Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
1. LATAR BELAKANG
2. ETIOLOGI
Virus dengue merupakan bagian dari famili Flaviviridae. Keempat serotipe virus
dengue (DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4) dapat dibedakan dengan metode serologik.
Infeksi pada manusia oleh salah satu serotipe menghasilkan imunitas sepanjang hidup
terhadap infeksi ulang oleh serotipe yang sama, tetapi hanya menjadi perlindungan sementara
dan parsial terhadap serotipe yang lain. Virus dengue menunjukkan banyak karakteristik yang
sama dengan flavivirus lain, mempunyai genom RNA (Ribo Nucleic Acid) rantai tunggal
yang dikelilingi oleh nukleokapsid ikohedral dan terbungkus oleh selaput lipid. Virionnya
mempunyai diameter kira-kira 50 nrn. Genom flavivirus mempunyai panjang 11 kb
(kilobases), dan mempunyai urutan genom lengkap untuk mengisolasi keempat serotipe.
Virus terdiri dari 3 struktur dan 7 protein tidak terstruktur yaitu: nukleokapsid atau protein
inti, protein yang berkaitan dengan .membran (M) dan protein pembungkus (E) dan tujuh gen
protein nonstruktural (NS). Domain bertanggung jawab untuk netralisasi, fusi, dan interaksi
reseptor virus dengan protein pembungkus.5
3. VEKTOR
A. aegypti adalah spesies nyamuk tropis dan subtropis. Distribusi A. Aegypti juga
dibatasi oleh ketinggian sehingga nyamuk ini tidak ditemukan di atas ketinggian 1.000 - 1500
meter. A. aegypti adalah salah satu vektor nyamuk yang paling utama untuk arbovirus karena
nyamuk ini sangat antropofilik, hidup dekat manusia, dan sering hidup di dalam rumah
sekitar kamar tidur, pakaian, dan air bersih sehingga sulit untuk mengontrolnya dari
lingkungan luar. Nyamuk dewasa lebih sering menggigit pagi hari dan sore hari.5
Pada pasien dengan obesitas akan terjadi reaksi antigen dan antibodi yang berlebihan
dan menyebabkan infeksi dengue lebih berat. Hal ini berhubungan dengan pelepasan sitokin
pro-inflamasi oleh sel adiposit jaringan lemak putih pada pasien obesitas. Sel adiposit
jaringan lemak putih mensekresikan dan melepaskan sitokin pro-inflamasi yaitu TNFα
(tumour necrosis factor α) dan beberapa interleukin (IL) yaitu IL-1β, IL-6, dan IL-8. Pada
obesitas terjadi peningkatan ekspresi TNF α dan IL-6. Salah satu efek TNF α adalah
meningkatkan permeabilitas kapiler sedangkan pada DSS juga terjadi produksi TNF α, IL-1,
IL-6, dan IL-8 yang meningkat dari normal.9,12
Hubungan status gizi erat kaitannya dengan respon imun tubuh seseorang.
Progresivitas sitokin pro-inflamasi yang dihasilkan seseorang dengan obesitas menyebabkan
kebocoran plasma yang banyak dari pembuluh darah daripada yang status gizinya normal
ataupun rendah. Peningkatan permeabilitas kapiler akibat banyaknya sitokin pro-inflamasi
pada pasien obesitas memegang peranan penting dalam risiko terjadinya syok berulang pada
pasien DSS.9
5. PATOFISIOLOGI
Penelitian patogenesis infeksi virus dengue sampai sekarang merupakan penelitian
yang paling menantang. Hal tersebut disebabkan sejauh ini belum ada suatu teori yang dapat
menerangkan secara tuntas patogenesis infeksi virus dengue. Dua teori yang kini digunakan
untuk menjelaskan perubahan patogenesis infeksi virus dengue yaitu hipotesis infeksi
sekunder (secondary heterologous infection) dan hipotesis antibody dependent enhancement
(ADE). Beberapa hipotesis telah dibuktikan untuk menjelaskan peningkatan insidens kasus
yang berat setelah terjadi infeksivirus dengan serotipe yang berbeda. Penelitian secara in vitro
telah memperlihatkan bahwa ada cross reactive non neutralizing dari antibodi dengue
berbentuk kompleks virus yang heterologous.2
Berdasarkan pedoman diagnosis 2014 yang disusun berdasarkan kriteria WHO 2009
dan 2011 diagnosis DD secara klinis ditegakkan apabila ditemukan : 1
• Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari, mendadak, tinggi, terus menerus,
biasanya bifasik, ditambah dengan adanya dua atau lebih manifestasi:
• Perdarahan
- Uji bendung positif.
- Petekie, ekimosis, atau purpura.
- Perdarahan mukosa (tersering epistaksis atau perdarahan gusi), atau perdarahan dari tempat
lain.
- Hematemesis atau melena.
