You are on page 1of 15

Tikus

Gejala serangan :

1. Tikus menyerang berbagai tumbuhan.


2. Menyerang di pesemaian, masa vegetatif, masa generatif, masa panen, tempat
penyimpanan.
3. Bagian tumbuhan yang disarang tidak hanya biji – bijian tetapi juga batang tumbuhan muda.
4. Tikus membuat lubang – lubang pada pematang sawah dan sering berlindung di semak –
semak.

Pengendaliannya :

1. Membongkar dan menutup lubang tempat bersembunyi para tikus dan menangkap tikusnya.
2. Menggunakan musuh alami tikus, yaitu ular.
3. Menanam tanaman secara bersamaan agar dapat menuai dalam waktu yang bersamaan
pula sehingga tidak ada kesempatan bigi tikus untuk mendapatkan makanan setelah
tanaman dipanen.
4. Menggunakan rodentisida (pembasmi tikus) atau dengan memasang umpan beracun, yaitu
irisan ubi jalar atau singkong yang telah direndam sebelumnya dengan fosforus. Peracunan
ini sebaiknya dilakukna sebelum tanaman padi berbunga dan berbiji. Selain itu penggunaan
racun harus hati – hati karena juga berbahaya bagi hewan ternak dan manusia.

Wereng
Gejala serangan :

1. Menyebabkan daun dan batang tumbuhan berlubang – lubang.


2. Daun dan batang kemudian kering, dan pada akhirnya mati.

Pengendaliannya :

1. Pengaturan pola tanam, yaitu dengan melakukan penanaman secara serentak maupun
dengan pergiliran tanaman. Pergiliran tanaman dilakukan untuk memutus siklus hidup wereng
dengan cara menanam tanaman palawija atau tanah dibiarkan selama 1 – 2 bulan.
2. b. Pengandalian hayati, yaitu dengan menggunakan musuh alami wereng, misalnya laba –
laba predator Lycosa Pseudoannulata, kepik Microvelia douglasi dan Cyrtorhinuss
lividipenis, kumbang Paederuss fuscipes, Ophinea nigrofasciata, dan Synarmonia
octomaculata.
3. Pengandalian kimia, yaitu dengan menggunakan insektisida, dilakukan apabila cara lain tidak
mungkin untuk dilakukan. Penggunaan insektisida diusahakan sedemikan rupa sehingga
efektif, efisien, dan aman bagi lingkungan.

4. Walang Sangit
Gejala serangan :

1. Menghisap butir – butir padi yang masih cair.


2. Biji yang sudah diisap akan menjadi hampa, agak hampa, atau liat.
3. Kulit biji iu akan berwarna kehitam – hitaman.
4. Walang sangit muda (nimfa) lebih aktif dibandingkan dewasanya (imago), tetapi hewan
dewasa dapat merusak lebih hebat karenya hidupnya lebih lama.
5. Walang sangit dewasa juga dapat memakan biji – biji yang sudah mengeras, yaitu dengan
mengeluarkan enzim yang dapat mencerna karbohidrat.
6. Faktor – faktor yang mendukung yang mendukung populasi walang sangit antara lain sebagai
berikut.

 Sawah sangat dekat dengat perhutanan.


 Populasi gulma di sekitar sawah cukup tinggi.
 Penanaman tidak serentak

Pengendaliannya :

1. Menanam tanaman secara serentak.


2. Membersihkan sawah dari segala macam rumput yang tumbuh di sekitar sawah agar tidak
menjadi tempat berkembang biak bagi walang sangit.
3. Menangkap walang sangit pada pagi hari dengan menggunakan jala penangkap.
4. Penangkapan menggunakan unmpan bangkai kodok, ketam sawah, atau dengan alga.
5. Melakukan pengendalian hayati dengan cara melepaskan predator alami beruba laba – laba
dan menanam jamur yang dapat menginfeksi walang sangit.
6. Melakukan pengendalian kimia, yaitu dengan menggunakan insektisida.

Ulat
Gejala serangan :

1. Aktif memakan dedaunan bahkan pangkal batang, terutama pada malam hari.
2. Daun yang dimakan oleh ulat hanya tersisa rangka atau tulang daunya saja.

Pengendaliannya :

1. Membuang telur – telur kupu – kupu yang melekat pada bagian bawah daun.
2. Menggenangi tempat persemaian dengan air dalam jumlah banyak sehingga ulat akan
bergerak ke atas sehingga mudah untuk dikumpulkan dan dibasmi.
3. Apabila kedua cara diatas tidak berhasil, maka dapat dilakukan penyemprotan dengan
menggunakan pertisida.

Tungau

Gejala serangan :

1. Tungau (kutu kecil) bisaanya terdapat di sebuah bawah daun untuk mengisap daun tersebut.
2. Pada daun yang terserang kutu akan timbul bercak – bercak kecil kemudian daun akan
menjadi kuning lalu gugur.

