You are on page 1of 23

CASE REPORT

OSTEOARTRITIS
Fadilla Rizki Putri1 Alex Barus 2
1
Penulis untuk korespondensi: Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Riau, E-mail:
cdrferdy@gmail.com
2
bagian Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Riau/RSUD Arifin Achmad
Provinsi Riau

Abstrak
Pendahuluan:Osteoarthritis (OA) adalah gangguan degeneratif kronis dengan
etiologi multifaktorial yang ditandai dengan hilangnya tulang rawan artikular
dan remodeling tulang periarticular. OA menyebabkan nyeri sendi, biasanya
lebih buruk dengan berat tubuh berlebih dan aktivitas serta bisa menimbulkan
kekakuan sendi. Osteoarthritis primer sebagian besar terkait dengan penuaan,
sedangkan osteoarthritis sekunder disebabkan oleh penyakit atau kondisi lain.
Anamnesis, pemeriksaan fisik dan radiologi merupakan instrumen untuk
penegakan diagnosis. Pengobatan osteoarthritis meliputi terapi non-farmakologis
dan terapi farmakologi tergantung pada kebutuhan klinis pasien. Pasien dengan
nyeri persisten dan keterbatasan progresif kegiatan sehari-hari meskipun
manajemen medis mungkin menjadi kandidat untuk operasi.
Laporan Kasus: Tn. H, 79 tahun merupakan PBM via IGD RSUD Arifin Achmad
Provinsi Riau pada tanggal 18 Januari 2015 dengan keluhan nyeri sendi di kedua
lutut sejak 1 tahun SMRS. 1 minggu sebelum masuk RSUD Arifin Ahmad, pasien
dirawat di RS. Bangkinang dengan keluhan demam tinggi. Demam muncul
mendadak dan dirasakan terus menerus. Pasien juga mengalami mual dan
muntah, nyeri pada perut, terutama didaerah ulu hati serta sakit kepala yang
menjalar kesekitar mata. 1 hari SMRS RSUD Arifin Ahmad pasien mengeluhkan
gusi berdarah, warna darah merah terang, jumlahnya sedikit. Pasien juga
mengalami muntah bercampur darah, warna kecoklatan, muntah tidak terlalu
banyak. Pasien akhirnya dirujuk ke RSUD AA. Dari pemeriksaan fisik didapatkan
tekanan darah 150/100 mmHg, ditemukan perdarahan gusi, pada abdomen
terdapat nyeri tekan pada epigastrium dan ekstremitas bawah ditemukan ptekie.
Dari pemeriksaan penunjang didapatkan Hb 17 g/dl, eritrosit 5,4 x 106 /µl,
leukosit 3.500 /µl, hematokrit 48,2 %, dan trombosit 42.000 /µl.
Kata kunci : Osteoartritis

PENDAHULUAN
Osteoarthritis merupakan penyakit rematik yang paling sering
menimbulkan kerusakan sendi yang terbanyak ditemukan pada usia lebih dari 45
tahun ke atas.1 Osteoarthritis adalah penyakit degeneratif yang penyebabnya
belum diketahui dan paling sering mengenai daerah lutut. Osteoarthritis
merupakan penyakit yang menyerang persendian yang melibatkan tulang rawan,
ligamen, tulang, dan lapisan sendi.2

Ilmu Penyakit Dalam FK UR, Februari 2015 1


Pada tahun 2013, 50 juta orang di Amerika didiagnosis osteoarthritis
dengan 60% terjadi pada perempuan.3 Laporan data statistik yang dikeluarkan
Arthritis research UK tahun 2012, terdapat 8,75 juta orang di Inggris terkena
osteoarthritis dengan 33% pada usia 75 tahun ke atas. Penderita wanita lebih
banyak dibanding pria dengan perbandingan persentase 45% wanita dan 42% laki-
laki pada usia 75 tahun ke atas.4 Di Indonesia, kasus osteoarthritis menempati
urutan teratas untuk kasus penyakit reumatik. Berdasarkan data World Health
Organization (WHO), prevalensi penderita osteoarthritis di Indonesia terdapat
sebanyak 8,1% dari total jumlah penduduk.5

Osteoarthritis diklasifikasikan menjadi 2 yaitu osteoarthritis primer dan


sekunder. Pada osteoarthritis primer, penyebabnya tidak diketahui, sedangkan
osteoarthritis sekunder disebabkan oleh kelainan dari endokrin, metabolik,
inflamasi, pertumbuhan, jejas, ataupun imobilisasi yang terlalu lama. Penderita
biasanya mengeluhkan nyeri pada sendi terutama saat beraktivitas6

TINJAUAN PUSTAKA
Definisi

Osteoarthritis merupakan penyakit sendi degeneratif yang bersifat


progresif, berkembang lambat, kronis, serta ditandai dengan penipisan rawan
sendi dan pembentukan tulang baru pada permukaan persendian.1 Kelainan utama
pada osteoarthritis adalah terjadinya kerusakan sendi. Hal ini dapat diikuti dengan
penebalan tulang subkondral, pertumbuhan osteofit, kerusakan ligamen dan
terjadinya proses inflamasi ringan pada sinovium.7

Osteoarthritis terbagi dua, yaitu osteoarthritis primer dan osteoarthritis


sekunder. Osteoarthritis primer memiliki penyebab yang tidak diketahui, tidak ada
hubungan dengan penyakit sistemik maupun perubahan sendi, sementara
osteoarthritis sekunder didasari pada adanya kelainan endokrin, inflamasi,
metabolik, herediter, pertumbuhan, dan imobilisasi yang terlalu lama.6

