Professional Documents
Culture Documents
Primary survey (pengamatan primer), deteksi cepat dan koreksi segera terhadap
kondisi pasien yang mengancam. Biasa disebut juga survei ABCDE (Airway, Breathing,
Circulation, Disability, Exposure) dilakukan dalam 2 - 5 menit.
Tujuan
Untuk mengetahui kondisi pasien yang mengancam jiwa dan kemudian dilakukan
tindakan life saving.
Pernafasan (breathing)
Lihat, dengar, rasakan udara yang keluar dari hidung/mulut, apakah ada pertukaran
hawa panas yang adekuat, frekuensi nafas, kualitas nafas, keteraturan nafas atau tidak
Perdarahan (circulation)
Lihat adanya perdarahan eksterna/interna
Hentikan perdarahan eksterna dengan Rest, Ice, Compress, Elevation (istirahatkan
lokasi luka, kompres es, tekan/bebat, tinggikan)
Perhatikan tanda-tanda syok/ gangguan sirkulasi : capillary refill time, nadi, sianosis,
pulsus arteri distal
http://www.primarytraumacare.org/wp-content/uploads/2011/09/PTC_INDO.pdf
Fraktur impresi : Hal ini umumnya terjadi setelah bertabrakan dengan kekuatan besar dengan
benda tumpul seperti : palu, batu, atau benda berat lainnya. Trauma ini dapat menyebabkan
lekukan pada tulang tengkorak dan menekan jaringan otak. apabila kedalaman dari fraktur
impresi ini sama dengan ketebalan tulang tengkorak ( ¼ - ½ inchi ), operasi selalu dilakukan
untuk mengangkat potongan tulang dan untuk melihat kerusakan otak yang diakibatkan oleh
trauma ini. Fraktur impresi yang minimal lebih tipis dari ketebalan tulang. Fraktur ini
umumnya tidak perlu dioperasi kecuali dijumpai kerusakan lain. Fraktur ini dapat merobek
dura mater dan merusak jaringan otak dibawahnya serta menimbulkan perdarahan.
Mendengkur(snoring), berasal dari sumbatan pangkal lidah. Cara mengatasi : chin lift,
jaw thrust, pemasangan pipa orofaring/nasofaring, pemasangan pipa endotrakeal.
Berkumur (gargling), penyebab : ada cairan di daerah hipofaring. Cara mengatasi :
finger sweep, pengisapan/suction.
Stridor (crowing), sumbatan di plika vokalis. Cara mengatasi : cricotirotomi,
trakeostomi.
Fanny Fatma Octavianti LBM 1
Akibat berkurangnya tonus otot penahan lidah, lidah jatuh ke belakang dan menutupi faring.
Hal ini dijumpai pada pasien tidak sadar, intoksikasi alokohol ataupun obat lain
Akibat inspirasi paksa berlebihan sehingga epiglotis tertarik menyumbat jalan nafas
Ø Benda asing
Ø Kerusakan jaringan
Akibat luka tusuk ataupun benturan benda tumpul dan pembengkakan (edema) faring dan
trakea akibat trauma ataupun luka bakar
Ø Penyakit
Infeksi saluran pernafasan clan reaksi alergi mengakibatkan peradangan dan edema saluran
nafas
Pada pasien yang tidak sadar, obstruksi terjadi akibat ketidakmampuan untuk
mempertahankan tonus lidah sehingga akan jatuh menutupi jalan nafas. Orofaringeal
airway/gudel/mayo dapat menahan lidah pada posisi yang seharusnya. Cara memasukkan
guedel adalah dengan memasukkan pada posisi lengkungnya menghadap keatas sampai
menyentuh palatum kemudian diputar 1800 sambil didorong.
• Paralisis neuromuskuler
• Tidak sadar
• Takipnea
• Hipoksia
• Hiperkarbia
• Sianosis
Bahaya sumbatan
• Hematoma leher
• Stridor
1. Indikasi
Adapun indikasi pemasangan oropharyngeal tube adalah sebagai berikut :
a. Pemeliharaan jalan nafas pasien dalam ketidaksadaran,
b. Melindungi endotracheal tube dari gigitan,
c. Memfasilitasi suction pada jalan nafas
2. Kontra indikasi
Tidak boleh diberikan pada pasien dengan keadaan sadar ataupun semi sadar karena dapat
Fanny Fatma Octavianti LBM 1
http://endo.co.id/romsons-guedel-airways-id.html
8. Mengapa pasien tampak sianosis dan curiga adanya fraktur impressi pada os frontal?
Patofisiologis dari cedera kepala traumatic dibagi dalam proses primer dan proses sekunder.
Kerusakan yang terjadi dianggap karena gaya fisika yang berkaitan dengan suatu trauma yang
relative baru terjadi dan bersifat irreversible untuk sebagian besar daerah otak. Walaupun
kontusio dan laserasi yang terjadi pada permukaan otak, terutama pada kutub temporal dan
permukaan orbital dari lobus frontalis, memberikan tanda-tanda jelas tetapi selama lebih dari
30 tahun telah dianggap jejas akson difus pada substasi alba subkortex adalah penyebab
utama kehilangan kesadaran berkepanjangan, gangguan respon motorik dan pemulihan yang
tidak komplit yang merupakan penanda pasien yang menderita cedera kepala traumatik berat.
