Professional Documents
Culture Documents
Penyaji:
dr. Muhammad Reza Irzanto
Pembimbing:
dr. Nurul Hidayah
Narasumber:
dr. Izati Rahmi Sp.S
Ilustrasi Kasus
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 53 tahun
Tanggal lahir : 20 Juli 1964
Agama : Islam
Status : Menikah
Datang melalui : IGD
Ruang Rawat : Ruang rawat inap , lantai 9, kamar 903 RSUD Pasar Minggu
Tanggal kunjungan : 16 Desember 2017
Pembayaran : BPJS
II. ANAMNESIS
Diperoleh dengan autoanamnesis dan aloanamnesis pada tanggal 16 Desember 2017
Keluhan utama
Kelemahan anggota gerak kiri
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSUD Pasar Minggu, Rujukan dari RSUD Jati Padang, dengan
diagnosa : Hipertensi Grade 2 + Stroke Non Hemorargik dd/ Stroke Iskemik .
Pasien datang keluhan kelemahan anggota gerak kiri sejak 1 hari sebelum masuk rumah
sakit, keluhan dirasakan muncul secara tiba-tiba, saat pasien sedang bermain dengan cucu
pasien, tepatnya saat pasien menggendong cucu pasien. Saat kejadian terjadi, keluhan pusing
disangkal pasien, keluhan nyeri kepala hebat disangkal oleh pasien, keluhan muntah
menyembur disangkal pasien, keluhan pandangan ganda dan kabur disangkal pasien, keluhan
pingsan pun juga disangkal pasien. Keluhan bicara pelo dan cadel juga disangkal oleh pasien,
pasien tidak mengalami kesulitan dalam menelan makanan. Saat kejadian terjadi, pasien tidak
langsung pergi ke dokter ataupun rumah sakit terdekat. Pasien lebih memilih beristirahat.
Pagi harinya, kelemahan anggota gerak kiri dirasakan semakin memberat, keluhan
pasien bertambah yaitu dirasakan mual, sehingga pasien hilang nafsu makan, nyeri kepala juga
dirasakan pasien. Pasien lalu datang ke RSUD Jati Padang, sempat diperiksa, dan di cek
beberapa lab, lalu RSUD Jati Padang merujuk pasien ke RSUD Pasar Minggu, karena tidak
adanya fasilitas CT-Scan di RSUD Jati Padang untuk bisa memastikan diagnosa suspek stroke.
Riwayat Sosial
Pasien tidak merokok dan tidak mengkonsumsi alkohol. Pasien juga menyangkal adanya
penggunaan obat-obatan terlarang.
Status Neurologis
V. RUMUSAN MASALAH
Terapi di IGD :
Advis :
VIII. PROGNOSIS
IX. FOLLOW UP
1. Minggu, 17/12/2017
2. Senin, 18/12/2017
3. Selasa, 19/12/2017
X. RESUME
Pasien wanita usia 53 tahun datang dengan keluhan utama kelemahan anggota gerak kiri sejak
1 Hari sebelum masuk rumah sakit. Keluhan dirasakan tiba-tiba, memberat keesokan hari, pada
tanda vital didapatkan peningkatan tekanan darah, yaitu 180/100 mmHg, pada pemeriksaan
fisik umum dalam batas normal, pada status neurologis ditemukan gangguan fungsi motorik
hemiparesis sinistra. Pasien didiagnosa Cerebro Vascular Disease, Ischemic Stroke. Pasien
sudah mendapatkan terapi sementara di IGD RSUD Pasar Minggu, dan sekarang berada di
ruang rawat inap RSUD Pasar Minggu.
Follow Up :
Tanggal 17 Desember 2017
Keluhan :
- Pusing, seperti tertekan pada kepala
- Tekanan darah : 180/100 mmHg
- Mual sudah tidak dirasakan
- Kelemahan anggota gerak : tangan kiri hanya bisa bergeser, sedikit-sedikit, tidak bisa
diangkat
5555/2222
5555/3333
Terapi Pulang :
Tinjauan Pustaka
2.1 Definisi
Stroke adalah sindroma klinis dengan gejala berupa gangguan fungsi otak secara fokal
maupun global yang dapat menimbulkan kematian atau kecacatan yang menetap lebih dari 24
jam, tanpa penyebab lain kecuali gangguan vaskular (WHO 1983). Stroke pada prinsipnya
terjadi secara tiba-tiba karena gangguan pembuluh darah otak (perdarahan atau iskemik), bila
karena trauma maka tak dimasukkan dalam kategori stroke, tapi bila gangguan pembuluh darah
otak disebabkan karena hipertensi, maka dapat disebut stroke.
