You are on page 1of 16

GANGGUAN TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA PADA PASIEN

DENGAN GANGGUAN PANIK

Yu Lee Park, Won Kim, Jeong-Ho Chae, Kang Seob Oh, Kevin D Frick, Jong-Min Woo

Abstrak
Latar belakang : Gangguan panik (PD) menimbulkan dampak besar terhadap
produktivitas di tempat kerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi
lost productivity time (LPT) bagi pasien dengan gangguan panik. Penelitian ini
juga menilai perubahan LPT bagi pasien-pasien dengan gangguan panik setelah
12 minggu menjalani terapi dengan Selective Serotonin Reuapteke Inhibitors
(SSRI), dibandingkan dengan individu sehat sebagai kontrol.

Metode : Pekerja-pekerja yang didiagnosis dengan PD tanpa penyakit medis


atau psikiatri mayor lainnya terdaftar di klinik-klinik psikiatri rawat jalan
(N=108). Kontrol sehat dengan usia dan jenis kelamin yang cocok direkrut
melalui iklan (N=108). Kesehatan dan produktivitas, gejala PD, dan gejala
depresi dinilai menggunakan versi Korea dari World Health Organization
Health dan Work Performance Questionnaire (HPQ), Panic Disorder Severity
Scale (PDSS), dan Hamilton Rating Scales for Depression (HAM-D), masing-
masing pada awal, minggu ke 4, dan minggu ke 12.

Hasil: Pada awal, kelompok PD menunjukkan LPT secara signifikan lebih tinggi
dibandingkan dengan kelompok kontrol (103,02 vs 47,28 jam dalam 4 minggu
terakhir). Setelah 12 minggu pengobatan, kelompok PD menunjukkan perbaikan
klinis yang signifikan serta peningkatan produktivitas dengan penurunan LPT
yang bermakna. Di antara pasien-pasien yang menyelesaikan pengobatan, LPT
akibat PD berkurang dari 104,38 menjadi 55,15 jam dalam 4 minggu terakhir.
Keterbatasan: Mungkin ada bias seleksi karena desain studi kasus-kontrol.

Kesimpulan: Data ini menunjukkan bahwa, setelah perawatan, ada peningkatan


yang signifikan dalam gejala klinis, dan bahwa hilangnya produktivitas karena
PD hampir sepenuhnya pulih ke tingkat kontrol yang sehat setelah 12 minggu
menjalani perawatan rawat jalan psikiatri.
1. Pendahuluan
Gangguan panik (PD) adalah gangguan kecemasan umum yang
mempengaruhi 1–8% populasi AS dengan onset yang biasanya terjadi pada remaja
akhir hingga pertengahan 30-an. Hal ini ditandai dengan serangan kecemasan
berulang secara tiba-tiba yang mengakibatkan kekhawatiran, ketakutan, atau
kekhawatiran bahwa serangan ini akan terjadi lagi, atau secara negatif berdampak
pada kehidupan secara umum. Selain itu, banyak pasien yang mengalami
kecemasan atau gangguan depresi. Kondisi ini berkorelasi dengan kualitas hidup
yang buruk dan hasil fungsional yang buruk, termasuk tingkat kesejahteraan dan
kecacatan yang tinggi (27%) (Greenberg et al., 1999).
Gejala PD juga telah ditemukan memiliki dampak penting pada indeks
medis dan non-medis di tingkat masyarakat. Berdasarkan komorbiditas, pasien
dengan PD cenderung menggunakan lebih banyak layanan perawatan kesehatan
(Katon, 2006). Sebuah penelitian retrospektif sebelumnya menunjukkan bahwa
gangguan kecemasan berhubungan dengan biaya medis dan produktivitas yang
signifikan (Marciniak et al., 2004). Studi lain menemukan bahwa mereka dengan
penyakit kejiwaan, termasuk PD, memperoleh $ 16.306 kurang dari rata-rata di
populasi AS (Kessler et al., 2008). Namun, PD tidak terlalu banyak dibahas didalam
literatur daripada gangguan kejiwaan lainnya seperti depresi dan gangguan
kecemasan umum.
Baru-baru ini, beberapa penelitian telah menunjukkan hasil yang
menguntungkan dalam mengobati kondisi kejiwaan di tempat kerja yang
menyebabkan peningkatan produktivitas (Kessler et al., 2003; Woo et al. 2011).
Namun, tidak ada studi prospektif yang mengukur presenteeism dan absenteeism
untuk pekerja dengan PD yang telah dipublikasikan hingga saat ini. Perawatan
standar untuk PD telah terbukti mengurangi keparahan gejala; namun, hubungan
antara perlakuan ini dan produktivitas tempat kerja belum ditetapkan.
Meskipun diterima secara luas bahwa kesehatan mental sangat
mempengaruhi tempat kerja, penelitian masih dilakukan untuk menentukan metode
terbaik untuk mengukur efeknya. Perhitungan lost productivity time (LPT)
tampaknya menjadi metode yang menjanjikan untuk mendeskripsikan bagaimana
penyakit-penyakit kejiwaan mempengaruhi produktivitas kerja.
Dalam tulisan ini, kami bertujuan untuk mengukur LPT para pekerja
dengan PD menggunakan World Health Organization, Health and Work
Performance Questionnaire (HPQ); ini akan memberikan informasi yang berguna
untuk memahami biaya relatif berbagai penyakit bagi pengusaha. Selain itu, kami
menyediakan 12 minggu pengobatan dengan Selective Serotonin Reuptake
Inhibitors (SSRIs) dan menilai LPT pasca perawatan melalui HPQ, dan
membandingkan LPT untuk mereka dengan PD dengan LPT dalam sampel kontrol
yang sehat.

