You are on page 1of 20

LAPORAN PENDAHULUAN

BATU BULI-BULI (VESIKOLITIASIS)

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Definisi
Batu saluran kemih adalah adanya batu di traktus urinarius. (ginjal,
ureter, atau kandung kemih, uretra) yang membentuk kristal; kalsium,
oksalat, fosfat, kalsium urat, asam urat dan magnesium. (Brunner &
Suddath,2002).
Batu kandung kemih adalah batu yang tidak normal di dalam
saluran kemih yang mengandung komponen kristal dan matriks organik
tepatnya pada vesika urinari atau kandung kemih. Batu kandung kemih
sebagian besar mengandung batu kalsium oksalat atau fosfat ( Prof. Dr.
Arjatm T. Ph.D. Sp. And dan dr. Hendra Utama, SPFK, 2001 ).
Vesikolitiasis atau batu buli-buli adalah penyumbatan saluran
kemih khususnya pada vesika urinaria atau kandung kemih oleh batu
penyakit ini juga disebut batu kandung kemih. (Smeltzer and Bare, 2000).
Vesikolitiasis merupakan batu yang menghalangi aliran air kemih
akibat penutupan leher kandung kemih, maka aliran yang mula-mula
lancar secara tiba-tiba akan berhenti dan menetes disertai dengan rasa
nyeri (Sjamsuhidajat dan Wim de Jong, 1998:1027).
Pernyataan lain menyebutkan bahwa vesikolitiasis adalah batu
kandung kemih yang merupakan keadaan tidak normal di kandung kemih,
batu ini mengandung komponen kristal dan matriks organik (Sjabani
dalam Soeparman, 2001:377).
Jadi dari pengertian beberapa ahli diatas dapat disimpulkan bahwa
Batu buli-buli atau vesikolitiasis adalah masa yang berbentuk kristal yang
terbentuk atas material mineral dan protein yang terdapat pada urin yang
menghalangi aliran kemih yang mula-mula lancar secara tiba-tiba berhenti
dan menetes.

1
2. Anatomi fisiologi
Buli-buli merupakan organ berongga yang terdiri atas 3 lapis otot detrusor
yang saling beranyaman. Di sebelah dalam adalah otot longitudinal, di
tengah merupakan otot sirkuler, dan yang paling luar adalah longitudinal
mukosa vesika terdiri dari sel-sel transisional yang sama seperti pada
mukosa pelvis renalis, ureter dan uretra posterior. Pada dasar buli-buli
kedua muara ureter dan meatus uretra internum membentuk suatu segitiga
yang disebut trigonum buli-buli. Secara anatomis buli-buli terdiri dari tiga
permukaan, yaitu (1) permukaan superior yang berbatasan dengan rongga
peritoneum (2) permukaan inferoinferior dan (3) permukaan posterior.

Gambar 1. Sistem
urinarius

2
Gambar 2. Anatomi Buli-buli

Buli-buli berfungsi menampung urin dari ureter dan kemudian


mengeluarkannya melalui uretra dalam mekanisme berkemih. Dalam
menampung urin, buli-buli mempunyai kapasitas yang maksimal, yang
volumenya untuk orang dewasa kurang lebih adalah 300-450 ml,
sedangkan kapasitas buli-buli pada anak menurut formula dari koff adalah:

Kapasitas buli- buli = ( umur(tahun)+ 2 )x 30

Pada saat kosong, buli-buli terdapat di belakang simpisis pubis dan pada
saat penuh berada pada atas simpisis pubis sehingga dapat dipalpasi atau di
perkusi. Buli-buli yang terasa penuh memberikan rangsangan pada saraf
afferen dan menyebabkan aktivasi miksi di medulla spinalis segmen sacral
S2-4. Hal ini akan menyebabkan kontraksi otot detrusor, terbukanya leher
buli-buli dan relaksasi spingter uretra sehingga terjadilah proses miksi.
3. Etiologi
Penyebab terbentuknya batu saluran kemih sampai saat ini belum
diketahui pasti, tetapi ada beberapa faktor predisposisi terjadinya batu
pada saluran kemih yaitu:
a. Infeksi
Infeksi saluran kencing dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal
dan akan menjadi inti pembentukan batu saluran kemih . Infeksi
bakteri akan memecah ureum dan membentuk amonium yang akan
mengubah pH urine menjadi alkali.
b. Stasis dan Obstruksi urine
Adanya obstruksi dan stasis urine akan mempermudah pembentukan
batu saluran kemih.
c. Ras
Pada daerah tertentu angka kejadian batu saluran kemih lebih tinggi
daripada daerah lain, Daerah seperti di Afrika Selatan hampir tidak
dijumpai penyakit batu saluran kemih.
d. Keturunan
e. Air minum