Pengendaliannya :

1. Hama ini dapat diatasi dengan cara mengumpulkan daun – daun yang terserang hama pada
suatu tempat dan dibakar.
Lalat bibit ((Atherigona exigua, A. Oryzae)

Gejala serangan :

1. Lalat bibit meletakkan telur pada pelepah daun padi pada senja hari.
2. Telur menetas setelah dua hari dan larva merusak titik tumbuh. Pupa berwarna kuning
kecoklatan terletak di dalam tanah. Setelah keluar dari pupa selama 1 minggu menjadi imago
yang siap kawin.
3. Hama ini menyerang terutama pada kondisi kelembaban udara tinggi.

Pengendaliannya :

1. Pengendaliannya diutamakan pada penanaman varitas yang tahan.

Pengorok daun atau hama putih (Nymphola depunctalis) dan hama putih palsu
(Cnaphalocrosis medinalis)

Gejala serangan :

1. Pengorok daun atau hama putih (Nymphola depunctalis) menyerang daun padi sejak
dipesemaian hingga dilapang.
2. Daun padi yang telah dikorok menjadi putih, tinggal kerangka daunnya saja.
3. Larva bersifat semi aquatik, memanfaatkan air sebagai sumber oksigen.
4. Larva membuat gulungan/kantung dari daun padi kemudian menjatuhkan diri ke air. Larva
berwarna hijau, perkembangan sampai menjadi pupa 14 – 20 hari. Stadia pupa 4 – 7 hari.
Pengendaliannya :

1. Meniadakan genangan air pada pesemaian sehingga larva tidak dapat memanfaatkan air
sebagai sumber oksigen.
2. Lalat Tabanidae dan semut Solenopsis gemitata merupakan musuh alami.

11. Penggerek jagung (Ostrinia furnacalis)

Uret (Exopholis hypoleuca, Leucopholis rorida, Phyllophaga helleri)

Gejala serangan :

1. Uret yang merusak tanaman padi terdiri dari spesies Exopholis hypoleuca, Leucopholis
rorida, Phyllophaga helleri
2. Perkembangan hidup ketiga uret tersebut sama yaitu dari telur – larva (uret) – pupa – imago
(kumbang).
3. Kumbang hanya makan sedikit daun-daunan dan tidak begitu merusak dibanding uretnya.

Pengendaliannya :

1. Pengendalian diarahkan pada sistem bercocok tanam yang baik agar vigor tanaman baik.

Ganjur (Orseolia oryzae)


Gejala serangan :

1. Hama ganjur sejenis lalat ordo Diptera. Ngengat betina hanya kawin satu kali seumur
hidupnya, bertelur antara 100-250 telur. Telur berwarna coklat kemerahan dan menetas
setelah 3 hari.
2. Larva makan jaringan tanaman diantara lipatan daun padi, pertumbuhan daun padi jadi tidak
normal.
3. Pucuk tanaman menjadi kering dan mudah dicabut. Masa larva selama 6 – 12 hari. Siklus
hidup keseluruhan 19 – 26 hari.

Pengendaliannya :

1. Pengendalian diarahkan pada penanaman varietas yang resisten, penggenangan areal


pertanaman sesudah panen agar pupanya mati.

Penggerek jagung (Ostrinia furnacalis)

Gejala serangan :

1. Menyebabkan batang jagung retak dan patah.


2. Kupu sebagai induk dari hama Ostrinia furnacalis muncul di pertanaman pada malam hari,
antara pk. 20.00 sampai pk. 22.00 dan meletakkan telurnya pada jam-jam tersebut. Kupu
betina meletakkan telur sebanyak 300-500 butir pada daun ketiga. Telut berwarna putih
kekuningan diletakkan di bawah permukaan daun secara berkelompok. Biasanya ditutupi
oleh bulu-bulu.
3. Setelah 4-5 hari telur menetas, ulat akan masuk ke dalam batang setelah berumur 7-10 hari
melalui pucuknya dan sering merusak malai yang belum keluar. Selanjutnya ulat menggerek
ke dalam batang dan kebanyakan pada ruas batangnya, dan setelah habis digereknya pula
ruas yang disebelah bawah. Umur ulat 18-41 hari
4. Gejala serangan ulat yang masih muda, tanda daun kelihatan garis-garis putih bekas gigitan.
5. Serangan berikutnya tampak adanya lubang gerekan pada batang yang disertai adanya
tepung gerek berwarna coklat. Apabila batang jagung patah, tanaman akan mati.
6. Tanaman inang selain jagung adalah cantel, Panicum viride, bayam dan gulma Blumea
lacera.