Patogenesis

1
CASE REPORT

Banyaknya persendian pada tubuh kita menyebabkan kemungkinan timbulnya


gesekan. Untuk mencegahnya, merupakan tugas dari rawan sendi. Rawan sendi
dibentuk oleh sel tulang rawan sendi (kondrosit) dan matriks rawan sendi.
Kondrosit bertugas membentuk proteoglikan dan kolagen serta berfungsi
mensintesis dan memelihara matriks tulang rawan sehingga fungsi bantalan rawan
sendi tetap terjaga dengan baik. Matriks rawan sendi terutama terdiri dari 70% air
yang menjadi bantalan, pelumas dan pemberi nutrisi, proteoglikan yang berfungsi
membuat jaringan elastis, dan kolagen yang berfungsi untuk menguatkan sendi.8

Gambar 1. Perbedaan gambaran lutut normal dan lutut penderita


osteoarthritis.8

Osteoarthritis terjadi akibat gagalnya kondrosit dalam mensintesis matriks


yang berkualitas dan memelihara keseimbangan antara degradasi dan sintesis
matriks ekstraseluler, termasuk berlebihannya produksi kolagen dan sintesis
proteoglikan yang pendek. Hal ini menyebabkan terjadi perubahan diameter dan
orientasi dari serat kolagen yang merubah sifat biomekanik dari tulang rawan.
Inflamasi dalam cairan sinovial sendi juga dapat terjadi akibat jejas
mekanis dan kimiawi. Sinoviosit yang mengalami peradangan akan menghasilkan
Matrix Metalloproitenase (MMPs) dan berbagai sitokin yang akan dilepaskan ke
dalam rongga sendi sehingga matriks rawan sendi akan rusak dan kondrosit akan
aktif.

Ilmu Penyakit Dalam FK UR, Februari 2015 1


Berbagai sitokin turut berperan merangsang kondrosit untuk menghasilkan
enzim perusak rawan sendi. Sitokin-sitokin pro-inflamasi akan melekat pada
reseptor di permukaan kondrosit dan sinoviosit. Sitokin-sitokin ini akan
menyebabkan transkripsi gene MMP sehingga produksi enzim tersebut
meningkat. Sitokin yang terpenting adalah IL-1, selain sebagai sitokin pengatur
(IL-6, IL-8, LIFI) dan sitokin inhibitor (IL-4, IL- 10, IL-13 dan IFN-γ). Sitokin
inhibitor ini bersama IL-Ira dapat menghambat sekresi berbagai MMPs. Selain itu,
IL-4 dan IL-13 juga dapat melawan efek metabolik IL-1. IL-1 juga berperan
menurunkan sintesis kolagen tipe II dan IX dan meningkatkan sintesis kolagen
tipe I dan III, sehingga menghasilkan matriks rawan sendi yang berkualitas
buruk.1,5,8

Faktor Risiko

Berikut fator risiko untuk osteoartritis, yaitu :

a. Usia
Semakin bertambahnya usia, angka kejadian osteoarthritis akan semakin
meningkat. Hal ini berkaitan dengan menurunnya kekuatan kolagen dan
proteoglikan pada sendi.8 Meskipun osteoarthritis bisa terjadi pada usia muda,
namun lebih banyak ditemui pada usia tua. Osteoarthritis bisa timbul di usia 20-30
tahun dan seringnya ditemukan pada usia 60 tahun ke atas.6

b. Jenis Kelamin
Wanita lebih sering terkena osteoarthritis lutut, dan osteoarthritis yang
mengenai banyak sendi, sementara laki-laki lebih sering terkena osteoarthritis di
lokasi paha, pergelangan tangan, dan leher. Pada usia kurang dari 50 tahun,
prevalensi osteoarthritis lebih banyak mengenai laki-laki, sedangkan wanita
lebih banyak terkena osteoarthritis pada usia lebih dari 50 tahun.6 Hal ini
dipengaruhi dari berkurangnya kadar estrogen pada wanita saat masa menopause
sehingga rentan terkena osteoarthritis.9

1
CASE REPORT

c. Ras/Etnis
Osteoarthritis lebih banyak ditemukan pada ras Amerika-Afrika
dibandingkan Kaukasia. Untuk osteoarthritis lutut, prevalensinya meningkat
pada ras Afrika, Amerika, dan Asia dibandingkan ras Kaukasia. Sementara
untuk osteoarthritis paha, lebih banyak ditemukan pada ras Kaukasia.6,10

d. Genetik
Timbulnya osteoarthritis juga dipengaruhi dari faktor herediter. Hal ini
berhubungan dengan adanya mutasi dalam gen prokolagen atau gen-gen
struktural lain untuk unsur-unsur tulang rawan sendi seperti kolagen,
proteoglikan6

e. Kegemukan dan penyakit metabolik


Berat badan yang berlebih membuat sendi lutut bekerja lebih berat dalam
meningkatkan tekanan mekanik untuk menahan beban tubuh, sehingga
kegemukan menjadi salah satu faktor risiko dari osteoarthritis. Pada penderita
osteoarthritis juga dikatakan memiliki risiko lebih besar terkena penyakit jantung
koroner, hipertensi, diabetes melitus.6,8

f. Cedera sendi, pekerjaan, dan olahraga


Cedera sendi penyangga berat tubuh seperti sendi lutut dapat meningkatkan
risiko terkena osteoarthritis, seperti robekan pada ligamentum krusiatum dan
meniskus.5 Menurut studi Framingham, orang dengan riwayat cedera sendi,
memiliki risiko 5-6 kali lebih besar terkena osteoarthritis.11
Penderita yang memiliki pekerjaan yang membebani sendi terlalu berat juga
lebih besar terkena risiko osteoarthritis seperti tukang pahat, kuli, petani, dan
penambang.12 Risiko untuk menderita osteoarthritis juga meningkat pada orang-
orang yang suka berolahraga berat dan sering mengalami benturan keras seperti
sepakbola dan marathon.5