3
Memperbanyak diuresis dengan cara banyak minum air akan
mengurangi kemungkinan terbentuknya batu ,sedangkan kurang
minum menyebabkan kadar semua substansi dalam urine meningkat
f. Pekerjaan
Pekerja keras yang banyak bergerak mengurangi kemungkinan
terbentuknya batu daripada pekerja yang lebih banyak duduk.
g. Suhu
Tempat yang bersuhu panas menyebabkan banyak mengeluarkan
keringat sedangkan asupan air kurang dan tingginya kadar mineral
dalam air minum meningkatkan insiden batu saluran kemih
h. Makanan
Masyarakat yang banyak mengkonsumsi protein hewani angka
morbiditasbatu saluran kemih berkurang. Penduduk yang vegetarian
yang kurang makan putih telur lebih sering menderita batu saluran
kemih ( buli-buli dan Urethra ).

4. Patofisiologi
Pada umumnya batu buli-buli terbentuk dalam buli-buli, tetapi pada
beberapa kasus batu buli terbentuk di ginjal lalu turun menuju buli-buli,
kemudian terjadi penambahan deposisi batu untuk berkembang menjadi
besar. Batu buli yang turun dari ginjal pada umumnya berukuran kecil
sehingga dapat melalui ureter dan dapat dikeluarkan spontan melalui
uretra.

Gambar
3. Batu
Buli- buli

Secara
teoritis
batu dapat

4
terbentuk diseluruh saluran kemih terutama pada tampat-tempat yang
sering mengalami hambatan aliran urine (statis urine), yaitu pada sistem
kalises ginjal atau buli-buli. Adanya kelainan bawaan pada pelvikalises
(stenosis uretro-pelvis), divertikel, obstruksi infravesika kronis seperti
pada hyperplasia prostate benigna, striktura, dan buli-buli neurogenik
merupakan keadaan-keadaan yang memudahkan terjadinya pembentukan
batu. Batu terdiri atas kristal-kristal yang tersusun oleh bahan-bahan
organik maupun anorganik yang terlarut di dalam urine. Kristal-kristal
tersebut tetap berada dalam keadaan metastable (tetap terlarut) dalam urine
jika tidak ada keadaan-keadaan tertentu yang menyebabkan terjadinya
presipitasi kristal. Kristal-kristal yang saling mengadakan presipitasi
membentuk inti batu (nukleasi) yang kemudian akan mengadakan
agregasi, dan menarik bahan-bahan lain sehingga menjadi kristal yang
lebih besar. Meskipun ukurannya cukup besar, agregat kristal masih rapuh
dan belum cukup mampu membuntu saluran kemih. Untuk itu agregat
kristal menempel pada epitel saluran kemih (membentuk retensi kristal),
dan dari sini bahan-bahan lain diendapkan pada agregat itu sehingga
membentuk batu yang cukup besar untuk menyumbat saluran kemih.
Kondisi metastabel dipengaruhi oleh pH larutan, adanya koloid di dalam
urine, konsentrasi solute di dalam urine, laju aliran urine di dalam saluran
kemih, atau adanya korpus alienum di dalam saluran kemih yang bertindak
sebagai inti batu. Lebih dari 80% batu saluran kemih terdiri atas batu
kalsium, baik yang berikatan dengan oksalat maupan dengan fosfat,
membentuk batu kalsium oksalat dan kalsium fosfat; sedangkan sisanya
berasal dari batu asam urat, batu magnesium ammonium fosfat (batu
infeksi), batu xanthyn, batu sistein, dan batu jenis lainnya. Meskipun
patogenesis pembentukan batu-batu diatas hampir sama, tetapi suasana
didalam saluran kemih yang memungkinkan terbentuknya jenis batu itu
tidak sama. Dalam hal ini misalkan batu asam urat mudah terbentuk dalam
asam, sedangkan batu magnesium ammonium fosfat terbentuk karena
urine bersifat basa.

