakukan dengan infra red photo coagulation
ataulaser coagulation.

e. Doppler Ultrasound Guides Hemorroid Artery Ligation


Dengan protoscope khusus yang mempunyai transducer
ultrasound yang dipergunakan untuk mengetahui lokasi arteri
hemoroidalis dan kemudian dijahit ikat. Kelebihan prosedur ini
adalah pasca ligasi saat itu juga dapat diketahui apakah ligasi
tersebut tepat atau tidak. Prosedur ini dapat menjadi pilihan utama
pada hemoroid yang sedang berdarah.

3. Terapi operasi
a. Hemoroidektomi
Terapi bedah ini dipilih untuk penderita yang mengalami
keluhan menahun dan pada penderita hemoroid derajat III atau IV.
Terapi bedah juga dapat dilakukan pada penderita dengan
perdarahan berulang dan anemia yang tidak sembuh dengan terapi
lainnya yang lebih sederhana. Penderita hemoroid derajat IV yang
mengalami thrombosis dan kesakitan hebat dapat ditolong segera
dengan hemoroidektomi.
Prinsip yang harus diperhatikan pada hemoroidektomi adalah
eksisi yang hanya dilakukan pada jaringan yang benar-benar
berlebihan. Eksisi sehemat mungkin dilakukan pada anoderm dan
kulit yang normal dengan tidak mengganggu spingter anus.
b. Stappled hemoroidektomi
Prof. Dr. Antonio Longo tahun 1996 memperkenalkan tehnik
stappled hemoroidektomi. Tehnik ini dikenal juga sebagai
anodermal lifting dan dilakukan pada hemoroid derajat 2-3-4.
Prinsipnya adalah mengurangi prolaps dan menghentikan
vaskularisasi dari arteri hemoroidalis superior melalui insisi
transversal, reseksi mukosa dan muko-mukosal anastomosis
dengan alat intraluminar stapling khusus.

G. Komplikasi
1. Trombosis dan infeksi bantalan dari hemoroid interna, ini
mengakibatkan komplikasi yang dramatik, biasanya disertai nyeri yang
hebat, dengan penonjolan (prolap) di anus yang tampak merah
kebiruan oleh karena pangkalnya terjepit spingter ani. Kadang-kadang
ini tidak bisa dikembalikan (grade IV). Pembengkakan ini berlangsung
kurang lebih 1-4 hari dan mulai hari ke 10 terjadi resolusi mengecil
sampai kurang lebih 6 minggu.

2. Anemia
Perdarahan yang berulang-ulang menyebabkan anemis dan ini dapat
terjadi sampai kadar hemoglobin dalam darah dibawah 4 gr%

3. Trombosis hemoroid eksterna


Keadaan ini disebut juga perianal hematoma. Adanya trombosis
menyebabkan bekuan darah terkumpul sehingga kulit menjadi tegang
dan mengakibatkan rasa nyeri yang hebat. Benjolan terletak di tepi
anus, bentuk bulat dan tegang serta nyeri pada perabaan.

4. Perianal dermatitis
Gejala ini akibat dari kontaminasi mukous mengakibatkan maserasi
kulit
5. Abses hati
Dapat terjadi abses hati oleh karena terjadi emboli septik melalui
sistem porta.

6. Untuk hemoroid eksterna pengobatannya selalu operatif. Tergantung


keadaan, dapat dilakukan eksisi atau insisi trombus serta pengeluaran
trombus. Komplikasi jangka panjang adalah striktur ani karena eksisi
yang berlebihan.

H. Prognosis

Dengan terapi yang tepat keluhan pasien dengan hemoroid dapat


dihilangkan. Pendekatan konservatif harus dilakukan pada hampir setiap
kasus.
Hasil dari hemoroidektomi cukup memuaskan. Untuk terapi lanjutan,
mengejan
harus dikurangi untuk mencegah kekambuhan.

You might also like