You are on page 1of 10

LAPORAN PENDAHULUAN

HALUSINASI

2.1 Konsep Dasar


2.1.1 Pengertian Halusinasi
Kriteria paling menonjol dari schizofrenia paranoid adalah halusinasi. Halusinasi
adalah persepsi yang keliru dan melibatkan panca indera. Halusinasi adalah persepsi klien
terhadap lingkungan tanpa stimulus yang nyata, artinya klien menginterpretasikan sesuatu
yang nyata tanpa adanya stimulus atau rangsangan dari luar.
2.1.2 Macam-macam halusinasi
1) Halusinasi pendengaran
Klien mendengar suara dan bunyi yang tidak berhubungan dengan stimulus nyata dan
orang lain tidak mendengarnya.
2) Halusinasi penglihatan
Klien melihat gambaran yang jelas atau samar-samar tanpa stimulus yang nyata dan
orang lain tidak melihatnya.
3) Halusinasi penciuman
Klien mencium bau yang muncul dari sumber tertentu tanpa stimulus yang nyata dan
orang lain tidak menciumnya.
4) Halusinasi pengecapan
Klien merasa makan sesuatu yang tidak nyata, biasanya merasakan rasa masakan yang
tidak enak.
5) Halusinasi perabaan
Klien merasakan sesuatu pada kulitnya tanpa stimulus yang nyata.
2.1.2 Fase-fase Halusinasi
Proses halusinasi menurut Herber (1902) antara lain :
Fase Halusinasi Karakteristik Perilaku Klien
Fase I : Klien mengalami perasaan Tersenyum atau tertawa
Comforting mendalam seperti ansietas, sendiri, menggerakkan bibir
Ansietas sedang kesepian, rasa bersalah dan tanpa suara, pergerakan mata
Halusinasi ketakutan, mencoba yang cepat, respon verbal yang
menyenangkan berfokus pada pikiran yang lambat, diam dan asyik sendiri.
dapat menghilangkan
ansietas, pikiran dan
pengalaman sensori masih
ada dalam kontrol kesadaran
Non Psikotik

Fase II : Pengalaman sensori Meningkatkan tanda sistem


Condemning menakutkan, merasa saraf otonom ; peningkatan
Ansietas berat dilecehkan oleh pengalaman denyut jantung, pernafasan dan
Halusinasi sensori tersebut, mulai tekanan darah, rentang
menjadi merasa kehilangan kontrol, perhatian menyempit,
menjijikan menarik diri dari orang lain konsentrasi terhadap
Psikotik ringan pengalaman sensorinya,
kehilangan kemampuan
membedakan halusinasi
dengan realitas
Fase III : Klien menyerah dan Perintah halusinasi ditaati, sulit
Controlling menerima pengalaman berhubungan dengan orang
Ansietas berat sensori (halusinasinya), isi lain, perhatian terhadap
Pengalaman halusinasinya menjadi aktif, lingkungan kurang atau hanya
sensori berkuasa kesepian bila pengalaman beberapa detik, tidak mau
sensorinya berhenti mengikuti perintah dari
Psikotik perawat, tampak tremor dan
berkeringat.
Fase IV : Pengalaman sensori menjadi Klien panik, resiko tinggi
Conquering mengancam jika klien mencederai, agitasi atau
Panik mengikuti perintah katatonia, tidak mampu
Melebur dalam halusinasi, halusinasi berespon terhadap lingkungan.
halusinasi berakhir dari beberapa jam
atau hari jika tidak ada
intervensi terapeutik
Psikotik berat