5
Pada penderita yang berusia tua atau dewasa biasanya komposisi batu
merupakan batu asam urat yaitu lebih dari 50% dan batu paling banyak
berlokasi di vesika. Batu yang terdiri dari calsium oksalat biasanya berasal
dari ginjal. Pada batu yang ditemukan pada anak umumnya ditemukan
pada daerah yang endemik dan terdiri dari asam ammonium material,
calsium oksalat, atau campuran keduanya. Hal itu disebabkan karena susu
bayi yang berasal dari ibu yang banyak mengandung zat tersebut.
Makanan yang mengandung rendah pospor menunjang tingginya ekskresi
amonia. Anak-anak yang sering makan makanan yang kaya oksalat seperti
sayur akan meningkatkan kristal urin dan protein hewan (diet rendah
sitrat).
Batu buli-buli juga dapat terjadi pada pasien dengan trauma vertebra/
spinal injury, adapun kandungan batu tersebut adalah batu struvit/Ca
fosfat. Batu buli-buli dapat bersifat single atau multiple dan sering
berlokasi pada divertikel dari ventrikel buli-buli dan biasanya berukuran
besar atau kecil sehingga menggangu kerja dari vesika. Gambaran fisik
batu dapat halus maupun keras. Batu pada vesika umumnya mobile, tetapi
ada batu yang melekat pada dinding vesika yaitu batu yang berasal dari
adanya infeksi dari luka jahitan dan tumor intra vesika.
5. Komposisi Batu
Batu saluran kemih pada umumnya mengandung unsur kalsium oksalat
atau kalsium fosfat, asam urat, magnesium ammonium fosfat, xanthin,
sistein, silikat dan senyawa lainnya. Data mengenai kandungan atau
komposisi batu sangat penting untuk pencegahan timbulnya batu yang
residif.
a. Batu Kalsium
Batu ini merupakan batu yang paling banyak ditemukan yaitu sekitar
70- 80% dari seluruh batu saluran kemih. Adapun kandungannya
adalah kalsium oksalat, kalsium fosfat atau campuran keduanya.
Faktor terjadinya batu oksalat adalah sebagi berikut:

6
 Hiperkalsiuri merupakan kenaikan kadar kalsium dalam urin yang
melebihi 250-300mg/24jam, disebabkan oleh peningkatan absorbsi
kalsium melalui usus, gangguan reabsorbsi kalsium oleh ginjal, dan
peningkatan reabsorbsi tulang karena hiperparatiroid atau tumor
paratiroid.
 Hiperoksaluri merupakan peningkatan ekskresi oksalat melebihi 45
gram/ hari, keadaan ini banyak diderita oleh penderita yang
mengalami kelainan usus karena post operasi dan diet kaya oksalat,
misalnya teh, kopi instant, minuman soft drinks, kokoa, jeruk,
sitrun, dan sayuran yang berwarna hijau terutama bayam.
 Hiperurikosuri merupakan kadar asam urat di dalam urin melebihi
850mg/ 24 jam. Asam urat yang berlebihan dalam urin bertindak
sebagai inti batu terhadap pembentukan batu kalsium oksalat.
Sumber asam urat dalam urin berasal dari makanan yang
mengandung banyak purin maupun berasal dari metabolisme
endogen.
 Hipositraturia merupakan sitrat berikatan dengan kalsium di dalam
urin sehingga calsium tidak lagi terikat dengan oksalat maupun
fosfat, karenanya merupakan penghambat terjadinya batu tersebut.
Kalsium sitrat mudah larut sehingga hancur dan dikeluarkan
melalui urin.
 Hipomagnesia, magnesium juga merupakan penghambat seperti
halnya sitrat. Penyebab tersering dari hipomagnesia adalah
inflamasi usus yang diikuti gangguan absorbsi. Penyebab tersering
hipomagnesuria ialah penyakit inflamasi usus (inflammatory bowel
disease) yang diikuti dengan gangguan malabsorbsi.
b. Batu struvit disebut juga sebagai batu infeksi karena terbentuknya
batu ini karena proses infeksi pada saluran kemih. Hal ini disebabkan
karena infeksi yang sebagian besar karena kuman pemecah urea,
sehingga urea yang menghasilkan suasana basa yang mempermudah
mengendapnya magnesium fosfat, ammonium, karbonat. Kuman