2. Metode

2.1. Subyek

Sebanyak 120 pasien berturut-turut mencari pengobatan untuk pertama


kalinya di klinik psikiatri rawat jalan di tiga rumah sakit universitas di Seoul, Korea
direkrut sebagai subyek penelitian. Mereka disaring untuk PD, menggunakan versi
bahasa Korea dari Structured Clinical Interview for DSM disorder (SCID). Pasien
berusia 20-50 tahun yang memenuhi kriteria DSM-IV untuk PD dan bekerja pada
waktu itu dimasukkan. Mereka yang memiliki riwayat penyakit medis atau psikiatri
besar lainnya (selain PD atau PD dengan gangguan depresi mayor) tidak dilibatkan.
Sebanyak 108 subjek menyelesaikan kuesioner dan terdaftar sebagai subyek dalam
kelompok PD.

Sebanyak 108 subyek usia dan jenis kelamin yang cocok dengan jenis
kelamin dari daerah yang sama direkrut melalui iklan surat kabar dan situs web
untuk dijadikan sebagai kontrol. Mereka diskrining untuk PD menggunakan SCID
serta untuk penyakit medis dan psikiatri lainnya, dan terdaftar jika tidak ada yang
di atas. Semua peserta menandatangani informed consent. Data dikumpulkan
selama periode dua tahun dari Maret 2007 hingga Februari 2009. The Institutional
Review Board (IRB) dari Inje University, Seoul Paik Hospital menyetujui penelitian
ini.

2.2. Intervensi

Sebanyak 40 pasien PD menyelesaikan 12 minggu pengobatan berdasarkan


pedoman pengobatan dari National Institute for Health and Clinical Excellence
(NICE) di Inggris (NICE, 2007). Psikoterapi terbatas hanya psikoterapi sup ortif,
yang biasanya disediakan di klinik rawat jalan secara singkat; cognitive behavioral
therapy (CBT) tidak disediakan. Sebagai agen farmakoterapi pertama, CR
paroxetine (Paxil CRs) atau escitalopram (Lexapros) dipilih, berdasarkan profil
efek samping, dan dipertahankan selama 12 minggu. Dosis awal paroxetine CR
adalah 12,5 mg/hari dan ditingkatkan menjadi 25 mg/hari selama 12 minggu. Dosis
awal escitalopram adalah 10 mg/hari dan ditingkatkan menjadi 20 mg/hari selama
2 minggu. Setelah 2 minggu farmakoterapi, titrasi dosis fleksibel dilakukan dengan
keputusan klinis dari psikiater yang berpengalaman. Penggunaan antidepresan non-
SSRI tidak diizinkan selama penelitian. Karena semua pasien dipekerjakan dan
berharap untuk mengurangi tingkat kecemasan mereka untuk mempertahankan
pekerjaan mereka, penggunaan jangka pendek dari benzodiazepin (kurang dari 1
mg/hari setara dengan dosis lorazepam, selama lebih kurang 1 bulan) diperbolehkan
pada 31 pasien. Anxiolytics lainnya seperti buspirone (Buspars) dan tandospirone
(Sadiels) juga digunakan untuk lima pasien selama bulan pertama pengobatan.
Hanya penggunaan yang diperlukan dari zolpidem (Stilnoxs) yang diizinkan untuk
insomnia yang parah, tetapi tidak untuk lebih dari tiga malam per minggu dan bukan
pada malam sebelum kunjungan klinik.