2.1.3 Psikodinamika
1) Etiologi dan Proses
Penyebab dari skizofrenia sangat variasi dan masih banyak yang belum diketahui
penjelasannya. Keltner et al (1999) mengemukakan bahwa penyebab dari skizofrenia
dikategorikan menjadi dua teori :
a) Teori Biologikal
Menurut teori biologikal, skizofrenia disebabkan oleh abnormalitas dari anatomik
atau fisiologis dari biokimia, neurostruktural, genetik, resiko perinatal.
b) Aktivitas dopaminergik yang berlebihan di area kortikal menyebabkan halusinasi,
delusi dan gangguan proses pikir. Neurotransmitter lainnya seperti serotonin
menghambat sintesis dari dopamin, glutamat dan glisin mempengaruhi proses pikir.
c) Atrofi cerebral dan penurunan aliran darah pada kortikal pada korteks prefrontal
menyebabkan aktivitas metabolik sehingga fungsi (organisir, perencanaan belajar
dari pengalaman, penyelesaian masalah, introspeksi dan penilaian kritis) terganggu.
d) Faktor genetik resiko skizofrenia, kembar identik (50%), kembar tidak identik
(15%), salah satu orang tua teridentifikasi (15%), kedua orang tua teridentifikasi
(35%)
e) Prenatal terpapar dengan influenza, malformasi masalah awal gestasi, komplikasi
kehamilan, persalinan dapat menjadi predisposisi terjadinya skizofrenia.
2) Teori Psikologikal
Teori psikodinamika berfokus respon individu terhadap peristiwa-peristiwa
hidup,yaitu reaksi internal terhadap stressor hidup atau konflik.
a) Teori Perkembangan :
Freud dan Meyer mengemukakan bahwa gangguan jiwa dapat dimulai pada masa
kanak kanak yang akan dibawa pada masa perkembangan. Freud mengembangkan
konsep : ikatan ego yang kurang baik, pecahnya ego, disintegrasi ego,
inadekuatnya perkembangan ego, superego yang dominan, regresi, ambivalen,
terhambatnya perkembangan psikoseksual menjadi predisposisi terjadinya
skizofrenia.
b) Teori Keluarga
Kurangnya cinta dan pengasuhan dari caregaver utama, perilaku keluarga yang
tidak konsisten, kegagalan komunikasi.
c) Model Fulnebarity-Stres
Individu dengan predisposisi skizofrenia dapat menghindari gangguan jiwa bila
terlindung dari stres hidup. Individu dengan vulnebarity mungki n mengalah pada
skizofrenia jika terpapar stres.
2.1.4 Komplikasi
Komplikasi yang muncul dari halusinasi, adalah :
1) Perilaku kekerasan
2) Mengisolasi dirinya dari orang lain
3) Kurang memperhatikan self care
4) Meningkatkan keretakan terhadap realita dan bertindak terhadap realita dapat
menyebabkan waham adaptif.
Pohon Masalah

Effect Resiko Perilaku kekerasan

Core Perubahan sensori persepsi: Halusinasi Pendengaran dan


Problem Penglihatan

Isolasi Sosial : Menarik Diri

Cause

Perubahan Konsep Diri: Harga Diri Rendah

Defisit perawatan diri

Koping individu inefektip Berduka disfungsional Regimen terapeutik Inefektip


2.2 Konsep Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian
Dalam melakukan pengkajian dengan klien halusinasi pendengaran dan penglihatan
harus bersikap jujur, empati, terbuka dan penuh penghargaan, namun jangan larut dalam
halusinasinya. Pada tahap pengkajian meliputi pengkajian terhadap stresor (faktor
predisposisi dan presipitasi ), tanda dan gejala (perilaku), mekanisme koping, dan pohon
masalah.
1) Stresor
a) Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi terjadinya halusinasi menurut Stuart dan Laraia (1998) adalah
sebagai berikut:
1. Teori Biologis
Halusinasi terjadi akibat adanya gangguan pada otak. Halusinasi dapat terjadi
karena hambatan perkembangan otak khususnya korteks frontal, temporal dan
limbik. Gejala yang tampak adalah hambatan dalam belajar, berbicara, daya
ingat, mungkin juga muncul perilaku menarik diri atau kekerasan. Abnormalitas
dari anatomik atau fisiologis dari biokimia, neurostruktural, genetik, resiko
perinatal.
2. Teori Psikologis
Hubungan interpersonal yang tidak harmonis, peran ganda atau peran
bertentangan dapat menimbulkan kecemasan berat yang akhirnya pengingkaran
pada kenyataan sehingga tampak halusinasi.
3. Teori Sosio Kultural Dan Lingkungan
Berbagai faktor di masyarakat dapat membuat seseorang merasa terisolir dan
kesepian yang dapat mengakibatkan kurangnya rangsangan eksternal sehingga
akibat yang lebih lanjut seperti delusi atau halusinasi.
b) Faktor Presipitasi
1. Stresor Sosio Budaya
Stres dan kecemasan akan meningakat jika terjadi penurunan stabilitas
keluarga, perpisahan atau diasingkan keluarga atau kelompok.
2. Psikologis
Intensitas kecemasan yang berat dan memanjang yang disertai dengan
terbatasnya kemampuan individu mengatasi masalahnya memungkinkan
timbulnya gangguan orientasi realita (GOR).

