You are on page 1of 14

STEP 7

1. Apa saja primary survey?

Primary Survey
Adalah pemeriksaan cepat untuk menentukan kondisimyang mengancam nyawa.
Hal ini dipakai untuk membuat keputusan kondisi kritis,tindakan dan kecepatan
transpor. Pemeriksaan ini harus diselesaikan dalam waktu 2 menit atau kurang dan
tidak boleh ada yang menghentikan primary survey kecuali sumbatan jalan napas
dan henti jantung. Gangguan jalan napas selain sumbatan bukan indikasi untuk
menunda primary survey. Perdarahan besar perlu untuk segera dikontrol.
Urutan pemeriksaan yang harus diingat dalam melakukan primary survey:

1. Lihat situasi keseluruhan pasien pada waktu mendekati pasien


2. Periksa airway,kontrol C spine,dan tingkat kesadaran awal.
3. Periksa pernapasan
4. Periksa sirkulasi
5. Periksa abdomen,pelvis dan ekstremitas.
2. Mengapa didapatkan banyak darah dari rongga mulut pasien?
3. Mengapa setelah dilakukan pemasangan rebreathing mask pasien memburuk suara
seperti berkumur dan saturasi O2 89%?
Peninggian TIK mengakibatkan CBF dan TPO menurun, maka akan terjadi
kompensasi (Cushing respons), penekanan pada daerah medulla oblongata, hipoksia
pusat vasomotor, sehingga mengakibatkan kompensasi vasokonstriksi perifer
(peninggian tekanan darah sistemik) bradikardi, pernafasan yang melambat dan
muntah-muntah. TIK yang meninggi mengakibatkan hypoxemia dan respiratori
asidosis (PO2 menurun dan PCO2 meninggi) akibatnya terjadi vasodilatasi kapiler
serebral.
(Hasan Sjahrir, Ilmu Penyakit Saraf Neurologi Khusus, Dian Rakyat, Jakarta,
2004)

Perkiraan PaO2 dibandingkan


Tingkat saturasi Hemoglobin O2
Tingkat Saturasi
Tingkat PaO2 Hemoglobin O2

90 mm Hg 100%
60 mm Hg 90%
30 mm Hg 60%
27 mm Hg 50%
Dr. RTh. Supraptomo, SpAn Lab/SMF Anestesiologi FK UNS / RSUD Dr.
Moewardi

4. Mengapa penderita mengeluarkan suara seperti mengorok dan berkumur?

Jenis-jenis suara nafas tambahan disebabkan karena hambatan sebagian jalan nafas
:
A. Snoring : suara seperti ngorok, kondisi ini menandakan adanya kebuntuan jalan
napas bagian atas oleh benda padat, jika terdengar suara ini maka lakukanlah
pengecekan langsung dengan cara cross-finger untuk membuka mulut
(menggunakan 2 jari, yaitu ibu jari dan jari telunjuk tangan yang digunakan untuk
chin lift tadi, ibu jari mendorong rahang atas ke atas, telunjuk menekan rahang
bawah ke bawah). Lihatlah apakah ada benda yang menyangkut di tenggorokan
korban (eg: gigi palsu dll). Pindahkan benda tersebut

Tindakan Cross-Finger

B. Gargling : suara seperti berkumur, kondisi ini terjadi karena ada kebuntuan
yang disebabkan oleh cairan (eg: darah), maka lakukanlah cross-finger(seperti di
atas), lalu lakukanlah finger-sweep (sesuai namanya, menggunakan 2 jari yang
sudah dibalut dengan kain untuk “menyapu” rongga mulut dari cairan-cairan).

Tindakan Finger Sweep


C.Crowing : suara dengan nada tinggi, biasanya disebakan karena pembengkakan
(edema) pada trakea, untuk pertolongan pertama tetap lakukan maneuver head tilt
and chin lift atau jaw thrust saja.

Bila pemeriksaan yang sudah kita lakukan seperti keterangan di atas dan kita
menemukan adanya sumbatan pada jalan nafas langkah atau tindakan selanjutnya
yang harus kita lakukan adalah membuka jalan nafas tersebut dengan berbagai
macam metode di antaranya adalah :
1. Head Tilt maneuver (tindakan menekan dahi)
2. Chin Lift maneuver (tindakan mengangkat dagu)
3. Jaw thrust maneuver (tindakan mengangkat sudut rahang bawah)

perlu di ingat!! Ingat! Pada pasien dengan dugaan cedera leher dan kepala, hanya
dilakukan maneuver jaw thrust dengan hati-hati dan mencegah gerakan leher yang
berlebihan yang memungkinkan terjadinya cidera servikal yang lebih berat.

1. Head Tilt maneuver (tindakan menekan dahi)


Dilakukan bila jalan nafas tertutup oleh lidah pasien, Ingat! Tidak boleh dilakukan
pada pasien dugaan fraktur servikal.