2.3. Penilaian

Kedua kelompok dinilai sesuai hasil pemeriksaan awal; kelompok PD juga


dinilai setelah 4 dan 12 minggu pengobatan untuk memantau efek potensial
pengobatan.
Panic Disorder Severity Scale (PDSS) diberikan untuk setiap subjek studi
untuk menilai tingkat keparahan gejala dan Hamilton Rating Scale for Depression
(HAM-D) diaplikasikan kepada setiap anggota kelompok PD dan kelompok kontrol
untuk menilai gejala depresi, karena kecemasan dan gangguan depresi sering terjadi
bersamaan (Woo et al. 2011).

Versi Korea dari HPQ diberikan kepada masing-masing subjek studi untuk
mengukur kehilangan waktu produktif di tempat kerja, absen dan presenteeism
(Woo et al. 2011). HPQ dikembangkan untuk mengukur biaya masalah kesehatan
di tempat kerja berdasarkan kuesioner self-report (Kessler et al., 2003), dan ini
terdiri dari pertanyaan tentang demografi, kesehatan, dan waktu produktif sebagian
besar selama periode 4 minggu sebelumnya (Woo et al. 2011).

Absenteeism diukur dengan jumlah jam dan hari yang terlewat karena alasan
yang berhubungan dengan kesehatan selama 4 minggu sebelumnya. Jumlah hari
penuh yang terlewatkan dikalikan dengan delapan jam per hari, dan hari-hari
sebagian yang terlewat dari pekerjaan dikalikan dengan 4 jam per hari. Absenteeism
dengan demikian dinyatakan sebagai jam yang hilang per periode 4 minggu. Biaya
tahunan absenteeism dihitung dengan mengkalikan upah per jam dengan jumlah
batas jam kerja selama 4 minggu dan memproyeksikan ke tahun dengan mengalikan
total 4 minggu dengan 13.

Presenteeism digunakan untuk mengukur tingkat kinerja aktual


dibandingkan dengan kinerja potensial. LPT untuk presenteeism mengkuantifikasi
produktivitas yang hilang saat bekerja dengan mengalikan jam kerja yang
sebenarnya dengan tingkat kinerja yang berkurang. Biaya tahunan presenteeism
diperkirakan dengan metode yang sama dengan biaya tahunan LPT karena
absenteeism. Total biaya LPT adalah jumlah biaya absenteeism dan presenteeism
(Gambar 1). Biaya LPT karena PD dapat diperkirakan sebagai selisih biaya LPT
antara kelompok PD dan kontrol; kelompok kontrol dianggap sebagai referensi
dalam penelitian ini.
2.4. Analisis statistik

Kami melakukan chi-squared dan t-test untuk membandingkan data demo-


grafis, HPQ, dan HAM-D antara kelompok PD dan kelompok kontrol yang cocok.
Analisis chi-squared dan paired t-test yang serupa dilakukan untuk
membandingkan kelompok PD pada awal pengobatan dan setelah pengobatan.
Semua tingkat signifikansi yang dilaporkan adalah two-tailed dan kriteria untuk
signifikansi statistik adalah p<0,05. SPSS ver. 12.0 digunakan untuk analisis
statistik.

3. Hasil

Perbandingan antara karyawan dengan PD dan kelompok kontrol yang sehat


ditunjukkan pada Tabel 1. Hanya status perkawinan dan durasi kerja yang
menunjukkan perbedaan signifikan antara dua kelompok.

