You are on page 1of 12

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL

No Jenis Pertanyaan/pernyataan Tujuan Hasil


1. Apakah bapak/ibu pernah Mengetahui tingkat
mendengar tentang penyakit pengetahuan responden
Flu burung? terhadap flu burung yang
a. Ya didapatkan dari berbagai
b. Tidak sumber

2. Dari manakah anda mendapat Mengetahui tingkat


informasi mengenai flu burung? pengetahuan responden
a. Televisi terhadap flu burung yang
b. Radio didapatkan dari berbagai
c. Penyuluhan sumber
d. .......lain-lain

3. Penyakit flu burung merupakan Pengetahuan dan


suatu penyakit menular yang pemahaman responden
disebabkan oleh virus influenza terhadap host ataupun
tipe A yang ditularkan oleh spesies yang rentan
unggas, misalnya ayam, bebek, terhadap infeksi flu
burung, angsa, kalkun, atau burung
unggas sejenis.
a. Setuju
b. Tidak setuju
c. Tidak Tahu
4. Sebenarnya penyakit flu Menggali pengetahuan
burung merupakan penyakit dan pemahaman
pada hewan (zoonosis). Akan responden mengenai
tetapi, dalam perkembangannya bahaya zoonosis yang
virus penyebab penyakit ini terjadi karena mutasi
mengalami mutasi yang agen dan berpeluang
mengakibatkan virus ini dapat besar dapat menular dari
ditularkan kepada manusia. manusia ke manusia juga.
a. Setuju
b. Tidak setuju
c. Tidak Tahu

5. Virus flu burung dapat menular Mengetahui pemahaman


melalui udara ataupun kontak responden mengenai
melalui makanan, minuman, faktor resiko yang dapat
dan sentuhan. menjadi media penularan
a. Setuju virus flu burung
b. Tidak setuju
c. Tidak Tahu

6. Virus flu burung dapat Menggali pemahaman


menyebabkan tingginya angka responden mengenai
kesakitan dan angka kematian bahaya dari flu burung
pada hewan maupun manusia.\ yang dapat menyebabkan
a. Setuju kerugian ekonomi
b. Tidak Setuju maupun kematian
c. Tidak Tahu
7. Apakah anda memelihara Mengetahui apakah
unggas? responden dan unggas
a. Ya yang dipelihara
b. Tidak berpotensi terkena flu
burung

8. Jika anda memiliki hewan Mengetahui pola


peliharaan, apakah hewan pemeliharaan yang dapat
tersebut dikandangkan? berpengaruh terhadap
a. Ya kemungkinan untuk
b. Tidak terinfeksi flu burung

9. Jika dikandangkan apakah anda Mengetahui prinsip


membersihkan kandang hiegene dan sanitasi yang
tersebut secara rutin? dapat meminimalisir
a. Ya terkontaminasi penyakit
b. Tidak dll
c. Kadang-kadang

10. Apakah unggas anda maupun di Mengetahui tingkat


lingkungan sekitar anda pernah penyebaran virus flu
mengalami kematian secara burung maupun penyakit
tiba-tiba? lainnya yang dapat
a. Ya menyebabkan kematian
b. Tidak secara tiba-tiba
c. Tidak Tahu
11. Gejala klinis yang ditunjukan Mengetahui pemahaman
oleh hewan yang terserang flu responden terhadap gejala
burung tidak spesifik sehingga spesifik yang ditunjukan
hewan dapat mati secara tiba- oleh virus flu burung
tiba tanpa diketahui
penyebabnya secara jelas
a. Iya
b. Tidak
c. Tidak Tahu

12. Setujukah saudara jika hewan Menggali pemahaman


yang mati secara tiba-tiba tanpa responden mengenai
diketahui gejala klinisnya bahaya mengkonsumsi
secara tepat tidak boleh prodak asal hewan yang
dikonsumsi(dimakan)? telah mati/bangkai
a. Setuju
b. Tidak Setuju
c. Tidak Tahu