Faktor - faktor resiko untuk terjadinya stroke dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
(Sjahrir,2003).
1. Non modifiable risk factors :
a. Usia
b. Jenis kelamin
c. Keturunan / genetik
1. Penyakit hipertensi
2. Penyakit jantung
3. Diabetes mellitus
4. Infeksi arthritis, traumatic, AIDS, Lupus
5. Kegemukan (obesitas)
6. Polisitemia, viskositas darah meninggi & penyakit perdarahan
7. Kelainan anatomi pembuluh darah
Hipertensi
Diabetes mellitus
Kelainan jantung
Hiperkolesterolemia
Merokok
Kegemukan
Hiperkoagulasi
Usia lanjut
Riwayat TIA
Hiperurikemia
Kontrasepsi oral
Kelainan pembuluh darah
Riwayat stroke dalam keluarga
2.3 Klasifikasi
Dasar klasifikasi yang berbeda – beda diperlukan, sebab setiap jenis stroke mempunyai cara
pengobatan, pencegahan dan prognosa yang berbeda, walaupun patogenesisnya sama
(Misbach,1999)
2. Stroke Hemoragik
a. Perdarahan intraserebral
b. Perdarahan subarachnoid
Stroke Hemoragik
Pembuluh darah pecah sehingga menghambat aliran darah yang normal dan darah
merembes ke dalam suatu daerah di otak dan merusaknya. Contohnya adalah pada perdarahan
intraserebral, perdarahan subarachnoid, perdarahan intrakranial et causa AVM. Hampir 70
persen kasus stroke hemorrhagik terjadi pada penderita hipertensi.
Penyebab stroke hemoragik antara lain :
– Hipertensi
– Ruptur aneurisma atau AVM
– Tumor berdarah
– Kelainan pembekuan darah.
Pada pendarahan subarachnoid :
• Tingkat kematian tinggi diantara stroke lainnya.
• Ditandai oleh adanya darah di dalam ruang subarachnoid.
• Bisa juga akibat trauma.
• 80-90% akibat ruptur eneurisma.
2.4 Patofisiologi
Iskemik otak mengakibatkan perubahan dari sel neuron otak secara bertahap (Sjahrir,2003)
Tahap 1 :
a. Penurunan aliran darah
b. Pengurangan O2
c. Kegagalan energi
d. Terminal depolarisasi dan kegagalan homeostasis ion
Tahap 2 :
a. Eksitoksisitas dan kegagalan homeostasis ion
b. Spreading depression
Tahap 3 : Inflamasi
Tahap 4 : Apoptosis
Proses patofisiologi pada cedera SSP akut sangat kompleks dan melibatkan
permeabilitas patologis dari sawar darah otak, kegagalan energi, hilangnya homeostasis ion sel,
asidosis, peningkatan kalsium ekstraseluler, eksitotoksisitas dan toksisitas yang diperantarai
oleh radikal bebas.
Stroke iskemik terjadi ketika suplai darah ke otak terhambat oleh oklusi secara tiba-tiba,
penyebab dari stroke iskemik ini dibagi 2, yaitu akibat trombosis dan emboli
Stroke trombotik terjadi akibat penggumpalan darah (trombus) pada arteri di otak atau
pembuluh darah yang langsung mensuplai darah ke otak. Bekuan darah tersebut makin lama
semakin besar sehingga akhirnya menyumbat aliran darah.
1. Atherotrombosis
.Mekanisme ini mengacu pada pada proses pembuatan plak atherosklerosis di
bagian dalam dari dinding pembuluh darah besar dan bisa mempengaruhi arteri
intrakranial dan ekstrakranial. Sumber dari pembentukan plak atherosklerosis ini
meliputi bifurkasi dari arteri karotis secara umum, arteri vertebralis, dan perjalanan
arteri serebral di bagian tengah. Plak aterosklerotik yang melibatkan pembuluh darah
serebral dikaitkan dengan beberapa faktor risiko antara lain tekanan darah tinggi,
diabetes mellitus, dan dislipidemia. Plak ini cenderung terbentuk secara bertahap, serta
dalam waktu yang cukup lama, dan otak dapat menyesuaikan pengurangan bertahap
dari sistem syaraf, sampai pada fase kritis.