Caranya : letakkan satu telapak tangan di dahi pasien dan tekan ke bawah sehingga
kepala menjadi tengadah dan penyangga leher tegang dan lidahpun terangkat ke
depan.

2. Chin Lift Manuver (Tindakan mengangkat dagu)


Dilakukan dengan maksud mengangkat otot pangkal lidah ke depan

Caranya : gunakan jari tengah dan telunjuk untuk memegang tulang dagu pasien
kemudian angkat.
3. Jaw thrust maneuver (Tindakan mengangkat sudut rahang bawah)
Tindakan ini dilakukan untuk menghindari adanya cedera lebih lanjut pada tulang
belakang bagian leher pasien.

Caranya : dorong sudut rahang kiri dan kanan ke arah depan sehingga barisan gigi
bawah berada di depan barisan gigi atas

Sumber Referensi : Hand Out Pelatihan Basic Life Support RS. Husada Utama
Surabaya

5. Kapan pemasangan oropharyngeal airway dilakukan?


6. Indikasi dilakukannya definitive airway?

PENGELOLAAN
1. Tanpa alat : - Chin lift
- Jaw Thrust
2. Dengan alat : - Oro pharyngeal airway
- Naso pharyngeal airway

3. Airway definitif : - Oro trakeal airway


- Naso trakeal airway
- Surgical airway
 Cricothyroidotomy
 Tracheostomy
INDIKASI UNTUK AIRWAY DEFINITIF
Kebutuhan untuk Kebutuhan
perlindungan airway untuk ventilasi
Apnea
Tidak sadar • Paralisis neuromuskuler
• Tidak sadar

Fraktur maksilofasial Usaha napas yang tidak adekwat


• Takipnea • Hipercarbia
berat • Hipoksia • Sianosis

Bahaya aspirasi
Cedera kepala tertutup berat yang
• Perdarahan
membutuhkan hiperventilasi
• Muntah - muntah
Bahaya sumbatan
• Hematoma leher
• Cedera laring, trakea
• Stridor

Dr. RTh. Supraptomo, SpAn Lab/SMF Anestesiologi FK UNS / RSUD Dr.


Moewardi

7. Indikasi dan kontraindikasi oropharyngeal airway?

www.fkunissula.ac.id/index.php?option=com_docman...
8. Mengapa pasien tampak sianosis dan curiga adanya fraktur impressi pada os frontal?
9. Etiologi dan gejala sumbatan jalan napas?

Penyebab sumbatan yg sering kita jumpai adalah dasar lidah, palatum mole, darah atau
benda asing yg lain. Dasar lidah sering menyumbat jalan nafas pada penderita koma,
karena pada penderita koma otot lidah dan leher lemas sehingga tidak mampu
mengangkat dasar lidah dari dinding belakang faring. hal ini sering terjadi bila kepala
penderita dalam posisi fleksi.
Benda asing seperti tumpahan atau darah di jalan nafas atas yang tidak dapat ditelan atau
dibatukkan oleh penderita yg tidak sadar dapat menyumbat jalan nafas. Penderita yg
mendapat anestesi atau tidak, dapat terjadi laringospasme an ini biasanya terjadi oleh
karena rangsangan jalan nafas atas pada penderita stupor atau koma yg dangkal.
Sumbatan nafas juga dapat trjdi pad jalan nafas baigian bawh, dan ini terjadi sebagai
akibat bronkospasme, sembab mukosa, sekresi mukosa, masuknya isi lambung atau benda
asing ke dalam paru.
(Sumber : Buku Penanganan Penderita Gawat Darurat, Prof. DR.dr. I. Riwanto, Sp.BD,
FK UNDIP)

Obstruksi saluran nafas akut bisa disebabkan oleh karena fungsional atau mekanis

Penyebab obstruksi oleh karena gangguan Penyebab obstruksi oleh karena mekanis
fungsional
 Defresi system syaraf pusat  Aspirasi benda asing
Trauma kepala, kecelakaan  Perdarahan dan hematom :pasca operasi
serebrovaskuler, gagalnya system , terapi antikoagulan
kardiorepiratory, syok , hipoksia,  Trauma: luka bakar
overdosis obat, ensepalopati oleh  Neoplasma: karsinoma laring , faring
karena proses metabolic dan trakheobronkial , poliposis pita
 Abnormalitas neuromuscular dan suara
system saraf tepi  Congenital: vascular rings ,laryngeal
Recurrent laryngeal nerve palsy(pasca webs , laryngoecele
operasi , inflamasi atau infiltrasi  Lain-lain
tumor),obstructive sleep apnoeae,
spasme laring, miastenia gravis,
guillain bare polyneuritis, spasme pita
suara oleh karena hipokalsemi

Penyebab :

1. Kelainan congenital hidung atau laring

· Atresia koane

· Stenosis supraglotis, glotis dan infra glotis

· Kista duktus tiroglossus

· Kista bronkiogen yang besar

· Laringokel yang besar.