7
tersebut diantaranya adalah Proteus spp, Klebsiella, Enterobacter,
Pseudomonas, dan stafilokokus.
c. Batu Asam urat merupakan batu yang terjadi pada 5-10% kasus batu.
75- 80% adalah batu asam urat murni dan sisanya merupakan
campuran dengan asam oksalat. Batu ini banyak diderita oleh pasien
dengan gout, penyakit mieloproliferatif, pasien yang mendapat terapi
antikanker, dan banyak menggunakan obat urikosurik diantaranya
tiazid, salisilat, kegemukan, peminum alkohol, diet tinggi protein.
Adapun faktor predisposisi terjadinya batu asam urat adalah urin yang
terlalu asam, dehidrasi atau konsumsi air minum yang kurang dan
tingginya asam urat dalam darah.
d. Batu jenis lain diantaranya batu sistin, batu santin, dan batu silikat
sangat jarang dijumpai. Batu sistin didapatkan karena kelainan
metabolisme yaitu kelainan absorbsi sistin di mukosa usus. Pemakaian
antasida yang mengandung silikat berlebihan dalam jangka waktu
yang lama dapat memungkinkan terbentuknya batu silikat.

8
6. Phtway / woc

9
7. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis adanya batu dalam traktus urinarius tergantung pada
adanya obstruksi, infeksi dan edema.
a. Ketika batu menghambat aliran urin, terjadi obstruksi piala ginjal serta
ureter proksimal.
1) Infeksi pielonefritis dan sintesis disertai menggigil, demam dan
disuria, dapat terjadi iritasi batu yang terus menerus. Beberapa batu
menyebabkan sedikit gejala, namun secara perlahan merusak unit
fungsional (nefron) ginjal.
2) Nyeri hebat dan ketidaknyamanan.
b. Batu di ginjal
1) Nyeri dalam dan terus menerus di area kontovertebral.
2) Hematuri.
3) Nyeri berasal dari area renal menyebar secara anterior dan pada
wanita nyeri kebawah mendekati kandung kemih sedangkan pada
pria mendekati testis.
4) Mual dan muntah.
5) Diare.
c. Batu di ureter
1) Nyeri menyebar kepaha dan genitalia.
2) Rasa ingin berkemih namun hanya sedikit urin yang keluar.
3) Hematuri akibat abrasi batu.
4) Biasanya batu keluar secara spontan dengan diameter batu 0,5-1 cm.
d. Batu di kandung kemih
1) Biasanya menimbulkan gejala iritasi dan berhubungan dengan
infeksi traktus urinarius dan hematuri.

10
2) Jika batu menimbulkan obstruksi pada leher kandung kemih akan
terjadi retensi urin.
8. Pemeriksaan klinis
Pasien yang mempunyai batu buli sering asimtomatik, tetapi pada
anamnesis biasanya dilaporkan bahwa penderita mengeluh nyeri
suprapubik, disuria, gross hematuri terminal, perasaan ingin kencing,
sering kencing di malam hari, perasaan tidak enak saat kencing, dan
kencing tiba-tiba terhenti kemudian menjadi lancar kembali dengan
perubahan posisi tubuh. Gejala lain yang umumnya terjadi dalam
menyertai nyeri yaitu nyeri menjalar dari ujung penis, scrotum, perineum,
punggung dan panggul, perasaan tidak nyaman tersebut biasa bersifat
tumpul atau tajam, disamping sering menarik-narik penisnya pada anak
laki-laki dan menggosok-gosok vulva pada anak perempuan. Rasa sakit
diperberat saat pasien sedang beraktivitas, karena akan timbul nyeri yang
tersensitisasi akibat batu memasuki leher vesika. Pasien anak dengan batu
buli sering disertai dengan priapism dan disertai ngompol.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan vesika urinaria tampak penuh pada
inspeksi, ketika dipalpasi didapatkan blader distended pada retensi akut.
Adapun tanda yang dapat dilihat adalah hematuri mikroskopik atau bahkan
gross hematuri, pyuria, bakteri yang positif pada pemeriksaan kultur urin.
9. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan urin
Pemeriksaan urin sering dilakukan karena tidak mahal dan hasilnya
dapat menggambarkan jenis batu dalam waktu yang singkat. Pada
pemeriksaan dipstick, batu buli berhubungan dengan hasil
pemeriksaan yang positif jika mengandung nitrat, leukosit esterase
dan darah. Batu buli sering menyebabkan disuri dan nyeri hebat, oleh
sebab itu banyak pasien sering mengurangi konsumsi air minum
sehingga urin akan pekat. Pada orang dewasa, batu buli akan
menyebabkan urin asam. Pemeriksaan mikroskopis menunjukkan
adanya sel darah merah dan pyuria( leukosit), dan adanya kristal yang

