You are on page 1of 70

APLIKASI METODE GEOLISTRIK UNTUK

MENGETAHUI PENCEMARAN LIMBAH PABRIK DI


SEKITAR SUNGAI DI DAERAH GENUK

skripsi
disajikan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Sains
Program Studi Fisika

oleh
Nurhidayah

4250406037

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2013

i
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini yang berjudul “Aplikasi Metode Geolistrik Untuk Mengetahui


Pencemaran Limbah di Sekitar Sungai di Daerah Genuk” telah disetujui oleh
pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian skripsi. Panitia ujian Skripsi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.

Semarang,

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Dr. Supriyadi, M.Si Drs. Hadi Susanto, M.Si


NIP.196505181991021001 NIP:195308031980031003

ii
PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul:


Aplikasi Metode Geolistrik Untuk Mengetahui Pencemaran Limbah di Sekitar
Sungai di Daerah Genuk
disusun oleh
Nama : NURHIDAYAH
NIM : 4250406037

telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi FMIPA UNNES pada
tanggal 29 Agustus 2013

Panitia:
Ketua Sekretaris

Prof. Dr. Wiyanto, M.Si. Dr. Khumaedi, M.Si.


NIP. 19631012 198803 1 001 NIP. 19630610 198901 1 002

Ketua Penguji

Dra.Pratiwi Dwijananti, M. Si
NIP. 196203011989012001

Anggota Penguji / Anggota Penguji /


Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Dr. Supriyadi, M.Si Drs. Hadi Susanto, M.Si


NIP.196505181991021001 NIP:195308031980031003

iii
PERNYATAAN

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi saya ini disusun

berdasarkan hasil penelitian saya dengan arahan dosen pembimbing. Sumber

informasi atau kutipan yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan

berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, Agustus 2013

Penulis

Nurhidayah
4250406037

iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

 Allah tidak akan membebani seseorang, melainkan sesuai dengan


kesanggupannya (Q.S. Al Baqarah:286)
 Sesungguhnya sesudah kesulitan itu pasti ada kemudahan dan setiap kerja
keras akan berbuah keberhasilan
 Manisnya keberhasilan akan menghapus pahitnya kesabaran, nikmatnya
kemenangan akan menghilangkan letihnya perjuangan, menuntaskan
pekerjaan dengan baik akan melenyapkan lelahnya jerih payah. (Dr. Aidh
Abdullah Al-Qarni).

PERSEMBAHAN
☺ Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga saya bisa
menyelesaikan skripsi dengan lancar.
☺ Bapak tercinta Ustadi dan Ibu tersayang Siti
Juariyah (terima kasih atas segala
pengorbananmu, aku bukan apa-apa
tanpamu )
☺ Adik-adikku tercinta (Abdul, Dian dan
Agung) terimakasih atas doa dan dukungan
☺ Dosen pembimbingku
☺ Teman – temanku seperjuangan
☺ Almamaterku

v
PRAKATA

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul
Aplikasi Metode Geolistrik Untuk Mengetahui Pencemaran Limbah di
Sekitar Sungai di daerah Genuk. Penulisan skripsi ini dapat terselesaikan
karena adanya bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., selaku Rektor Universitas Negeri
Semarang (UNNES).
2. Prof. Dr. Wiyanto, M.Si., selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Negeri Semarang.
3. Dr. Khumaedi, M.Si., selaku Ketua Jurusan Fisika Universitas Negeri
Semarang.
4. Dr. Agus Yulianto, M.Si., selaku Kepala Program Studi Fisika Jurusan Fisika
Universitas Negeri Semarang.
5. Dr. Supriyadi, M.Si., selaku pembimbing utama yang telah memberikan
bimbingan, motivasi, dan pengarahan.
6. Drs. Hadi Susanto, M.Si selaku pembimbing pendamping yang telah
memberikan bimbingan, motivasi, dan pengarahan.
7. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Fisika yang telah memberikan bekal dalam
penyusunan skripsi ini
8. Dra. Pratiwi Dwijananti, M. Si, sebagai dosen penguji yang telah memberikan
saran dan masukan yang sangat berguna untuk penyempurnaan skripsi ini.
9. Prof. Nathan Hindarto, Ph.D., sebagai dosen wali yang telah memberikan
dukungan dan perhatian.
10. Bapak tercinta Ustadi dan Ibu tersayang Siti Juariyah yang senantiasa
memberi doa, kasih sayang serta pengorbanan yang begitu besar demi masa
depanku.
11. Adikku Abdul Wachid, Nila Mardiana dan Bekti Agung Wibowo yang selalu
memberi doa, semangat dan dukungannya.

vi
12. Hery, S. B. N dan purna yang selalu memberi semangat dan dukungan.
13. Riza, Fitri, Iqbal, dan Tulus, yang telah banyak membantu dalam penelitian.
14. Teman-teman kost merah dan kost panji sukma 1 yang selalu memberi kasih
sayang doa, semangat dan dukungan.
15. Teman-teman Fisika 2006, dan teman-teman seperjuanganku, yang telah
memberikan bantuan, dukungan dan semangat untuk saya selama ini.
16. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu terselesaikannya skripsi ini Semoga semua amal dan budi baiknya
mendapatkan imbalan yang setimpal dari Allah SWT.

Penulis sadar dengan apa yang telah disusun dan disampaikan masih banyak
kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu penulis menerima segala kritik dan
saran yang sifatnya membangun untuk skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.

Semarang, Agustus 2013

Penulis

vii
ABSTRAK

Nurhidayah. 2011. Aplikasi Metode Geolistrik Untuk Mengetahui Pencemaran


Limbah di Sekitar Sungai di Daerah Genuk Skripsi, Jurusan Fisika Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.
Pembimbing Utama: Dr. Supriyadi, M.Si. dan Pembimbing Pendamping: Drs.
Hadi Susanto, M.Si.

Kata Kunci : Pencemaran Limbah, Geolistrik, Tahanan Jenis.

Permasalahan air sebetulnya sudah ada sejak lama, namun intensitas dan
frekuensinya semakin besar, meningkat dari waktu ke waktu dengan
bertambahnya jumlah penduduk, perluasan kawasan pemukiman, pembukaan
lahan-lahan baru, pengembangan kawasan industri, dan lain-lain. Pencemaran air
dapat terjadi ketika badan air atau sungai mengalir melalui pori-pori batuan
dibawah tanah maupun yang mengalir dipermukaan tanah, hal ini disebabkan
karena sifat dan karakteristik air yang mudah melarutkan unsur-unsur kimia
tertentu maupun logam-logam berat lainnya. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui mengetahui pencemaran sungai dikawasan LIK. Telah dilakukan
penelitian mengenai aplikasi metode geolistrik untuk mengetahui pencemaran
limbah di sekitar sungai di daerah Genuk menggunakan metode geolistrik tahanan
jenis dengan konfigurasi Schlumberger. Dari hasil pengolahan data diolah
menggunakan software Res2Dinv diperoleh air bersih yang tercemar polutan cair
pada medium pasir mempunyai nilai resistivitas 1,30-5,59 Ωm, sampah pada
medium tanah mempunyai nilai resistivitas 9,51-57,5 Ωm, sampah pada medium
campuran pasir dan tanah mempunyai nilai resistivitas 11,2-185 Ωm, sampah
pada medium pasir 60,5-593 Ωm. Dari hasil data yang diperoleh, didapatkan nilai
resistivitas yang rendah. Artinya semakin kecil resistivitasnya semakin tinggi
tingkat pencemarannya.

viii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ..................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN................................................................. v
KATA PENGANTAR .................................................................................... vi
ABSTRAK ...................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiii

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2. Perumusan Masalah………………………… .......................................... 4
1.3. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 4
1.4. Manfaat Penelitian .................................................................................... 4
1.5. Penegasan Istilah...................................................................................... 4
1.6. Sistematika Penyusunan Skripsi ............................................................... 5
BAB 2. LANDASAN TEORI
2.1 Geologi Kota Semarang ........................................................................... 7
2.1.1. Toprografi Kota Semarang ............................................................. 7
2.1.2. Stratigrafi........................................................................................ 8
2.2 Limbah dan Pencemarannya ................................................................... 9
2.2.1. Sumber Air Limbah........................................................................ 10
2.2.2. Jenis-jenis Limbah ......................................................................... 11
2.3 Geolistrik Tahanan Jenis ......................................................................... 13

ix
2.4 Sifat Kelistrikan Batuan dan Tanah ........................................................ 15
2.4.1. Koduksi Elektronik ....................................................................... 15
2.4.2. Konduksi Elektrolitik ................................................................... 15
2.4.3. Konduksi Dielektrik ..................................................................... 16
2.4.4. Rumus-rumus Dasar Listrik ......................................................... 17
2.4.5. Aliran Listrik Dalam Bumi .......................................................... 19
2.5 Faktor Geometri ...................................................................................... 22
2.6 Konfigurasi Schlumberger ....................................................................... 25
2.7 Res2DinV ................................................................................................. 26
BAB 3. METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................... 28
3.1.1 Lokasi Penelitian...................................................................... 28
3.1.2 Waktu Penelitian...................................................................... 29
3.3. Peralatan .................................................................................................... 29
3.4. Diagram Alir Penelitian ............................................................................ 30
3.5. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ............................................................... 31
3.6. Teknik Pengambilan Data………………………………………………. 31
3.7. Pengolahan Data………………………………………………………… 33
3.7.1. Intepretasi Data Resistivitas 2 Dimensi (Res2Dinv)………………….. 34

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


4.1. Hasil Penelitian ......................................................................................... 35
4.2. Pembahasan ............................................................................................... 35

BAB V SIMPULAN DAN SARAN


5.1. Simpulan ................................................................................................... 42
5.2. Saran .......................................................................................................... 43

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 44


LAMPIRAN .................................................................................................. 46

x
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1 Harga Resistivitas Beberapa Jenis Limbah…………………… 12
Tabel 2.2 Harga Tahanan Jenis Beberapa Jenis Batuan………………… 17

Tabel 4.1 Nilai Resistivitas Pada Lintasan Pertama................................... 33


Tabel 4.2 Nilai Resistivitas Pada Lintasan kedua ..................................... 35
Tabel 4.3 Nilai Resistivitas Pada Lintasan ketiga...................................... 36
Tabel 4.4 Nilai Resistivitas Pada Lintasan keempat................................... 37

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Silinder Koduktor............................................................... 17

2.2 Medium Homogen Isotropis yang Dialiri Arus Listrik...... 19

2.3 Potensial Disekitar Titik Arus pada Permukaan

Bumi.................................................................................... 22

2.4 Permukaan Equepotensial dan Arah Aliran Arus Listrik Akibat Dua

Sumber Arus di Permukaan Bumi Homogen........................ 22

2.5 Letak Elektroda Arus dan Elektroda Potensial........................ 24

3.1 Peta Lokasi Penelitian……………………………….......... 28

3.2 Diagram Alir Penelitian ……………………………………. 30

3.3 Resistivity Multi-Chanel......................................................... 32

4.1 Penampang Resistivitas Tanah Kawasan LIK Pada Lintasan 1. 36

4.2 Penampang Resistivitas Tanah Kawasan LIK Pada Lintasan 2. 37

4.4 Penampang Resistivitas Tanah Kawasan LIK Pada Lintasan 3. 38

4.5 Penampang Resistivitas Tanah Kawasan LIK Pada Lintasan 4. 40

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Data Penelitian ............................................................................................... 46

Peta Geologi Kota Semarang........................................................................... 52

Foto-Foto Penelitian ....................................................................................... 53

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Permasalahan air sebetulnya sudah ada sejak lama, namun intensitas dan

frekuensinya semakin besar, meningkat dari waktu ke waktu dengan

bertambahnya jumlah penduduk, perluasan kawasan pemukiman, pembukaan

lahan-lahan baru, pengembangan kawasan industri, dan lain-lain (Noor, 2006).