Gambaran Klinis

Ilmu Penyakit Dalam FK UR, Februari 2015 1


Meskipun setiap sendi bisa menimbulkan osteoarthritis, sendi lutut
merupakan yang tersering menjadi lokasi terjadinya osteoarthritis. Hal yang
pertama kali dikeluhkan penderita adalah adanya rasa nyeri. Nyeri dirasakan
intermitten dengan rasa terbakar atau tajam pada sendi yang terkait. Nyeri
biasanya dirasakan memberat dengan aktifitas dan berkurang dengan istirahat.
Hambatan gerakan sendi juga dapat terjadi. Biasanya kekakuan timbul setelah
sendi tersebut tidak digerakkan dalam beberapa lama dan menghilang setelah
sendi digerakkan. Kaku sendi biasanya muncul saat pagi hari dengan durasi
kurang lebih 30 menit. Penderita juga mengeluhkan adanya terdengar bunyi
gemeretak pada sendi yang sakit, kemudian timbulnya pembesaran tulang di
sekitar sendi dan perubahan gaya berjalan seperti pincang.

Pada sendi yang lebih kecil seperti jari tangan, terjadi hipertrofi dari tulang
sendi interfalang distal yang disebut Nodus Heberden serta pada sendi interfalang
proksimal yang disebut Nodus Bouchard. Nodus Heberden lebih sering ditemukan
dibandingkan Nodus Bouchard. Kedua tanda ini tidak menimbulkan rasa sakit
namun membatasi gerakan.

Diagnosis

Sebagian penderita osteoarthritis datang dengan keluhan nyeri sendi, Nyeri


yang dirasakan berupa nyeri yang tajam, menimbulkan rasa tidak nyaman dan
telah terjadi bertahun-tahun. Nyeri dapat diperberat dengan aktifitas dan dapat
menetap dalam waktu yang cukup lama. Pada palpasi dapat ditemukan krepitasi,
efusi dan nyeri tekan pada sendi. Osteofit dapat menyebabkan tonjolan tulang
yang bisa diraba. Gambaran radiologis menunjukkan adanya degenerasi sendi,
penyempitan spatium kartilago, peningkatan densitas tulang subchondral dan
adanya osteofit. Pemeriksaan laboratorium pada penderita osteoarthritis biasanya
tidak banyak membantu.1,6

American College of Rheumatology mengeluarkan kriteria diagnosis


untuk osteoarthritis lutut yang dijelaskan pada tabel 1.14

1
CASE REPORT

Tabel 1. Kriteria diagnosis osteoarthritis lutut14

Klinis dan Klinis dan radiografi Klinis


laboratorium
Nyeri lutut+minimal Nyeri lutut+minimal Nyeri
5 dari 9 kriteria 1 dari 3 kriteria lutut+minimal 3
berikut: berikut: dari 6 kriteria
berikut:
Umur >50 tahun Umur >50 tahun Umur >50 tahun
Kaku pagi <30 menit Kaku pagi <30 menit Kaku pagi <30 menit
Krepitus Krepitus Krepitus
Nyeri tekan Nyeri tekan
Pembesaran tulang Pembesaran tulang
Tidak panas saat Tidak panas pada
perabaan perabaan
LED <40mm/jam
RF <1:40
Analisa cairan sendi
normal

Kellgren dan Lawrance juga mengklasifikasikan derajat gambaran


osteoarthritis yang tercantum pada Tabel 2.15

Tabel 2. Derajat osteoarthritis lutut15

Derajat 0: Tidak ada gambaran osteoarthritis


Derajat 1: Osteoarthritis meragukan dengan gambaran sendi normal,
tetapi terdapat osteofit minimal
Derajat 2: Osteoarthritis minimal dengan osteofit pada 2 tempat,
tidak terdapat sklerosis dan kista subkondral, serta celah
sendi baik
Derajat 3: Osteoarthritis moderate dengan osteofit moderate,
deformitas ujung tulang, dan celah sendi sempit
Derajat 4: Osteoarthritis berat dengan osteofit besar, deformitas
ujung tulang, celah sendi hilang, serta adanya sklerosis
dan kista subkondral.

Ilmu Penyakit Dalam FK UR, Februari 2015 1


Penatalaksanaan

Tujuan penatalaksanaan penderita osteoarthritis adalah:7

a. Meredakan nyeri
b. Mengoptimalkan fungsi sendi
c. Mengurangi ketergantungan kepada orang lain dan meningkatkan kualitas
hidup
d. Menghambat progresifitas penyakit
e. Mencegah terjadinya komplikasi

Terapi non-farmakologis untuk penderita osteoarthritis di antaranya adalah:5,6,16

a. Edukasi pasien agar tahu tentang penyakitnya sehingga bisa menjaga agar
tidak bertambah parah dan meyakinkan pasien untuk dapat tidak
bergantung pada orang lain.
b. Modifikasi aktifitas dan pola hidup
c. Istirahat teratur untuk mengurangi beban pada sendi
d. Menurunkan berat badan. Penelitian yang dilakukan pada 21 penderita
osteoarthritis dengan obesitas yang melakukan diet dan olahraga untuk
menurunkan berat badan mengalami perbaikan fungsi sendi dan
pengurangan rasa sakit dalam waktu 6 bulan.
e. Rehabilitasi medik/ fisioterapi dengan cara latihan memperkuat otot-otot
yang berguna untuk mengurangi nyeri dan menambah perluasan gerakan
sendi.
f. Penggunaan alat bantu

Terapi farmakologis untuk penderita osteoarthritis di antaranya adalah:

a. Analgesik oral non-opiat


Parasetamol merupakan analgesik pertama yang diberikan pada penderita
osteoarthritis dengan dosis 1 gram 4 kali sehari. Obat ini aman ditoleransi
untuk pasien tua.7

1
CASE REPORT

b. Obat anti inflamasi non steroid (OAINS)