11
menyusun batu buli. Pemeriksaan urin juga berguna untuk
memberikan antibiotik yang rasional jika dicurigai adanya infeksi.
b. Pemeriksaan Imaging
 Urografi
radiologis yang digunakan harus dapat memvisualisasikan saluran
kemih yaitu ginjal, ureter dan vesika urinaria (KUB). Tetapi
pemeriksaan ini mempunyai kelemahan karena hanya dapat
menunjukkan batu yang radioopaque. Batu asam urat dan
ammonium urat merupakan batu yang radiolucent. Tetapi batu
tersebut terkadang dilapisi oleh selaput yang berupa calsium
sehingga gambaran akhirnya radioopaque. Pelapisan adalah hal
yang sering, biasanya lapisan tersebut berupa sisa metabolik,
infeksi dan disebabkan hematuri sebelumnya.
 Cystogram/ intravenous pyelografi
Jika pada pemeriksaan secara klinik dan foto KUB tidak dapat
menunjukkan adanya batu, maka langkah selanjutnya adalah
dengan pemeriksaan IVP. Adanya batu akan ditunjukkan dengan
adanya filling defek.

Gambar 5. IVP

12
 Ultrasonografi (USG)
Batu buli akan terlihat sebagai gambaran hiperechoic, efektif untuk
melihat batu yang radiopaque atau radiolucent.

 CT scan
Pemeriksaan ini dilakukan untuk banyak kasus pada pasien yang
nyeri perut, massa di pelvis, suspect abses, dan menunjukkan
adanya batu buli- buli yang tidak dapat ditunjukkan pada IVP. Batu
akan terlihat sebagian batu yang keruh.
 MRI
Pemeriksaan ini akan menunjukkan adanya lubang hitam yang
semestinya tidak ada pada buli yang seharusnya terisi penuh, ini
diassosiasikan sebagai batu.
 Sistoskopi
Pada pemeriksaan ini dokter akan memasukkan semacam alat
endoskopi melalui uretra yang ada pada penis, kemudian masuk
kedalam blader.

10. Penatalaksanaan

13
a. Tujuan:
1) Menghilangkan obstruksi
2) Mengobati infeksi.
3) Mencegah terjadinya gagal ginjal.
4) Mengurangi kemungkinan terjadinya rekurensi (terulang kembali).
b. Operasi dilakukan jika:
1) Sudah terjadi stasis/bendungan.
2) Tergantung letak dan besarnya batu, batu dalam pelvis dengan
bendungan positif harus dilakukan operasi.
c. Therapi
1) Analgesik untuk mengatasi nyeri.
2) Allopurinol untuk batu asam urat.
3) Antibiotik untuk mengatasi infeksi.
d. Diet
Diet atau pengaturan makanan sesuai jenis batu yang ditemukan.
1) Batu kalsium oksalat
Makanan yang harus dikurangi adalah jenis makanan yang
mengandung kalsium oksalat seperti: bayam, daun sledri, kacang-
kacangngan, kopi, coklat; sedangkan untuk kalsium fosfat
mengurangi makanan yang mengandung tinggi kalsium seperti ikan
laut, kerang, daging, sarden, keju dan sari buah.
2) Batu struvite; makanan yang perlu dikurangi adalah keju, telur, susu
dan daging.
3) Batu cystin; makanan yang perlu dikurangi antara lain sari buah,
susu, kentang.
4) Anjurkan konsumsi air putih kurang lebih 3 -4 liter/hari serta olah
raga secara teratur.
11. Pencegahan
a. Diuresis yang adekuat
Untuk mencegah timbulnya kembali batu maka pasien harus minum
banyak sehingga urin yang terbentuk tidak kurang dari 1500 ml. pada
pasien dengan batu asam urat dapat digunakan alkalinisasi urin
sehingga pH dipertahankan dalam kisaran 6,5-7, mencegah terjadinya
hiperkalsemia yang akan menimbulkan hiperkalsiuria pasien dianjurkan
untuk mengecek pH urin dengan kertas nitrasin setiap pagi.
b. Diet untuk mengurangi kadar zat-zat komponen pembentuk batu