2. Trauma

· Ingesti kaustik

· Patah tulang wajah

· Cedera laringotrakeal.

· Intubasi lama

· Paralisis nervus laringeus rekurren bilateral.

3. Tumor
Hemangioma
Higroma kistik
Papiloma laring rekurren
Limfoma
Tumor ganas tiroid
Karsinoma sel squamous laring, faring dan esofagus.

4. Infeksi akut

· Laringotrakeitis.

· Epiglotitis

· Hipertrofi tonsiler

· Angina Ludwig

· Abses para faring

5. Paralisis satu atau kedua plika vokalis

6. Pangkal lidah jatuh ke belakang pada pasien tidak sadar.

7.Benda Asing

(Agus Purwadinanto dan Budi Sampurna. 2000. Kedaruratan Medik Edisi Revisi
Pedoman Penatalaksanaan Praktis. Jakarta : Binarupa Aksara)

10. Bagaimana cara melakukan triple airway manuver?

Tilt Head, Lift Chin, Check Breathing.


Opening the airway.
Top: Airway obstruction produced by the tongue and the epiglottis.
Bottom: Relief by head-tilt/chin-lift.

Head-tilt/chin-lift maneuver. Perpendicular line reflects proper neck extension,


i.e., a line along the edge of the jaw bone should be perpendicular to the surface
on which the victim is lying.
Jaw-thrust maneuver
Sumber : http://www.toadspad.net/ems/cpr-head-tilt.html

Gambar 6 dan 7. manuver Jaw thrust dikerjakan oleh orang yang terlatih

Mengatasi sumbatan parsial/sebagian. Digunakan untuk membebaskan sumbatan dari ben


padat.

Gambar 8. Tampak ada orang yang tersedak atau tersumbat jalan nafasnya

Abdominal Thrust (Manuver Heimlich)

Dapat dilakukan dalam posisi berdiri dan terlentang.

Caranya berikan hentakan mendadak pada ulu hati (daerah subdiafragma –


abdomen).

Abdominal Thrust (Manuver Heimlich) pada posisi berdiri atau duduk

Caranya : penolong harus berdiri di belakang korban, lingkari pinggang


korban dengan kedua lengan penolong, kemudian kepalkan satu tangan dan
letakkan sisi jempol tangan kepalan pada perut korban, sedikit di atas pusar
dan di bawah ujung tulang sternum. Pegang erat kepalan tangan dengan tangan
lainnya. Tekan kepalan tangan ke perut dengan hentakan yang cepat ke atas.
Setiap hentakan harus terpisah dan gerakan yang jelas.

Abdominal Thrust (Manuver Heimlich) pada posisi tergeletak (tidak


sadar)
Caranya : korban harus diletakkan pada posisi terlentang dengan muka ke atas.
Penolong berlutut di sisi paha korban. Letakkan salah satu tangan pada perut
korban di garis tengah sedikit di atas pusar dan jauh di bawah ujung tulang
sternum, tangan kedua diletakkan di atas tangan pertama. Penolong menekan
ke arah perut dengan hentakan yang cepat ke arah atas.

Berdasarkan ILCOR yang terbaru, cara abdominal thrust pada posisi terbaring
tidak dianjurkan, yang dianjurkan adalah langsung melakukan Resusitasi
Jantung Paru (RJP).

Abdominal Thrust (Manuver Heimlich) pada yang dilakukan sendiri

Pertolongan terhadap diri sendiri jika mengalami obstruksi jalan napas.

Caranya : kepalkan sebuah tangan, letakkan sisi ibu jari pada perut di atas
pusar dan di bawah ujung tulang sternum, genggam kepala itu dengan kuat,
beri tekanan ke atas kea rah diafragma dengan gerakan yang cepat, jika tidk
berhasil dapat dilakukan tindakan dengan menekan perut pada tepi meja atau
belakang kursi

Gambar 9. Abdominal Thrust dalam posisi berdiri

Back Blow (untuk bayi)

Bila penderita sadar dapat batuk keras, observasi ketat. Bila nafas tidak efektif
atau berhenti, lakukan back blow 5 kali (hentakan keras pada punggung
korban di titik silang garis antar belikat dengan tulang punggung/vertebrae)
Gambar 10. Back blow pada bayi

Chest Thrust (untuk bayi, anak yang gemuk dan wanita hamil)

Bila penderita sadar, lakukan chest thrust 5 kali (tekan tulang dada dengan jari
telunjuk atau jari tengah kira-kira satu jari di bawah garis imajinasi antara
kedua putting susu pasien). Bila penderita sadar, tidurkan terlentang,
lakukanchest thrust, tarik lidah apakah ada benda asing, beri nafas buatan

You might also like