13. Setujukan saudara jika unggas Mengetahui pemahaman


ataupun hewan yang mati responden tentang bahaya
tersebut dibakar terlebih dahulu membiarkan bangkai
kemudian dikubur? hewan yang mati secara
a. Setuju tiba-tiba tanpa diketahui
b. Tidak Setuju penyebabnya, karena
c. Tidak Tahu dapat menjadi sumber
kontajminan bagi hewan
maupun manusia.
14. Setujukah saudara jika lokasi Menggali pemahan
sekitar kandang tidak terdapat responden terhadap faktor
pohon pohon yang tinggi resiko penularan flu
maupun dekat dengan burung melalui
pemukiman penduduk? vektor/pembawa seperti
a. Setuju burung liar yang hinggap
b. Tidak Setuju pada dahan maupun
c. Tidak Tahu ranting pohon.

15. Setujukah saudara jika unggas Mengetahui pemahaman


diberi vaksinasi tertentu untuk responden terhadap
mencegah ataupun mengurangi pentingnya melakukan
terjadinya penyebaran penyakit tindakan pencegahan
yang mewabah di lingkungan terhadap infeksi virus
sekitar? yang dapat mewabah
a. Setuju
b. Tidak Setuju
c. Tidak Tahu

16. Pada saat mengurus bangkai Mengetahui tindakan


unggas yang telah mati tidak higene personal
perlu menggunakan sarung responden dalam
tangan, masker, dan pakaian meminimalisir
pelindung kemungkinan tertular
a. Setuju penyakit yang berasal
b. Tidak Setuju dari hewan
c. Tidak Tahu
17. Setujukah saudara jika Mengetahui pemahaman
beberapa unggas dalam satu responden mengenai
lokasi yang terkena wabah flu resiko yang terjadi dalam
burung yang masih hidup harus suatu wilayah apabila
dimusnahkan/stamping out ? hewan yang tidak mati
a. Setuju tetap dipertahankan.
b. Tidak Setuju
c. Tidak Tahu

18. Media penularan flu burung Mengetahui pengetahuan


adalah dari burung liar ke dan pemahaman
unggas peliharaan terutama responden terhadap
terjadi kalau unggas peliharaan media apa saja yang dapat
tersebut dibiarkan bebas menjadi media penularan
berkeliaran, menggunakan air infeksi virus flu burung
yang juga digunakan oleh
burung liar, atau makan dan
minum dari sumber yang
tercemar kotoran burung liar
pembawa virus
a. Iya
b. Tidak
c. Tidak Tahu

19. Pemindahan atau perpindahan Menggali pemahaman


kawanan unggas kontak yang responden tentang faktor-
terjadi selama dalam faktor yang dapat
pengangkutan unggas ke tempat menyebabkan terjadinya
pemotongan, lingkungan dalam wabah flu burung
radius atau kilometer seputar
peternakan yang terserang,
truk-truk yang digunakan
mengangkut pakan, kandang,
atau bangkai unggas, penularan
secara tidak langsung karena
pertukaran karyawan, alat-alat,
dan sebagainya.
a. Setuju
b. Tidak Setuju
c. Tidak Tahu

20. Risiko penularan langsung dari Mengetahui pemahaman


unggas ke manusia terutama responden mengenai
terjadi pada mereka yang telah faktor resiko yang dapat
bersentuhan dengan unggas menyebabkan penularan
ternak yang sudah terinfeksi, dan wabah flu burung
atau dengan permukaan benda- semakin meluas.
benda yang banyak tercemar
kotoran unggas. Risiko terpapar
diperkirakan cukup substantif
sewaktu penyembelihan,
pencabutan bulu, pemotongan
dan persiapan unggas untuk
dimasak
a. Setuju
b. Tidak setuju
c. Tidak Tahu