Air bawah tanah merupakan Sumber Daya Alam (SDA) terbarukan yang

memiliki peranan penting bagi kehidupan masyarakat. Pertambahan penduduk

yang sangat pesat menyebabkan eksploitasi air bawah tanah meningkat dengan

pesat.

Sungai merupakan salah satu dari sumber daya alam yang bersifat

mengalir (flowing resources ). Sungai sangat bermanfaat bagi manusia dan

tidak kalah pentingnya bagi biota lain. Sehingga, perlu dilindungi agar dapat

bermanfaat bagi kehidupan manusia serta mahkluk hidup lainnya. Pelestarian

kualitas air merupakan upaya memelihara fungsi air agar kualitasnya tetap pada

kondisi alamiah. Pengelolaan kualitas air dilakukan dengan upaya

pengendalian pencemaran air yaitu dengan upaya memelihara fungsi air agar

kualitas air memenuhi baku mutu (Azwir, 2006).

Pencemaran air dapat terjadi ketika badan air atau sungai mengalir

melalui pori-pori batuan dibawah tanah maupun yang mengalir dipermukaan

tanah, hal ini disebabkan karena sifat dan karakteristik air yang mudah

1
2

melarutkan unsur-unsur kimia tertentu maupun logam-logam berat lainnya.

Mineral-mineral yang terkandung di dalam batuan merupakan faktor dominan

sebagai sumber yang memberikan pencemaran pada badan air atau sungai yang

mengalir di daratan. Disamping itu pembuangan limbah ke dalam sungai

maupun tanah yang berasal dari limbah industri dan pertambangan serta limbah

pertanian, rumah tangga dan limbah lainnya dapat menyebabkan baku mutu air

menjadi turun kualitasnya.

Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik

industri maupun domestik (limbah rumah tangga). Banyak perairan sungai

yang tercemar berat oleh sisa-sisa cairan pembuangan industri yang masuk ke

dalam sungai. Hal ini menyebabkan zat-zat beracun yang terdapat pada cairan

limbah tersebut terlarut dan terbawa masuk ke perairan sungai. Cairan buangan

merupakan sisa-sisa buangan dalam bentuk cairan yang dihasilkan dari proses-

proses industri. Pencemaran air oleh cairan ini berupa zat-zat beracun seperti

asam, basa, garam-garam khrom, fenol, sianida insektisida, bahan-bahan

kimiawi untuk pertanian, khlor, amoniak, hidrogen sulfida, dan garam-garam

logam berat seperti tembaga, timbal, seng dan air raksa.

Dengan perkembangan jumlah industri di Genuk mengakibatkan semakin

meningkatnya aktivitas industri yang berdampak pada kualitas lingkungan.

Kasus-kasus pencemaran oleh industri juga dapat disebabkan pengetahuan

akan pengolahan limbah yang kurang.S elain industri besar yang

menyebabkan pencemaran terberat, industri rumah tangga pun juga

berpotensi menyebabkan pencemaran. Lokasinya berdekatan dengan


3

permukiman, tetapi tidak memiliki sarana pengolah limbah yang layak.

Pembuangan limbah cair ke sungai tampak dikeluhkan oleh para petani

tambak di Mangunharjo karena mematikan ikan dan udang yang dipelihara

(Inkatriani, 2008).

Sumarjo warga kelurahan Sawahan, Semarang mengatakan terjadinya

pencemaran Sungai Kaligawe yang disebabkan oleh limbah cair dari beberapa

perusahaan di sekitar sungai, perlu pembuktikan lebih lanjut. Bisa jadi,

menurut beberapa sumber, pencemaran itu akibat dari limbah logam berat dari

industri di Lingkungan Industri Kecil (LIK), dimana limbahnya dialirkan ke

selokan yang akhirnya terbawa arus sungai Kaligawe

(www.suaramerdeka.com).

Untuk menyelesaikan masalah-masalah tersebut perlu dilakukan studi

geofisika. Metode geolistrik dapat dimanfaatkan untuk studi masalah

lingkungan yaitu untuk mendeteksi kontras resistivitas medium akibat

penyebaran kontaminan (rembesan limbah) di bawah permukaan yang sering

diasosiasikan sebagai fluida konduktif. Pada penelitian sebelumnya terbukti

bahwa metode geolistrik dapat digunakan untuk menentukan pencemaran air

tanah seperti penelitian yang dilakukan oleh Juandi pada tahun 2008 berhasil

menganalisis distribusi limbah kelapa sawit dengan mengaplikasikan geolistrik.

Ngadimin dan Handayani pada tahun 2000 melakukan penelitian tentang

monitoring rembesan limbah model fisik dilaboratorium dan berhasil

memperkirakan penyebaran kontaminan cair dalam tanah yang diasosiasikan

sebagai fluida konduktif yang menunjukkan akumulasi rembesan limbah yang


4

dapat mencemari air tanah. Limbah cair memiliki konduktuvitas lebih besar

dibandingkan dengan air atau mempunyai resistivitas yang rendah (Distrik, I.

W, 2008).

Dari permasalahan tersebut diatas maka dalam skripsi ini penulis

mengambil judul Aplikasi Metode Geolistrik untuk Mengetahui

Pencemaran Limbah Pabrik di Sekitar Sungai di Daerah Genuk.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan dalam penelitian ini adalah

berapa nilai resistivitas limbah tersebut.

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas maka tujuan dalam penelitian ini adalah

untuk mengetahui pencemaran sungai di kawasan LIK

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan pada penelitian ini adalah:

1) Bagi pemerintah dan masyarakat khususnya di daerah Genuk

mengetahui air sungai tersebut layak digunakan atau tidak.

2) Bagi peneliti, yaitu memperdalam ilmu pengetahuan tentang geolistrik

dan mencoba memberikan sumbangsih pikiran yang dapat bermanfaat

bagi masyarakat dan pemerintah.

1.5 Penegasan Istilah

Penegasan istilah dimaksudkan untuk menghindari perbedaan penafsiran

maka penulis perlu menjelaskan pengertian dan istilah yang digunakan dalam

penelitian ini, berikut akan ditegaskan beberapa istilah, antara lain:


5

1. Metode geolistrik adalah suatu metode fisika dengan menggunakan prinsip

kerja mempelajari aliran listrik di dalam bumi dan cara mendeteksinya di

permukaan bumi (Hendrajaya dan Arif 1990:4)

2. Konfigurasi Schlumberger merupakan aturan tentang penyusunan

elektroda yang digunakan dalam penelitian. Pengukuran dengan

konfigurasi Schlumberger ini menggunakan 4 elektroda, masing-masing 2

elektroda arus dan 2 elektroda potensial (Hendrajaya dan Arif 1990:55)

3. Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik

industri maupun domestik (limbah rumah tangga).

1.6 Sistematika Penulisan Skripsi

Penulisan skripsi disusun dalam tiga bagian utama, yaitu bagian awal,

bagian inti dan bagian akhir skripsi. Bagian awal skripsi terdiri dari halaman

sampul, halaman judul, abstrak, pengesahan, motto dan persembahan, daftar

isi, daftar gambar dan daftar lampiran. Bagian inti skripsi terdiri dari lima bab

yaitu:

- BAB I: PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang masalah, penegasan istilah, rumusan masalah,

tujuan penelitian manfaat penelitian dan sistematika penulisan skripsi.

- BAB II: LANDASAN TEORI

Landasan teori berisi teori-teori yang mendukung dan berkaitan dengan

permasalahan skripsi sehingga dapat dijadikan sebagai teori penunjang

yang menjadi dasar teori disusunnya skripsi ini.


6

- BAB III: METODE PENELITIAN

Bab ini berisi uraian pengumpulan data,waktu dan tempat pelaksanaan

penelitian, alat dan bahan penelitian, diagram alir penelitian, prosedur

penelitian dan metode analisis data.

- BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi hasil penelitian dan pembahasan tentang hasil penelitian

yang telah di dapatkan.

- BAB V: PENUTUP

Bab ini berisi simpulan hasil penelitian dan saran-saran sebagai implikasi

dari hasil penelitian.

- Bagian akhir skripsi ini berisi daftar pustaka dan lampiran-lampiran.


BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 GEOLOGI KOTA SEMARANG

Struktur geologi yang terdapat di daerah Semarang umumnya berupa sesar

yang terdiri dari sesar normal, sesar geser dan sesar naik. Sesar normal relatif

berarah Barat-Timur sebagian agak cembung ke arah Utara, sesar geser berarah

Utara Selatan hingga Barat Laut-Tenggara. Sesar-sesar tersebut umumnya terjadi

pada batuan formasi Kerek, formasi Kalibeng dan formasi Damar yang berumur

kuarter dan tersier. Geseran-geseran intensif sering terlihat pada batuan napal

dan batu lempung, yang terlihat jelas pada formasi Kalibiuk di daerah Manyaran

dan Tinjomoyo. Struktur sesar ini merupakan salah satu penyebab daerah

tersebut mempunyai jalur “lemah”, sehingga daerahnya mudah tererosi dan

terjadi gerakan tanah. Daerah Genuk merupakan daerah tambak dan industri.