Obat golongan ini memiliki efek analgetik dan anti inflamasi. Penggunaan
obat ini pada pasien tua harus secara hati-hati dan diawasi akan timbulnya efek
samping. OAINS bekerja dengan cara menghambat jalur siklooksigenase
(COX) pada kaskade inflamasi. Terdapat 2 macam enzim COX, yaitu COX-1
(bersifat fisiologik, terdapat pada lambung, ginjal dan trombosit) dan COX-2
(berperan pada proses inflamasi). OAINS bekerja dengan cara menghambat
COX-1 dan COX-2, sehingga dapat mengakibatkan perdarahan lambung,
gangguan fungsi ginjal, retensi cairan dan hiperkalemia. OAINS yang bersifat
inhibitor COX-2 selektif akan memberikan efek gastrointestinal yang lebih
kecil dibandingkan penggunaan OAINS yang tradisional.6,7
c. Chondroprotective agent
Golongan obat ini dapat menjaga atau merangsang perbaikan tulang rawan
sendi. Obat-obatan yang termasuk dalam golongan ini di antaranya adalah
tetrasiklin, asam hialuronat, kondroitin sulfat, glikosaminoglikan, vitamin C,
superoxide desmutase.6
 Tetrasiklin
Tetrasiklin dan derivatnya memiliki kemampuan dalam menghambat kerja
enzim MMP, namun obat ini baru diuji coba pada hewan. 6
 Asam hialuronat
Obat ini dapat memperbaiki viskositas cairan sinovial dan berperan
penting dalam pembentukan matriks tulang rawan melalui agregasi
proteoglikan. 6
 Glikosaminoglikan
Obat ini bekerja dengan cara menghambat enzim-enzim yang berperan
dalam proses degradasi tulang rawan seperti hialuronidase, protease,
elastase,dsb. Selain itu, obat ini juga dapat merangsang sintesis proteoglikan
dan asama hialuronat pada kultur tulang rawan sendi. 6
 Kondroitin Sulfat
Kondroitin sulfat memiliki efek untuk penderita osteoarthritis melalui
mekanisme anti inflamasi, sintesis hialuronat dan proteoglikan, dan
menghambat enzim proteolitik serta oksigen reaktif. 6

Ilmu Penyakit Dalam FK UR, Februari 2015 1


 Vitamin C
 Superoxide-dismutase
Superoxide-dismutase memiliki kemampuan untuk menghilangkan
superoxide dan hydroxil radicals. Superoxide mampu merusak hialuronat,
kolagen dan proteoglikan, sementara hydrogen peroxyd e dapat secara
langsung merusak kondrosit. 6
d. Centrally acting agents
Tahun 2010, US Food and Drug Administration telah menyetujui
Duloxetine, golongan serotonin norepinephrine reuptake inhibitor. Obat ini
digunakan untuk penderita osteoarthritis dengan nyeri kronik. Dosis
toleransnya adalah 60-120mg/hari. Obat ini memiliki efek samping mual,
mulut kering, kelelahan, konstipasi, dan penurunan nafsu makan. Penelitian
terbaru mengatakan obat ini bisa digunakan pada penderita osteoarthritis yang
tidak respon dengan OAINS.17
e. Platelet Rich Plasma (PRP)
PRP merupakan autolog concentration trombosit dalam plasma. PRP
terdiri dari banyak growth factor yang secara aktif disekresi oleh trombosit
untuk proses penyembuhan jaringan mesenkimal. PRP mengambil bagian dari
regulasi tulang rawan artikular. PRP dapat membantu dalam pengobatan lesi
degeneratif tulang rawan artikular dan osteoarthritis. Penelitian yang dilakukan
untuk membandingkan pengobatan osteoarthritis dengan menggunakan PRP
dan Asam hialuronat menunjukkan bahwa suntikan PRP autolog lebih
mengurangi rasa nyeri dan memepercepat pemulihan dari fungsi tulang rawan
artikular. Pengobatan dengan PRP lebih memberikan hasil maksimal pada
penderita osteoarthritis usia muda dibandingkan usia tua.18,19

LAPORAN KASUS

1. ANAMNESIS
Keluhan umum:
Nyeri pada kedua lutut dan pergelangan kaki sejak 1 minggu sebelum
masuk rumah sakit.
Riwayat penyakit sekarang:

1
CASE REPORT

Pasien datang ke RSUD Arifin Achmad atas rujukan dari RS Awal Bros
dengan keluhan nyeri pada kedua lutut dan pergelangan kaki yang dirasa sejak 1
bulan yang lalu. Awalnya nyeri dirasa di lutut, lalu disusul di pergelangan kaki.
Nyeri dirasa seperti ditusuk-tusuk dan tidak menjalar. Nyeri dirasakan hilang
timbul. Nyeri dirasakan memberat saat dari pasien duduk yang lama ke berdiri
dan jika pasien berjalan jauh. Pasien juga merasa kedua lututnya bengkak. Pasien
masih bisa melakukan aktifitas sendiri.
Sejak 1 minggu yang lalu, nyeri dirasa makin memberat sampai ke jari-jari
kaki. Nyeri dirasakan makin sering dan pasien sulit untuk tidur. Pasien merasakan
kaku, kaki makin membengkak dan sulit digerakkan sehingga untuk beraktifitas
memerlukan bantuan orang lain. Biasanya kaku muncul saat pasien baru bangun
tidur sekitar 20 menit dan tidak bisa menggerakkan kaki sama sekali.Saat dibantu
orang lain, kaki hanya bisa digeser ke kiri dan ke kanan. Pasien sudah mencoba
memberi minyak urut dan dikompres, namun nyeri tidak berkurang. Saat
digerakkan, pasien kadang mendengar bunyi krek-krek.
Pasien juga mengeluhkan demam, sakit kepala, sesak. Keluhan ini
dirasakan sejak 1 minggu yang lalu. Pasien masih mau makan dan minum. Tidak
terdapat gangguan pada buang air kecil dan buang air besar pada pasien.
Riwayat penyakit dahulu:
Pasien pernah mengalami kecelakaan 25 tahun yang lalu dengan badan
pasien tertimpa kayu balak. Pasien pernah mengalami operasi katarak 1 bulan
yang lalu. Riwayat diabetes melitus (-), hipertensi (+), penyakit jantung (+), asma
(-), maag (-), asam urat (-) sejak 5 tahun yang lalu.
Riwayat penyakit keluarga:
Adik kandung pasien mengalami hal seperti ini juga. Riwayat diabetes
melitus dan hipertensi dalam keluarga disangkal.
Riwayat sosial ekonomi dan kebiasaan:
Pasien tinggal berdua dengan istri di Air Tiris. Pekerjaan pasien adalah
bertani dan berkebun, tapi semenjak sakit, pasien tidak bekerja lagi. Pasien punya
riwayat merokok, memiliki alergi terhadap makanan laut. Pasien suka
mengonsumsi makanan seperti jeroan dan kacang-kacangan. Sebelum sakit,
pasien suka berolahraga bulutangkis.