Hasil pengukuran HPQ untuk PD dan kelompok kontrol ditunjukkan pada


Tabel 2. Perbedaan ketidakhadiran akibat masalah kesehatan dalam 4 minggu
terakhir secara statistik signifikan, dengan kelompok PD melaporkan 1,92 hari
hilang dibandingkan dengan kelompok kontrol melaporkan 0,07 hari yang hilang
(p<0.0001). Jumlah sebagian hari yang hilang sebagian karena masalah kesehatan
juga berbeda secara signifikan, 2,75 hari pada kelompok PD dan 0,16 pada
kelompok kontrol (p<0,001). Total jam kerja aktual dalam 4 minggu terakhir adalah
162.15 pada kelompok PD dan 170.45 pada kelompok kontrol; perbedaannya tidak
signifikan secara statistik (p<0,291). Kelompok PD melaporkan bekerja secara
signifikan dengan lebih sedikit jam per minggu (38,6 vs 43,4, p<0,025). Self-rated
kinerja pekerjaan selama 4 minggu sebelumnya pada kelompok PD secara
signifikan lebih rendah (5.31 vs 7.50, p<0.001). LPT rata-rata karena absenteeism
selama 4 minggu terakhir adalah 28,97 jam pada kelompok PD dan 3,35 jam pada
kelompok kontrol (p<0,001). LPT karena presenteeism selama 4 minggu terakhir
adalah 74,05 jam pada kelompok PD dan 43,93 jam pada kelompok kontrol (p
<0,001).
Tabel 1
Data demografis para pekerja dengan PD dan kelompok kontrol
Tabel 2
Kelompok kontrol vs kelompok panik pada awal pengoabatan

Analisis menunjukkan bahwa PDSS secara signifikan berkorelasi dengan


LPT karena absenteeism dalam 4 minggu terakhir pada kelompok panik (r =0.34,
p<0.001). Namun, tidak ada korelasi antara PDSS dan LPT karena presenteeism.
Selain itu, ada juga korelasi yang signifikan antara HAMD dan LPT karena
absenteeism dalam kelompok panik (r =0.25, p <0.001), dan tidak ada korelasi
antara HAMD dan LPT karena presenteeism.

Empat puluh pasien PD menyelesaikan 12 minggu pengobatan, dan semua


HPQ, PDSS, dan HAM-D pada minggu ke 0, 4, dan 12. Alasan untuk tidak
menyelesaikan pengobatan termasuk 15 (22,1%) yang menolak pengobatan atau
mencari pengoabatan di tempat lain, 12 (17,6%) yang melaporkan peningkatan
yang signifikan dan merasa tidak perlu perawatan lebih lanjut, 11 (16,2%)
diberhentikan atau pemberhentian konsumsi obat dalam jangaka waktu lama dan
dengan demikian tidak dapat dinilai untuk presenteeism atau absenteeism, 12
(17,6%) mengeluh keterbatasan waktu mencegah mereka untul menghadiri sesi
pengobatan, 4 (5,9%) yang melaporkan efek samping, 2 (2,9%) yang berencana
untuk hamil, dan 12 (17,6%) yang mangkir. 40 pasien yang menyelesaikan
pengobatan selama 12 minggu secara statistik tidak berbeda secara signifikan dari
68 pasien yang tidak memiliki variabel demografi atau klinis pada awal.
Jika dibandingkan hasil pengukuran di awal dan minggu 12 pengukuran dari
40 subjek yang menyelesaikan pengobatan, ada beberapa perbedaan signifikan
secara statistik (Tabel 3). Skor PDSS menurun dari 16,53 hingga 3,73 (p <0,001).
Skor HAM-D menurun dari 17,9 menjadi 4,7 (p <0,001). Laporan jam kerja aktual
per minggu meningkat dari 37,44 menjadi 50,2 (p <0,001). Absen harian karena
masalah kesehatan dalam 4 minggu terakhir menurun dari 2,17 menjadi 0,32 (p
<0,001). Sebagian hari yang hilang karena masalah kesehatan juga menurun dari
3,39 menjadi 0,49 (p <0,001). Self-rated kinerja pekerjaan selama 4 minggu terakhir
meningkat dari 5,29 menjadi 7,37 (p <0,001). Akhirnya, total jam kerja meningkat
dari 156,2 menjadi 189,78 (p <0,001).

Tabel 3
Perubahan setelah 12 minggu terapi pada kelompok terapi (n=40)

Untuk kelompok PD, rata-rata biaya absensi tahunan rata-rata diperkirakan


$ 7428 per orang, sementara kelompok kontrol rata-rata biaya ketidakhadiran
diperkirakan sebesar $ 483 per orang. Biaya rata-rata presenteeism diperkirakan $
12.895 per karyawan per tahun dalam kelompok PD dan $ 6451 pada kelompok
kontrol. Total biaya LPT per karyawan per tahun adalah $ 20.323 untuk grup PD
vs. $ 7033 untuk kelompok kontrol (Tabel 2). Total biaya tahunan rata-rata per-
karyawan LPT yang terkait dengan PD diperkirakan $ 13.290, atau 46,6% dari gaji
tahunan rata-rata pada kelompok panik.