14
c. Eradikasi infeksi saluran kemih khususnya untuk batu struvit
12. Komplikasi
a. Obstruksi
b. Hidronephrosis.
c. Gagal ginjal
d. Perdarahan.
e. Pada laki-laki dapat terjadi impoten

B. Konsep Asuhan Keperawatan


Proses keperawatan adalah metode dimana suatu konsep diterapkan dalam
praktik keperawatan. Hal ini biasa disebut sebagai suatu pendekatan problem
solving ( pemecahan masalah ) yang memerlukan ilmu, tekhnik, dan
ketrampilan interpersonal dan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan klien.
(Nursalam, 2001).
1. Pengkajian pre operatif dan post operatif
a. Anamnesa
1) Identitas Klien

15
Meliputi nama klien, tempat tanggal lahir, jenis kelamin,
agama/suku, warga negara, bahasa yang digunakan, pendidikan,
pekerjaan, alamat rumah.
2) Data Medik
Dikirim oleh siapa dan diagnosa medik saat masuk maupun saat
pengkajian.
3) Status Kesehatan
a) Keluhan Utama
Frekuensi berkemih yang meningkat, urine yang masih menetes
setelah berkemih, merasa tidak puas setelah berkemih, sering
berkemih pada malam hari, penurunan kekuatan, dan ukuran
pancaran urine, mengedan saat berkemih, tidak dapat berkemih
sama sekali, nyeri saat berkemih, hematuria, nyeri pinggang,
peningkatan suhu tubuh disertai menggigil, penurunan fungsi
seksual, keluhan gastrointestinal seperti nafsu makan menurun,
mual,muntah dan konstipasi.
b) Riwayat penyakit sekarang
Sebelum tindakan operasi biasanya pasien mengeluh urinenya
menetes tidak lega dalam berkemih,mengeluh cemas dan tidak
paham tentang penyakitnya.
Sesudah tindakan operasi biasanya pasien mengeluh Nyeri skala
sekarang sedang sampai berat pada perut bagian bawah setelah
dilaksanakan Laparotomy, nyeri terasa seperti teriris-iris,
kwalitas nyeri intermiten.
c) Riwayat penyakit dahulu
Infeksi, air minum dapat merupakan factor
predisposisi/pendukung terjadinya batu traktus urinaruis, pernah
menderita penyakit hipertensi atupun diabetes mellitus dapat
mengalami keterlambatan penyembuhan luka.
d) Riwayat penyakit keluarga
Dalam keluarga mungkin ada yang menderita penyakit batu
traktus urinarius.
b. Psikososial-spiritual
Psikologi : klien cemas dan gelisah
Sosial : terjadi perubahan interaksi social

