You are on page 1of 11

Fanny Fatma Octavianti LBM 1

1. Apa saja primary survey?

Primary survey (pengamatan primer), deteksi cepat dan koreksi segera terhadap
kondisi pasien yang mengancam. Biasa disebut juga survei ABCDE (Airway, Breathing,
Circulation, Disability, Exposure) dilakukan dalam 2 - 5 menit.

Tujuan
Untuk mengetahui kondisi pasien yang mengancam jiwa dan kemudian dilakukan
tindakan life saving.

Cara pelaksanaan (harus berurutan dan simultan)

Jalan nafas (airway)


 Lihat, dengar, raba (Look, Listen, Feel)
 Buka jalan nafas, yakinkan adekuat
 Bebaskan jalan nafas dengan proteksi tulang cervical dengan menggunakan
teknik Head Tilt/Chin Lift/Jaw Trust, hati-hati pada korban trauma
 Cross finger untuk mendeteksi sumbatan pada daerah mulut
 Finger sweep untuk membersihkan sumbatan di daerah mulut
 Suctioning bila perlu

Pernafasan (breathing)
 Lihat, dengar, rasakan udara yang keluar dari hidung/mulut, apakah ada pertukaran
hawa panas yang adekuat, frekuensi nafas, kualitas nafas, keteraturan nafas atau tidak

Perdarahan (circulation)
 Lihat adanya perdarahan eksterna/interna
 Hentikan perdarahan eksterna dengan Rest, Ice, Compress, Elevation (istirahatkan
lokasi luka, kompres es, tekan/bebat, tinggikan)
 Perhatikan tanda-tanda syok/ gangguan sirkulasi : capillary refill time, nadi, sianosis,
pulsus arteri distal

Susunan Saraf Pusat (disability)


 Cek kesadaran
 Adakah cedera kepala?
 Adakah cedera leher?
 Perhatikan cedera pada tulang belakang
Fanny Fatma Octavianti LBM 1

Kontrol Lingkungan (Exposure/ environmental )


 Buka baju penderita lihat kemungkinan cedera yang timbul tetapi cegah
hipotermi/kedinginan.

http://www.primarytraumacare.org/wp-content/uploads/2011/09/PTC_INDO.pdf

2. Mengapa didapatkan banyak darah dari rongga mulut pasien?


Suatu fraktur tulang tengkorak berarti patahnya tulang tengkorak dan biasanya terjadi
akibat benturan langsung. Tulang tengkorak mengalami deformitas akibat benturan
terlokalisir yang dapat merusak isi bagian dalam meski tanpa fraktur tulang
tengkorak. Suatu fraktur menunjukkan adanya sejumlah besar gaya yang terjadi pada
kepala dan kemungkinan besar menyebabkan kerusakan pada bagian dalam dari isi
cranium. Fraktur tulang tengkorak dapat terjadi tanpa disertai kerusakan neurologis,
dan sebaliknya, cedera yang fatal pada membran, pembuluh-pembuluh darah, dan
otak mungkin terjadi tanpa fraktur. Otak dikelilingi oleh cairan serebrospinal,
diselubungi oleh penutup meningeal, dan terlindung di dalam tulang tengkorak. Selain
itu, fascia dan otot-otot tulang tengkorak manjadi bantalan tambahan untuk jaringan
otak.

Fraktur impresi : Hal ini umumnya terjadi setelah bertabrakan dengan kekuatan besar dengan
benda tumpul seperti : palu, batu, atau benda berat lainnya. Trauma ini dapat menyebabkan
lekukan pada tulang tengkorak dan menekan jaringan otak. apabila kedalaman dari fraktur
impresi ini sama dengan ketebalan tulang tengkorak ( ¼ - ½ inchi ), operasi selalu dilakukan
untuk mengangkat potongan tulang dan untuk melihat kerusakan otak yang diakibatkan oleh
trauma ini. Fraktur impresi yang minimal lebih tipis dari ketebalan tulang. Fraktur ini
umumnya tidak perlu dioperasi kecuali dijumpai kerusakan lain. Fraktur ini dapat merobek
dura mater dan merusak jaringan otak dibawahnya serta menimbulkan perdarahan.

Head Injury, available from: www.emedicinehealth.com

3. Mengapa setelah dilakukan pemasangan rebreathing mask pasien memburuk suara


seperti berkumur dan saturasi O2 89%?

