Professional Documents
Culture Documents
KATA PENGANTAR................................................................................... 2
BAB I...................................................................................................... 3
PENDAHULUAN....................................................................................... 3
A. LATAR BELAKANG.........................................................................3
B. TUJUAN PENULISAN.......................................................................4
1. Tujuan Umum................................................................................ 4
2. Tujuan Khusus............................................................................... 4
C. Metode Penulisan............................................................................... 5
D. Sistematika Penulisan..........................................................................5
BAB II..................................................................................................... 6
KONSEP DASAR MEDIK............................................................................ 6
A. PENGERTIAN.................................................................................. 6
B. KLASIFIKASI BESERTA ETIOLOGI....................................................7
C. ANATOMI DAN FISIOLOGI.............................................................10
D. PATOFISIOLOGI............................................................................ 24
E. MANIFESTASI KLINIK...................................................................26
F. KOMPLIKASI................................................................................ 31
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG..........................................................31
H. PENATALAKSANAAN....................................................................32
I. ASUHAN KEPERAWATAN...............................................................34
1. Pengkajian.................................................................................. 34
2. Diagnosa Keperawatan...................................................................35
3. Intervensi Keperawatan..................................................................35
4. Evaluasi Keperawatan....................................................................43
BAB III.................................................................................................. 44
PENUTUP............................................................................................... 44
A. KESIMPULAN............................................................................... 44
B. SARAN......................................................................................... 44
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 45
KATA PENGANTAR
BAB I
PENDAHULUAN
PKD pada orang dewasa adalah laten selama bertahun-tahun dan biasanya
dialami oleh usia antara 30 dan 40 tahun . Ini melibatkan kedua ginjal dan
terjadi pada pria dan wanita . Korteks dan medula dipenuhi dengan kista yang
besar berdinding tipis mulai dari ukuran milimeter sampai beberapa sentimeter
dengan diameter. Kista membesar dan menghancurkan jaringan di sekitarnya
dengan penekanan. Kista diisi dengan cairan dan mungkin berisi darah atau
nanah. Pada awal penyakit pasien umumnya asimtomatik. Gejala muncul
ketika kista mulai membesar. Manifestasi pertama PKD adalah hipertensi ;
hematuria (dari pecahnya kista ); atau perasaan berat di belakang, samping,
atau perut atau juga bias menjadi ISK. Sakit kronis adalah salah satu masalah
yang paling umum dialami oleh pasien dengan PKD . Rasa sakit dapat terus
menerus dan berat. Bilateral , ginjal membesar dan sering teraba pada
pemeriksaan fisik (Lewis, Sharon L.2014).
PKD juga dapat mempengaruhi hati, jantung ( katup jantung yang abnormal ).
Pembuluh darah ( aneurisma ), dan usus ( diverticulosis ). Komplikasi yang
paling serius adalah aneurisma otak , yang bisa pecah.
Diagnosis didasarkan pada manisfestations klinis, riwayat keluarga, USG
( ukuran screening terbaik ), atau CT scan. Penyakit ini biasanya bertahap dari
hilangnya fungsi ginjal pada ESKD pada usia 60 pada 50% pasien (Lewis,
Sharon L.2014)
B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum.
Diharapkan mahasiswa mampu memahami Polycystic Kidney Disease
atau sering disebut penyakit ginjal polikistik dan juga memahami asuhan
keperawatan system perkemihan khususnya untuk kasus Polycystic
Kidney Disease atau sering disebut penyakit ginjal polikistik.
2. Tujuan Khusus
Diharapkan mahasiswa mampu :
a. Mengetahui Pengertian-pengertian Polycystic Kidney Disease.
b. Mengetahui Klasifikasi dan Etiologi Polycystic Kidney Disease.
c. Mengetahui Anatomi dan Fisiologi yang terkait dengan Polycystic
Kidney Disease.
d. Mengetahui Patofisiologi Polycystic Kidney Disease.
e. Mengetahui Manifestasi Klinis Polycystic Kidney Disease.
f. Mengetahui Komplikasi Polycystic Kidney Disease.