4.2 PEMBAHASAN

Pengetahuan merupakan hasil dari ‘tahu’ setelah seseorang melakukan penginderaan


terhadap suatu objek tertentu. Berdasarkan pengalaman dan penelitian, telah terbukti bahwa
perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak
didasari oleh pengetahuan. Hasil dari kuisioner menunjukkan bahwa mayoritas responden yang
merupakan Mahasiswa semester 6 FKH memiliki pengetahuan yang cukup baik mengenai flu
burung.
Indikator utama pemahaman mengenai suatu penyakit adalah mengetahui gejala dan
penyebabnya agar upaya pencegahan dapat dilakukan lebih awal sehingga tidak menimbulkan
dampak yang lebih besar. Banyak responden yang memiliki pemahaman yang kurang tepat
mengenai penyebab influenza sehingga dapat menimbulkan persepsi masyarakat yang kurang
tepat terhadap penyakit influenza dan dapat mempengaruhi perilaku penangangan penyakit.
Gejala penyakit flu burung pada unggas sangat penting untuk diketahui agar penyakit flu
burung pada unggas maupun manusia dapat dikenali lebih awal sehingga penanganan penyakit
dapat segera dilakukan.
Penyakit flu burung yang menyerang manusia cenderung lebih jarang ditemukan
walaupun merupakan penyakit yang lebih berbahaya dan mengancam sehingga media massa
terutama televisi menjadi sumber informasi yang paling banyak digunakan responden dalam
memahami penyakit flu burung pada unggas maupun manusia.
Mahasiswa cukup sering menonton televisi yang ditandai dengan televisi sebagai
sumber informasi yang paling banyak digunakan responden. Penyluluhan yang diharapkan
menjadi sumber informasi utama yang terpercaya dan efektif justru tidak terlalu banyak
dimanfaatkan oleh responden.Responden lebih memilih mencari informasi mengenai penyakit
ke orang-orang terdekat mereka seperti tetangga, teman, atau keluarga yang tidak diketahui
kebenaran informasinya.
Pemahaman responden mengenai bahaya zoonosis yang terjadi karena mutasi agen dan
berpeluang besar dapat menular dari manusia ke manusia juga dinilai baik karena dari hasil
kuisioner menunjukan 5.56 % mahasiswa yang tidak memahami bahwa mutasi agen dari virus
flu burung sangat berbahaya dan dapat meyebabkan kejadian zoonosis diberbagai wilayah
secara luas, mengingat flu burung dapat menular secara aerosol. Komponen lingkungan fisik
diantaranya udara dan air berperan sebagai faktor risiko penularan dan penyebaran penyakif
flu burung. Penyakit ini dapat menular melalui lingkungan udara yang tercemar virus avian
influenza yang berasal dari kotoran atau sekreta unggas yang menderita flu burung (Depkes
2004). Penularan dari unggas ke manusia juga dapat terjadi jika manusia telah menghirup udara
yang mengandung virus flu burung atau kontak langsung dengan unggas yang terinfeksi.
Lingkungan air merupakan tempat hidup virus H5N1 juga bahkan dapat bertahan di air sampai
4 hari pada suhu 22º C dan lebih dari 30 hari pada 0º C (Depkes 2004).
Pengetahuan dan pemahaman responden terhadap media apa saja yang dapat menjadi
media penularan infeksi virus flu burung responden menjawab lingkungan alam terutama di
permukaan air, meskipun dalam morfologi nampak rapuh, merupakan media bagi virus
influenza unggas dalam mempertahankan daya penularannya (Stalknecht, 1990a+b, Lu, 2003).
Selain menular melalui kontak langsung dari pejamu ke pejamu, air dan bendabenda lain yang
tercemar virus merupakan jalur penularan tidak langsung yang juga. . Siklus infeksi antar
unggas terjadi melalui rantai oral-fekal (mulut-tinja) melalui penghantar media udara. Air yang
digunakan oleh burung liar, atau makan dan minum dari sumber yang tercemar kotoran burung
liar pembawa virus merupakan faktor risiko penularan dari burung liar ke unggas peliharaan