Tergantung pada arteri yang terkena, dan lokasi lesi pada sirkulasi arteri yang
berjalan, dan anastomose dari arteri yang tersumbat, ini semua akan menyebabkan suatu
daerah stroke tunggal yang luas, Dalam kasus atheroembolisme, trombus yang
terbentuk di dinding pembuluh darah tertentu dapat pecah dan mengalirkan potongan
gumpalan yang tersapu ke daerah hilir dan masuk ke cabang arteri yang lebih kecil,
menghasilkan beberapa plak kecil pada arteri tesebut.
2. Kardioemboli
Dengan cara yang sama seperti penggumpalan darah yang terbentuk di dalam
arteri yang dapat menyebabkan stroke iskemik, penggumpalan darah yang terbentuk di
dalam jantung bisa terlepas, masuk sirkulasi, dan masuk ke hilir di arteri serebral.
Gumpalan bisa terbentuk di dalam jantung karena stasis darah intrakardiak (seringkali
karena aritmia supraventrikular paroksismal, yang paling umum atrial fibrilasi atau
mengikuti perangkat trombogenik.
Daerah penumbra adalah area dimana masih ada aliran darah namun tidak mencapai
batas optimal. Berpotensi untuk menjadi infark. Daerah penumbra merupakan target
penanganan fase akut.
2.5 Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis dari stroke iskemis :
a) Kelumpuhan mendadak wajah atau anggota badan
b) Gangguan bicara mendadak ( disartria atau afasia)
c) Gangguan sensibilitas ( baal atau kesemutan)
d) Gangguan status mental ( kesadaran menurun)
e) Gangguan penglihatan ( buta satu atau dua mata)
f) Gangguan keseimbangan ( vertigo, ataksia )
g) Gangguan daya ingat (contohnya amnesia)
2.6 Diagnosis
1. Evaluasi Cepat dan Diagnosis Oleh karena jendela terapi dalam pengobatan stroke akut
sangat pendek, maka evaluasi dan diagnosis harus dilakukan dengan cepat, sistematik, dan
cermat (AHA/ASA, Class I, Level of evidence B).
Evaluasi gejala dan klinik stroke akut meliputi:
a. Anamnesis, terutama mengenai gejala awal, waktu awitan, aktivitas penderita saat
serangan, gejala seperti nyeri kepala, mual, muntah, rasa berputar, kejang, cegukan
(hiccup), gangguan visual, penurunan kesadaran, serta faktor risiko stroke (hipertensi,
diabetes, dan lain-lain).
b.Pemeriksaan fisik, meliputi penilaian respirasi, sirkulasi, oksimetri, dan suhu tubuh.
Pemeriksaan kepala dan leher (misalnya cedera kepala akibat jatuh saat kejang, bruit
karotis, dan tanda-tanda distensi vena jugular pada gagal jantung kongestif).
Pemeriksaan torak (jantung dan paru), abdomen, kulit dan ekstremitas.
c. Pemeriksaan neurologis dan skala stroke. Pemeriksaan neurologis terutama pemeriksaan
saraf kranialis, rangsang selaput otak, sistem motorik, sikap dan cara jalan refleks,
koordinasi, sensorik dan fungsi kognitif. Skala stroke yang dianjurkan saat ini adalah
NIHSS (National Institutes of Health Stroke Scale) (AHA/ASA, Class 1, Level of
evidence B).
Pemeriksaan penunjang :
- Elektrokardiografi
- Laboratorium ( kimia darah, fungsi ginjal, hematologi, hemostasis, gula darah,
urinalisis, analisis gas darah, dan elektrolit)
- Foto toraks, (untuk mengetahui adanya kardiomegali, dan hipertensi, sebagai faktor
resiko stroke)
- CT scan, / MRI (untuk stroke iskemik terdapat hipodens/hipointens,
- Transcranial doppler, (TCD) dan doppler karotis, dengan fungsi, untuk melihat adanya
penyumbatan, dan patensi dinding pembuluh darah sebagai resiko stroke .
- Analisis cairan serebrospinal (jika diperlukan ).