C. Metode Penulisan
Dalam penyusunan makalah ini, penyusunan mengunakan metode
deskriktif dan studi kepustakaan serta melalui konsultasi kepada dosen
pembimbing.
D. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan makalah ini penyusun membagi dalam 3 bab, yaitu: Bab
1:Pendahuluan yang berisi latar belakang, tujuan penulisan, metode
penulisan, sistematika penulisan. Bab 2: konsep dasar medik yang berisi
tentang pengertian, etiologi, patofisiologi, klasifikasi, manifestasi klinis,
penatalaksanaan, tes diagnostik, kompikasi serta asuhan keperawatan pada
pasien dengan Polycystic Kidney Disease. Bab 3:Penutup yang berisi
tentang kesimpulan dan saran,daftar pustaka.
BAB II
A. PENGERTIAN
Polycystic Kidney Disease atau Penyakit Ginjal Polikistik adalah penyakit
herediter dimana ekspansi progresif kista-kista berisi cairan menyebabkan
Polycystic Kidney Disease adalah kelainan bawaan di mana kista berisi cairan
berkembang pada nefron. . Dalam bentuk domimant, hanya beberapa nefron
memiliki kista sampai orang mencapai nya 30-an. dalam bentuk resesif
penyakit, hampir 100% dari nefron memiliki kista sejak lahir. Kista
mengembangkan di mana saja di nefron akibat pembelahan sel ginjal yang
abnormal (Ignatavicius, Workman, 2013).
Gen letal atau gen kematian adalah gen yang dalam keadaan homozigotik
dalam menyebabkan kematian individu yang memilikinya. Ada gen letal
yang bersifat dominan, ada pula yang resesif (Suryo, 2008).
2) Meiosis
Meiosis adalah pembelahan reduksi yang hanya terjadi pada sel-sel
kelamin yaitu sel sperma pada laki-laki dan sel ovarium pada
perempuan. Pada dasarnya meiosis terjadi dalam 2 fase yaitu fase I
dan fase II yaitu,
1) Pada fase I terjadi duplikasi kromosom
Profase yang panjang pda pembelahan fase I dibagi menjadi 6
fase yaitu preleptonema, leptonema, zygonema, pachynema,
diplonema, dan diakinesis. Pembelahan fase I pada laki-laki
menghasilkan sel spermatosit dan pada perempuan sel oosit.
2) Pada fase II terjadi dua kali pembelahan
Pembelahan fase II pada laki-laki menghasilkan sel sperma dan
pada perempuan sel ovum yang merupakan sel haploid.
Pada proses pembelahan sel tumor, sel tumor atau karsinogen akan
merusak prontoonkogen, gen supresor tumor dan akhirnya merusak
regulasi atau siklus sel.
Penyebab Mutasi:
(1) Mutagen Biologi.
Bahan biologi yang dapat meyebabkan terjadinya mutasi antara
lain virus dan bakteri. Virus dapat menjadi mutagen utama karena
Struktur Ginjal.
Ginjal ditutup oleh kapsul tunika fibrosa yang kuat. Apabila kapsula
dibuka terlihat permukaan ginjal yang licin dengan warna merah tua.
Dengan potongan melintang vertical dari ginjal melalui margo lateralis ke
margo medialis akan terlihat hilus yang meluas ke ruangan sentral yang
disebut sinus renalis yaitu bagian atas dari pelvis renalis.
Pembungkus Ginjal.
Ginjal dibungkus oleh massa jaringan lemak yang disebut kapsula adipose
(peritoneal feet). Bagian yang paling tebal terdapat pada tepi ginjal
memanjang melalui hilus renalis. Ginjal dan kapsula adipose tertutup oleh
lamina khusus dari fasia subserosa yang disebut fasia renalis yang terdapat
di antara lapisan dalam dari fasia profunda dan stratum fasia subserosa
internus. Fasia fibrosa terpecah menjadi dua.