terutama terjadi kalau unggas peliharaan tersebut dibiarkan bebas berkeliaran (Capua, et al.
2003).
Pemahaman responden terhadap gejala spesifik yang ditunjukan oleh virus flu burung
dinilai cukup baikm dimana sebagian besar responden mengetahui bahwa gejala sepsifik dari
flu burung adalah hewan mati secara tiba- tiba tanpa menunjukan gejala klinis yang spesifk.
Dalam bentuknya yang patogen, penyakit yang terjadi pada ayam dan kalkun ditandai dengan
serangan yang mendadak dengan gejala yang hebat serta kematian yang mendekati 100%
dalam jangka waktu 48 jam. Penyebaran dalam kelompok bergantung pada pemeliharaan
dalam kelompok yang dilepas di tempat yang kotor dan terjadi hubungan langsung serta
percampuran dengan hewan lain, penyebaran infeksi berlangsung lebih cepat daripada yang
dipelihara dalam kandang, tetapi masih juga diperlukan beberapa hari untuk terjadinya
penularan yang sempurna (Capua, 2000). Seringkali hanya sebagian kandang saja yang
terkena. Banyak unggas yang mati tanpa gejala-gejala awal sehingga kadang-kadang pada
mulanya orang menduga telah terjadi keracunan (Nakatami, 2005).
Pemahaman responden tentang faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya
wabah flu burung seperti adanya pepohonan di sekitar kandang unggas harus ditebang untuk
meminimalisir kemungkinan burung- burung liar yang membawa virus flu burung hinggap
dan menyebarkan penyakit dinilai cukup baik. Pada musim dingin, burung-burung liar
bermigrasi ke arah selatan melintasi Indonesia. Migrasi burung liar yang merupakan reservoir
virus pada hewan-hewan domestik yang ada di jalur perjalanan mereka. Para ilmuwan
menyakini bahwa burung-burung liar/burung air yang bermigrasi membawa virus H5N1 dalam
bentuk HPAIV (High Pathogenic Avian Influenza Virus). Hal ini terbukti dengan KLB flu
burung pada hewan di Asia Tenggara yang terjadi pada musim dingin 2003-2004. Saat itu,
kepadatan burung-burung liar di Asia Tenggara berada pada puncaknya. Semakin banyak
hewan peliharaan yang terinfeksi maka risiko penularan pada manusia semakin besar (Endarti
dan Juwita, 2006).
Faktor risiko lingkungan lainnya yang berhubungan dengan terjadinya penyakit flu
burung pada manusia adalah lingkungan sosial ekonomi mencakup pendidikan, pekerjaan,
jenis pekerjaan, tempat pekerjaan yang dicerminkan juga jabatan dalam pekerjaan, pekerjaan
anggota keluarga, aktivitas kontak, jenis kontak, jumlah kontak, kontak erat, tempat kontak
erat, kontak erat dengan unggas, aktivitas ke pantai. Lingkungan sosial ekonomi masyarakat
tersebut berperan sebagai faktor risiko terhadap kejadian penyakit flu burung pada manusia.
Kasus pertama kali ditemukan infeksi flu burung H5N1 pada manusia pada bulan Juli 2005 di
Tangerang, yang berakhir pada kematian, dimana kasus ini unik karena korban tidak banyak
berhubungan dengan unggas (Siegel, 2006).
Berdasarkan hal tersebut diatas hampir semua lapisan masyarakat merupakan populasi
yang berisiko tertular penyakit flu burung. Terjadinya penyakit pada manusia ditentukan pula
oleh faktor manusia itu sendiri artinya bahwa dalam diri manusia terdapat faktor penyebab
timbulnya penyakit.Pada penyakit flu burung yang menjadi faktor risiko dalam diri manusia
mencakup umur, jenis kelamin, kebiasaan memasak daging unggas, kebiasaan memasak telur
unggas, kebiasaan mencuci tangan sebelum dan sesudah memasak, riwayat kesehatan, tingkat
stres dan status gizi.
Pemahaman responden mengenai penanganan bangkai dan hiegene personal serta
kebiasaan membersihkan kandang dinilai sangat rendah, karena banyak reponden yng jarang
membersihkan kandang serta mencuci tangan dan mamakai pakaian khusus saat menangani