2.1.1 Topografi Kota Semarang

Kota Semarang memiliki ketinggian beragam, yaitu antara 0,75-348 m di

atas permukaan laut, dengan topografi terdiri atas dataran rendah dan dataran

tinggi. Dibagian Utara merupakan pantai dan dataran rendah memiliki

kemiringan 0%-2% sedangkan ketinggian ruang bervariasi antara 0-3,5 m.

dibagian Selatan merupakan daerah perbukitan dengan kemiringan berkisar

antara 2%-40% dan ketinggian antara 90-200 m dpl (di atas permukaan laut).

7
8

2.1.2 Stratigrafi

Geologi Kota Semarang berdasarkan Peta Geologi Lembar Magelang-

Semarang (RE. Thaden, dkk; 1996), susunan stratigrafinya adalah sebagai

berikut:

1. Aluvium

Merupakan endapan aluvium pantai, sungai dan danau. Endapan pantai

litologinya terdiri dari lempung, lanau dan pasir. Endapan sungai dan

danau terdiri dari kerikil, kerakal, pasir dan lanau.

2. Batuan Gunungapi Gajah Mungkur

Batuannya berupa lava andesit, berwarna abu-abu kehitaman, berbutir

halus, holokristalin.

3. Batuan Gunungapi Kaligesik

Batuan Gunungapi Kaligesik berupa lava basalt, berwarna abu-abu

kehitaman.

4. Formasi Jongkong

Breksi andesit hornblende augit dan aliran lava, sebelumnya disebut

batuan gunungapi Ungaran Lama. Breksi andesit berwarna coklat

kehitaman. Aliran lava berwarna abu-abu tua, berbutir halus.

5. Formasi Damar

Batuannya terdiri dari batu pasir tufaan, konglomerat, dan breksi vulkanik.

Batu pasir tufaan berwarna kuning kecoklatan berbutir halus-kasar.

Konglomerat berwarna kuning kecoklatan hingga kehitaman. Breksi

vulkanik mungkin diendapkan sebagai lahar, berwarna abu-abu kehitaman.


9

6. Formasi Kaligetas

Batuannya terdiri dari breksi dan lahar dengan sisipan lava dan tufaan

halus sampai kasar, setempat di bagian bawahnya ditemukan batu lempung

mengandung moluska dan batu pasir tufaan.

7. Formasi Kalibeng

Batuannya terdiri dari napal, batu pasir tufaan dan batu gamping. Napal

berwarna abu-abu kehijauan hingga kehitaman. Batu pasir tufaan berwarna

kuning kehitaman. Batu gamping merupakan lensa dalam napal, berwarna

putih kelabu, keras dan kompak.

8. Formasi Kerek

Perselingan batu lempung, napal, batu pasir tufaan, konglomerat, breksi

vulkanik dan batu gamping. Batu lempung kelabu muda-tua, gampingan,

sebagian bersisipan dengan batu lanau atau batu pasir, mengandung fosil

foram, moluska dan koral-koral koloni.

Daerah Genuk termasuk daerah alluvium yang terdiri dari lempung, pasir, krikil

dan lanauan.

2.2 LIMBAH DAN PENCEMARANNYA

Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik

industri maupun domestik (rumah tangga, yang lebih dikenal sebagai sampah).

Air limbah adalah gabungan dari cairan dan air yang mengandung limbah yang

berasal dari perumahan, perkantoran dan kawasan industri (Gunawan, 2006).

Bila ditinjau secara kimiawi, limbah terdiri dari bahan kimia organik dan

anorganik. Faktor yang mempengaruhi kualitas limbah adalah volum limbah,


10

kandungan bahan pencemar, dan frekuensi pembuangan limbah, sedangkan

tingkat bahaya keracunan yang ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis

dan karakteristik limbah. Pada sekarang ini pembuangan limbah semakin naik

frekuensinya, dikarenakan banyaknya industri yang berdiri. Dengan banyaknya

frekuensi limbah tentunya pembuangan limbah semakin tak terkendali.

Umumnya limbah yang dibuang ke lingkungan akan mempengaruhi lingkungan

dimana limbah dibuang (Djajadiningrad dan Harsono, 1990).

2.1.1 Sumber Air Limbah

Secara garis besar air limbah berasal dari beberapa sumber yaitu:

a. Limbah Cair Industri

Limbah cair industri adalah seluruh limbah cair yang berasal dari kegiatan

industri (Gunawan, 2006).

b. Limbah Cair Domestik

Limbah cair domestik adalah sisa air yang telah dipakai untuk kegiatan

sanitasi manusia seperti minum, memasak, mandi, mencuci, menyiram

tanaman dan lain-lain (Gunawan, 2006).

c. Air Limbah Rembesan

Limpahan air hujan akan bergabung dengan air limbah, dan sebagian air

hujan tersebut menguap dan adapula yang merembes kedalam tanah dan

akhirnya menjadi air tanah (Sugiharto, 2008).


11

2.1.2 Jenis-jenis limbah

Menurut Widjajanti, berdasarkan karakteristiknya limbah dapat

digolongkan menjadi 4 macam yaitu:

a. Limbah Cair

Limbah cair adalah sisa dari suatu hasil usaha atau kegiatan yang berwujud

cair.

b. Limbah Padat

Limbah padat berasal dari kegiatan industri dan domestik. Limbah

domestik pada umumnya berbentuk limbah padat rumah tangga, kegiatan

perdagangan, perkantoran, peternakan, pertanian serta dari tempat umum.

c. Limbah Gas dan Partikel

Polusi udara adalah tercemarnya udara oleh beberapa partikulat zat

(limbah) yang mengandung partikel (asap dan jelaga), hidrokarbon, sulfur

dioksida, nitrogen oksida, ozon (asap kabut fotokimiawi), dan timah.

d. Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)

Suatu limbah digolongkan sebagai limbah B3 bila mengandung bahan

berbahaya atau beracun yang sifat dan konsentrasinya, baik langsung

maupun tidak langsung, dapat merusak atau mencemari lingkungan hidup

dan membahayakan kesehatan manusia.

Beberapa bentuk bahan pencemaran adalah: Mercury (Hg), Flour (F),

Nitrat (NO3), Salenium (Se), Chromium (Cr), Cadmium (Cd), Barium (Ba) yang

menyebabkan keracunan (Juandi, 2009). Banyak perairan sungai yang tercemar

oleh sisa-sisa cairan pembuangan industri. Hal ini menyebabkan zat-zat beracun
12

yang terdapat pada cairan limbah tersebut terlarut dan terbawa masuk ke

perairan sungai. Jumlah zat padat terlarut ini dapat digunakan sebagai indikator

terjadinya pencemaran air. Selain jumlah, jenis zat pencemar juga menentukan

tingkat pencemaran. Air bersih adalah jika tingkat D.O atau Dissolved Oxygen

(oksigen terlarut) tinggi, sedangkan BOD (Biochemical Oxygen Demand) dan

zat padat terlarutnya rendah (Wijaya, 2009).

Adapun harga resistivitas dari berbagai limbah dapat pada tabel 2.1

dibawah ini:

Tabel 2.1 harga resistivitas beberapa jenis limbah

Jenis limbah Resistivitas (Ωm) Referensi

Sampah pada pasir 41,61-81 Distrik, I.W


Sampah pada tanah 10,4-31,9 Distrik, I.W
Sampah pada campuran 17,4-62,7 Distrik, I.W
Polutan cair (oli) pada 2,09-4,36 Suhendra 2005
pasir
Pasir besi pada lempung 172-359 Suhendra 2005
Polutan pasir 89,3-457 Ngadimin dan
Handayani,G 2000
Air bersih 10-100 Looke, 2000

Menurut Sugiharto 2008, indikasi pencemaran dapat kita ketahui baik

secara visual maupun pengujian sebagai berikut:

a) Perubahan pH (tingkat keasaman atau konsentrasi ion hidrogen). Air

normal yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan memiliki pH netral

dengan kisaran 6,5-7,5. Air limbah yang belum terolah dan memiliki pH

diluar nilai pH netral, akan mengubah pH air sungai dan dapat

mengganggu organisme di dalamnya.


13

b) Perubahan Warna, Bau dan Rasa.

Air normal dan bersih tidak akan berwarna, sehingga tampak jernih. Bila

kondisi air warnanya berubah, maka hal tersebut merupakan salah satu

indikasi kuat bahwa air telah tercemar. Air yang bau bisa berasal dari

limbah industri atau hasil degradasi oleh mikroba. Mikroba yang hidup

dalam air akan mengubah organik menjadi bahan yang mudah menguap

dan berbau, sehingga mengubah rasa.

c) Timbulnya Endapan, Koloid dan Bahan Terlarut.

Endapan, koloid dan bahan terlarut yang berasal dari adanya limbah

industri berbentuk padat. Limbah industri yang berbentuk padat, bila tidak

terlarut sempurna akan mengendap di dasar sungai,dan yang larut sebagian

akan menjadi koloid yang akan menghalangi bahan-bahan organik.

2.3 Geolistrik Tahanan Jenis

Geolistrik merupakan salah satu metode geofisika yang mempelajari sifat

aliran listrik di dalam bumi dan bagaimana cara mendeteksinya dipermukaan

bumi (Hendrajaya, 1990). Tujuan dari metode ini adalah untuk memperkirakan

sifat kelistrikan medium atau formasi batuan di bawah permukaan yang

berhubungan dengan kemampuannya untuk menghantarkan atau menghambat

listrik (konduktivitas atau resistivitas). Metode ini dilakukan dengan

menggunakan arus listrik searah (Direct Current) yang diinjeksikan ke dalam

bumi melalui dua elektroda arus. Kemudian beda potensial yang terjadi diukur

melalui dua elektroda potensial. Dari hasil pengukuran arus beda potensial untuk

setiap jarak elektroda yang berbeda kemudian dapat diturunkan variasi harga
14

hambatan jenis masing-masing lapisan dibawah titik ukur (sounding point).

Berdasarkan letak (konfiguari) elektroda-elektroda potensial dan arus, dikenal

beberapa jenis metoda resistivitas tahanan jenis, antara lain: Metoda

Schlumberger, Metode Wenner, dan Metoda Dipole Sounding.

Menurut Waspodo berdasarkan tujuannya, cara pengukuran resistivitas

terdiri dari dua, yaitu:

1. Metode Resistivitas Sounding (Pendugaan secara Vertikal)

Metode ini bertujuan untuk mempelajari variasi resistivitas batuan secara

vertikal. Pada prakteknya, spasi elektroda (arus dan potensial) diperbesar

secara bertahap sesuai dengan konfigurasi elektroda yang digunakan.

Semakin panjang bentangan jarak elektrodanya, maka semakin dalam pula

batuan yang dapat diditeksi, walaupun masih dalam batas-batas tertentu.