1. Lamela anterior atau fasia prerenalis
2. Lamella posterior atau fasia retrorenalis.
1. Glomerulus.
Bagian ini merupakan gulungan atau anyaman kapiler yang terletak di
dalam kapsula bowman. Bowman menerima darah dari arteriole aferen
dan meneruskan ke system vena melalui arteriol eferen. Natrium
secara bebas difiltrasi ke dalam glomerulus sesuai dengan konsentrasi
dalam plasma. Kalium juga difiltrasi secara bebas, diperkirakan 10-
20% dari kalium plasma terikat oleh protein dalam keadaan normal.
Kapsula bowman ujung-ujung buntu tubulus ginjal seperti kapsula
menutupi glomerulus yang saling melilitkan diri.
a) Elektro mikroskopis glomerulus.
Glomerulus berdiameter 200 μm , dibentuk oleh invaginasi suatu
b) Apparatus juxtaglomerulus.
Arteri aferen dan ujung akhir assa henle asendens tebal, nefron
yang sama bersentuhan untuk jarak yang pendek. Pada titik
persentuhan, sel tubulus (ansa henle) asendens menjadi tinggi
disebut macula densa. Dinding arteriol bersentuhan dengan ansa
Henle menjadi tebal karena sel-selnya mengandung butiran sekresi
rennin yang besar. Sel ini disebut sel juxtaglomerulus. Macula
densa dan sel juxtraglomerulus erat kaitannya dengan pengaturan
volume cairan ekstra sel dan tekanan darah.
c) Sawar ginjal.
Adalah istilah yang digunakan untuk bangunan yang memisahkan
darah kapiler glomerulus dari filtrate dalam rongga kapsula
bowman. Partikel ini duhubungkan dengan membrane celah
lapisan yang utuh sebagai saringan utama yang mencegah lewatnya
molekul besar. Partikel yang lebih halus mampu masuk sampai ke
rongga kapsula. Filtrasi halus malelui sawar dan tergantung pada
tekanan hidrostatik darah dalam kapiler glomerulus. Pada
umumnya tekanan hidrostatik darah adalah 75 mmHg.
D. PATOFISIOLOGI
PKD adalah kelainan bawaan di mana kista berisi cairan yang tumbuh dan
berkembang pada nefron. Pada jenis domiman,hanya beberapa nefron yang
terkena kista sampai mencapai 30-an. Pada jenis resesif, hampir 100% dari
nefron terdapat kista sejak lahir. Kista berkembang di mana saja pada nefron
akibat pembelahan sel ginjal yang abnormal.
Seiring waktu, kista kecil menjadi lebih besar (sampai beberapa sentimeter)
dan menyebar lebih luas. Kista yang tumbuh merusak glomerulus dan
membran tubular. Kista ini dipenuhi cairan dan membesar, nefron dan fungsi
ginjal menjadi kurang efektif.
Jaringan ginjal akhirnya digantikan oleh kista yang tidak mempunyai fungsi
yang terlihat seperti gugusan anggur. Ginjal menjadi sangat besar. Setiap
ginjal yang terkena penyakit ini, kistik bisa membesar dua atau tiga kali dari
ukuran normal, menjadi besar seperti sepak bola, dan mungkin berat £ 10 atau
lebih. Organ perut lainnya mengalami desakan, dan pasien mengalami nyeri.
Kista yang berisi cairan juga bisa meningkatkan risiko infeksi, pecah, dan
perdarahan, yang menyebabkan peningkatan rasa sakit.
Kebanyakan pasien dengan PKD memiliki tekanan darah tinggi. Aliran darah
ke ginjal menurun, sehingga mengaktifkan sistem rennin-angiotensin dan
meningkatkan tekanan darah. Pengendalian hipertensi adalah prioritas utama.
Kista dapat terjadi juga pada jaringan lain, seperti hati dan pembuluh darah.