unggas maupun bangkainya. Depkominfo (2005) menyebutkan bahwa pekerjaan yang beresiko
tinggi tertular oleh penyakit flu burung adalah peternak, pemotong ayam, penjual ayam,
pemelihara ayam/burung/unggas lainnya, dan petugas laboratorium yang meneliti/memeriksa
penyakit flu burung. Tingginya risiko jenis pekerjaan tersebut karena setiap saat bersentuhan
atau kontak dengan sumber penularan penyakit flu burung. WHO (2005) menyatakan bahwa
risiko penularan langsung dari unggas ke manusia terutama terjadi pada mereka yang telah
bersentuhan/kontak dengan unggas ternak yang sudah terinfeksi, atau dengan permukaan
benda-benda yang banyak tercemari kotoran unggas. Risiko terpapar diperkirakan cukup
substantif sewaktu penyembelihan, pencabutan bulu, pemotongan dan persiapan unggas untuk
di masak.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Influenza merupakan suatu penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) yang dapat
menimbulkan kematian.1 Virus influenza tipe A merupakan virus penyebab influenza yang
paling sering menyebabkan terjadinya pandemi influenza. Pandemi influenza yang pertama
terjadi adalah “Spanish Flu” yang disebabkan oleh virus influenza A subtipe H1N1 pada tahun
1918 di Spanyol, yang kedua adalah “Asian Flu” oleh virus H2N2 pada tahun 1957, dan yang
ketiga adalah “Hong Kong Flu” yang disebabkan oleh virus H3N2 pada tahun 1968. Pandemi
influenza berikutnya masih belum bisa diprediksi, namun dikhawatirkan terjadi pandemi baru
oleh virus H5N1.
Virus influenza A H5N1 yang pada awalnya hanya menyerang unggas dapat
menyebabkan wabah flu burung (Avian Influenza) pada unggas. Virus H5N1 dapat menular
dari unggas ke manusia karena telah mengalamirea ssortment genetis. Kemampuan virus
H5N1 dalam bermutasi secara cepat dan mengalami perubahan gen membuat virus H5N1
berpotensi menimbulkan pandemi influenza, sehingga dikhawatirkan dapat menyebabkan
penularan dari manusia ke manusia. Berdasarkan data WHO tahun 2015 mengenai influenza
A H5N1 pada manusia, Indonesia merupakan negara dengan kasus influenza A H5N1 pada
manusia yang terbanyak kedua setelah Mesir.
Di Indonesia, sejak tahun 2005 sampai 13 November 2015, terdapat 199 kasus
influenza A H5N1 pada manusia dan 167 diantaranya meninggal dunia. Angka kejadian kasus
influenza A H5N1 yang terkonfirmasi semakin berkurang jumlahnya namun selalu ada kasus
setiap tahun dengan angka kematian yang tinggi. Masalah yang terdapat di Indonesia adalah
kurangnya pemahaman dan kesadaran seluruh lapisan masyarakat mengenai flu burung dan
kemungkinan risikonya. Hanya beberapa responden (8,5%) yang mengetahui gejala flu burung
pada manusia pada penelitian yang dilakukan di Kanada tahun 2014.
Mayoritas pedagang unggas hidup di Bali dan Lombok memiliki pengetahuan yang
terbatas mengenai penularan flu burung dari unggas ke manusia dan pencegahannya. Sebanyak
30% responden pada penelitian yang dilakukan di Cina tahun 2011 memiliki pemahaman yang
kurang tepat mengenai cara penularan influenza yang dianggap dapat tertular melalui makanan.
Kesadaran yang tinggi terhadap penyakit influenza sangat diperlukan untuk mencegah
terjadinya pandemi influenza. Pengetahuan tentang penyakit flu burung merupakan langkah
awal yang perlu diketahui setiap individu didaerah dengan populasi unggas yang tinggi.
Pengisian kuisioner ini penting dilakukan untuk menilai gambaran pengetahuan mahasiswa
mengenai penyakit influenza pada unggas yang berpotensi zoonosi di Fakultas Kedokteran
Hewan Undana, semester 6.

1.2 Tujuan
Tujuan pengisian kuisioner ini yaitu :
1. Menggali pemahaman responden mengenai wabah flu burung
2. Mengetahui tingkat pemahaman responden tentang wabah flu burung

You might also like