2. Metode Resistivitas Mapping (Pendugaan Gejala Horizontal)

Metode ini bertujuan untuk mempelajari variasi resistivitas batuan secara

horizontal. Pada prakteknya, spasi elektroda (arus dan potensial) dibuat

sama untuk semua titik di permukaan bumi. Hasil dari pengukuran ini

biasa dijadikan sebagai peta kontur berupa sebaran nilai resistivitasnya.

Pada metode ini, pengukuran pada suatu titik sounding dilakukan dengan

jalan mengubah-ubah jarak elektroda. Jarak elektroda ini sebanding dengan

kedalaman lapisan batuan yang terdeteksi. Makin besar jarak elektroda tersebut

maka makin dalam lapisan batuan yang dapat diselidiki (Hendrajaya dan Arif
15

1990:5-6). Pada resistivitas sounding dikenal berbagai macam konfigurasi

elektroda, salah satunya adalah konfigurasi Schlumberger.

2.4 Sifat Kelistrikan Batuan dan Tanah

Arus listrik dalam batuan/mineral dapat digolongkan menjadi tiga macam,

yaitu konduksi secara elektronik, konduksi secara elektrolitik dan konduksi

secara dielektrik (Telford, 1990). Batuan merupakan suatu jenis materi sehingga

batuan mempunyai sifat-sifat kelistrikan. Sifat kelistrikan batuan adalah

karakteristik dari batuan bila dialirkan arus listrik ke dalamnya. Arus listrik ini

dapat berasal dari alam itu sendiri akibat terjadinya ketidaksetimbangan, atau

arus listrik yang sengaja dimasukkan ke dalamnya (Hendrajaya, 1990).

2.4.1 Konduksi Elektronik

Konduksi ini adalah tipe normal dari aliran arus listrik dalam batuan atau

mineral. Konduksi elektronik merupakan aliran elektron bebas yang terdapat

pada batuan atau mineral. Karena , pada batuan atau mineral ini terdapat banyak

elektron bebas di dalamnya. Sehingga, arus listrik dialirkan dalam batuan atau

mineral oleh elektron bebas.

2.4.2 Konduksi Elektrolitik

Konduksi jenis ini banyak terjadi pada batuan atau mineral yang bersifat

porus dan pada pori-pori tersebut terisi oleh larutan elektrolit. Dalam hal ini arus

listrik mengalir akibat dibawa oleh ion-ion larutan elektrolit. Konduksi dengan

cara ini lebih lambat dari pada konduksi elektronik. Konduktivitas dan

resistivitas batuan porus bergantung pada volum dan susunan pori-porinya.


16

Konduktivitas akan semakin besar jika kandungan air dalam batuan bertambah

banyak dan sebaliknya resistivitas akan semakin besar jika kandungan air dalam

batuan berkurang.

2.4.3 Konduksi Dielektrik

Konduksi ini terjadi pada batuan yang bersifat dielektrik artinya batuan

tersebut mempunyai elektron sedikit bahkan tidak ada sama sekali. Tetapi karena

adanya pengaruh medan listrik dari luar, maka elektron-elektron dalam atom

batuan dipaksa berpindah dan berkumpul terpisah dengan intinya, sehingga

terjadi polarisasi.

Berdasarkan harga resistivitas listriknya, batuan dan mineral dapat

dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu:

1.) Konduktor baik : 10 8 <  < 1m

2.) Konduktor pertengahan : 1 <  < 10 7 m

3.) Isolator :  > 10 7 m

Variasi resistivitas material bumi ditunjukkan pada tabel 2.2

Tabel 2.2 harga tahanan jenis beberapa jenis batuan (Tellofrd et al:1982)

Bahan Resistivitas (Ωm)


Udara ~
Limstones (batu gamping) 50-107
Sandstones (batu pasir) 1-6.4.108
Shales (batu tulis) 20-2.103
Sands 1-1.103
Clay (lempung) 1-102
Ground water (air tanah) 0.5-3.102
Sea water (air laut) 0.01-103
Napal 3-70
Konglomerat 2.103-104
17

2.4.4 Rumus-Rumus Dasar Listrik

Dalam metoda geolistrik ini digunakan definisi-definisi :

a. Resistansi R = V/I dalam 

b. Resistivitas = E/J dalam m

c. Konduktivitas  = I/ dalam (m)-1

dengan

V : beda potensial

I : besar arus listrik yang mengalir

E : medan listrik

J : rapat arus listrik (arus listrik persatuan luas)

Jika ditinjau dari suatu silinder konduktor dengan panjang L (m), luas

penampang A (m2), dan resistivtas ρ (Ωm), maka dapat dirumuskan dan

digambarkan seperti pada gambar 2.1:

Sumber arus

I
A

Gambar 2.1 Silinder konduktor dengan panjang L (m), luas penampang A (m2)

yang dialiri arus listrik I


18

Maka resistansi R dapat dirumuskan:

(2.1)

Dimana secara fisis rumus tersebut dapat diartikan jika panjang silinder

konduktor (L) dinaikkan, maka resistansi akan meningkat, dan apabila luas

penampang (A) berkurang maka resistansi juga meningkat. Dimana tahanan jenis

adalah resistivitas dalam Ωm dan J adalah rapat arus (ampere/m2) dan E adalah

medan listrik (Hendrajaya,1990).

Sedangkan menurut hukum Ohm resistansi R dapat dirumuskan:

(2.2)

Dengan V adalah tegangan (volt) dan I adalah arus listrik (ampere), sehingga

persamaan 2.1 dan 2.2 tersebut di dapatkan nilai resistivitas (ρ) sebesar:

(2.3)

Banyak orang sering menggunakan sifat konduktivitas (σ) batuan yang

merupakan kebalikan dari resistansi (ρ) dengan satuan mho/m.

(2.4)

Dimana J adalah rapat arus (A/m2) dan E adalah medan listrik (V/m).
19

2.4.5 Aliran Listrik Dalam Bumi

Jika ditinjau suatu medium homogen isotropik yang dialiri arus lisrik searah I

(diberi medan listrik E) seperti pada gambar 2.2:

dA J

Gambar 2.2. Medium homogen isotropis dialiri arus listrik


Maka elemen arus listrik dl yang melalui elemen luas dA dengan kerapatan

arus J adalah:

(2.5)

(Hukum Ohm) (2.6)

Dengan σ adalah konduktivitas medium dalam volt/meter

Maka besarnya medan listrik dapat dinyatakan dalam :

(2.7)

Sehingga rapat arusnya menjadi:

(2.8)

Jika di dalam medium tidak ada sumber arus, maka

(2.9)
20

Sesuai teorema Divergensi

(2.10)

Sehingga hukum kekekalan muatan

(2.11)

(2.12)

Karena , maka

Persamaan (2.12) disebut persamaan Laplace, dalam koordinat bola operator

Laplacian berbentuk:

(2.13)

Karena anggapan homogen dari sistem yang ditinjau maka potensial hanya

merupakan fungsi dari jarak r atau V(r), sehingga persamaan Laplace dalam

koordinat bola menjadi:

(2.14)

Integrasi dua kali berturut-turut persamaan 2.14 menghasilkan:

(2.15)

(2.16)

(2.17)

(2.18)

(2.19)
21

Dimana C1 dan C2 adalah konstanta sembarang. Nilai konstanta tersebut

ditentukan dengan menerapkan syarat batas yang harus dipenuhi potensial

V(r), yaitu:

1. Pada (jarak sangat jauh)

, sehingga C2 = 0,

2. Potensial disekitar titik arus dipermukaan bumi

Permukaan yang dialiri arus I adalah permukaan setengah bola dengan

luas sehingga:

(2.21)

(2.22)
22

Jika suatu elektroda arus ditempatkan di permukaan bumi, dimana konduktivitas

udara nol, maka garis ekuipotensial yang terjadi akan membentuk permukaan

setangah bola seperti pada gambar 2.3:

arus

Titik arus
Permukaan bumi

Arah medan listrik


Permukaan equipotensial

Gambar 2.3 Potensial di sekitar titik arus pada permukaan bumi

2.5 FAKTOR GEOMETRI

Besaran koreksi letak kedua elektroda potensial terhadap kedua elektroda

arus disebut faktor geometri (Hendrajaya,1990).

Jika pada permukaan bumi diinjeksikan dua sumber arus yang berlawanan

polaritasnya seperti pada gambar (2.4), maka besarnya potensial disuatu titik P

adalah:

Gambar 2.4 Permukaan equipotensial dan arah aliran arus listrik akibat
dua sumber arus (I dan – I) di permukaan bumi homogen
23

I I
V p   
2r1 2r2

I1 1
    (2.23)
2   r1 r2 

Dengan:

r1: Jarak dari titk P ke sumber arus positif

r2: Jarak dari titk P ke sumber arus negatif

Jika ada dua titik yaitu P dan Q yang terletak didalam bumi tersebut, maka

besarnya beda potensial antara titik P dan titik Q adalah:

V pq V p Vq

  I  1 1     I  I I 
        
 2  r1 r2   2  r3 r4 

I  1 1 1 1 
     
2  r1 r2 r3 r4 
(2.24)

dengan,

r3: jarak titik Q kesumber arus positif

r4: jarak titik Q kesumber arus negatif


24

Pada metode geolistrik, pengukuran potensial dilakukan dengan menggunakan

dua buah elektroda potensial seperti pada gambar (2.5) dibawah ini:

A M N B

Gambar 2.5 Letak elektroda arus dan elektroda potensial pada


permukaan bumi

I  1 1 1 1 
V      
2   AM BM AN BN 

2 V

 1 1 1 1  I
    
 AM BM AN BN 

Dengan,

2
K 
 1 1 1 1 
    
 AM BM AN BN 
25

Atau

2
K 
 1 1   1 1 
    
 AM BM   AN BN 

Maka

2.6 KONFIGURASI SCHLUMBERGER

Pada alat Resistvity Multi-Channel terdapat pengaturan konfigurasi yang

diinginkan, alat tersebut otomatis muncul opsi Schlumberger dan Wenner.

Aturan konfigurasi Schlumberger pertama kali diperkenalkan oleh Conrad

Schlumberger, dimana jarak elektroda potensial MN dibuat tetap sedangkan

jarak AB yang diubah-ubah. Tetapi pengaruh keterbatasan kepekaan alat ukur,

maka ketika jarak AB diubah pada jarak yang relatif besar maka jarak MN

hendaknya diubah pula.

Konfigurasi Schlumberger mendasarkan pengukuran kepada kontinuitas

pengukuran dalam satu penampang dan hasilnya suatu penampang semu

(pseudosection). Pengukuran ini dilakukan dengan membuat variasi posisi

elektroda arus (AB) dan elektroda potensial (MN).