Ilmu Penyakit Dalam FK UR, Februari 2015 1


2. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tanda Vital :
a. Tekanan darah : 150/100 mmHg
b. Frekwensi nadi : 80 x/menit
c. Suhu : 370 celcius
d. Frekwensi nafas : 30x/menit
Status gizi:
a. Tinggi badan : 165 cm
b. Berat badan : 90 kg
c. Indeks massa tubuh : 33,85 (obesitas derajat II)
Kepala :
 Wajah: eritema (-), luka (-)
 Mata: konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor, diameter
pupil (3/3), refleks cahaya (+), udema palpebra (-)
 Hidung: deviasi septum nasi (-), epistaksis(-), nafas cuping hidung (-)
 Telinga: sekret (-), darah (-), nyeri tekan mastoid (-)
 Mulut: mukosa bibir tidak kering, sianosis (-/-)
Leher :
 JVP tidak meningkat, KGB tidak membesar

Thorax : simetris, jejas (-)


Jantung
Inspeksi: Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba pada ICS 6 linea aksilaris anterior sinistra
Perkusi : Batas jantung kanan pada ICS 5 linea parasterna dextra.
Batas jantung kiri pada ICS 6 linea aksilaris anterior sinistra
Auskultasi : Bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), gallop(-)

Paru
Inspeksi: paru mengembang simetris kiri kanan, retraksi (-)
Palpasi : vocal fremitus (n/n)
Perkusi : sonor di seluruh lapangan paru
Auskultasi : vesikuler (+), ronki (-), wheezing (-)

Abdomen:
 Inspeksi : perut datar, scars (-)
 Auskultasi : peristaltik usus normal
 Palpasi : nyeri tekan (-), hepar tidak teraba, lien tidak teraba, defans
muskular (-)
 Perkusi : timpani (+), asites (-), shifting dullness (-)
Ekstremitas:
a. Ekstremitas superior:
 Pergerakan motorik dalam batas normal
 Tanda inflamasi (-)
 Edema (-), eritema (-)

1
CASE REPORT

 CRT <3 detik


 Akral hangat
 Deformitas (-)
b. Ekstremitas inferior:
 Pergerakan motorik sendi lutut terbatas
 Edema sendi lutut (+)
 Deformitas sendi lutut (+)
 Krepitasi sendi lutut (+)
 Nyeri gerak dan tekan (+)
 Akral hangat
Status lokalis: Genu dextra et sinistra

3. PEMERIKSAAN PENUNJANG:
1. Rontgen genu dextra et sinistra

a. Tidak terlihat diskontinuitas. Fraktur pada sisterna tulang yang terlihat


b. Tampak osteofit di condylus medialis et lateralis os femur dan
condylus lateralis et medialis os tibia, os patella superior
c. Eminentia intercondiloides tampak meninggi
d. Facies articularia licin, joint of space medial lebih menyempit
dibandingkan lateral.

Kesan:osteoarthritis genu dextra et sinistra grade 3, dengan


penyempitan sendi lebih berat di dextra. Tidak tampak fraktur maupun
dislokasi.

Ilmu Penyakit Dalam FK UR, Februari 2015 1


2. Pemeriksaan laboratorium
a. Hematologi rutin
 Hb : 10,3 g/dL
 Ht : 33.5%
 LED : 80 mm/jam
 Leukosit : 12.110/uL
 Trombosit : 316000/uL
 Eritrosit : 4.10x106/uL
b. Indeks eritrosit
 MCV : 81.7 fL
 MCH : 25.1 pg/mL
 MCHC : 30.7 g/dL
c. Kimia profil lipid
 Cholesterol : 144 mg/dL
 LDL : 84 mg/dL
 HDL : 33.9 mg/dL
d. Kimia ginjal
 Uric acid : 11.8 mg/dL
 SGPT : 12.5 U/L
 Kreatinin : 1.9 mg/dL
e. Elektrolit
 Natrium : 134 mmol/L
 Kalium : 4.5 mmol/L
 Chlorida : 100 mmol/L

3. EKG

1
CASE REPORT

4. Foto thorax

a. Tampak corakan vaskular meningkat


b. Pleural space tidak menebal
c. CTR= >50%
Kesan: peningkatan corakan vaskuler paru dan kardiomegali

Resume:

Pasien laki-laki usia 79 tahun datang dengan keluhan nyeri pada kedua
lutut dan pergelangan kaki sejak 1 minggu SMRS. Nyeri sudah dirasa sejak
sebulan yang lalu dan terasa memberat sejak seminggu terakhir. Nyeri pertama
kali dirasakan di lutut dan disusul ke pergelangan kaki sampai ke jari-jarinya.
Nyeri awalnya dirasa hanya seperti ada yang mengganjal pada sendi, lalu seperti
ditusuk-tusuk, dan akhirnya terasa kaku sehingga sulit digerakkan. Nyeri
memberat saat dibawa beraktifitas dan kaki dirasa membengkak.