Proses Primer
Proses primer timbul langsung pada saat trauma terjadi. Cedera primer biasanya fokal
(perdarahan, konusi) dan difus (jejas akson difus).Proses ini adalah kerusakan otak tahap
awal yang diakibatkan oleh benturan mekanik pada kepala, derajat kerusakan tergantung pada
kuat dan arah benturan, kondisi kepala yang bergerak diam, percepatan dan perlambatan
gerak kepala. Proses primer menyebabkan fraktur tengkorak, perdarahan segera intrakranial,
robekan regangan serabu saraf dan kematian langsung pada daerah yang terkena.
Proses Sekunder
Kerusakan sekunder timbul beberapa waktu setelah trauma menyusul kerusakan primer.
Dapat dibagi menjadi penyebab sistemik dari intrakranial. Dari berbagai gangguan sistemik,
hipoksia dan hipotensi merupakan gangguan yang paling berarti. Hipotensi menurunnya
tekanan perfusi otak sehingga mengakibatkan terjadinya iskemi dan infark otak. Perluasan
kerusakan jaringan otak sekunder disebabkan berbagai faktor seperti kerusakan sawar darah
otak, gangguan aliran darah otak metabolisme otak, gangguan hormonal, pengeluaran bahan-
bahan neurotrasmiter dan radikal bebas. Trauma saraf proses primer atau sekunder akan
menimbulkan gejala-gejala neurologis yang tergantung lokasi kerusakan.
Fanny Fatma Octavianti LBM 1
Kerusakan sistem saraf motorik yang berpusat dibagian belakang lobus frontalis akan
mengakibatkan kelumpuhan pada sisi lain. Gejala-gejala kerusakan lobus-lobus lainnya baru
akan ditemui setelah penderita sadar. Pada kerusakan lobus oksipital akan dujumpai ganguan
sensibilitas kulit pada sisi yang berlawanan. Pada lobus frontalis mengakibatkan timbulnya
seperti dijumpai pada epilepsi lobus temporalis.
Kelainan metabolisme yang dijumpai pada penderita cedera kepala disebabkan adanya
kerusakan di daerah hipotalamus. Kerusakan dibagian depan hipotalamus akan terjadi
hepertermi. Lesi di regio optika berakibat timbulnya edema paru karena kontraksi sistem
vena. Retensi air, natrium dan klor yang terjadi pada hari pertama setelah trauma tampaknya
disebabkan oleh terlepasnya hormon ADH dari daerah belakang hipotalamus yang
berhubungan dengan hipofisis.
Setelah kurang lebih 5 hari natrium dan klor akan dikeluarkan melalui urine dalam jumlah
berlebihan sehingga keseimbangannya menjadi negatif. Hiperglikemi dan glikosuria yang
timbul juga disebabkan keadaan perangsangan pusat-pusat yang mempengaruhi metabolisme
karbohidrat didalam batang otak.
Batang otak dapat mengalami kerusakan langsung karena benturan atau sekunder akibat
fleksi atau torsi akut pada sambungan serviks medulla, karena kerusakan pembuluh darah
atau karena penekanan oleh herniasi unkus.
Penyebab obstruksi pada pasien tidak sadar umumnya adalah jatuhnya pangkal lidah ke
belakang.
Selain itu bekuan darah, muntahan, edema, atau trauma dapat juga menyebabkan
obstruksi tersebut.
BAGIAN BAWAH
Bronkospasne
Sembab mukosa
Sekresi bronkus
Masuknya isi lambung atau benda asing ke dlm paru.
Dr. Soenarjo Sp.An,KIC., Buku Penanganan Penderita Gawat Darurat
Edema jln nafas : dpt disebabkan infeksi(difteri), reaksi alergi atau akibat
instrumentasi (pemasangan pipa endotrakeal,bronkoskopi) dan trauma tumpul.
Benda asing
Tumor : kista larings, papiloma larings, karsinoma larings biasa sumbatan
terjadi perlahan-lahan.
Trauma daerah larings
Spasme otot larings : tetanus, reaksi emosi
Kelumpuhan otot abduktor pita suara (abduktor paralysis) terutama bila
bilateral.
Fanny Fatma Octavianti LBM 1
Chin Lift
Caranya : gunakan jari tengah dan telunjuk untuk memegang tulang dagu pasien kemudian
angkat.
Head Tilt
Dlilakukan bila jalan nafas tertutup oleh lidah pasien, Ingat! Tidak boleh dilakukan pada
pasien dugaan fraktur servikal.
Caranya : letakkan satu telapak tangan di dahi pasien dan tekan ke bawah sehingga kepala
menjadi tengadah dan penyangga leher tegang dan lidahpun terangkat ke depan.
Fanny Fatma Octavianti LBM 1
Gambar 5. tangan kanan melakukan Chin lift ( dagu diangkat). dan tangan kiri
melakukan head tilt. Pangkal lidah tidak lagi menutupi jalan nafas.
Jaw thrust
Caranya : dorong sudut rahang kiri dan kanan ke arah depan sehingga barisan gigi bawah
berada di depan barisan gigi atas
http://academicdepartments.musc.edu/surgery/education/medstudents/3rdyear/student_SIMM/K
nowledge_FCCS_Airway_Management.pdf
Fanny Fatma Octavianti LBM 1