You are on page 1of 8

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 latar belakang

Bahan pakan adalah segala sesuatu yang dapat dimakan dan dapat dicerna sebagian
atau seluruh tanpa menggangu kesehatan ternak yang memakannya. Bahan pakan terdiri dari
dua kelompok, yaitu bahan pakan asal tanaman dan non tanaman (ternak atau ikan). Kualitas
suatu bahan pakan ditentukan oleh kandungan zat nutrient atau komposisi kimianya, serta
tinggi rendahnya zat anti nutrisi yang terkandung didalam bahan pakan tersebut.

Banyaknya bahan pakan yang di alam maka dibutuhkan pengklasifikasian dan


pemberian nama untuk mempermudah penyebutan dan memudahkan untuk dipelajari dan
menghindari adanya suatu bahan pakan yang memiliki nilai ganda. Oleh karena itu ada cara
pemberian nama (nomenklatur) bahan pakan internasional untuk menanggulangi
ketidaktetapan dalam pemberian nama bahan pakan tersebut. Penganalisaan bahan pakan
perlu adanya pengetahuan tentang alat-alat yang akan digunakan. Alat-alat tersebut harus
diketahui cara pemakaiannya dan fungsi-fungsinya, karena sangat menunjang ketepatan
dalam menganalisis bahan pakan yang akan diuji.

Bahan pakan memiliki struktur dan cirri-ciri yang berbeda. Ciri dan struktur inilah
yang menyebabkan adanya sifat fisik dari suatu bahan pakan. Sifat fisik bahan pakan
merupakan suatu keadaan dimana terdapat sifat fisik memiliki kondisi kimia maupun fisika
yang masing-masing bahan pakan berbeda. Uji fisik dalam bahan pakan sangat penting untuk
mengontrol kualitas dalam produksi pakan, keberhasilan, dan keuntungan suatu usaha
peternakan. Bahan pakan mempunyai kandungan nutrien dan deskripsi tertentu. Sifat-sifat
tersebut akan berubah karena adanya pengaruh tertentu, misal perlakuan, penambahan bahan
pakan lain, dan penyimpanan.

Sifat fisik pakan adalah salah satu faktor yang sangat penting untuk diketahui. Sifat
fisik digunakan untuk proses penanganan, pengolahan, dan penyimpanan. Indrustri pakan
tidak hanya membutuhkan informasi tentang komposisi kimia dan nilai nutrisi saja tetapi
juga menyangkut sifat fisik, sehingga kerugian akibat kesalahan
penanganan bahan pakan dapat dihindari. Pengetahuan sifat fisik dan termal butiran penting
dalam masalah panas dan pemindahan masa bahan, termasuk penyimpanan butiran,
pengeringan, aerosi, pendinginan, dan pengolahan. Sifat fisik bahan pakan tergantung dari
jenis dan ukuran partikel bahan. Sekurang-kurangnya ada enam sifat fisik pakan yang penting
yaitu : berat jenis, kerapatan tumpukan, kerapatan pemadatan dan tumpukan, sudut
tumpukan, daya ambang dan faktor higroskopis (Jaelani dan Firahmi, 2007).

Sifat fisik (keambanan, daya serap air, dan kelarutan) sangat erat hubungannya
dengan fermentabilitas bahan pakan tersebut didalam rumen. Keambanan merupakan sifat
dimiliki pakan berserat. Ternak yang mengkonsumsi ransum dengan keambanan tinggi akan
cepat merasa kenyang. Kebutuhan nutrisinya belum dapat tercukupi atau terpenuhi secara
optimal, karena hanya merasa kenyang saja (Siregar, 2005).

Sifat fisik (keambaan, daya serap air, dan kelarutan) sangat erat kaitannya dengan
degrabilitas dan fermentabilitas bahan pakan tersebut di dalam rumen (Sutardi, 1995).
Keambaan merupakan sifat yang umum dimiliki oleh pakan berserat. Semakin tinggi
keambaan suatu bahan pakan semakin tinggi kandungan seratnya. Ternak yang
mengkonsumsi ransum dengan keambaan tinggi akan cepat merasa kenyang, sedangkan
kebutuhan nutrisinya belum terpenuhi (Siregar, 1995).