Siriraj score :
• (2.5 x S) + (2 x M) + (2 x N) + (0.1 D) – (3 x A) – 12
– S : kesadaran (0 = CM, 1 = somnolen, 2 = sopor/koma)
– M : muntah (0 = tidak ada, 1 = ada)
– N : nyeri kepala (0 = tidak ada, 1 = ada)
– D : tekanan darah diastolik
– A : ateroma (0 = tidak ada, 1 = salah satu/lebih : DM,
angina, penyakit pembuluh darah)
• Penilaian
– SSS > 1 = perdarahan supratentorial,
– SSS < -1 = infark serebri,
– SSS -1 s/d 1 = meragukan
7. Pemberian antiplatelet
a. Pemberian Aspirin dengan dosis awal 325 mg dlam 24 sampai 48 jam setelah
awitan stroke dianjurkan untuk setiap stroke iskemik akut (AHA/ASA, Class I,
Level of evidence A).2,3
b.Aspirin tidak boleh digunakan sebagai pengganti tindakan intervensi akut pada
stroke, seperti pemberian rtPA intravena (AHA/ASA, Class III, Level of
evidence B).3
c. Jika direncanakan pemberian trombolitik, aspirin jangan diberikan (AHA/ASA,
Class III, Level of evidence A).5
d.Penggunaan aspirin sebagai adjunctive therapy dalam 24 jam setelah pemberian
obat trombolitik tidak dierkomendasikan (AHA/ASA, Class III, Level of
evidence A).5
e. Pemberian klopidrogel saja, atau kombinasi dengan aspirin, pada stroke iskemik
akut, tidak dianjurkan (AHA/ASA, Class III, Level of evidence C), kecuali pada
pasien dengan indikasi spesifik, misalnya angina pectoris tidak stabil, non-Q-
wave MI, atau recent stenting, pengobatan harus diberikan sampai 9 bulan
setelah kejadian (AHA/ASA, Class I, Level of evidence A).3
f. Pemberian antiplatelets intravena yang menghambat reseptor glikoprotein IIb/IIIa
tidak dianjurkan (AHA/ASA, Class III, Level of evidence B).3
8. Dalam keadaan tertentu, vasopressor terkadang digunakan untuk memperbaiki aliran darah
ke otak (cerebral blood flow). Pada keadaan tersebut, pemantauan kondisi neurologis dan
jantung harus dilakukan secara ketat. (AHA/ASA, Class III, Level of evidence B).
9. Pemakaian obat-obatan neuroprotektor belum menunjukkan hasil yang efekif, sehingga
sampai saat ini belum dianjurkan (AHA/ASA, Class III, Level of evidence A). Namun,
citicolin sampai saat ini masih memberikan manfaat pada stroke akut.
Manajemen Hiperglikemi
• Stroke hiperglikemia reaktif (akibat penurunan insulin relatif).
• Hiperglikemia neurotoksik infarka meluas outcome buruk.
• Turunkan GD dengan target <150 gr/dL dengan pemberian insulin.
2.8 KOMPLIKASI
Komplikasi pada stroke sering terjadi dan menyebabkan gejala klinik stroke menjadi
semakin memburuk. Tanda-tanda komplikasi harus dikenali sejak dini sehingga dapat dicegah
agar tidak semakin buruk dan dapat menentukan terapi yang sesuai.1 Komplikasi pada stroke
yaitu:
1. Komplikasi Dini (0-48 jam pertama):
1. Edema serebri: Merupakan komplikasi yang umum terjadi, dapat menyebabkan
defisit neurologis menjadi lebih berat, terjadi peningkatan tekanan intrakranial,
herniasi dan akhirnya menimbulkan kematian.
2. Abnormalitas jantung: Kelaianan jantung dapat menjadi penyebab, timbul
bersama atau akibat stroke,merupakan penyebab kematian mendadak pada
stroke stadium awal.sepertiga sampai setengah penderita stroke menderita
gangguan ritme jantung.
3. Kejang: kejang pada fase awal lebih sering terjadi pada stroke hemoragik dan
pada umumnya akan memperberat defisit neurologis.
4. Nyeri kepala
5. Gangguan fungsi menelan dan asprasi
2. Komplikasi jangka pendek (1-14 hari pertama):
1. Pneumonia: Akibat immobilisasi yang lama.2 merupakan salah satu komplikasi
stroke pada pernafasan yang paling sering, terjadi kurang lebih pada 5% pasien
dan sebagian besar terjadi pada pasien yang menggunakan pipa nasogastrik.
2. Emboli paru: Cenderung terjadi 7-14 hari pasca stroke, seringkali pada saat
penderita mulai mobilisasi.
3. Perdarahan gastrointestinal: Umumnya terjadi pada 3% kasus stroke. Dapat
merupakan komplikasi pemberian kortikosteroid pada pasien stroke.
Dianjurkan untuk memberikan antagonis H2 pada pasien stroke ini.