Dalam konfigurasi Sclumberger ini dapat dihitung nilai resistivitas semu (ρ)

sebagai berikut:
26

dengan K adalah faktor geometri dari konfigurasi elektroda yang digunakan di

lapangan. Rumusan faktor geometri dapat dituliskan:

2
K 
 1 1   1 1 
    
 AM BM   AN BN 

Kelemahan dari konfigurasi ini adalah pembacaan tegangan pada elektroda MN

adalah lebih kecil terutama ketika jarak AB yang relatif jauh, sehingga diperlukan

peralatan pengirim arus yang mempunyai tegangan listrik DC yang sangat tinggi.

Sedangkan keunggulan konfigurasi Schlumberger adalah kemampuan untuk

mendeteksi adanya non-homogenitas lapisan batuan pada permukaan.

2.7 RES2DINV

Res2DinV adalah program komputer yang secara otomatis menentukan

model resistivy 2 dimensi (2-D) untuk bawah permukaan dari data hasil survey

goelistrik. Model 2-D menggunakan program inversi dengan teknik optimasi

least-square non linier dan subroutine dari permodelan maju digunakan untuk

menghitung nilai resistivitas semu.

Data hasil survey geolistrik di simpan dalam bentuk file *.dat dengan

data dalam file tersebut tersusun dalam order sebagai berikut:

Line 1 – Nama tempat dari garis survey


27

Line 2 – Spasi elektroda terpendek

Line 3 – Tipe Pengukuran (Wenner = 1, Pole-pole = 2, Dipole-dipole = 3,

Pole-dipol = 4, Schlumberger = 7)

Line 4 – Jumlah total datum point

Line 5 – Tipe dari lokasi x datum point. Masukkan 0 bila letak elektroda

pertama diketahui. Gunakan 1 jika titik tengahnya diketahui.

Line 6 – Ketik 1 untuk data IP dan 0 untuk data resistivitas.

Line 7 – Posisisi x, spasi elektroda, (faktor pemisah elektroda (n) untuk

dipole-dipole, pole-pole, dan Wenner-Schlumberger) dan harga

resistivitas semu terukur pada datum point pertama.

Line 8 – Posisisi x, spasi elektroda dan resistivitas semu yang terukur

untuk datum point kedua.

Dan seterusnya untuk datum point berikutnya. Setelah itu diakhiri dengan

empat angka 0 (Handayani, 2001).


BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.1.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan sebanyak 4 titik sounding. Penelitian dilakukan

dengan cara melakukan pengamatan dan pengukuran secara langsung di sekitar

kawasan LIK Genuk, Semarang. Adapun lokasi penelitian dapat dilihat pada

Gambar 3.1.

Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian

28
29

3.1.2 Waktu Penelitian

Pengambilan data dilaksanakan pada tanggal 20 Febuari – 29 Maret 2013

di kawasan LIK Genuk, Semarang

3.2 Peralatan

Alat yang digunakan selama penelitian dilapangan adalah sebagai berikut:

1. Resistivitimeter untuk memberikan harga beda potensial dan kuat arus.

2. Patok untuk mengetahui penempatan elektroda (elektroda potensial dan

elektroda arus) yang akan dipasang.

3. Aki (elemen kering) sebagai sumber arus.

4. Meteran digunakan untuk mengukur panjang lintasan yang akan diteliti.

5. Kabel listrik digunakan sebagai kabel penghubung.

6. Laptop untuk dihubungkan ke alat resistivitimeter.


30

3.3 Diagram Alir Penelitian

Adapun prosedur pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada diagram alir

seperti gambar 3.2 di bawah ini:

Kajian Pustaka

Persiapan Alat Penelitian

TIDAK

Alat Dapat
Bekerja di
Lapangan

YA

Pengambilan data

Pengolahan Data dengan Software Res2Dinv32

Interpretasi Data Hasil Pengolahan

Analisis data

Kesimpulan

Selesai
i

Gambar 3.2 Diagram alir pelaksanaan penelitian


31

3.4 Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Dari beberapa konfigurasi geolistrik metode tahanan jenis yang ada, dalam

penelitian ini akan digunakan konfigurasi Schlumberger. Pada konfigurasi

Schlumberger ini elektroda-elektroda potensial diam pada suatu spasi tertentu.

Sedangkan elektroda-elektroda arus digerakkan secara simetri keluar dalam

langkah-langkah tertentu dan sama.

Lebar jarak AB menentukan jangkauan geolistrik ke dalam tanah. Ketika

perbandingan jarak antara elektroda arus dengan elektroda potensial terlalu besar,

elektroda harus digeser, jika tidak maka beda potensial yang terukur akan sangat

kecil (Alile et al., 2007).

Data yang diperlukan untuk pengukuran resistivitas tanah meliputi:

a. Jarak antar dua elektroda arus (AB)

Jarak ini diubah-ubah untuk memperolah gambaran tiap-tiap lapisan.

(juga bergantung pada besarnya arus yang diinjeksikan). Jarak AB

biasanya dituliskan dalam AB/2.

b. Jarak antara dua elektroda potensial (MN).

c. Arus listrik (I) yang diinjeksikan ke dalam pasir.

d. Beda potensial ( ) antara kedua elektroda potensial.

3.5 Teknik Pengambilan Data

Pengukuran dilaksanakan di kawasan LIK untuk mengetahui pencemaran

limbah pabrik. Teknik pengukuran didasarkan pada stacking chart yang telah di

buat seperti kondisi lapangan seperti gambar di atas.


32

Beberapa hal tahapan akuisisi yang dilakukan adalah:

a) Memasang patok pada lintasan pengukuran sebanyak 16 patok elektroda

pada lintasan sepanjang 60 meter dengan spasi antar elektroda sebesar 4

meter pada lapangan lokasi penelitian.

b) Kabel penghubung elektroda pertama hingga elektroda ke delapan

dimasukkan pada lubang alat resistivity multi channel yang bertuliskan

angka 1-8.

c) Kabel penghubung elektroda ke sembilan hingga elektroda ke enam belas

dimasukkan pada lubang alat resistivity multi channel yang bertuliskan

angka 9-16.

d) Sisa lubang dipergunakan untuk kabel penghubung dengan sumber arus

atau aki dan kabel penghubung alat resistivity multi channel (seperti

gambar 3.3) dengan USB agar terkoneksi dengan laptop.

Gambar 3.3 Resistivity Multi - Chanel

e) Membuka software GeoRes-Multi channel pada laptop. Memilih settings

mengubah metode didalamnya menjadi custom dan memasukan konfigurasi

Schlumberger yang telah dibuat dalam bentuk notepad setelah itu mengklik

save setting now.


33

f) Memilih resistivity setelah itu memilih direktori untuk menyimpan data yang

dihasilkan dari pengukuran lalu mengklik start. Dengan software tersebut

monitoring di bawah permukaan tanah dapat otomatis terbaca.

g) Data hasil pengukuran disimpan pada direktori yang sudah dipilih sebelum

memulai pengukuran.

h) Mengulangi prosedur pada poin a sampai g untuk lintasan berikutnya.

i) Data yang diperoleh berupa arus, beda potensial, resistivitas.

Langkah selanjutnya adalah melakukan inversi dengan menggunakan software

Res2Dinv yang nantinya akan menggambarkan penampang keadaan bawah

permukaan di setiap lintasan, dari penampang tersebut dapat terlihat resistivitas

limbah yang dapat disimpulkan adanya dugaan pencemaran.

3.6 Pengolahan Data

Dalam pengolahan data menggunakan software Res2Dinv, pertama yang

dilakukan adalah membuka program tersebut, setelah itu pilih menu file kemudian

pilih read data file yang fungsinya menginput data yang telah diperoleh dalam

pengukuran menggunakan GeoRes Multi-Channel dengan nama format *.dat lalu

pilih oke dan pilih menu inversion setelah itu least squares inversion guna

memilih file dalam bentuk Microsoft Excel yang akan diketahui hasil inversi

pengolahannya. Pilih menu save agar opsi-opsi yang telah diatur dapat tersimpan,

maka muncul gambar penampang hasil kalkulasi dan inversi data dengan

pengolahan software Res2Dinv. Kemudian terdapat pengaturan iterasi yang dapat

diubah sesuai keinginan, terasi berfungsi untuk mengurangi error yang terjadi.
34

3.7.1 Intepretasi Data Resistivitas 2 Dimensi (Res2Dinv)

Pada tahapan ini hasil output yang dihasilkan oleh software Res2Dinv akan

menampilkan gambar penampang vertikal dan horisontal serta citra warna . Dari

perbedaan nilai resistivitas inilah kita dapat menafsirkan pencemaran limbah

pabrik terhadap sungai.


BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL PENELITIAN


Data yang diperoleh dari hasil pengukuran di lapangan menggunakan

aplikasi metode geolistrik tahanan jenis dengan konfigurasi schlumberger

dikawasan LIK Genuk terdiri dari 4 titik pengukuran. Pengambilan data dilakukan

di lapangan dengan panjang lintasan 60 meter dengan spasi elektroda 4 meter.

Hasil penelitian diolah dengan menggunakan Res2dinv. Distribusi harga tahanan

jenis bawah permukaan dapat diketahui berdasarkan citra warna. Adapun data

hasil pengukuran geolistrik terlampir pada lampiran 1 dalam software tersebut

4.2 PEMBAHASAN

Berdasarkan geologi, daerah penelitian merupakan endapan alluvium.

Endapan alluvium terdiri dari lempung, lanau, pasir dan kerikil. Secara umum dari

semua hasil data yang diperoleh, didapatkan nilai resistivitas yang rendah. Berarti

kondisi bawah permukaan LIK memiliki nilai konduktivitas yang tinggi.

Perolehan jenis limbah di lokasi penelitian sangat bervariasi dan tercampur tidak

merata, maka nilai resistivitas limbah hasil dari analisis data penelitian akan

menggunakan referensi resistivitas jenis limbah.

35
36

4.2.1 Lintasan Pertama

Bentangan (m)
Kedalaman (m)

Indikasi pencemaran limbah

Gambar 4.1 Penampang Resistivitas Tanah Kawasan LIK Lintasan 1

Analisa data yang sesuai dengan hasil referensi resistivitas limbah dan kondisi

geologi, maka pada gambar 4.1 akan diperoleh jenis limbah dengan nilai

resistivitasnya yaitu polutan cair (oli) pada medium pasir mempunyai nilai

resistivitas (1,30-4,30) Ωm dengan kedalaman sekitar (2-7,95) meter, sampah

pada medium tanah mempunyai nilai resistivitas (5,45-31,9) Ωm dengan

kedalaman sekitar (7,95-10,7) meter, sampah pada medium campuran pasir dan

tanah mempunyai nilai resistivitas (11,2-46) Ωm dengan kedalaman sekitar (7,95-

10,7) meter.