Riwayat hipertensi (+), penyakit jantung (+). Pasien memiliki kebiasaan


suka makan jeroan dan kacang-kacangan. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
kesan pembesaran jantung ke lateral dan udem ekstremitas inferior.

Ilmu Penyakit Dalam FK UR, Februari 2015 1


Daftar masalah:

Daftar masalah Problem Assesment Planning Planning Planning


diagnosa terapi monitoring
Laki-laki 79 tahun, - Osteoarthritis -x-ray genu Non Tanda dan
kedua lutut dan kaki Deformitas genu dextra dextra et farmakologis: gejala
nyeri, tidak bisa jalan, sendi et sinistra sinistra -edukasi klinis
tidak bisa ditekuk, kaku. -Proses -pemeriksaan pasien tentang
PF: Genu dextra et degeneratif cairan penyakitnya
sinistra deformitas, synovial sendi -jangan
bengkak. genu melakukan
Foto x-ray genu dextra pekerjaan
sinistra: osteoarthritis, berat
osteofit sendi genu -terapi
dextra sinistra fisik:latihan
gerak sendi
-penurunan
berat badan
-jangan
menekuk
lutut, kalau
BAB baiknya
dengan toilet
duduk
-hati-hati saat
berjalan,
hindari
trauma

Farmakologi:
-allopurinol
1x100mg
-kolkisin
2x0,5mg
PF: kriteria CHF -Rontgen Non Cek EKG
Framingham, thorax farmakologis:
kardiomegali, udema - diet rendah
ekstremitas, CTR 0,7 ekokardiografi garam,
kurangi
minum
Farmakologis:
Furosemid 1
ampul

1
CASE REPORT

Follow Up

Tanggal Subjektif dan Objektif Penatalaksanaan


19/01/2015 S: kaki masih kaku nyeri O2 2 lpm
jika digerakkan (+), masih IVFD RL 20 tpm/24 jam
belum bisa berjalan, Furosemide 1x1
pusing (-), sesak (-) Metilprednisolon 2x16
KU/kesadaran: mg
baik.komposmentis. Ranitidin 2x1 mg
Vital sign: Mucogard 3x10 mg
TD:120/90mmHg Kolkisin 2x0,5 mg
RR:20x/m
Nadi:80x/m, T:370C
O:Nyeri tekan genu dextra
et sinistra, bengkak (+),
eritema (-), BJ I,II reguler.
20/01/2015 S: Nyeri dan kaku pada
sendi sudah berkurang,
lutut kaki sudah bisa
digerakkan sedikit-sedikit.
KU/kesadaran:
baik/komposmentis.
Vital sign:
TD: 130/110mmHg
RR:22x/m
T:36oC
Nadi:80x/m
O:Nyeri tekan genu dextra
sinistra berkurang,
bengkak berkurang, BJ I,II
reguler.
21/01/2015 ACC rawat jalan. -kurangi minum
Vital Sign: -kurangi makan kuning
TD:120/80 mmHg telur
RR:20x/m -jangan makan kacang-
T:36,20C kacangan dan jeroan
Nadi:83x/m -kontrol ke penyakit
dalam
-lanjutkan terapi rawat
jalan

Prognosis
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad functionam : Dubia ad malam
Quo ad sanationam : Dubia ad malam

Ilmu Penyakit Dalam FK UR, Februari 2015 1


PEMBAHASAN Osteoarthritis adalah penyakit degeneratif kartilago artikular
yang berlangsung secara perlahan dan ditandai dengan nyeri sendi, kekakuan dan
keterbatasan gerak yang berkembang secara progresif. Tanda-tanda tersebut
ditemukan pada penderita ini. Berdasarkan etiologinya, osteoarthritis
diklasifikasikan menjadi dua yaitu osteoarthritis primer yaitu osteoarthritis yang
penyebabnya tidak diketahui dan tidak memiliki hubungan dengan penyakit
sistemik ataupun proses perubahan lokal pada sendi. Osteoarthritis sekunder
adalah osteoarthritis yang didasari adanya kelainan endokrin, trauma,inflamasi,
metabolik, pertumbuhan, herediter, jejas mikro dan makro, serta imobilisasi yang
terlalu lama.KASUS

Beberapa faktor risiko yang diketahui berhubungan dengan penyakit


osteoarthritis diantaranya adalah kegemukan, genetik, usia lebih dari 40 tahun,
pekerjaan, cedera sendi, olahraga, kepadatan tulang, dan lain-lain. Pada penderita
ini, berdasarkan anamnesis, penderita adalah seorang laki-laki berusia 79 tahun
yang sudah tidak melakukan pekerjaan berat tetapi tetap berkebn dan bertani
(sebelum sakit) yang menggunakan banyak sendi lutut. Selain itu, dari
pemeriksaan fisik, penderita ini juga mengalami kegemukan. Kondisi-kondisi
pada penderita ini merupakan faktor risiko sekunder terjadinya osteoarthritis. Jadi,
dapat disimpulkan bahwa penyebab osteoarthritis pada penderita ini bukan
termasuk faktor risiko osteoarthritis primer.

Penderita datang dengan keluhan nyeri pada kedua sendi lutut sejak 1
bulan SMRS dan memberat sejak 1 minggu SMRS. Nyeri sendi merupakan
keluhan yang umum terjadi pada penyakit reumatik seperti arthritis gout,
osteoarthritis, keganasan, reumatik septik, dsb. Pada penderita ini, nyeri dirasakan
pada kedua lutut dan pergelangan kaki, nyeri bertambah saat melakukan aktifitas,
nyeri tidak dirasa sepanjang hari. Nyeri ini biasa ditemukan pada penderita
osteoarthritis.