• Nyeri kepala, mialgia, atralgia, nyeri retroorbital
• Dijumpai kasus DBD di lingkungan sekolah hingga sekitar rumah
• Leukopenia < 4.000/mm3
• Trombositopenia (jumlah trombosit <100.000/ul).
Serta pemeriksaan serologi dengue positif/ditemukan pasien yang sudah dikonfirmasi
menderita.
Diagnosis DBD secara klinis ditegakkan apabila ditemukan : 1
• Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari, mendadak, tinggi, terus menerus,
biasanya bifasik.
Ditambah dengan kebocoran plasma dan adanya dua atau lebih manifestasi:
• Perdarahan
- Uji bendung positif.
- Petekie, ekimosis, atau purpura.
- Perdarahan mukosa (tersering epistaksis atau perdarahan gusi), atau perdarahan dari tempat
lain.
- Hematemesis atau melena.
• Nyeri kepala, mialgia, atralgia, nyeri retroorbital
• Dijumpai kasus DBD di lingkungan sekolah hingga sekitar rumah
• Hepatomegali
• Kebocoran plasma (salah satu klinis) : Ht meningkat
Ditemukan adanya efusi pleira
Hipoalbuminemia / hipoproteinemia
• Trombositopenia (jumlah trombosit <100.000/ul).
Serta pemeriksaan serologi dengue positif/ditemukan pasien yang sudah dikonfirmasi
menderita.
Dari keterangan di atas terlihat bahwa perbedaan utama antara DD dan DBD
adalah pada DBD ditemukan adanya kebocoran plasma.4
Tanda bahaya (warning sign) untuk mengantisipasi kemngkinan terjadinya syok pada
penderita DBD : 1
Klinis: demam turun tetapi keadaan memburuk, nyeri perut dan nyeri tekan abdomen,
muntah yang menetap, letargis/gelisah, perdarahan mukosa, pembesaran hati,
akumulasi cairan, oliguria
Laboratorium: peningkatan kadar hematokrit bersamaan dengan penurunan cepat jumlah
Trombosit, hematokrit awal tinggi
Pasien yang memenuhi kriteria DBD serta ditemukan tanda dan gejala syok
hipovolemia, terkompensasi maupun dekompensasi, termasuk dalam kategori sindrom syok
dengue (DSS).1
Syok terkompensasi: takikardia, takipneu, tekanan nadi < 20 mmHg, CRT > 2 detik, kulit
dingin, produksi urin menurun (<1cc/kgBB/jam), gelisah
Syok dekompensasi: takikardia, hipotensi, nadi cepat dan kecil, pernapasan kussmaul/
hiperpneu, sianosis, kulit lembab dan dingin, profound syok/nadi tidak
teraba dan tekanan darah tidak terukur
Kriteria expanded dengue syndrome adalah pasien yang memenuhi kriteria DD atau
DBD baik disertai syok maupun tidak, dengan manifestasi komplikasi infeksi virus yang
tidak biasa seperti: 1
-Kelebihan cairan
-Gangguan elektrolit
-Ensefalopati / ensefalitis
-Perdarahan hebat
-Gagal ginjal akut
-Haemolytic Uremic syndrome (HUS)
-Gangguan jantung: konduksi, miokarditis, perikarditis
-Infeksi ganda
Pemeriksaan Penunjang
• Hemostasis: Dilakukan pemeriksaan PT, APTT, Fibrinogen, D-Dimer, atau FDP pada
keadaan yang dicurigai terjadi perdarahan atau kelainan pembekuan darah.
• Protein/albumin: Dapat terjadi hipoproteinemia akibat kebocoran plasma.
• SGOT/SGPT (serum alanin aminotransferase): dapat meningkat.
• Ureum, Kreatinin: bila didapatkan gangguan fungsi ginjal.
Elektrolit: sebagai parameter pemantauan pemberian cairan.
• Golongan darah: dan cross macth (uji cocok serasi): bila akan diberikan transfusi darah atau
komponen darah.
• Imuno serologi dilakukan pemeriksaan IgM dan IgG terhadap dengue.
IgM: terdeteksi mulai hari ke 3-5, meningkat sampai minggu ke-3, menghilang setelah 60-90
hari.
IgG: pada infeksi primer, IgG mulai terdeteksi pada hari ke-14, pada infeksi sekunder IgG
mulai terdeteksi hari ke-2.
• Uji III: Dilakukan pengambilan bahan pada hari pertama serta saat pulang dari perawatan,
uji ini digunakan untuk kepentingan surveilans.