Berdasarkan pembahasan di atas, nilai resistivitas limbah dapat dituliskan pada

Tabel 4.1:

Tabel 4.1 Nilai resistivitas pada lintasan pertama

Jenis limbah Resistivitas(Ωm) Kedalaman (m) Warna


Polutan cair (oli) pada 1,30-4,30 2-7,95 Hijau muda
pasir hingga hijau tua
Sampah pada medium 5,45-31,9 7,95-10,7 kuning hingga
tanah merah
Sampah pada medium 11,2-46 7,95-10,7 Orange hingga
campuran pasir dan ungu
tanah
37

Dari warna-warna diperoleh rembesan limbahnya yaitu pada bentangan 5-56

meter rembesan limbahnya pada kedalaman sekitar 7 meter, bentangan 16-48

meter rembesan limbahnya mulai pada kedalaman 7,95-10,7 meter.

4.2.2 Lintasan kedua

Bentangan (m)
Kedalaman (m)

Indikasi pencemaran limbah

Gambar 4.2 Penampang Resistivitas Tanah Kawasan LIK Lintasan 2

Analisa data yang sesuai dengan hasil referensi resistivitas limbah dan kondisi

geologi, maka pada gambar 4.2 akan diperoleh jenis limbah dengan nilai

resistivitasnya yaitu polutan cair (oli) pada medium pasir mempunyai nilai

resistivitas (2,04-4,84) Ωm dengan kedalaman sekitar (1,00-10,7) meter, sampah

pada medium tanah mempunyai nilai resistivitas (11,5-45) Ωm dengan kedalaman

sekitar (1,00-7,95) meter, sampah pada medium campuran pasir dan tanah

mempunyai nilai resistivitas (27,1-75) Ωm dengan kedalaman sekitar (1.00-6,5)

meter.
38

Berdasarkan pembahasan di atas, nilai resistivitas limbah dapat dituliskan pada

Tabel 4.2:

Tabel 4.2 Nilai resistivitas pada lintasan kedua

Jenis limbah Resistivitas (Ωm) Kedalaman (m) Warna


Polutan cair (oli) 2,04-4,48 1,00-10,7 Hijau muda
pada pasir hingga hijau tua
Sampah pada 11,5-45 1,00-7,95 kuning hingga
medium tanah merah
Sampah pada 27,1-75 1,00-6,5 Orange hingga
medium campuran ungu
pasir dan tanah

Dari warna-warna diperoleh rembesan limbahnya yaitu pada bentangan 12,0-26

meter rembesan limbahnya pada kedalaman sekitar 7,95-10,7 meter, bentangan

32-48 meter rembesan limbahnya mulai pada kedalaman 6,5 meter.

4.2.3 Lintasan ketiga

Bentangan (m)
Kedalaman (m)

Indikasi pencemaran limbah

Gambar 4.3 Penampang Resistivitas Tanah Kawasan LIK Lintasan 3

Analisa data yang sesuai dengan hasil referensi resistivitas limbah dan kondisi

geologi, maka pada gambar 4.3 akan diperoleh jenis limbah dengan nilai

resistivitasnya yaitu polutan cair (oli) pada medium pasir mempunyai nilai

resistivitas (1,74-5,59) Ωm dengan kedalaman sekitar (3,10-10,7) meter, sampah


39

pada medium tanah mempunyai nilai resistivitas (11,9-57,5) Ωm dengan

kedalaman sekitar (1,00-7,95) meter, sampah pada medium campuran pasir dan

tanah mempunyai nilai resistivitas (17,9-185) Ωm dengan kedalaman sekitar

(1,00-7,95) meter, sampah pada medium pasir mempunyai nilai resistivitas (60,5-

593) Ωm dengan kedalaman sekitar (5,41-10,7) meter.

Berdasarkan pembahasan di atas, nilai resistivitas limbah dapat dituliskan pada

Tabel 4.3:

Tabel 4.3 Nilai resistivitas pada lintasan ketiga

Jenis limbah Resistivitas (Ωm) Kedalaman (m) Warna


Polutan cair (oli) 1,74-5,59 3,10-10,7 Biru muda
pada pasir hingga hijau tua
Sampah pada 11,9-57,5 1,00-7,95 Hijau tua hingga
medium tanah kunig
Sampah pada 17,9-185 1,00-7,95 Hijau tua hingga
medium campuran 0range
pasir dan tanah
Sampah pada 60,5-593 5,41-10,7 Orange hingga
medium pasir ungu

Dari warna-warna diperoleh rembesan limbahnya yaitu pada bentangan 11-16

meter rembesan limbahnya pada kedalaman sekitar 7,95 meter, bentangan 24-40

meter rembesan limbahnya mulai pada kedalaman 3,10 meter.


40

4.2.4 Lintasan keempat

Bentangan (m)
Kedalaman (m)

Indikasi pencemaran limbah

Gambar 4.4 Penampang Resistivitas Tanah Kawasan LIK Lintasan 4

Analisa data yang sesuai dengan hasil referensi resistivitas limbah dan kondisi

geologi, maka pada gambar 4.4 bawah ini akan diperoleh jenis limbah dengan

nilai resistivitasnya yaitu air bersih yang tercemar polutan cair pada medium pasir

mempunyai nilai resistivitas berkisar (1,82-4,16) Ωm dengan kedalaman sekitar

(2-9,5) meter, sampah pada medium tanah mempunyai nilai resistivitas (9,51-

49,5) Ωm dengan kedalaman sekitar (7,95-10,7) meter, sampah pada medium

campuran pasir dan tanah mempunyai nilai resistivitas (21,7-65) Ωm dengan

kedalaman sekitar (7,95-10,7) meter.

Berdasarkan pembahasan di atas, nilai resistivitas tanah setelah diinjeksi limbah

deterjen dapat dituliskan pada Tabel 4.4:

Tabel 4.4 Nilai resistivitas pada lintasan keempat

Jenis limbah Resistivitas (Ωm) Kedalaman (m) Warna


Polutan cair (oli) 1,82-4,16 2-9,5 Hijau
pada pasir
Sampah pada 9,51-49,5 7,95-10,7 kuning hingga
medium tanah merah
Sampah pada 21,7-65 7,95-10,7 Orange hingga
medium campuran ungu
pasir dan tanah
41

Dari warna-warna diperoleh rembesan limbahnya yaitu pada bentangan 6-28

meter rembesan limbahnya pada kedalaman sekitar 4 meter, bentangan 26-52

meter rembesan limbahnya mulai pada kedalaman 7,95-10,7 meter.

Menurut Sriyono (2010), pada kedalaman 0-0,5 meter merupakan alluvium,

kedalaman 0,5-3 meter merupakan lempung lanauan, kedalaman 3-11 meter

merupakan lempung dan pasir. Rembesan terjadi pada medium campuran tanah

dan pasir. Berdasarkan nilai resistivitas diatas semua titik sudah tercemar oleh air

limbah dan telah mencemari sistem air bawah tanah. Hal ini menunjukkan bahwa

air disekitar LIK tidak layak digunakan untuk kebutuhan sehari-hari.

Penelitian ini dilakukan saat musim hujan sehingga hasil penelitian kurang

akurat. Apabila ingin melakukan penelitian sebaiknya dilakukan pada saat musim

kemarau. Bentangan lintasan penelitian ini kurang panjang sehingga kedalaman

yang dicapai tidak maksimal.


BAB 5

PENUTUP

A. SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian tentang aplikasi metode geolistrik untuk

mengetahui pencemaran limbah pabrik disekitar sungai di daerah Genuk

dengan metode resistivitydiketahui pada lintasan 1 polutan cair (oli) pada

medium pasir mempunyai nilai resistivitas (1,30-4,30) Ωm,sampah pada

medium tanah mempunyai nilai resistivitas (5,45-31,9) Ωm, sampah pada

medium campuran pasir dan tanah mempunyai nilai resistivitas (11,2-46)

Ωm. Pada lintasan 2 polutan cair (oli)pada medium pasir mempunyai nilai

resistivitas (2,04-4,84) Ωm,sampah pada medium tanah mempunyai nilai

resistivitas (11,5-45) Ωm, sampah pada medium campuran pasir dan tanah

mempunyai nilai resistivitas (27,1-75) Ωm.Pada lintasan 3 polutan cair (oli)

padamedium pasir mempunyai nilai resistivitas (1,74-5,59) Ωm,sampah pada

medium tanah mempunyai nilai resistivitas (11,9-57,5) Ωm, sampah pada

medium campuran pasir dan tanah mempunyai nilai resistivitas (17,9-

185)Ωm, sampah pada medium pasir mempunyai nilai resistivitas(60,5-

593)Ωm. Pada lintasan 4 polutan cair (oli)pada medium pasir mempunyai

nilai resistivitas (1,82-4,16) Ωm,sampah pada medium tanah mempunyai nilai

resistivitas (9,51-49,5)Ωm, sampah pada medium campuran pasir dan tanah

mempunyai nilai resistivitas (21,7-65).

42
43

Berdasarkan nilai resistivitas diatas semua titik sudah tercemar oleh air

limbah, terutama pada lintasan pertama yang nilai resistivitasnya semakin

kecil.Hal ini menunjukkan bahwa air disekitar LIK tidak layak digunakan

untuk kebutuhan sehari-hari.

B. SARAN

Perlu dilakukan penelitian pada daerah yang sama dengan metode yang

berbeda, misalnya Induced Polarization (IP) untuk dibandingkan dengan hasil

yang telah dicapai.Pada penelitian selanjutnya diharapkan dapat menunjukkan

sejauh mana aliran limbah dalam tanah dan mengetahui asal limbah dari

pabrik atau dari tanah urugan.Sosialisasi kepada masyarakat disekitar sungai

untuk tidak menggunakan air sungai dan air tanah karena sudah tercemar.
DAFTAR PUSTAKA
Alile, O. M., W.A Molindo, dan M.A Nwachokor. 2007. Evaluation of Soil
Profile on Aquifer Layer of Three Location in Edo State. International
Journal of Physical Sciences. 2(9):249-253.
Azwir. 2006. Analisa Pencemaran Air Sungai Tapung Kiri oleh Limbah Industri
Kelapa SawitPT. Peputra Masterindodi Kabupaten Kampar. Tesis.
Semarang: universitasdiponegoro.
Broto, S. dan R. S. Afifah. 2008. Pengolahan Data GeolistrikdenganMetode
Schlumberger.Teknik, 29(2): 120-128.
Distrik,I. W. 2008. Efektivitas Pemahaman Meteri Struktur Lapisan Bawah
Permukaan Bumi Untuk Mendetaksi Resapan Limbah Melalui Metode
Geolistrik Resistivity.JPMIPA, 9 (1):51-60.
Djajadiningrat, S.T. danHarsono, H. 1990. Penilaian Secara Cepat Sumber-
sumber Pencemaran Air, Tanah dan Udara. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Gunawan, Y. 2006. Peluang Penerapan Produksi Bersih pada System
Pengolahan Air Limbah Domestik Studi Kasus di PT Badak NGL
Bontang. Tesis. Semarang: Universitas Diponegoro.
Hendrajaya, L. 1990. Pengukuran Resistivitas Bumi pada Satu Titik di Medium
Tak Hingga. Bandung.
Inkantriani, B. P. 2008. Evaluasi Daya Dukung Lingkungan Zona Industri Genuk
Semarang. Tesis. Semarang: Universitas Diponegoro.
Jegede, S.I, Osazuwa, I. B, Abdullahi, N. K. 2011.Geoenviromental Study of
Groundwater Contamination In A Dual Aquifer Environment Using Earth
Resisitivity Imaging. Journal of American Science.7(2).