Setelah 12 minggu pengobatan, biaya tahunan rata-rata ketidakhadiran di


antara pasien dengan PD menurun dari $ 10.600 menjadi $ 1334. Rata-rata biaya
proyeksi tahunan dari presenteeism juga menurun dari $ 15,255 menjadi $ 8935.
Singkatnya, total biaya tahunan rata-rata LPT di antara kelompok perlakuan
berkurang dari $ 25,855 menjadi $ 10,269, yang berarti pemulihan $ 15.585 dari
baseline (Tabel 3). Pemimpin perusaahan bisa mendapatkan hingga 47,83% dari
upah pekerja rata-rata dengan pengobatan rawat jalan psikiatri jangka pendek.

4. Diskusi

Pada awal, kelompok PD mengalami lebih banyak ketidakhadiran dan


presenteeism daripada kelompok kontrol. Setelah 12 minggu pengobatan, karyawan
dengan PD menunjukkan perbaikan klinis yang signifikan, berdasarkan PDSS dan
HAM-D, dan peningkatan produktivitas dengan pengurangan ketidakhadiran dan
presenteeism yang nyata (Gambar 2). Data juga menunjukkan bahwa, setelah
perawatan rawat jalan psikiatri biasa, biaya yang biasanya timbul dari
ketidakhadiran dan presenteeism menurun secara substansial. Setelah pengobatan,
biaya rata-rata LPT dari PD diperkirakan menurun $ 15.585 per tahun di kelompok
PD, yang berjumlah 47,83% dari pendapatan kerja rata-rata di Korea.

Gangguan panik sering mengering dan menyusut selama bertahun-tahun.


Dengan demikian, ada kemungkinan bahwa hasilnya mungkin dipengaruhi oleh
sifatnya. Namun, dalam penelitian ini, setting tempatnya adalah klinik psikiatri
rawat jalan di rumah sakit universitas. Sebagian besar pasien yang mengunjungi
rumah sakit tersier ini cenderung sebagian besar merupakan kasus berulang atau
kasus yang parah. Oleh karena itu, kemungkinan remisi spontan selama 12 minggu
sangat rendah. Selain itu, jika beberapa peserta secara alami menjadi lebih baik dan
sebaliknya, mereka cendrung dikeluarkan seperti yang ditunjukkan pada alasan
pengeluaran.

Dengan 12 minggu perawatan rawat jalan psikiatri, jam kerja aktual pada
kelompok PD meningkat. Peringanan gejala-gejala pada grup PD berkontribusi
dalam bekerja lebih banyak dari sebelumnya. Juga penting bahwa mereka benar-
benar bekerja lebih lama daripada kontrol yang sehat di awal. Ada kemungkinan
kelompok PD bekerja lebih lama untuk mengkompensasi waktu kerja yang hilang
secara spesifik. Selanjutnya, pengobatan dikaitkan dengan penurunan presenteeism
membuat pasien PD hampir seproduktif kontrol yang sehat.

Kelompok kontrol menilai kinerja pekerjaan mereka sebagai 7.50 dari


kemungkinan 10, yang 25% lebih rendah daripada yang terbaik yang mereka
harapkan dari diri mereka sendiri. Namun, ini mirip dengan hasil populasi umum
lainnya. Kessler dkk. menyarankan bahwa mayoritas populasi kerja umum dinilai
kinerja kerja mereka sebagai lebih dari 7, kebanyakan 8 sampai 9 (Kessler et al.,
2003). Dengan demikian, menggunakan kontrol yang cocok sebagai kelompok
untuk mewakili populasi umum tampaknya masuk akal.