Daya serap air adalah kemampuan partikel bahan pakan untuk mengikat air. Hal ini
menyebabkan partikel bahan kering tidak terlarut menjadi jenuh, kemudian partikel tersebut
mengembang dan akan lebih mudah didegradasi oleh mikroba rumen, sehingga
meningkatkan laju pengosongan rumen. Terdapat korelasi positif antara sifat fisik dan
komposisi kimia bahan pakan, terutama antara daya serap air partikel pakan dengan fraksi
serat (NDF, ADF, hemiselulosa, dan selulosa). Perbedaan daya mengikat air pada berbagai
bahan pakan dapat mempengaruhi volume dan laju aliran digesta dalam rumen (Robertson
dan Easwood, 1981).
Kelarutan suatu bahan pakan mempengaruhi kecepatan degradasi bahan pakan
tersebut. Bahan pakan yang mudah larut akan lebih mudah didegradasi di dalam rumen.
Bahan kering pakan dapat dibedakan menjadi fraksi terlarut dan fraksi tidak terlarut. Fraksi
terlarut sebagian besar didegradasi di dalam rumen (Nocek, 1988). Fraksi bahan kering tidak
terlarut dapat didegradasi pada kecepatan yang berbeda dan laju pengosongan rumennya
tergantung pada sifat fisik dan komposisi kimia dari partikel pakan tersebut (Ramanzin et al.,
1994).
Sifat fisik pakan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kecepatan laju
aliran digesta rumen. Oleh karena itu evaluasi sifat fisik terhadap bahan pakan yang berasal
jerami, dedak dan lamtoro.

1.2 Tujuan pratikum

1. Mengetahui metode-metode uji fisik pakan yaitu jerami dann dedak untuk keambaan,
kelarutan dan daya serap air.
METODOLIOGI

1. Waktu dan tempat

 Waktu: Senin, 23 Maret 2015


 Tempat : Laboratorium Fakultas Peternakan, Universitas Nusa Cendana, Kupang.

2. Alat dan bahan


 Alat :
1. gelas ukur 100ml(sebagai cawan)
2. gelas ukur 250ml(sebagai cawan)
3. gelas ukur 50ml(sebagai pengukur larutan Mcdougle)
4. gelas ukur 1000ml(tempat larutan Mcdougle)
5. timbangan analitik
6. pengaduk/vortex
7. kertas saring
8. vakum pompa
9. pinset
10. magnetic stirel
11. cawan aluminium
12. saringan
13. desikator
 bahan
1. sampel lamtoro, dedak dan jerami
2. larutan Mcdougle

3. Cara kerja
a) Keambaan
1. Siapkan alat dan bahan yang hendak digunakan
2. Timbang cawan yang hendak digunakan,menggunakan timbangan analitik
dalam hal ini adalah gelas ukur 100ml
3. Catatlah berat dari cawan tersebut
4. Kembalikan nilai timbangan tersebut manjadi nol
5. Setelah itu tambahkan sampel sampai penuh/rata mulut dari cawan tersebut
6. Lihat dan catatlah berat sampel tersebut
b) Daya serap air dan kelarutan
1. Siapkan alat dan bahan yang hendak digunakan
2. Timbang cawan dan kertas saring menggunakan timbangan analitik
3. Catat hasil timbangan dari cawan dan kertas saring
4. Kembalikan nilai timbangan tersebut manjadi nol
5. Tambahkan sampel sebanyak ± 3gr pada cawan tersebut
6. Masukkan larutan Mcdougle sebanyak 30ml
7. Masukkan magnetic stirel kedalam sampel yang telah terisi cairan Mcdogle
8. Sentifuge selama ± 15 menit hingga merata/homogen
9. Setelah disentrifuge selama 15 menit, sampel tersebut disaring menggunakan
saringan dengan bantuan vakum pompa.
10. Setelah itu sampel yag telah tersaring dimasukka kedalam aluminium yang
telah ditimbang
11. Timbang smpel tersebut yang telah berda didalam aluminium
12. Untuk melanjutkan perhitungan kelarutan masukkan sampel tersebut kedalam
oven dengan suhu 1050C selama ±4 jam.
13. Setelah 4 jam dikeluarkan dari oven dan dimasukan kedalam desikator selama
± 15 menit
14. Setelah dari desikator ditimbang menggunakan timbangan analitik kemudian
catat hasilnya.
BAB II