Penderita juga mengeluhkan kaku sendi. Kaku sendi dirasakan penderita


saat pagi hari dan setelah berisitirahat. Keadaan ini biasanya disebabkan oleh

1
CASE REPORT

desakan cairan yang berada di sekitar jaringan yang mengalami inflamasi. Setelah
digerakkan, cairan akan menyebar dari jaringan yang mengalami inflamasi
sehingga penderita merasa terlepas dari ikatan dan bisa menggerakkan sendinya
kembali. Lama kaku sendi pada osteoarthritis kurang lebih 30 menit, sedangkan
pada arthritis reumatoid minimal satu jam. Pada penderita ini, kaku sendi juga
dirasakan pada pagi hari dan menghilang dengan sendirinya jika penderita
menggerakkan kakinya dengan beraktivitas seperti biasa. Hal ini sesuai untuk
mendukung keluhan penderita osteoarthritis.

Penderita juga mengalami bengkak pada kedua lutut. Bengkak dirasakan


sejak 1 bulan SMRS. Sendi yang membengkak bisa disebabkan sinovisitis,
penonjolan tulang, efusi dan karena adanya osteofit yang dapat mengubah
permukaan sendi. Pada penderita ditemukan osteofit pada permeriksaan foto
rontgen.

Pemeriksaan fisik lokalis pada kedua sendi lutut didapatkan: pada inspeksi
didapatkan pembesaran/ bengkak pada kedua sendi lutut dengan tidak ada
perubahan warna kulit. Palpasi pada kedua sendi lutut didapatkan nyeri tekan dan
pada perabaan dirasakan hangat. Pemeriksaan gerak sendi didapat keterbatasan
gerak fleksi. Hambatan gerak terutama disebabkan oleh adanya remodelling
osteofit, penebalan kapsul, dan juga adanya efusi. PAda lutut juga ditemukan
bunyi krek-krek seperti suara kerupuk yang diremukkan. Gejala ini mungkin
disebabkan karena gesekan kedua permukaan tulang sendi yang irregular pada
saat sendi digerakkan.

Pemeriksaan radiologis pada penderita ini didapatkan adanya gambaran


berupa penyempitan sendi dan osteofit pada pinggir sendi. Menipisnya rawan
sendi diawali dengan retak dan terbelahnya permukaan sendi di beberapa tempat
yang kemudian menyatu dan disebut sebagai fibrilasi. Di lain pihak, pada tulang
akan terjadi perubahan sebagai reaksi tubuh untuk memperbaiki kerusakan.
Perubahan itu adalah penebalan tulang subkondral dan pembentukan osteofit
marginal, kemudian disusul dengan perubahan komposisi molekular dan struktur
tulang. Penipisan kartilago sendi akibat proses degeneratif memberi gambaran
penyempitan celah sendi yang tidak simetris pada foto polos radiologi. Fungsi

Ilmu Penyakit Dalam FK UR, Februari 2015 1


karitlago sendi berkurang bahkan menghilang yang mengakibatkan beban stres
pada daerah subkondral bertambah. Beberapa subkondral tersebut dapat diamati
pada foto polos radiologi berupa pembentukan osteofit, sklerotik subkondral,
ataupun pembentukan kista subkondral. Pada penderita ini ditemukan osteofit
pada condylus medialis et lateralis os femur dan condylus lateralis et medialis os
tibia, serta os patella superior.

Diagnosis osteoarthritis sudah bisa ditegakkan secara klinis dengan


memakai kriteria osteoarthritis yang dibuat oleh American College of
Rheumatology. Kriteria osteoarthritis secara klinis, laboratorium, dan radiologis
adalah adanya nyeri lutut, osteofit, dan salah satu dari tanda berikut, yaitu usia
lebih dari 50 tahun, kaku sendi kurang dari 30 menit, atau adanya krepitus. Pada
penderita ini, laki-laki usia 79 tahun, memiliki keluhan nyeri pad akedua sendi
lutut, terdapat kaku sendi selama 20 menit, terdapat krepitus, dan pada
pemeriksaan radiologi ditemukan adanya osteofit.

Pengelolaan penderita dengan osteoarthritis bertujuan untuk


menghilangkan keluhan, mengoptimalkan fungsi sendi, mengurangi
ketergantungan dan meningkatkan kualitas hidup, menghambat progresifitas
penyakit dan mencegah komplikasi. Pilar terapi osteoarthritis: non farmakologis
(edukasi, terapi fisik, diet/penurunan berat badan), dan farmakologis (analgetik,
OAINS,dll).

Edukasi sangat penting bagi semua pasien osteoarthritis. Hal yang menjadi
tujuan edukasi adalah bagaimana mengatasi nyeri dan disabilitas. Pemberian
edukasi pada penderita ini sangat penting karena dengan edukasi diharapkan
pengetahuan penderita mengenai penyakit osteoarthritis menjadi meningkat dan
pengobatan menjadi lebih mudah, serta dapat diajak bersama-sama untuk
mencegah kerusakan organ sendi lebih lanjut. Edukasi yang diberikan pada
penderita ini yaitu memberikan pengertian bahwa osteoarthritis merupakan
penyakit kronis, sehingga perlu dipahami bahwa akan timbul nyeri, kaku, dan
keterbatasan gerak serta fungsi. Selain itu, agar rasa nyeri dapat berkurang, maka
penderita hendaknya mengurangi aktivitas sehingga tidak terlalu banyak
menggunakan sendi lutut dan lebih banyak beristirahat. Penderita juga disarankan

1
CASE REPORT

untuk kembali kontrol ke dokter sehingga dapat diketahui apakah penyakitnya


sudah membaik atau ternyata ada efek samping akibat obat yang diberikan.