Juandi, M. 2009. Analisis Pencemaran Limbah Berdasarkan Nilai Resistivitas.


Journal of Environmental Science. Riau: Universitas Riau.
Ngadimin dan Gunawan, H. 2001. Aplikasi Metode Geolistrik Untuk Alat
Monitoring Rembesan Limbah. JMS.1.45-53.
Noor, D. 2006. GeologiLingkungan. Yogyakarta: Grahailmu.
Sriyono, Qudus, N., Setyowati, D. L. 2010. Model Spasial Ketersediaan Air
Tanah dan Intrusi Air Laut Penentuan Zone Konservasi Air Tanah. Bulletin
Teknik. Semarang. Universitas Negeri Semarang.

Sugiharto. 2008. Dasar-Dasar Pengelolaan Air Limbah. Jakarta: Universitas


Indonesia.

44
45

Suhendra.2005. Pencitraan Konduktivitas Bawah Permukaan dan Aplikasinya


Untuk Identifikasi Penyebaran Limbah Cair Dengan Menggunakan
Metode Geolistrik Tahanan Jenis 2 D. Jurnal gradien mipa.
Telford, W.M., L.P. Geldart, R.E. Sheriff, and D.A. Keys. 1990. Applied
Geophysic. London: Cambridge University Press.
Thaden, R, E., Sumadiredja, H., Richards, P. W, Sutisna, K., dan Amin, T. C.,
1996. Peta Geologi Lembar Magelang dan Semarang, Jawa, skala
1:100.000. Bandung: Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi.
Waspodo, R. S. B. 2002. Investigasi Air Tanah Melalui Geolistrik di Darmaga,
Bogor.Buletin Keteknikan Pertanian,16 (1).
Widjajanti, E. 2009.Penanganan Limbah Laboratorium Kimia. Yogyakarta:
Universitas Negeri Yogyakarta.
Wijaya, L., Legowo, B., Ramlan, A. H. 2009. Identifikasi Pencemaran Air Tanah
Dengan Metode Geolistrik di Wilayah Ngringo Jaten Karanganyar. Surakarta:
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
www. Suara Merdeka .com diakses 29 November 2012
46


46

Lampiran 1

DATA PENGOLAHAN RES2DINV KONFIGURASI SCHLUMBERGER

Lintasan 1

Resistivity
Datum Depth Axis A M N B SP I V x (Ωm)
1 1 1 1 2 3 4 0.0146 0.1181 0.0724 6 12.30036
2 1 2 2 3 4 5 0.3015 0.118 0.3357 10 7.284234
3 1 3 3 4 5 6 0.0422 0.1171 0.0759 14 7.232905
4 1 4 4 5 6 7 0.256 0.1174 0.3006 18 9.547871
5 1 5 5 6 7 8 0.0331 0.1181 0.0686 22 7.554717
6 1 6 6 7 8 9 0.0279 0.1189 0.0075 26 4.312093
7 1 7 7 8 9 10 0.0892 0.1181 0.1144 30 5.362785
8 1 8 8 9 10 11 0.0306 0.1182 0.059 34 6.038661
9 1 9 9 10 11 12 0.282 0.1177 0.0166 38 7.174681
10 1 10 10 11 12 13 0.258 0.1187 0.2994 42 8.765756
11 1 11 11 12 13 14 0.1 0.1183 0.0818 46 3.866575
12 1 12 12 13 14 15 0.2081 0.1185 0.2473 50 8.313951
13 1 13 13 14 15 16 0.0684 0.1185 0.1077 54 8.335161
14 2 1 1 3 4 6 0.016 0.1186 0.0263 10 6.548074
15 2 2 2 4 5 7 0.0088 0.1177 0.0172 14 5.381011
16 2 3 3 5 6 8 0.593 0.1181 0.58 18 8.299549
17 2 4 4 6 7 9 0.0746 0.1176 0.0808 22 3.975076
18 2 5 5 7 8 10 0.1512 0.1181 0.1575 26 4.022089
19 2 6 6 8 9 11 0.0229 0.1184 0.0255 30 1.655704
20 2 7 7 9 10 12 0.0844 0.1178 0.0854 34 0.640053
21 2 8 8 10 11 13 0.0141 0.1179 0.0136 38 0.319755
22 2 9 9 11 12 14 0.269 0.1187 0.2696 42 0.38112
23 2 10 10 12 13 15 0.1786 0.1183 0.1791 46 0.318674
24 2 11 11 13 14 16 0.3589 0.1174 0.3642 50 3.403837
25 3 1 1 4 5 8 0.0794 0.1182 0.0742 14 6.634022
26 3 2 2 5 6 9 0.1213 0.1176 0.1223 18 1.282282
27 3 3 3 6 7 10 0.1763 0.1194 0.1768 22 0.631476
28 3 4 4 7 8 11 0.1566 0.1179 0.1497 26 8.825236
29 3 5 5 8 9 12 0.0186 0.1192 0.0185 30 0.126507
30 3 6 6 9 10 13 0.0697 0.1183 0.0702 34 0.637347
31 3 7 7 10 11 14 0.0078 0.1184 0.0079 38 0.127362
32 3 8 8 11 12 15 0.3599 0.1188 0.3637 42 4.823454
33 3 9 9 12 13 16 0.2485 0.1186 0.2537 46 6.611647
34 4 1 1 5 6 10 0.1539 0.1187 0.1576 18 7.83413
35 4 2 2 6 7 11 0.2583 0.1178 0.2567 22 3.413614
47

36 4 3 3 7 8 12 0.1065 0.118 0.1053 26 2.555871


37 4 4 4 8 9 13 0.2915 0.1176 0.2813 30 21.7988
38 4 5 5 9 10 14 0.617 0.1187 0.597 34 42.34665
39 4 6 6 10 11 15 0.0655 0.119 0.2751 38 4.662059
40 4 7 7 11 12 16 0.3527 0.1185 0.3567 42 8.483624
41 5 1 1 6 7 12 0.3548 0.1185 0.354 22 2.545087
42 5 2 2 7 8 13 0.0338 0.1182 0.0246 26 29.34279
43 5 3 3 8 9 14 0.1332 0.1181 0.1315 30 5.426628
44 5 4 4 9 10 15 0.3964 0.119 0.3953 34 3.484791
45 5 5 5 10 11 16 0.0868 0.1182 0.0887 38 6.059924
46 6 1 1 7 8 14 0.0398 0.1184 0.0407 26 4.011898
47 6 2 2 8 9 15 0.1081 0.1186 0.1053 30 12.46041
48 6 3 3 9 10 16 0.3472 0.119 0.3475 34 1.330557
49 7 1 1 8 9 16 0.0979 0.119 0.0995 30 9.461736
48

Lintasan 2

Resistivity
Datum Depth Axis A M N B SP I V x (Ωm)
1 1 1 1 2 3 4 0.0586 0.1183 0.0077 6 10.81366
2 1 2 2 3 4 5 1.486 0.1185 8.74 10 1538.505
3 1 3 3 4 5 6 0.0579 0.1186 10.04 14 2115.324
4 1 4 4 5 6 7 1.051 0.1181 1.067 18 3.404943
5 1 5 5 6 7 8 0.0161 0.1188 0.0039 22 2.580971
6 1 6 6 7 8 9 0.1552 0.1189 0.2094 26 11.45664
7 1 7 7 8 9 10 0.033 0.1187 0.009 30 5.081598
8 1 8 8 9 10 11 0.1541 0.1177 0.2116 34 12.2781
9 1 9 9 10 11 12 0.003 0.1183 0.0799 38 16.33734
10 1 10 10 11 12 13 0.0152 0.1188 0.0543 42 8.271801
11 1 11 11 12 13 14 0.1413 0.1179 0.2217 46 17.13886
12 1 12 12 13 14 15 0.1669 0.1192 0.2461 50 16.69893
13 1 13 13 14 15 16 0.0248 0.1181 0.0241 54 0.148966
14 2 1 1 3 4 6 0.0065 0.1184 0.0117 10 3.311408
15 2 2 2 4 5 7 0.0032 0.1186 0.014 14 6.865941
16 2 3 3 5 6 8 0.3959 0.1185 10.09 18 6168.082
17 2 4 4 6 7 9 0.0313 0.1191 0.0327 22 0.886293
18 2 5 5 7 8 10 0.0718 0.1182 0.0725 26 0.446521
19 2 6 6 8 9 11 0.0507 0.1179 0.05 30 0.447657
20 2 7 7 9 10 12 0.1851 0.1184 0.1886 34 2.228832
21 2 8 8 10 11 13 0.0202 0.1189 0.0177 38 1.585328
22 2 9 9 11 12 14 0.0361 0.119 0.0414 42 3.358071
23 2 10 10 12 13 15 0.0565 0.1189 0.0545 46 1.268263
24 2 11 11 13 14 16 0.444 0.1184 0.454 50 6.368092
25 3 1 1 4 5 8 0.0425 0.1185 0.0352 14 9.289568
26 3 2 2 5 6 9 0.0511 0.1195 0.021 18 37.98303
27 3 3 3 6 7 10 0.127 0.1193 0.1361 22 11.50249
28 3 4 4 7 8 11 0.2718 0.1191 0.27 26 2.279039
29 3 5 5 8 9 12 0.0255 0.1196 0.024 30 1.891259
30 3 6 6 9 10 13 0.0874 0.1189 0.0876 34 0.253653
31 3 7 7 10 11 14 0.0514 0.1186 0.0493 38 2.670088
32 3 8 8 11 12 15 0.1279 0.1189 0.1295 42 2.02922
33 3 9 9 12 13 16 0.1091 0.1192 0.1085 46 0.759042
34 4 1 1 5 6 10 0.0995 0.1196 0.0941 18 11.34756
35 4 2 2 6 7 11 0.1313 0.1193 0.1294 22 4.002699
36 4 3 3 7 8 12 0.0667 0.1183 0.064 26 5.736127
37 4 4 4 8 9 13 0.0952 0.1192 0.093 30 4.638592
38 4 5 5 9 10 14 0.674 0.119 0.663 34 23.23194
39 4 6 6 10 11 15 0.0722 0.119 0.0729 38 1.478396
40 4 7 7 11 12 16 0.1068 0.1187 0.1082 42 2.964265
49