Blood Gas Artery PO2 80-100 mmHg (normal)


Fanny Fatma Octavianti LBM 1

60-79 mmHg hipoksemi ringan


40-59mmHg hipoksemi sedang
<40 mmHg hipoksemi berat
SaO2 95%-97% normal
< 90% hipoksemi
pH 7,35-7,45 normal
<7,35 asidemia
>7,45 alkaemia
PaCo2 35-45 mmHg normal
>45 mmHg hipoventilasi
<35 mmHg hiperventilasi
System respirasi Takipneu, volume tidal turun,, dispneu, retraksi otot nafas, lubang
hidung melebar
Saraf pusat Sakit kepala
Kekacauan mental, agitasi
Mudah terangsang, cemas, bereringat
Mengantuk
Kardiovaskuler Mula2 takikardi, kemudian bradikardi jika otot jantung tidak cukup
mendapat O2
Peningkatan tekanan darah diikuti dengan penurunan tekanan darah
jika tidak segera ditangani
Kulit Sianosis sentral perifer

4. Mengapa penderita mengeluarkan suara seperti mengorok dan berkumur?

Tanda-tanda adanya sumbatan (ditandai adanya suara nafas tambahan)

 Mendengkur(snoring), berasal dari sumbatan pangkal lidah. Cara mengatasi : chin lift,
jaw thrust, pemasangan pipa orofaring/nasofaring, pemasangan pipa endotrakeal.
 Berkumur (gargling), penyebab : ada cairan di daerah hipofaring. Cara mengatasi :
finger sweep, pengisapan/suction.
 Stridor (crowing), sumbatan di plika vokalis. Cara mengatasi : cricotirotomi,
trakeostomi.
Fanny Fatma Octavianti LBM 1

Ø Sumbatan pada lidah

Akibat berkurangnya tonus otot penahan lidah, lidah jatuh ke belakang dan menutupi faring.
Hal ini dijumpai pada pasien tidak sadar, intoksikasi alokohol ataupun obat lain

Ø Sumbatan kareana epiglotis

Akibat inspirasi paksa berlebihan sehingga epiglotis tertarik menyumbat jalan nafas

Ø Benda asing

Ø Kerusakan jaringan

Akibat luka tusuk ataupun benturan benda tumpul dan pembengkakan (edema) faring dan
trakea akibat trauma ataupun luka bakar

Ø Penyakit

Infeksi saluran pernafasan clan reaksi alergi mengakibatkan peradangan dan edema saluran
nafas

5. Kapan pemasangan oropharyngeal airway dilakukan?

Pada pasien yang tidak sadar, obstruksi terjadi akibat ketidakmampuan untuk
mempertahankan tonus lidah sehingga akan jatuh menutupi jalan nafas. Orofaringeal
airway/gudel/mayo dapat menahan lidah pada posisi yang seharusnya. Cara memasukkan
guedel adalah dengan memasukkan pada posisi lengkungnya menghadap keatas sampai
menyentuh palatum kemudian diputar 1800 sambil didorong.

Advanced Trauma Life Support For Doctors

6. Indikasi dilakukannya definitive airway?


Indikasi Airway Definitif

Kebutuhan untuk perlindungan Kebutuhan untuk ventilasi


airway

Tidak sadar Apnea


Fanny Fatma Octavianti LBM 1

• Paralisis neuromuskuler

• Tidak sadar

Fraktur maksilofasial Usaha nafas yang tidak adekuat

• Takipnea

• Hipoksia

• Hiperkarbia

• Sianosis

Bahaya aspirasi Cedera kepala tertutup berat yang

• Perdarahan membutuhkan hiperventilasi singkat,

• Muntah - muntah bila terjadi penurunan keadaan neurologis

Bahaya sumbatan

• Hematoma leher

• Cedera laring, trakea

• Stridor

Advanced Trauma Life Support For Doctors

7. Indikasi dan kontraindikasi oropharyngeal airway?

1. Indikasi
Adapun indikasi pemasangan oropharyngeal tube adalah sebagai berikut :
a. Pemeliharaan jalan nafas pasien dalam ketidaksadaran,
b. Melindungi endotracheal tube dari gigitan,
c. Memfasilitasi suction pada jalan nafas

2. Kontra indikasi
Tidak boleh diberikan pada pasien dengan keadaan sadar ataupun semi sadar karena dapat
Fanny Fatma Octavianti LBM 1

merangsang muntah, spasme laring.