Sehingga dapat mengurangi fungsi hati. Selain itu, kejadian aneurisma otak
(outpouching dan penipisan dinding arteri) lebih tinggi pada pasien dengan
Ginjal yang membesar disebabkan oleh beberapa kista bola, dengan ukuran
milimeter yang berisi cairan. Kista berdistribusi secara merata di seluruh
korteks dan medula. Polip hiperplastik dan adenoma ginjal yang umum.
Parenkim ginjal mungkin memiliki berbagai tingkat atrofi tubular, fibrosis
usus, dan nephrosclerosis. Kista menyebabkan pemanjangan pelvis ginjal,
merata dari calyces, dan lekukan di ginjal.
Kista juga terbentuk di tempat lain-seperti pada hati, limpa, pankreas, dan
ovarium. Dalam aneurisma intrakranial, divertikula kolon, dan mitral prolaps
katup juga terjadi.
E. MANIFESTASI KLINIK
Nyeri sering menjadi manifestasi utama. Umumnya, bntuk perut cembung
mengindikasikan kista ginjal membengkak dan mendorong isi dan tekanan
dari dalam abdomen kedepan. Polikistik Ginjal mudah diraba karena ukuran
mereka yang besar.
Nokturia (kebutuhan untuk buang air kecil berlebihan di malam hari) adalah
manifestasi awal dan terjadi karena penurunan konsentrasi urin. Fungsi ginjal
mengalami penurunan yang lebih lanjut dan pasien menjadi hipertensi, edema,
dan manifestasi uremik seperti anoreksia, mual, muntah, pruritus, dan
kelelahan. Karena aneurisma berry sering terjadi pada pasien dengan PKD,
sakit kepala berat dengan atau tanpa neurologis atau perubahan visi inilah
yang butuh perhatian (Ignatavicius, Workman.2013).
F. KOMPLIKASI
Beberapa bayi dengan penyakit ini bertahan selama 2 tahun dan kemudian
meninggal akibat dari komplikasi hati atau ginjal, jantung, atau gagal napas.
Kemungkinan komplikasi pada orang dewasa meliputi:
1. Pielonefritis.
2. Hematuria berulang.
3. Ancaman perdarahan retroperitoneal dari kista yang pecah.
4. Proteinuria.
5. Nyeri perut akibat kolik ureter.
6. Gagal ginjal.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Urinalisis menunjukkan proteinuria (protein dalam urin) setelah glomeruli
terkena. Hematuria (darah dalam urin). Bakteri dalam urin
mengindikasikan infeksi, biasanya dalam kista. Sampel urine untuk kultur
dan uji sensitivitas bila ada bukti infeksi. Karena penurunan fungsi ginjal,
kreatinin serum dan nitrogen urea darah (BUN) meningkat. Dengan
penurunan fungsi ginjal, kreatinin menurun, perubahan dalam penanganan
ginjal natrium dapat menyebabkan kerugian baik natrium atau retensi
natrium (Ignatavicius, Workman.2013).
H. PENATALAKSANAAN.
Pengobatan dan Perawatan termasuk:
1. Antibiotik untuk infeksi.
2. Hidrasi yang memadai untuk menjaga keseimbangan cairan.
3. Drainase bedah abses kistik atau perdarahan retroperitoneal.
4. Operasi untuk sakit keras (gejala umum) atau analgesik untuk sakit perut.
Ketika mulai mengalami gagal ginjal yang progresif , intervensi rasa sakit
pada fungsi ginjal utama yang tersisa. Ukuran keperawatan yang digunakan
untuk pengelolaan ESKD termasuk pembatasan modifikasi diet cairan , obat-
obatan ( misalnya,anti hipertensi),dan bantuan untuk pasien dan keluarga
dalam menghadapi proses penyakit kronis dan masalah keuangan .
Orang yang memiliki PKD dewasa terkadang memiliki anak pada saat
penyakit didiagnosis. Pasien perlu konseling yang tepat mengenai rencana
untuk mempunyai lebih anak. Di samping itu, konseling genetik harus
diberikan untuk anak (Lewis, Sharon L.2014).
