You are on page 1of 22

PENDAHULUAN

Indonesia, negara terbesar di Asia Tenggara dengan populasi penduduk


terbesar keempat di dunia, dengan pertumbuhan ekonomi yang kuat untuk
mempercepat laju penuntasan kemiskinan. Namun, terlepas dari pertumbuhan
ekonomi yang berkelanjutan, tingkat penuntasan kemiskinan di Indonesia menjadi
lambat, dengan malnutrisi anak yang terus berada di tingkat yang sangat tinggi
(Sumarto S., De Silva I. 2015)

Nutrisi yang adekuat sangat penting pada anak usia dini untuk memastikan
pertumbuhan yang sehat, pembentukan organ yang tepat dan berfungsi, sistem
kekebalan yang kuat, dan perkembangan neurologis dan kognitif. Malnutrisi anak
berdampak kognitif berfungsi dan berkontribusi terhadap kemiskinan melalui
menghambat kemampuan individu untuk memimpin produktif hidup. Selain itu,
diperkirakan lebih dari itu sepertiga dari kematian balita disebabkan kurang gizi. (De
Onis M.,dkk 2012).

Malnutrisi terdiri dari beberapa bentuk kekurangan gizi, kelebihan gizi dan
obesitas bukan hanya karena kekurangan nutrisi, tetapi dari sejumlah proses saling
berinteraksi antara kesehatan, perawatan, pendidikan, sanitasi dan kebersihan, akses
ke sumber daya, pemberdayaan perempuan dan sebagainya. (Hayashi C, dkk. 2018)

Kekurangan gizi pada anak merupakan keadaan yang mengancam jiwa


diakibatkan oleh asupan nutrisi yang buruk atau penyakit. Anak-anak yang
menderita kekurangan gizi memiliki sistem imunitas yang lemah, rentan terhadap
keterlambatan perkembangan yang berkepanjangan dan menghadapi peningkatan
resiko kematian, terutama pada kekurangan gizi yang berat. Anak-anak ini
membutuhkan asupan nutrisi yang segera, pengobatan dan perawatan. Menurut data
WHO pada tahun 2017, hampir 51 juta anak usia dibawah 5 tahun mengalami
malnutrisi dan 16 juta mengalami malnutrisi berat. (Hayashi C, dkk. 2018)
Indonesia kini menghadapi tantangan ganda dalam mempercepat laju
penuntasan kemiskinan dan pada waktu bersamaan mengurangi tingkat kekurangan
gizi anak, kesenjangan kesehatan dan kesenjangan spasial pada pengembangan
manusia. Survei kesehatan dasar 2013 di Indonesia, menemukan prevalensi
underweight, wasting dan stunting pada anak-anak dibawah lima tahun menjadi
19,6%, 12,1% dan 37,2%. Menurut standar dan klasifikasi WHO, Indonesia
sekarang menghadapi keparahan masalah malnutrisi dan stunting yang berat dimana
prevalensi kekurangan gizi dianggap cukup parah. (Sumarto S., De Silva I. 2015)

Tumbuh kembang merupakan ciri khas anak dan salah satu indikator
kesehatan anak. Pertumbuhan (growth) adalah pertambahan kuantitas massa tubuh.
Dalam praktek sehari-hari, mengukur berat badan (BB) dalam satuan kilogram dan
tinggi badan (TB) dalam meter adalah mengukur pertumbuhan seorang anak.
Perkembangan (development) didefinisikan sebagai perubahan kualitatif dan
kuantitatif dari status imatur (undifferentiated) menjadi status yang terorganisasi
dengan baik, spesialistik dan matur. (Prawirohartono EP.)

Balita Gizi Buruk dan Kurang

Gambaran kondisi gizi buruk pada balita di Indonesia menurut berat badan per
umur (BB/U) dapat dilihat dari hasil Riskesdas sebagai berikut
Jumlah balita gizi buruk dan kurang menurut hasil Riskesdas 2013 masih sebesar
19,6% (bandingkan dengan target RPJMN sebesar 15% pada tahun 2014) dan terjadi
peningkatan dibandingkan tahun 2010. (Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kementerian
Kesehatan. RISKESDAS 2013)
DEFINISI MALNUTRISI