Harus berhati-hati bila terdapat trauma oral.

http://endo.co.id/romsons-guedel-airways-id.html
8. Mengapa pasien tampak sianosis dan curiga adanya fraktur impressi pada os frontal?

Patofisiologis dari cedera kepala traumatic dibagi dalam proses primer dan proses sekunder.
Kerusakan yang terjadi dianggap karena gaya fisika yang berkaitan dengan suatu trauma yang
relative baru terjadi dan bersifat irreversible untuk sebagian besar daerah otak. Walaupun
kontusio dan laserasi yang terjadi pada permukaan otak, terutama pada kutub temporal dan
permukaan orbital dari lobus frontalis, memberikan tanda-tanda jelas tetapi selama lebih dari
30 tahun telah dianggap jejas akson difus pada substasi alba subkortex adalah penyebab
utama kehilangan kesadaran berkepanjangan, gangguan respon motorik dan pemulihan yang
tidak komplit yang merupakan penanda pasien yang menderita cedera kepala traumatik berat.

Proses Primer

Proses primer timbul langsung pada saat trauma terjadi. Cedera primer biasanya fokal
(perdarahan, konusi) dan difus (jejas akson difus).Proses ini adalah kerusakan otak tahap
awal yang diakibatkan oleh benturan mekanik pada kepala, derajat kerusakan tergantung pada
kuat dan arah benturan, kondisi kepala yang bergerak diam, percepatan dan perlambatan
gerak kepala. Proses primer menyebabkan fraktur tengkorak, perdarahan segera intrakranial,
robekan regangan serabu saraf dan kematian langsung pada daerah yang terkena.

Proses Sekunder

Kerusakan sekunder timbul beberapa waktu setelah trauma menyusul kerusakan primer.
Dapat dibagi menjadi penyebab sistemik dari intrakranial. Dari berbagai gangguan sistemik,
hipoksia dan hipotensi merupakan gangguan yang paling berarti. Hipotensi menurunnya
tekanan perfusi otak sehingga mengakibatkan terjadinya iskemi dan infark otak. Perluasan
kerusakan jaringan otak sekunder disebabkan berbagai faktor seperti kerusakan sawar darah
otak, gangguan aliran darah otak metabolisme otak, gangguan hormonal, pengeluaran bahan-
bahan neurotrasmiter dan radikal bebas. Trauma saraf proses primer atau sekunder akan
menimbulkan gejala-gejala neurologis yang tergantung lokasi kerusakan.
Fanny Fatma Octavianti LBM 1

Kerusakan sistem saraf motorik yang berpusat dibagian belakang lobus frontalis akan
mengakibatkan kelumpuhan pada sisi lain. Gejala-gejala kerusakan lobus-lobus lainnya baru
akan ditemui setelah penderita sadar. Pada kerusakan lobus oksipital akan dujumpai ganguan
sensibilitas kulit pada sisi yang berlawanan. Pada lobus frontalis mengakibatkan timbulnya
seperti dijumpai pada epilepsi lobus temporalis.

Kelainan metabolisme yang dijumpai pada penderita cedera kepala disebabkan adanya
kerusakan di daerah hipotalamus. Kerusakan dibagian depan hipotalamus akan terjadi
hepertermi. Lesi di regio optika berakibat timbulnya edema paru karena kontraksi sistem
vena. Retensi air, natrium dan klor yang terjadi pada hari pertama setelah trauma tampaknya
disebabkan oleh terlepasnya hormon ADH dari daerah belakang hipotalamus yang
berhubungan dengan hipofisis.

Setelah kurang lebih 5 hari natrium dan klor akan dikeluarkan melalui urine dalam jumlah
berlebihan sehingga keseimbangannya menjadi negatif. Hiperglikemi dan glikosuria yang
timbul juga disebabkan keadaan perangsangan pusat-pusat yang mempengaruhi metabolisme
karbohidrat didalam batang otak.

Batang otak dapat mengalami kerusakan langsung karena benturan atau sekunder akibat
fleksi atau torsi akut pada sambungan serviks medulla, karena kerusakan pembuluh darah
atau karena penekanan oleh herniasi unkus.