2) Tanda dan Gejala (Perilaku)


a) Kognitif
1. Sulit berkonsentrasi
2. Tidak mampu mengambil keputusan
3. Sukar membedakan nyata dan tidak nyata
4. Gangguan asosiasi (pikiran yang tidak mempunyai hubungan logis satu sama
lain)
b) Afektif
1. Afek tidak sesuai dengan isi pembicaraan
2. Kurangnya respon yang emosional terhadap pikiran dan pengalaman
3. Cemas
4. Merasa menjadi orang asing
5. Merasa tidak nyaman
6. Marah
7. Mendengar suara – suara
8. Bingung
9. Phobia
c) Behavior
1. Cenderung menarik diri
2. Duduk terpaku dengan pandangan mata satu arah, tersenyum atau berbicara
sendiri
3. Aktivitas kurang terkontrol, tiba – tiba marah dan menyerang orang lain
4. Gelisah dan in koheren
3) Mekanisme Koping
Berperilaku yang mewakili upaya untuk melindungi diri sendiri dari pengalaman yang
menakutkan berhubungan dengan respon neurobiologik.
a) Regresi : seseorang yang bila mengalami kecemasan selalu bertindak seperti anak-
anak (kembali ke kehidupan yang lampau)
b) Proyeksi : kegagalan/konflik ditimpakan pada orang lain
c) Menarik diri
d) Menghindar : menghindari secara tak sadar motif yang menimbulkan kecemasan
e) Marah
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
Perubahan Sensori Persepsi: Halusinasi Pendengaran

2.2.3 Perencanaan keperawatan.


Diagnosa : Gangguan sensori persepsi : halusinasi pendengaran.
TUM : Klien mampu mengontrol halusinasi.
TUK I : Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Kriteria evaluasi:
Setelah interaksi, klien menunjukkan tanda-tanda percaya pada perawat, ekspresi
wajah bersahabat, Menunjujkkan rasa senang, Ada kontak mata, Mau berjabat tangan, Mau
menyebutkan nama, Mau menjawab salam, Mau duduk berdampingan dengan perawat,
Bersedia mengungkapkan masalah yang dihadapi.
Rencana tindakan
a. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik.
b. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal.
c. Perkenalkan nama, nama panggilan dan tujuan perawat berkenalan.
d. Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai klien
e. Buat kontrak yang jelas
f. Tunjukkan sikap jujur dan menepati janji setiap kali interaksi.
g. Tunjukkan sikap empati dan menerima apa adanya.
h. Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien.
i. Tanyakan perasaan klien dan masalah yang dihadapi klien.
j. Dengarkan dengan penuh perhatian ekspresi perasaan klien

TUK 2 : Klien dapat mengenal halusinasinya.


Kriteria evaluasi.
Setelah interaksi diharapkan klien dapat menyebutkan: jenis, isi, waktu, frekuensi,
perasaan, situasi dan kondisi yang menimbulkan halusinasi, responnya saat mengalami
halusinasi.
Rencana tindakan.
a. Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap.
b. Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya bicara dan tertawa tanpa
stimulus, memandang ke kiri, ke kanan, dan ke depan seolah ada teman bicara.
c. Tanyakan apakah klien mengalami sesuatu halusinasi dengar, Jika klien menjawab ya,
tanyakan apa yang sedang didengarnya, lanjutkan suara apa yang katakana bahwa
perawat percaya klien mengalami hal tersebut, namun perawat sendiri tidak
mengalaminya ( dengan nada bersahabat tanpa menuduh atau menghakimi ) Katakan
bahwa ada klien lain yang mengalami hal yang sama, katakan perawat akan membantu
klien. Jika klien tidak sedang berhalusinasi klarifikasi tentang adanya pengalaman
halusinasi, diskusikan dengan klien :Isi, waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi ( pagi,
siang, sore, malam atau sering dan kadang-kadang ) Situasi dan kondisi yang
menimbulkan atau tidak menimbulkan halusinasi.
d. Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi dan beri kesempatan
klien untuk mengungkapkan perasaannya.
e. Diskusikan dengan klien apa yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut.
f. Diskusikan tentang dampak yang akan dialaminya bila klien menikmati halusinasinya

TUK 3 : klien dapat mengontrol halusinasinya.