4. Stroke rekuren
5. Abnormalitas jantung
Stroke dapat menimbulkan beberapa kelainan jantung berupa:
- Edema pulmonal neurogenik
- Penurunan curah jantung
- Aritmia dan gangguan repolarisasi
6. Deep vein Thrombosis (DVT)
7. Infeksi traktus urinarius dan inkontinensia urin
2.9 PROGNOSIS
Ada sekitar 30%-40% penderita stroke yang masih dapat sembuh secara sempurna
asalkan ditangani dalam jangka waktu 6 jam atau kurang dari itu. Hal ini penting agar penderita
tidak mengalami kecacatan. Kalaupun ada gejala sisa seperti jalannya pincang atau
berbicaranya pelo, namun gejala sisa ini masih bisa disembuhkan.
Sayangnya, sebagian besar penderita stroke baru datang ke rumah sakit 48-72 jam
setelah terjadinya serangan. Bila demikian, tindakan yang perlu dilakukan adalah pemulihan.
Tindakan pemulihan ini penting untuk mengurangi komplikasi akibat stroke dan berupaya
mengembalikan keadaan penderita kembali normal seperti sebelum serangan stroke.
Upaya untuk memulihkan kondisi kesehatan penderita stroke sebaiknya dilakukan
secepat mungkin, idealnya dimulai 4-5 hari setelah kondisi pasien stabil. Tiap pasien
membutuhkan penanganan yang berbeda-beda, tergantung dari kebutuhan pasien. Proses ini
membutuhkan waktu sekitar 6-12 bulan.
BAB III
ANALISA KASUS
3.1 RESUME
Pasien wanita usia 53 tahun datang dengan keluhan utama kelemahan anggota gerak
kiri sejak 1 Hari sebelum masuk rumah sakit. Keluhan dirasakan tiba-tiba, memberat keesokan
hari, pada tanda vital didapatkan peningkatan tekanan darah, yaitu 180/100 mmHg, pada
pemeriksaan fisik umum dalam batas normal, pada status neurologis ditemukan gangguan
fungsi motorik hemiparesis sinistra. Pasien didiagnosa Cerebro Vascular Disease, Ischemic
Stroke. Pasien sudah mendapatkan terapi sementara di IGD RSUD Pasar Minggu, dan sekarang
berada di ruang rawat inap RSUD Pasar Minggu.
Pasien mengalami gejala kelemahan anggota badan tanpa gejala peningkatan tekanan tinggi
intra kranial, ( pingsan, muntah proyektil, pandangan ganda, sakit kepala yang amat sangat,
penurunan kesadaran), sehingga tegak diagnosis pasien sebagai pasien dengan stroke tipe
iskemik.
Faktor resiko : pasien punya penyakit hipertensi yang tidak terkontrol, dalam hal ini, pasien
tahu akan penyakit pasien, tapi pasien tidak rutin memeriksakan tekanan darahnya, dan
hanya konsumsi obat saat ada gejala pusing saja.
Hasil r.o toraks dan ekg untuk memastikan faktor resiko pasien, hasil x ray untuk melihat
apakah ada kardiomegali pada pasien untuk faktor resiko, dan hasil ekg, karena
kecenderungan hasil EKG AF atau atrial fibrilasi untuk membedakan stroke iskemik jenis
apakah ini, trombotik atau kardioemboli.
Hasil sisiraj score pasien :
• (2.5 x S) + (2 x M) + (2 x N) + (0.1 D) – (3 x A) – 12
– S : kesadaran (0 = CM, 1 = somnolen, 2 = sopor/koma)
– M : muntah (0 = tidak ada, 1 = ada)
– N : nyeri kepala (0 = tidak ada, 1 = ada)
– D : tekanan darah diastolik
– A : ateroma (0 = tidak ada, 1 = salah satu/lebih : DM,
angina, penyakit pembuluh darah)
Pada pasien :
Kesadaran : 0 (CM)
Muntah : 0(tidak ada)
Nyeri kepala : 1
Tekanan darah diastolik : 100 X 0.1 = 10
Ateroma : 1 (tekanan darah tinggi )
0 + 0 + 2 + 10- 3-12 = - 3
SSS < -1 tegak diagnosa stroke infark.
DAFTAR PUSTAKA
Guideline stroke tahun 2011. POKDI stroke Perhimpunan Dokter Saraf Seluruh Indonesia
(PERDOSSI).
Susilo, adityo et al. 2014. Kapita selekta kedokteran edisi ke-. 4, jakarta : media aesculapius