R.Sjamsuhidajat, Buku ajar Ilmu Bedah, edisi Revisi, EGC, Jakarta,

9. Etiologi dan gejala sumbatan jalan napas?

 Penyebab obstruksi pada pasien tidak sadar umumnya adalah jatuhnya pangkal lidah ke
belakang.
 Selain itu bekuan darah, muntahan, edema, atau trauma dapat juga menyebabkan
obstruksi tersebut.

Tanda obstruksi jalan nafas antara lain :


 Suara berkumur
 Suara nafas abnormal (stridor, dsb)
 Pasien gelisah karena hipoksia
Fanny Fatma Octavianti LBM 1

 Bernafas menggunakan otot nafas tambahan / gerak dada paradoks


 Sianosis
http://www.primarytraumacare.org/wp-content/uploads/2011/09/PTC_INDO.pdf

Penyebab sumbatan jln nafas yg sering dijumpai adalah :


BAGIAN ATAS
 Dasar lidah
Sering menyumbat jln nafas pd penderita koma krn pd penderita koma otot
lidah dan leher lemas sehingga tdk mampu mengangkat dasar lidah dari
dinding belakang farings. Hal ni sering terjadi bila kepala penderita dalam
posisi fleksi.
 Benda asing
Seperti tumpahan atau darah di jln nafas bagian atas yg tdk dpt ditelan atau
dibatukkan oleh penderita yg tdk sadar dpt menyumbat jln nafas.

BAGIAN BAWAH

 Bronkospasne
 Sembab mukosa
 Sekresi bronkus
 Masuknya isi lambung atau benda asing ke dlm paru.
Dr. Soenarjo Sp.An,KIC., Buku Penanganan Penderita Gawat Darurat

Edema jln nafas : dpt disebabkan infeksi(difteri), reaksi alergi atau akibat
instrumentasi (pemasangan pipa endotrakeal,bronkoskopi) dan trauma tumpul.
Benda asing
Tumor : kista larings, papiloma larings, karsinoma larings  biasa sumbatan
terjadi perlahan-lahan.
Trauma daerah larings
Spasme otot larings : tetanus, reaksi emosi
Kelumpuhan otot abduktor pita suara (abduktor paralysis)  terutama bila
bilateral.
Fanny Fatma Octavianti LBM 1

Kelainan kongenital : laryngeal web, fistula trakeoesofagus yg menimbulkan


laringotrakeomalasia.
Buku Kedaruratan Medik, Pedoman Penatalaksanaan Praktis Edisi Revisi

Sumbatan jalan nafas total


 Tidak terdengar suara nafas atau tdk terasa adanya aliran udara lwt
hidung atau mulut.
 Adanya retraksi pada daerah supraklavikula & sela iga
 Dada tidak mengembang pd wkt inspirasi
 Bila dilakukan inflasi paru biasanya mengalami kesulitan wlpn dgn
teknik yg benar.

Sumbatan jalan nafas partial


 Terdengar aliran udara yg berisik
 Kadang-kadang disertai retraksi
 Bunyi melengking  laringospasme
 Bunyi seperti org kumur  sumbatan benda asing
Dr. Soenarjo Sp.An,KIC., Buku Penanganan Penderita Gawat Darurat

10. Bagaimana cara melakukan triple airway manuver?

Chin Lift

Dilakukan dengan maksud mengangkat otot pangkal lidah ke depan

Caranya : gunakan jari tengah dan telunjuk untuk memegang tulang dagu pasien kemudian
angkat.

Head Tilt

Dlilakukan bila jalan nafas tertutup oleh lidah pasien, Ingat! Tidak boleh dilakukan pada
pasien dugaan fraktur servikal.

Caranya : letakkan satu telapak tangan di dahi pasien dan tekan ke bawah sehingga kepala
menjadi tengadah dan penyangga leher tegang dan lidahpun terangkat ke depan.
Fanny Fatma Octavianti LBM 1

Gambar 5. tangan kanan melakukan Chin lift ( dagu diangkat). dan tangan kiri
melakukan head tilt. Pangkal lidah tidak lagi menutupi jalan nafas.

Jaw thrust

Caranya : dorong sudut rahang kiri dan kanan ke arah depan sehingga barisan gigi bawah
berada di depan barisan gigi atas

http://academicdepartments.musc.edu/surgery/education/medstudents/3rdyear/student_SIMM/K
nowledge_FCCS_Airway_Management.pdf
Fanny Fatma Octavianti LBM 1

You might also like