16
Spiritual : keyakinan klien terhadap penyakitnya, tergantung pada
masing-masing individu
c. Pemeriksaan Fisik
a) Status Kesehatan Umum
Meliputi kedaan penyakit, tingkat kesadaran,suara bicara dan
tanda-tanda vital.
b) Kepala
Apakah klien terdapat nyeri kepala, bagaimana bentuknya, apakah
terdapat masa bekas terauma pada kepala, bagaimana keadaan
rambut klien.
c) Muka
Bagaimana bentuk muka, apakah terdapat edema, apakah terdapat
paralysis otot muka dan otot rahang.
d) Mata
Apakah kedua mata memiliki bentuk yang berbeda, bentuk alis
mata, kelopak mata, kongjungtiva, sclera, bola mata apakah ada
kelainan, apakah daya penglihatan klien masih baik.
e) Telinga
Bentuk kedua telinga simetris atau tidak, apakah terdapat sekret,
serumen dan benda asing, membran timpani utuh atau tidak,
apakah klien masih dapat mendengar dengan baik.
f) Hidung
Apakah terjadi deformitas pada hidung klien, apakah settum terjadi
diviasi, apakah terdapat secret, perdarahan pada hidung, apakah
daya penciuman masih baik.
g) Mulut Faring
Mulut dan Faring, apakah tampak kering dan pucat, gigi masih
utuh, mukosa mulut apakah terdapat ulkus, karies, karang gigi, otot
lidah apakah masih baik, pada tonsil dan palatum masih utuh atau
tidak.
h) Leher
Bentuk leher simetis atau tidak, apakah terdapat kaku kuduk,
kelenjar embesaran atau tidak.
i) Dada
Apakah ada kelainan paru-paru dan jantung.
j) Abdomen

17
Bentuk abdomen apakah membuncit, datar, atau penonjolan
setempat, peristaltic usus meningkat atau menurun, hepar dan
ginjal apakah teraba, apakah terdapat nyeri pada abdomen.

k) Inguinal /Genetalia/ anus


Biasanya pada Genetalia : kencing menetes, hematuria serta dilihat
apakah terdapat hernia, pembesaran kelejar limfe, bagaimana
bentuk penis dan scrotum, apakah terpasang keteter atau tidak,
pada anus apakah terdapat hemoroid, pendarahan pistula maupun
tumor, pada klien vesikollitiasis biasanya dilakukan pemeriksaan
rectal toucer untuk mengetahuan pembesaran prostat dan
konsistensinya.

l) Ekstermintas
Apakah pada ekstermitas bawah dan atas terdapat keterbatasan
gerak, nyeri sendi atau edema, bagaimana kekuatan otot dan
refleknya
d. Aktivitas Sehari-hari
a) Pola eliminasi
- Perubahan pola eliminasi: urin pekat, penurunan output.
- Hematuri.
- Rasa terbakar, dorongan berkemih.
- Riwayat obstruksi.
- Penurunan hantaran urin, kandung kemih.
b) Pola aktivitas dan latihan
- Pekerjaan (banyak duduk).
- Keterbatasan aktivitas.
- Gaya hidup (olah raga).
c) Pola tidur dan istirahat
- Demam, menggigil.
- Gangguan tidur akibat rasa nyeri.
e. Pemeriksaan Diagnosis
BNO (Blass Nier Overzicht) untuk mengetahui pembesaran prostat,
kandung kemih dan kelainan ginjal.
f. Hasil Penelitian Laboratorium dan diagnostic.
- Peningkatan sel darah Putih, Ureum, dan kretinin.
- Kultur Urin ditemukan adanya kuman penyebab infeksi.
- Pemeriksaan HB, waktu pendarahan dan pembekuan, golongan
darah sebagai persiapan preoperasi.
g. Potensial Komplikasi.

18
Hiponatrium dilusi akibat Transuretal Resection Prostat (TURP),
infeksi, komplikasi sirkulasi termasuk testis, hydrokel, syok, retensi
urine akut, ileus para litikum, abses, peningkatan suhu tubuh, dan
nyeri pada saat berjalan.

h. Penatalaksanaan Medis.
Obsevasi tekanan darah, nadi, pernafasan dan suhu secara rutin pasca
operasi, analgesik, antispasmodic, antibiotik, irigasi kadung kemih
kontinu, irigasi kandung kemih intermiten, terapi iv parenteral.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Yang Mungkin mucul pada kasus Batu buli-buli sebelum dan
sesudah tindakan operasi
Pre Operatif
a. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan obstruksi karena batu.
b. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan atau
menghadapi prosedur bedah
c. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi
Post Operatif
a. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan
b. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan factor perbedaan
c. Kurang perawatan diri berhubungan dengan keterbatasan mobolitas
terhadap pembedahan

19
20

You might also like