Terapi fisik bertujuan untuk melatih penderita agar persendiannya tetap


dapat dipakai dan melatih penderita untuk melindungi sendi yang sakit. Pada
penderita ini dianjurkan untuk berolahraga tapi bukan olahraga yang memperberat
kerja sendi seperti lari atau jogging. Hal ini dikarenakan dapat menambah
inflamasi, meningkatkan tekanan intaraartikular bila ada efusi sendi dan bahkan
bisa menyebabkan robekan kapsul sendi. Untuk mencegah terjadinya kecacatan
pada sendi, sebaiknya dilakukan peregangan otot dengan harapan dapat membantu
peningkatan fungsi sendi secara keseluruhan dan mengurangi nyeri.

Diet bertujuan mengurangi berat badan penderita osteoarthritis yang


gemuk. Hal ini sebaiknya menjadi program utama pengobatan osteoarthritis
karena obesitas dapat meningkatkan risiko progresifitas dari osteoarthritis.
Penurunan berat badan sering kali dapat mengurangi keluhan dan peradangan.
Pada penderita ini disarankan untuk diet rendah kalori sampai mungkin mendekati
berat badan ideal. Namun cara ini memerlukan kehati-hatian dikarenakan usia
penderita dan daya tahan tubuhnya yang memang sudah tidak mendukung untuk
melakukan usaha diet.

Terapi farmakologis pada penderita osteoarthritis biasanya bersifat


simptomatis. Pada tahap awal dapat dicoba analgetik sederhana. Bila tidak ada
perbaikan, dapat diberikan obat anti inflamasi non steroid.

DAFTAR PUSTAKA

1. Carter MA. Osteoarthritis. In:Price SA, Wilson LM. Patofisiologi konsep


klinis proses-proses penyakit.6th ed. Jakarta:EGC:2006. P.1380-4
2. Srikulmontree T. Osteoarthritis. American college of rheumatology. 2012.
[cited 29 Januari 2015]. Available at:
http://www.rheumatology.org/Practice/Clinical/Patients/Diseases_And_Co
nditions/Osteoarthritis/

Ilmu Penyakit Dalam FK UR, Februari 2015 1


3. Arya RK, Jain V. Osteoarthritis of the knee joint. Journal, Indian Academy
of Clinical Medicine.2013;Vol 14.No.2
4. Anonim. Data and statistics on osteoarthritis. [cited 29 Januari 2015].
Available at: http://www.arthritisresearchuk.org/arthritis-information/data-
and-statistics/osteoarthritis.aspx
5. Maharani EP. Faktor-faktor risiko osteoarthritis lutut [tesis]. Universitas
Diponegoro Semarang.2007.
6. Soeroso J, Isbagio H, Kalim H, Broto R, Pramudiyo R. Osteoarthritis. In:
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editors. Buku
ajar ilmu penyakit dalam.5th ed. Jakarta:Pusat penerbitan ilmu penyakit
dalam Fakultas Kedokteran Indonesia.2009.p.2538-49.
7. Haq I, Murphy E, Dacre J. Osteoarthritis Review. Postgrad Med J.2003;
79 : 377 – 383. [cited 29 Januari 2015]. Available at
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/12897215.
8. Wahyuningsih NAS. Hubungan obesitas dengan osteoarthritis lutut pada
lansia di Kelurahan Puncangsawit Kecamatan Jebres Surakarta.[skripsi].
Universitas Sebelas Maret. 2009.
9. Mahajan A, Verma S, Tandon V. Osteoarthritis. Journal of Association of
Physicians of India.2005;Vol 53.[cited 27 Januari 2015]. Available at
www.japi.org
10. Abbate L., Renner J.B, Stevens J., et al. Do Body Composition and Body
Fat Distribution Explain Ethnic Differences in Radiographic Knee
Osteoarthritis Outcomes in African -American and Caucasian Women?
The North American Association for the Study of Obesity, 2006; 14 :1274
– 1281.
11. Felson D.T, Zhang Y., Hannan M.T., et al. The Incidence and Natural
History of Knee Osteoarthritis in the Elderly : The Framingham
Osteoarthritis Study. Arthritis Rheumatology; 1995; 38 : 1500 – 1505.
12. Hunter D.J. March L. Sambrook P.N. Knee Osteoarthritis : The Influence
of Environmental Factors. Clinical Exp Rheumatology, 2002;20 : 93 –
100.

1
CASE REPORT

13. Arya RK, Jain V. Osteoarthritis in Joint:A review. Journal Indian


Academy of Clinical Medicine.2013; 14(2):154-62.
14. Altman RD. Criteria for the classification of osteoarthritis. Journal of
Rheumatology. 1991. 27:10-12.
15. Hartono IM. Studi komparasi antara WOMAC index dengan Kellgren-
Lawrence grading system pada penderita osteoarthritis genu [Tesis].
Semarang:Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.2007
16. Messier S.P., Loeser R.F., Mitchell M.N., et al. Exercise and Weight Loss
in Obese Older Adults with Knee Osteoarthritis : A Preliminary Study.
Journal of American Geriatric Society, 2000; 48 : 1062 – 1072.
17. Hochberg MC, Wohlreich M, Gaynor P et al. Clinically relevant outcomes
based on analysis of pooled data from 2 trials of duloxetine in patients
with knee osteoarthritis. J Rheumatol 2012;39(2): 352-8.
18. Patel S, Dhillon MS, Aggarwal S et al. Treatment With Platelet-Rich
Plasma Is More Effective Than Placebo for Knee Osteoarthritis: A
Prospective, Double-Blind, Randomised Trial. Am J Sports Med.2013.
19. Spaková T, Rosocha J, Lacko M et al. Treatment of knee joint
osteoarthritis with autologous platelet-rich plasma in comparison with
hyaluronic acid. Am J Phys Med Rehabil 2012; 91(5): 411-7.

Ilmu Penyakit Dalam FK UR, Februari 2015 1

You might also like