Dalam studi lain tenatang gangguan produktivitas dan gangguan kejiwaan,


depresi telah dikaitkan dengan hilangnya produktivitas di tempat kerja, dan
mempengaruhi presenteeism lebih dari absenteeism (Woo et al. 2011; Sanderson
and Andrews, 2006). Dalam penelitian ini, LPT dari PD didistribusikan lebih
merata antara presenteeism dan absenteeism. Selain itu, ketika kami menganalisis
korelasi antara PDSS, HAMD, dan HPQ, baik PDSS dan HAMD secara signifikan
berkorelasi dengan LPT hanya karena ketidakhadiran dalam kelompok panik. Hasil
ini tampaknya konsisten dengan gejala PD. Ketika pasien dengan PD mengalami
serangan panik dan / atau agorafobia, rasa takut akan kematian yang akan datang
dan gejala kecemasan akut dapat membuat pasien merasa lumpuh dan tidak bisa
bergerak, sehingga kesulitan untuk bepergian ke tempat kerja mereka, dan dengan
demikian, lebih banyak absenteeism. Sebaliknya, pasien dengan gangguan depresi
mayor (MDD) cenderung mengenali gejala mereka sebagai aspek kondisi mental
kronis, dan mereka tahu bahwa dengan tidak adanya pekerjaan tidak dapat
menghilangkan gejala mereka. Mereka tetap bekerja tetapi dengan produktivitas
rendah, menghasilkan lebih banyak presenteeism.

Gangguan cemas dianggap sebagai gangguan jiwa yang lebih ringan dan
kurang melumpuhkan dibandingkan gangguan psikotik atau gangguan mood,
karena penderita tidak kehilangan rasa realitasnya. Namun, penelitian sebelumnya
telah menunjukkan bahwa PD dikaitkan dengan hendaya yang berat dalam fungsi
sosial dan peran, seperti gangguan kejiwaan lainnya seperti skizofrenia, gangguan
depresi mayor, dan demensia (Ormel et al., 1994; Kennedy et al., 2002 ; Comer et
al., 2011). Stein dkk. (2005) melaporkan bahwa gangguan panik berkontribusi
secara independen terhadap prediksi fungsi yang buruk, mengurangi kualitas hidup
yang berhubungan dengan kesehatan, dan lebih banyak hari sakit dalam pekerjaan.
Temuan kami juga mengungkapkan bahwa PD dapat menyebabkan LPT yang
signifikan dan membatasi fungsi sosial. Beberapa parameter seperti ketidakhadiran
yang dipengaruhi oleh PD lebih berpengaruh daripada MDD dalam pekerjaan.

berdasarkan hasil penelitian ini, kami menyimpulkan bahwa distress dan


disfungsi untuk pasien dengan PD memiliki efek yang terukur terhadap aktivitas
sehari-hari. Dengan demikian, praktisi perlu menentukan apa kesulitan sehari-hari
yang diderita dan menjelaskan bagaimana pengobatan dapat meningkatkan kualitas
hidup. Upaya tersebut dapat menciptakan hubungan dengan pasien dan
meningkatkan kepatuhan dengan meningkatkan motivasi.

Kekuatan pertama dari penelitian ini adalah penelitian ini memonetisasi


LPT yang terkait dengan PD dan menunjukkan magnitudo substansial LPT bahkan
pada kasus-kasus yang sedang. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa pengobatan
jangka pendek menghindarkan dari LPT substansial. Oleh karena itu, penelitian ini
menunjukkan bahwa pemilik perusahaan akan sangat bermanfaat untuk mencegah
kasus subklinis berkembang menjadi parah melalui pengobatan dini yang efektif
pada pasien dengan PD.

Kekuatan kedua dari penelitian ini adalah memberikan dokter bukti praktis
efek pengobatan terhadap LPT. Baru-baru ini, banyak praktisi menganjurkan
pentingnya studi hasil yang mengevaluasi kualitas hidup, karena bukti dari sebuah
penelian randomized controlled trials, yang menilai keampuhan dalam pengaturan
yang ideal, memiliki banyak keterbatasan ketika diterapkan pada praktek nyata
(Stewart et al., 1989 ; Tunis et al., 2003). Penelitian ini mengevaluasi efektivitas
pengobatan dalam pengaturan klinis yang nyata, dan dengan demikian, memiliki
kekuatan studi efektivitas komparatif. Pengobatan pasien dalam penelitian ini tidak
termasuk CBT formal atau psikoterapi lainnya melainkan psikoterapi suportif yang
singkat oleh psikiater sendiri. Tidak jelas apakah psikoterapi lebih cost-effective
dibandingkan dengan farmakoterapi (Clark et al., 1994; Roy-Byrne et al., 2005;
Barlow et al., 2000). Selain itu, dalam praktek di Korea, hanya beberapa psikiater
atau terapis yang memberikan CBT formal, karena banyak pasien yang bekerja di
masyarakat mengalami kesulitan dalam bergabung dengan program CBT formal
karena keterbatasan waktu yang berat. Penelitian ini, meskipun bukan uji coba
secara acak, menunjukkan bahwa pengobatan dengan psikiater dengan hanya
memberikan psikoterapi suportif biasa dapat menghindarkan dari LPT.