41 5 1 1 6 7 12 0.2021 0.1184 0.201 22 3.502451


42 5 2 2 7 8 13 0.1149 0.1188 0.1108 26 13.01063
43 5 3 3 8 9 14 0.0109 0.1188 0.0093 30 5.07732
44 5 4 4 9 10 15 0.501 0.119 0.498 34 9.503976
45 5 5 5 10 11 16 0.128 0.1204 0.1285 38 1.565577
46 6 1 1 7 8 14 0.0304 0.1186 0.0247 26 25.36584
47 6 2 2 8 9 15 0.002 0.1182 0.0025 30 2.232603
48 6 3 3 9 10 16 0.463 0.1195 0.462 34 4.416631
49 7 1 1 8 9 16 0.0029 0.119 0.0035 30 3.548151
50

Lintasan 3

Datum Depth Axis A M N B SP I V x Resistivity(Ωm)


1 1 1 1 2 3 4 0.0071 0.1191 0.0667 6 2.458637
2 1 2 2 3 4 5 0.3909 0.1189 0.446 10 11.58676
3 1 3 3 4 5 6 0.0758 0.1185 0.1383 14 0.816134
4 1 4 4 5 6 7 0.1233 0.1187 0.198 18 15.34728
5 1 5 5 6 7 8 0.0331 0.1186 0.0837 22 3.186434
6 1 6 6 7 8 9 0.1626 0.1193 0.2296 26 13.59778
7 1 7 7 8 9 10 0.0488 0.1187 0.0004 30 10.17028
8 1 8 8 9 10 11 0.2298 0.1196 0.2717 34 7.339093
9 1 9 9 10 11 12 0.3248 0.1189 0.2741 38 9.095458
10 1 10 10 11 12 13 0.3474 0.1186 0.3673 42 5.160812
11 1 11 11 12 13 14 0.0335 0.1194 0.0136 46 2.70854
12 1 12 12 13 14 15 0.1037 0.1191 0.122 50 4.384593
13 1 13 13 14 15 16 0.134 0.1188 0.1758 54 9.110617
14 2 1 1 3 4 6 0.0269 0.1185 0.0341 10 4.453638
15 2 2 2 4 5 7 0.0064 0.1192 0.0066 14 7.916812
16 2 3 3 5 6 8 0.328 0.1177 0.3282 18 2.513274
17 2 4 4 6 7 9 0.1056 0.1189 0.1062 22 0.314684
18 2 5 5 7 8 10 0.3315 0.119 0.3401 26 2.958027
19 2 6 6 8 9 11 0.2575 0.1193 0.2569 30 3.644247
20 2 7 7 9 10 12 0.1963 0.1193 0.1985 34 0.253439
21 2 8 8 10 11 13 0.0227 0.1199 0.0276 38 0.878182
22 2 9 9 11 12 14 0.0043 0.1188 0.0056 42 1.192811
23 2 10 10 12 13 15 0.1054 0.1204 0.1029 46 0.943264
24 2 11 11 13 14 16 0.2598 0.1196 0.2647 50 2.681657
25 3 1 1 4 5 8 0.0591 0.1193 0.057 14 2545.453
26 3 2 2 5 6 9 0.0914 0.1192 0.0937 18 2.878272
27 3 3 3 6 7 10 0.1061 0.119 0.1061 22 2.502845
28 3 4 4 7 8 11 0.3441 0.1196 0.3427 26 3.495281
29 3 5 5 8 9 12 0.1501 0.1189 0.1497 30 1.622809
30 3 6 6 9 10 13 0.19 0.1195 0.1892 34 0.624674
31 3 7 7 10 11 14 0.134 0.1193 0.1343 38 2.371798
32 3 8 8 11 12 15 0.177 0.1192 0.1765 42 0.375427
33 3 9 9 12 13 16 0.0387 0.1198 0.0392 46 0.625192
34 4 1 1 5 6 10 0.065 0.1185 0.0671 18 4.369101
35 4 2 2 6 7 11 0.0787 0.1195 0.0777 22 3.542757
36 4 3 3 7 8 12 0.01 0.1194 0.0109 26 3.536892
37 4 4 4 8 9 13 0.0071 0.1191 0.0057 30 2.704682
38 4 5 5 9 10 14 0.3746 0.1192 0.372 34 5.413845
39 4 6 6 10 11 15 0.0364 0.1194 0.0429 38 1.248315
51

40 4 7 7 11 12 16 0.0668 0.1198 0.071 42 2.077086


41 5 1 1 6 7 12 0.1482 0.1199 0.1349 22 40.36972
42 5 2 2 7 8 13 0.1157 0.1201 0.1122 26 9.042796
43 5 3 3 8 9 14 0.0003 0.1195 0.0001 30 2.50077
44 5 4 4 9 10 15 0.277 0.119 0.277 34 0.939346
45 5 5 5 10 11 16 0.0675 0.1198 0.0735 38 2.811035
46 6 1 1 7 8 14 0.0637 0.12 0.0636 26 5.689251
47 6 2 2 8 9 15 0.0083 0.1198 0.0086 30 3.932191
48 6 3 3 9 10 16 0.2517 0.1193 0.252 34 2.188174
49 7 1 1 8 9 16 0.0138 0.12 0.014 30 2.912734
50
52

Lintasan 4

Resistivity
Datum Depth Axis A M N B SP I V x (Ωm)
1 1 1 1 2 3 4 0.1054 0.1213 0.0543 6 10.58766
2 1 2 2 3 4 5 0.357 0.1198 0.3829 10 5.433538
3 1 3 3 4 5 6 0.0227 0.1198 0.0745 14 10.86708
4 1 4 4 5 6 7 0.1097 0.1207 0.1361 18 5.497135
5 1 5 5 6 7 8 0.1429 0.1199 0.1793 22 7.629955
6 1 6 6 7 8 9 0.135 0.12 0.1735 26 8.063419
7 1 7 7 8 9 10 0.0873 0.1188 0.1103 30 4.865765
8 1 8 8 9 10 11 0.0608 0.12 0.0931 34 6.764895
9 1 9 9 10 11 12 0.0486 0.1204 12.32 38 2561.577
10 1 10 10 11 12 13 0.0014 0.1202 0.0001 42 0.271818
11 1 11 11 12 13 14 0.0706 0.1204 13.67 46 2838.788
12 1 12 12 13 14 15 0.1314 0.1199 0.1533 50 4.59055
13 1 13 13 14 15 16 0.048 0.1202 0.0908 54 8.949094
14 2 1 1 3 4 6 0.027 0.1195 0.0257 10 0.820232
15 2 2 2 4 5 7 0.006 0.1197 0.0125 14 4.094305
16 2 3 3 5 6 8 0.2071 0.12 0.2034 18 2.324778
17 2 4 4 6 7 9 0.0389 0.1191 0.0414 22 1.582666
18 2 5 5 7 8 10 0.0859 0.12 0.0854 26 0.314159
19 2 6 6 8 9 11 0.101 0.1198 0.1022 30 0.755241
20 2 7 7 9 10 12 0.0456 0.12 0.0312 34 9.047785
21 2 8 8 10 11 13 0.1682 0.1204 0.1596 38 5.385586
22 2 9 9 11 12 14 0.452 0.1195 0.0002 42 0.250492
23 2 10 10 12 13 15 0.0555 0.1192 0.0718 46 10.31033
24 2 11 11 13 14 16 0.2872 0.1207 0.2974 50 6.37168
25 3 1 1 4 5 8 0.0146 0.1202 0.0131 14 1.881819
26 3 2 2 5 6 9 0.1773 0.1188 0.1771 18 0.253866
27 3 3 3 6 7 10 0.0106 0.1208 0.0107 22 0.124831
28 3 4 4 7 8 11 0.386 0.1202 0.3815 26 5.645457
29 3 5 5 8 9 12 0.0656 0.1199 0.0668 30 1.509222
30 3 6 6 9 10 13 0.0437 0.1198 0.0475 34 4.783192
31 3 7 7 10 11 14 0.096 0.1205 0.0924 38 4.505121
32 3 8 8 11 12 15 0.0014 0.1204 0.0003 42 1.377708
33 3 9 9 12 13 16 0.1568 0.1196 0.158 46 1.513008
34 4 1 1 5 6 10 0.3177 0.12 0.3139 18 7.9587
35 4 2 2 6 7 11 0.0481 0.1202 0.0522 22 8.57273
36 4 3 3 7 8 12 0.111 0.1201 0.1089 26 4.394567
37 4 4 4 8 9 13 0.2395 0.1206 0.2411 30 3.33436
38 4 5 5 9 10 14 0.2753 0.1202 0.2609 34 30.1091
39 4 6 6 10 11 15 0.0804 0.1199 0.0792 38 2.51537
40 4 7 7 11 12 16 0.0009 0.12 0.0002 42 1.466076
53
51

41 5 1 1 6 7 12 0.0708 0.1197 0.0477 22 72.75266


42 5 2 2 7 8 13 0.3168 0.1196 0.2947 26 69.66139
43 5 3 3 8 9 14 0.245 0.12 0.2447 30 0.942478
44 5 4 4 9 10 15 0.0601 0.1199 0.0576 34 7.86053
45 5 5 5 10 11 16 0.115 0.1201 0.1131 38 5.964055
46 6 1 1 7 8 14 0.1334 0.1202 0.1322 26 5.269093
47 6 2 2 8 9 15 0.2148 0.1205 0.2146 30 0.875996
48 6 3 3 9 10 16 0.019 0.1198 0.0161 34 12.77616
49 7 1 1 8 9 16 0.201 0.000119 0.2012 30 5.864305
54
52
55
53

Lampiran 2

Fotopenelitian

Foto 1 Lokasi Pengukuran Lintasan Pertama

Foto 2 Lokasi Pengukuran Lintasan Kedua


56
54

Foto 3 Pengukuran Lintasan Ketiga

Foto 4 Pengukuran Lintasan Keempat

You might also like