Diagnosis pasti didapatkan dari hasil isolasi virus dengue (cell culture) ataupun
deteksi antigen virus RNA dengue dengan teknik RT-PCR (Reserve Transcriptase
Polymerase Chain Reaction), namun karena teknik yang lebih rumit, saat ini tes serologis
yang mendeteksi adanya antibody spesifik terhadap dengue berupa antibody total, IgM
maupun IgG. 3
Dua kriteria klinis pertama yaitu demam dan manifestasi perdarahan disertai
trombositopenia dan hernokonsentrasi merupakan definisi kasus DBD. Sedangkan definisi
kasus DBD confirmed adalah bila terdapat paling sedikit 1 pemeriksaan di ini positif: Titer HI
2 1280, serokonversi naik 4x, adanya IgM dan peningkatan titer IgG pada fase akut dan
konvalesens, dan isolasi virus positif. Diagnosis pasti DBD adalah dengan ditemukannya
virus dengue sebagai penyebab DBD pada penderita. Menemukan virus dengue pada
penderita hanya dapat dilakukan di laboratorium dengan cara isolasi virus, deteksi antigen
virus atau RNA dalam serum atau jaringan tubuh, dan deteksi antibodi spesifik dalam serum
penderita. Hingga kini, dikenal 5 jenis uji serologik yang biasa dipakai untuk menentukan
adanya infeksi virus dengue, yaitu:
1. Uji hemaglutinasi inhibisi (Hemaglutination inhibition test = HI test)
2. Uji kornpleman fiksasi (Complemen fixation test = CF test)
3. Uji neutralisasi (Neutralization test =NT test)
4. IgM Elisa (Mac Elisa)
5 IgG Elisa
Pada dasamya, hasil uji serologi dibaca dengan melihat kenaikan titer antibodi fase
konvalesen terhadap titer antibodi fase akut (naik 4 kali lipat atau lebih).
Pada Demam Dengue merupakan penyakit demam akut selama 2-7 hari, ditandai dengan dua
atau lebih manifestasi klinis sebagai berikut:
• Nyeri kepala.
• Nyeri retro-oebital.
• Mialgia / artralgia.
• Ruam kulit.
• Manifestasi perdarahan (petekie atau uji bendung positif).
• Leukopenia.
dan pemeriksaan serologi dengue positif, ayau ditemukan pasien DD/DBD yang sudah
dikonfirmasi pada lokasi dan waktu yang sama.3
8.PENATALAKSANAAN
1. Pemberian cairan.
Tujuan pemberian cairan adalah untuk mengatasi kehilangan cairan plasma sebagai
akibat peningkatan permeabilitas kapiler dan perdarahan. Jika masih bisa minum (intake
baik) dan tidak ada muntah diberikan minum banyak 1-2 liter/hari, Jenis minuman yang
diberikan berupa: air" putih, teh manis, sirup, jus buah, susu, oralit. Pemberian cairan intra-
vena (infus) jika : (1) anak terus-menerus muntah, tidak mau minum, demam tinggi,dehidrasi;
(2) nilai hematokrit cenderung meningkat pada pemeriksaan berkala.2
Cairan Cairan yang diberikan bisa berupa :
1. Kristaloid :
- Ringer Laktat
- 5 % Dextrose di dalam larutan Ringer Laktat
- 5 % Dextrose di dalam larutan Ringer asetat
- 5 % Dextrose di dalam larutan setengah normal garam faali, dan
- 5 % Dextrose di dalam larutan normal garam faali.
2. Koloidal :
- Plasma expander dengan berat molekul rendah (Dextran 40)
- Plasma.
1. RL / D 5 % dalam RL / D 5 % dalam Ringer Asetat / larutan normal garam faali ---->
diberikan 10 –20 ml/kg BB/ 1 jam.
2. Pada kasus yang berat (grade IV) dapat diberikan bolus 10 ml/kg BB (1 x atau 2 x).
3. Jika renjatan berlangsung terus (Hematokrit tinggi) diberikan larutan koloidal
(Dextran atau Plasma) sejumlah 10 – 20 ml/kg BB/ 1 jam.3
2. Tranfusi darah
Diberikan pada :
• Kasus dengan renjatan yang sangat berat atau syok yang berkelanjutan.
• Gejala perdarahan yang nyata, misal : hematemesis dan melena.
Pemberian darah dapat diulang sesuai dengan jumlah yang dikeluarkan.
Jika jumlah trombosit menunjukkan kecenderungan menurun.4
3. Antipiretika
Diberikan Parasetamol 10-15 mg/kgbb/kali (mencegah timbulnya efek samping
perdarahan dan asidosis).
9.PROGNOSIS
Pada Demam Dengue prognosisnya apabila suhu turun maka akan terjadi perbaikan
dan penyembuhan sempurna. Sedagkan pada Demam Berdarah Dengue angka kematian yang
disebabkan oleh DBD adalah kurang dari 1%, tetapi bila timbul DSS maka angka kematian
bisa mencapai 40-50%. Sehingga prognosis DSS sangat tergantung dari pengenalan dini
dengan cara pemantauan cermat dan tindakan cepat dan tepat terutama ketika terjadi renjatan
(syok).2
Menurut buku Pedoman Diagnosis dan Tata Laksana Infeksi Virus Dengue pada
Anak (2014), kriteria pulang pada pasien yang dirawat adalah sebagai berikut11:
10. PENCEGAHAN