Malnutrisi adalah kegagalan tubuh untuk mendapatkan jumlah nutrisi yang


tepat untuk dipelihara jaringan sehat dan fungsi organ. WHO mendefinisikan dua
kategori tingkat keparahan: severe acute malnutrition (SAM) dan moderate acute
malnutrition (MAM). SAM didefinisikan sebagai berat per tinggi, z skor terletak di
bawah −3.0 pada anak-anak Usia 6–59 bulan, dan / atau lingkar lengan tengah atas
<115 mm dan / atau keberadaannya edema pitting bilateral, sementara MAM
didefinisikan sebagai berat per tinggi terletak antara z skor −3.0 dan −2.0, atau
MUAC antara 115 mm dan 125 mm dan tidak ada edema. Malnutrisi terjadi di masa
kanak-kanak dapat mengalami implikasi kesehatan yang serius di kemudian hari.(
Oruamabo RS. 2015)

STATUS GIZI ANTROPOMETRIK


Menentukan status gizi dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu secara
klinis (misal edema,kehilangan jaringan lemak subkutan, perubahan pada mata
akibat defisiensi vitamin A, dan sebagainya); pemeriksaan biokimiawi yang
menunjukkan perubahan akibat penggunaan makanan (anemia defisiensi besi,
penurunan kadar albumin, serum dan sebagainya); pemeriksaan biofisik (adaptasi
gelap terang yang terganggu akibat defisiensi vitamin A,kelainan histologis mukosa
akibat malnutrisi dan sebagainya), survei diet (24-hour recall, food weighing, food
frequency questionnaire dan sebagainya); serta antopometrik. Antropometrik sangat
praktis karena cara dan alat yang digunakan sederhana. Klasifikasi status gizi
antopometrik yang dihubungkan dengan masalah kesehatan anak dapat dilihat pada
Tabel 1. (Prawirohartono, E, )
Berat badan anak balita ditimbang menggunakan timbangan digital yang
memiliki presisi 0,1 kg, panjang atau tinggi badan diukur menggunakan alat ukur
panjang/tinggi dengan presisi 0,1 cm (Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kementerian
Kesehatan. RISKESDAS 2013)
Status gizi balita dinilai menurut 3 indeks, yaitu Berat Badan Menurut Umur (BB/U),
Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U), Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB).
1) BB/U adalah berat badan anak yang dicapai pada umur tertentu.
2) TB/U adalah tinggi badan anak yang dicapai pada umur tertentu.
3) BB/TB adalah berat badan anak dibandingkan dengan tinggi badan yang
dicapai.
Ketiga nilai indeks status gizi diatas dibandingkan dengan baku pertumbuhan WHO.
Z-score adalah nilai simpangan BB atau TB dari nilai BB atau TB normal menurut
baku pertumbuhan WHO (Pemantauan Status Gizi Kemenkes, 2016)

Tabel 1. Ukuran dan indeks antopometrik yang sering digunakan pada anak di
bawah lima tahun
Indeks Masalah nutrisi Klasifikasi
BB menurut TB atau PB Sangat kurus (severe BB/TB atau BB/PB <-3 SD
(BB/TB atau BB/PB) wasting)
Kurus (moderate wasting) BB/TB atau BB/PB <-2 SD dan
BB/TB atau BB/PB <-3 SD
Kurus secara keseluruhan BB/TB atau BB/PB <-2 SD
(global wasting)
TB atau PB menurut Sangat pendek (severe TB/U atau PB/U <-3 SD
umur (TB/U atau PB/U) stunting)
Pendek (moderate stunting) TB/U atau PB/U <-2 SD dan
TB/U atau PB/U -2 SD
Pendek secara keseluruhan TB/U atau PB/U atau PB/U <-
(global stunting) 2SD
BB menurut umur BB sangat kurang (severe BB/U <-3SD
(BB/U) underweight)
BB kurang (moderate BB/U <-2SD dan BB/U -3SD
underweight)
BB kurang secara BB/U <-2 SD
keseluruhan (global
underweight)
LLA Sangat kurus (severe LLA <115 mm
wasting)
Kurus (moderate wasting) LLA <125 mm dan LLA 115
Kurus secara keseluruhan mm
(global wasting)
LLA < 125 mm
Edema Malnutrisi edematus Edema bilateral di bawah mata
kaki (+)
Edema bilateral sampai ke lutut
(++)
Edema bilateral sampai ke
lengan atas atau lebih (+++)
*edema bukan antopometrik,namun merupakan tanda klinis penting ((Prawirohartono,
E, )