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. HASIL
a) Keambaan

NO SAMPEL BERAT CAWAN BERAT SAMPEL


1 Lamtoro 46, 517 gr 86, 968 gr
2 Dedak 46, 515 gr 81, 656 gr
3 Jerami 46, 516 gr 62, 903 gr

b) Daya serap air

NO SAMPEL BERAT CAWAN BERAT KERTAS BERAT


SARING SAMPEL
1 Lamtoro 83, 809 gr 0, 647 gr 3, 006 gr
2 Dedak 76, 045 gr 0, 635 gr 3, 010 gr
3 jerami 75, 492 gr 0, 644 gr 3, 010 gr

c) Kelarutan

NO SAMPEL BERAT BERAT BERAT BERAT


CAWAN KERTAS SAMPEL ALUMINIUM
SARING
1 Lamtoro 83, 809 gr 0, 647 gr 3, 006 gr (U) 8, 835 gr
2 Dedak 76, 045 gr 0, 635 gr 3, 010 gr (T) 9, 080 gr
3 jerami 75, 492 gr 0, 644 gr 3, 010 gr (V) 8, 729 gr

NO SAMPEL BERAT SAMPEL SETELAH BERAT ALUMINIUM


DISARING SETELAH DARI OVEN
1 Dedak 17.205gr(T) 11.770gr(T)
2 Jerami 32.686gr(V) 11.957gr(V)
2. PEMBAHASAN

A. Keambaan

Pada uji keambaan bahan yang digunakan adalah sampel lamtoro, dedak, dan jerami.
Masing-masing sampel tersebut ditempatkan kedalam cawan yang telah ditimbang hingga
penuh cawan tersebut tanpa sampel tersebut harus ditekan. Kemudian sampel yang telah
berada didalam cawan tersebut ditimbang dan didapatlah hasilnya.

Perhitungan untuk keambaan menggunakan rumus:

Keambaan (l/kg) = berat sampel


Volume sampel

untuk mendapat volume sampel = berat sampel-berat cawan. sehingga untuk perhitungan

a. lamtoro,

*berat volume= 86.968 gr – 46.517 gr= 40.451 gr

dalam praktikum ini kami menggunakan cawan 100ml, sehingga 40.451grX10L=404.51 gr/l

jadi masukkan hasil tersebut dalam rumus keambaan = 404.51= 0.40451gr/L


1000L

b. Dedak

*berat volume= 81.656gr -46.515gr=35.05gr

*cawan 100 ml, sehingga 35.05grX10L=350.5gr/l

* 350.5gr/1000L=0.3505gr/L

c. Jerami
*berat volume=62.903gr-46.516gr=16.387gr
*cawan 100ml, sehingga 16.387grX10L=163.87gr/l
*163.87gr/1000=0.16387gr/L

Hal ini dapat diartikan bahwa daun lamtoro memerlukan volume yang lebih besar
dibandingkan dengan bahan ransum lainnya untuk setiap bahan ransum tersebut. Keambaan
merupakan satu sifat fisik yang dimiliki oleh pakan serat dan ternyata daun lamtoro
nmempunyai kandungan serat kasar yang tinggi dibandingkan dengan lamtoro dan dedak.

B. Daya serap air

Pada pengujian daya serp air masih menggunakan sampel yang sama namun untuk
sampel lamtoro gagal diunakan karena sampelnya terlalu halus an pada saat penyaringan
kertas saringnya robek.

Daya serap air ini menggunakan sampel sebanyak ±3gr,kemudian menggunakan


larutan McDougle sebanyak 30 ml dan diaduk dengan pengaduk (vortex) selama 15 menit
sampai homogen (merata), kemudian bahan disaring dengan menggunakan kertas saring yang
telah ditimbang, setelah itu dibantu dengan pompa vakum sampai airnya tidak menetes lagi.
Setelah itu bahan dan kertas saring ditimbang. Perhitungan daya serap air:
Daya serap air (W)%= bobot akhit-bobot awal X 100%
Bobot awal
Daya serap air adalah kemampuan bahan ransum tersebut untuk menyerap air kembali setelah
bahan/ransum kering. Nilai daya serap air antara dedak dan jerami berbeda satu sama lain
yaitu
a. Dedak
b. jerami

C. Kelarutan

Kekarutan sama dengan cara kerja daya serap air saja, hanya perbedaannya pada kelarutan
setelah sampelnya di saring dimasukkan kedalam oven 1050C, setelah itu di keluarkan dari
oven dan ditimbang berat sampel tersebut dan dihitunglah kelarutannya degan rumus:

Kelarutan (%)= KS 1050C+BK– (KS + sisa BK)/BK x 100%


BK
Kelarutan suatu bahan ransum/pakan dapat dijadikan sebagai petunjuk cepat atau lambatnya suatu bahan
pakan didegradasi. Kelarutan antara daun kelapa sawit, lumpur kelapa sawit, bungkil kelapa sawit, dan kulit
buah kakao berbeda satu sama lain
Keterangan:
KS 1050C: Berat Kertas Saring 1050C
BK : Berat Kering Pakan 1050C

You might also like