Saat ini, umumnya bersifat suportif, karena belum ada satu teraoi yang
terbukti dapat mencegah penurunan fungsi ginjal. Petunjuk Joint National
Committee (JNC) VII menganjurkan control hipertensi dengan tekanan darah
target sebesar 130/85 mmHg atau kurang; namun, tekanan yang lebih rendah
dilaporkan dapat memperlambat penurunan fungsi ginjal. Sering diperlukan
pemberian multi obat yang mencakup obat yang menghambat system rennin-
angiotensin. Belum ada bukti kuat untuk menganjurkan diet rendah protein,
khususnya pada oasien dengandisfungsi ginjal tahap lanjut sehingga status gizi
Belum ada terapi spesifik untuk ARPKD. Perbaikn dalam ventilasi mekanis,
terapi penunjang neonates, penanganan tekanan darah, dialysis, dan
transplantasi ginjal menyebabkan banyak pasien yang bertahan hidup hingga
dewasa. Penyulit fibrosis ati mungkin mengharuskan dilakukannya
transplantasi hati. Di massa mendatang, terapi mungkin ditujukan kepada
mekanisme sel sinyal yang menyimpan, seperti pada ADPKD (Jameson,
J.Larry, 2012).
I. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian.
a) Riwayat Penyakit.
b) Penilaian Psikososial.
Sebagai kelainan bawaan, PKD dapat menyebabkan respon
psikososial. Pasien sering telah melihat efek dan masalah penyakit
pada anggota keluarga dekat. Dia mungkin memiliki orang tua yang
meninggal atau kerabat dekat yang diperlukan dialisis atau
transplantasi. Sementara mendapatkan riwayat keluarga, dengarkan
dengan seksama perasaan yang diucapkan dan yang tak terucapkan
kemarahan, kebencian, kesia-siaan, kesedihan, atau kecemasan.
Perasaan tersebut mungkin salah satu atau kedua orang tua atau proses
diagnosis dan pengobatan. Perasaan bersalah dan kepedulian untuk
anak-anak pasien juga dapat mempersulit masalah ini (Ignatavicius,
Workman, 2013).
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa berdasarkan NANDA yang bisa diangkat antara lain:
a) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan perubahan suplai
pembuluh darah ginjal dan retensi natrium yang mengakibatkan
penurunan laju filtrasi glomerulus.
b) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan atau keletihan
akibat anemia, ketidakadekuatan oksigenasi sekunder akibat
komplikasi jantung dan paru.
c) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pembedahan (insersi akses
darah hemodialisis atau kateter peritoneal), transplantasi ginjal.
d) Keputusasaan berhubungan dengan penurunan atau pemburukan
kondisi fisik.
e) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema, pruritus.
Mengelola nyeri.
Mencegah Sembelit
Intervensi Rasional
Intervensi Rasional
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Polycystic Kidney Disease atau penyakit ginjal polikistik adalah penyakit
herediter yang diturunkan akibat adanya mutasi gen dari orang tua yang dapat
bersifat dominan yakni yang dialami pada orang dewasa baik laki-laki dan
perempuan dan juga dapat bersifat resesif yang dapat dialami oleh bayi baru
lahir dimana pada organ ginjalnya terdapat kista yang dapat berisi cairan atau
nanah dan juga sel berhiperplasia dan bertambah banyak dan menggantikan
fungsi sel ginjal yang normal menjadi tak ada fungsnya sehingga ginjal akan
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito Lynda juall. 1999, alih bahasa, Monica Ester, Rencana Asuhan
Keperawatan dan Dokumentasi keperawatan. Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran
EGC: Jakarta..
Rudolph, Abraham M. 2006. Buku Ajar Pediatri Rudolph II. Ed.20;Cet 1;Jil I.
Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta.
Suryo, Ir. 2008. Genetika Strata 1. Cet 12. Gajah Mada University: Yogyakarta.