LINGKAR LENGAN ATAS


LLA penting sebagai indeks antopometrik tunggal untuk status gizi, karena LLA
merupakan predictor kematian yang lebih baik dibandingkan BB/TB atau BB/PB
dan dapat digunakan untuk mengidentifikasi anak dengan resiko tinggi malnutrisi.
LLA bermanfaat juga untuk indicator seorang anak mendapat makanan tambahan
untuk malnutrisi serta dinyatakan baik setelahnya (Prawirohartono, E, )
SIFAT-SIFAT INDIKATOR STATUS GIZI

Indikator status gizi berdasarkan indeks BB/U memberikan indikasi masalah


gizi secara umum. Indikator ini tidak memberikan indikasi tentang masalah gizi yang
sifatnya kronis ataupun akut karena berat badan berkorelasi positif dengan umur dan
tinggi badan. Indikator BB/U yang rendah dapat disebabkan karena pendek (masalah
gizi kronis) atau sedang menderita diare atau penyakit infeksi lain (masalah gizi
akut) (Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kementerian Kesehatan. RISKESDAS 2013)
Indikator status gizi berdasarkan indeks TB/U memberikan indikasi masalah
gizi yang sifatnya kronis sebagai akibat dari keadaan yang berlangsung lama.
Misalnya: kemiskinan, perilaku hidup tidak sehat, dan pola asuh/pemberian makan
yang kurang baik dari sejak anak dilahirkan yang mengakibatkan anak menjadi
pendek (Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kementerian Kesehatan. RISKESDAS 2013)
Indikator status gizi berdasarkan indeks BB/TB memberikan indikasi masalah
gizi yang sifatnya akut sebagai akibat dari peristiwa yang terjadi dalam waktu yang
tidak lama (singkat). Misalnya: terjadi wabah penyakit dan kekurangan makan
(kelaparan) yang mengakibatkan anak menjadi kurus. Indikator BB/TB dan IMT/U
dapat digunakan untuk identifikasi kurus dan gemuk. Masalah kurus dan gemuk
pada umur dini dapat berakibat pada risiko berbagai penyakit degeneratif pada saat
dewasa (Teori Barker) (Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kementerian Kesehatan.
RISKESDAS 2013)
Masalah gizi akut-kronis adalah masalah gizi yang memiliki sifat masalah gizi
akut dan kronis. Sebagai contoh adalah anak yang kurus dan pendek (Ditjen Bina
Gizi dan KIA, Kementerian Kesehatan. RISKESDAS 2013)
Tabel 2. Karakteristik ukuran dan indeks antropometrik (Prawirohartono, E, )

Ukuran Mendeteksi Mendeteksi Tingkat Daya biaya Tidak Reliabilitas


atau perubahan perubahan kemudahan terima tergantung dan
indeks jangka jangka umur ketepatan
pendek panjang
BB/TB +++ ++ + +++ ++ ++ +
atau
BB/PB
BB/U ++ ++ + +++ ++ +++ +
TB/U ++ +++ + +++ ++ +++ +
atau
PB/U
LLA +++ ++ +++ +++ +++ ++ ++
Tabel 3. Interpretasi kombinasi indeks BB/TB, BB/U, dan TB/U (Prawirohartono, E, )
BB/TB BB/U TB/U Interpretasi
Normal Rendah Rendah Normally fed with past history of malnutrition
Normal Normal Normal
Tinggi Tinggi Tall normally nourished
Rendah Rendah Tinggi Currently underfed ++
Rendah Normal Currently underfed +
Normal Tinggi Currently underfed
Tinggi Tinggi Rendah Obese +
Normal Rendah Currently overfed with past history malnutrition
Tinggi Normal Overfed but not necessarily obese

Dari tabel tersebut dapat dilihat :


1. Status gizi disebut normal, bila indikator BB/TB, BB/U dan TB/U normal
2. Semua anak dengan indeks BB/TB normal, tidak dapat didefinisikan sebagai
malnutrisi, apapun klasifikasi kedua indicator lainnya.
3. Semua anak dengan indeks BB/TB rendah disebut saat ini malnutrisi (currently
underfed), dan derajatnya tergantung kedua indeks lainnya
4. Semua anak dengan BB/TB tinggi,disebut overfed yang derajatnya tergantung pada
kedua indikator lainnya
TERAPI GIZI BURUK