Penelitian ini juga memiliki beberapa keterbatasan. Pertama, subjek dalam


penelitian kami mungkin tidak mewakili semua pekerja dengan PD. Rekrutmen
kami dibatasi untuk karyawan yang saat ini bekerja yang dapat mengunjungi klinik
psikiatri untuk PD. Kemungkinan bias seleksi perlu dipertimbangkan. Banyak
pasien dengan PD tidak mengenali gejala mereka dan tidak mau mencari perawatan
(Muntingh et al., 2009). Pasien yang secara sukarela mencari perawatan mungkin
secara sistematis berbeda dari mereka yang tidak.

Kedua, mungkin ada kemungkinan bias seleksi karena tingkat pengeluaran


yang tinggi dalam penelitian ini dan mungkin juga ada perbedaan dalam hilangnya
produktivitas antara peserta yang keluar dengan peserta yang mengikuti secara
penuh. Namun, tidak ada perbedaan statistik yang signifikan dalam demografi dan
variabel klinis antara peserta yang keluar dan peserta yang penuh. Ketika kita tidak
memiliki data lebih lanjut dari peerta yang keluar, karakteristik dasar ini dapat
menjadi satu-satunya petunjuk untuk menentukan perbedaannya. Selain itu, alasan
untuk keluar menunjukkan angka yang sama baik pada kasus ringan maupun berat,
dan sangat mungkin bahwa hilangnya produktivitas antara dua kelompok yang
sangat mirip pada awal pengobatan mungkin tidak sangat berbeda.

Ketiga, kami tidak menyertakan kelompok kontrol acak. Tidak mungkin


untuk memasukkan kelompok kontrol seperti itu karena masalah etika dan praktis
di lingkungan perawatan kesehatan Korea. Alih-alih pengacakan, para peneliti
merekrut subjek berdasarkan urutan presentasi untuk mengurangi bias seleksi.
Selain itu, kami mencocokkan kasus dan kontrol dalam hal usia dan jenis kelamin
berdasarkan pencocokan frekuensi. Kedua kelompok tidak berbeda secara
signifikan dalam variabel demografi dan variabel yang terkait dengan pekerjaan,
kecuali untuk status perkawinan dan durasi kerja. Yang paling penting, fokus utama
dari studi prospektif ini adalah untuk menilai efek dari perawatan psikiatris PD
terhadap LPT dalam praktek klinis nyata daripada dalam setting eksperimental.

Gambar 1. Kalkulasi biaya dari productive time (LPT) akibat absenteeism dan
presenteeism.
Gambar 2. Grafik representasi perubahan lost productivity time (LPT) akibat
gangguan panik (PD) antara sebelum dan setelah terapi, dibandingkan dengan
kelompok kontrol.

Akhirnya, penelitian ini tidak mengambil perspektif sosial yang lebih


luas. Hanya kerugian produktivitas dari sudut pandang pemberi kerja yang diukur.
Biaya langsung dan tidak langsung lainnya tidak dipertimbangkan.

Dalam beberapa tahun terakhir, meningkatnya beban penderita PD telah


menarik banyak minat para peneliti. PD dan serangan panik subklinis diketahui
terkait dengan penurunan fungsi sosial, kualitas hidup rendah, dan pemanfaatan
perawatan kesehatan yang luas. Pemilik perusahan dan penyedia dapat mengambil
manfaat dengan bekerja sama untuk mengembangkan lingkungan perawatan
kesehatan yang lebih mudah diakses bagi pasien yang bekerja dengan PD.
Peran sumber pendanaan

Karya ini didukung oleh Grant dari Inje University, 2008 dan oleh GSK
Korea. Pilihan obat tidak dipengaruhi oleh kepentingan organisasi sponsor, dan
sumber daya pendanaan tidak berdampak pada analisis data, interpretasi, dan
laporan hasil serta desain penelitian.

Konflik kepentingan

Para penulis melaporkan tidak ada unsur konflik kepentingan

Ucapan terima kasih

Personil dari Stress Research Institute of Inje University (Seong Kyeon


Lim, M.A. dan Eun-Joo Chung, M.A.) diakui atas dukungan mereka dalam
pengumpulan data dan dukungan umum untuk Proyek ini.

You might also like