Kriteria evaluasi
Setelah interaksi diharapkan klien dapat menyebutkan tindakan yang biasanya dilakukan
untuk mengendalikan halusinasinya. Klien dapat menyebutkan cara baru mengontrol
halusinasi. Klien dapat memilih dan memperagakan cara mengatasi halusinasi. Klien
melaksanakan cara yang telah dipilih untuk mengendalikan halusinasinya. Klien mengikuti
terapi aktivitas kelompok.
Rencana tindakan
a. Identifikasibersama klien cara atau tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi.
b. Diskusikan cara yang digunakan klien,Jika cara yang digunakan adaptif beri pujian, Jika
cara yang digunakan maladaptive diskusikan kerugian cara tersebut
c. Diskusikan cara baru untuk memutus/mengontrol timbulnya halusinasi: Katakan pada
diri sendiri bahwa ini tidak nyata(“saya tidak mau dengar’’) pada saat halusinasi terjadi
temui orang lain(perawat/ teman/ anggota keluarga) untuk menceritakan tentang
halusinasinya, membuat dan melaksanakan jadwal kegiatan sehari-hari yang telah
disusun, meminta keluarga/teman/perawat menyapa jika sedang berhalusinasi.
d. Bantu klien memilih cara yang sudah diajurkan dan latih untuk mencobanya.
e. Beri kesempatan untuk melakukan cara yang dipilih dan dilatih.
f. Pantau pelaksanaan yang telah dipilih dan dilatih, jika berhasil beri pujian.
g. Anjurkan klien mengikuti terapi aktifitas kelompok, orientasi realita, stimulasi persepsi.

TUK 4 : Klien dapat dukungan dari kelaurga dan mengontrol halusinasinya


Kriteria evaluasi
Setelah pertemuan keluarga, keluarga menyatakan setuju untuk mengikuti pertemuan
dengan perawat, keluarga dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat,
keluarga menyebutkan pengertian, tanda dan gejala, proses terjadinya halusinasi dan
tindakan untuk mengendalikan halusinasi.
Rencana tindakan
a. Buat kontrak dengan keluarga untuk pertemuan (waktu, tempat dan topik ).
b. Diskusikan dengan keluarga (pada saat pertemuan keluarga kunjungan rumah):
pengertian halusinasi, tanda dan gejala halusinasi, proses terjadinya halusinasi, cara yang
dapat dilakukan klien dan keluarga untuk memutus halusinasi, obat-obatan halusinasi,
cara merawat anggota keluarga yag halusinasi di rumah (beri kegiatan, jangan biarkan
sendiri, makan bersama, berpergian bersama, memantau obat-obatan dan cara
pemberiannya untuk mengatasi halusinasi).
c. Beri informasi waktu control kerumah sakit dan bagaimana cara mencari bantuan jika
halusinasi tidak dapat diatasi di rumah.

TUK 5 : klien dapat memanfaatkan obat dengan baik


Kriteria evaluasi:
Setelah interaksi klien menyebutkan: manfaat minum obat, kerugian tidak munum obat,
nama, warna, dosis, efek terapi dan efek samping obat, klien mendemonstrasikan
penggunaan obat dengan benar, klien menyebutkan akibat berhenti minum obat tanpa
konsultasi dokter.
Rencana tindakan
a. Diskusikan dengan klien tentang manfaat dan kerugian tidak minum obat, warna, dosis,
cara, efek terapi dan efek samping penggunaan obat.
b. Pantau klien saat penggunaan obat.
c. Beri pujian jika klien menggunakan obat dengan benar.
d. Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan dokter
e. Ajurkan klien untuk konsultasi kepada dokter/perawat jika terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan.

You might also like