Jadwal Pengobatan Dan Perawatan Anak Gizi Buruk (Buku Gizi Buruk, 2011)

Hal-hal penting yang harus diperhatikan:

1. Jangan berikan Fe sebelum minggu Ke-2 (Fe diberikan pada fase stabilisasi)
2. Jangan berikan cairan intravena kecuali syok atau dehidrasi berat
3. Jangan berikan protein terlalu tinggi pada fase stabilisasi
4. Jangan berikan diuretik pada penderita kwashiorkor
HASIL PEMERIKSAAN DAN TINDAKAN PADA ANAK GIZI BURUK (Buku Gizi
Buruk, 2011)
HASIL PEMERIKSAAN DAN TINDAKAN PADA ANAK GIZI BURUK (Buku Gizi
Buruk, 2011)

 KONDISI 1
Jika Ditemukan : Renjatan (syok), Letargis , Muntah dan atau diare atau dehidrasi
(Berikan cairan dan makanan menurut Rencana 1).
 KONDISI II
Jika Ditemukan : Letargis Muntah dan atau diare atau dehidrasi (Berikan cairan dan
makanan menurut Rencana II )
 KONDISI III
Jika ditemukan: Muntah dan atau diare atau dehidrasi (Berikan cairan dan makanan
menurut Rencana III).
 KONDISIS IV
Jika ditemukan : Letargi (Berikan cairan dan makanan menurut Rencana IV).
 KONDISI V
Jika tidak ditemukan: Renjatan (syok, Letargi, Muntah/diare/dehidrasi (Berikan
cairan dan makanan menurut Rencana V).
RENCANA 1
Pemberian Cairan Dan Makanan Untuk Stabilisasi
(Renjatan/Syok, Letargis dan Muntah/Diare/Dehidrasi)
RENCANA 1 (Lanjutan)

Pemberian Cairan Dan Makanan Untuk Stabilisasi


Renjatan (syok), Letargis dan Muntah/Diare/Dehidrasi

Tabel : Monitoring Pemberian Cairan Intra Vena (IV)


RENCANA II
Pemberian Cairan Dan Makanan Untuk Stabilisasi
(Letargis dan Muntah/Diare/ Dehidrasi)
RENCANA III

Pemberian Cairan Dan Makanan Untuk Stabilisasi


(Muntah dan atau Diare atau Dehidrasi)
RENCANA IV

Pemberian Cairan Dan Makanan Untuk Stabilisasi


RENCANA V

Pemberian Cairan Dan Makanan Untuk Stabilisasi


(Penderita Gizi buruk tidak menunjukkan tanda bahaya atau tanda penting tertentu)
FASE TRANSISI DAN REHABILTASI (Buku Gizi Buruk, 2011)

Pemberian cairan dan makanan untuk tumbuh kejar


MEMBERIKAN STIMULASI SENSORIK DAN DUKUNGAN EMOSIONAL

Pada anak gizi buruk terjadi keterlambatan perkembangan mental dan perilaku karenanya
harus diberikan :

 Kasih sayang
 Lingkungan yang ceria
 Terapi bermain terstruktur selama 15 30 menit /hari (permainan ci luk ba, dll)
 Aktifitas fisik segera setelah sembuh Keterlibatan ibu (memberi makan,
memandikan, bermain dan sebagainya)

Tindak Lanjut Di Rumah Bagi Anak Gizi Buruk

 Bila gejala klinis dan BB/TB-PB >-2 SD, dapat dikatakan anak sembuh
 Pola pemberian makan yang baik dan stimulasi harus tetap dilanjutkan di rumah
setelah penderita dipulangkan

Berikan contoh kepada Orang Tua :

 Menu dan cara membuat makanan dengan kandungan energi dan zat gizi yang
padat, sesuai dengan umur berat badan anak
 Terapi bermain terstruktur

Sarankan :

 Memberikan makanan dengan porsi kecil dan sering, sesuai dengan umur anak
 Membawa anaknya kembali untuk kontrol secara teratur :
- Bulan I : 1x/mimggu
- Bulan II : 1x/2 minggu
- Bulan III-IV : 1x/bulan
 Pemberian suntikan/imunisasi dasar dan ulangan (booster)
 Pemberian vitamin A dosis tinggi setiap 6 bulan sekali (dosis sesuai umur) (Buku
Gizi Buruk, 2011)

You might also like