Pengendaliannya :

1. Dengan cara pergiliran tanaman dengan tanaman yang bukan merupakan inangnya.
2. Tanaman yang terserang dipotong dan ditimbun dalam tanah atau diberikan pada hewan
ternak.
3. Menghilangkan tanaman inang yang lain yang tumbuh diantara dua waktu tanam.
4. Membersihkan rumput-rumputan
5. Cara kimiawi, pengendalian dilakukan sebelum ulat masuk ke dalam batang. Beberapa jenis
insektisida yang dinyatakan efektif adalah: Azodrin 15 WSC, Nogos 50 EC, Hostation 40 EC,
Karvos 20 EC

kutu daun persik (Myzus persicae)

Gejala serangan :

1. Kutu daun persik memiliki alat tusuk isap, biasanya kutu ini ditemukan dipucuk dan daun
muda tanaman cabai.
2. Mengisap cairan daun, pucuk, tangkai bunga dan bagian tanaman yang lain sehingga daun
jadi keriting dan kecil warnanya brlang kekuningan, layu dan akhirnya mati.
3. Melalui angin kutu ini menyebar ke areal kebun.
4. Efek dari kutu ini menyebabkan tanaman kerdil, pertumbuhan terhambat, daun mengecil.
5. Kutu ini mengeluarkan cairan manis yang dapat menutupi permukaan daun akan ditumbuhi
cendawan hitam jelaga sehingga menghambat proses fotosintesis. Kutu ini juga ikut andil
dalam penyebaran virus.

Pengendaliannya :

1. Pengendalian dengan cara menanam tanaman perangkap (trap crop) di sekeliling kebun
cabai seperti jagung.
2. Pengendalian dengan kimia seperti Curacron 500 EC, Pegasus 500 SC, Decis 2,5 EC,
Hostation 40 EC, Orthene 75 SP.

13. Thrips/kemreki (Thrips parvispinus)


Gejala serangan :

1. Daun yang cairannya diisap menjadi keriput dan melengkung ke atas.


2. Thrips sering bersarang di bunga, ia juga menjadi perantara penyebaran virus. sebaiknya
dihindari penanaman cabai dalam skala luas dapa satu hamparan.

Pengendaliannya :

1. Dengan pergiliran tanaman adalah langkah awal memutus perkembangan Thrips.


2. Memasang perangkap kertas kuning IATP (Insect Adhesive Trap Paper), dengan cara
digulung dan digantung setinggi 15 Cm dari pucuk tanaman.
3. Pengendalian dengan insektisida secara bijaksana. Yang dapat dilih antara lain Agrimec 18
EC, Dicarzol 25 SP, Mesurol 50 WP, Confidor 200 SL, Pegasus 500 SC, Regent 50 SC,
Curacron 500 EC, Decis 2,5 EC, Hostathion 40EC, Mesurol 50 WP. Dosis penyemprotan
disesuaikan dengan label kemasan.

14. Ulat grayak (Spodoptera litura)

Gejala serangan :

1. Daun bolong-bolong pertanda serangan ulat grayak. Kalau dibiarkan tanaman bisa gundul
atau tinggal tulang daun saja.
2. Ia juga memakan buah hingga berlubang akibatnya cabe tidak laku dijual.
Pengendaliannya :

1. Dengan cara mengumpulkan telur dan ulat-ulat langsung membunuhnya.


2. Menjaga kebersihan kebun dari gulma dan sisa tanaman yang menjadi tempat
persembunyian hama dan pergiliran tanaman.
3. Pasang perangkap ngengat UGRATAS, dengan cara dimasukkan kedalam botol bekas air
mineral ½ liter yang diberi lubang kecil sebagai sarana masuknya kupu jantan. Karena
UGRATAS adalah zat perangsang sexual pada serangga jantan dewasa dan sangat efektif
untuk dijadikan perangkap.
4. Jika terpaksa atasi serangan ulat grayak dengan Decis 2,5 EC, Curacron 500 EC, Orthene 75
Sp, Match 50 EC, Hostathion 40 EC, Penyemprotan kimia dengan cara bergantian agar tidak
terjadi kekebalan pada hama.

15. Lalat buah (Dacus ferrugineus Coquillet atau Dacus dorsalis Hend)

Gejala serangan :

1. Lalat ini menusuk pangkal buah cabe yang terlihat ada bintik hitam kecil bekas tusukan lalat
buah untuk memasukkan telur.
2. Buah yang terserang akan menjadi bercak-bercak bulat, kemudian membusuk, dan
berlobang.
3. Setelah telur menetas jadi larva (belatung) dan hidup di dalam buah sampai buah rontok dan
membusuk larva akan keluar ke tanah dan seminggu kemudian berubah menjadi lalat muda.

Pengendaliannya :

1. Lakukan pergiliran tanaman untuk memutus rantai perkembangan lalat.


2. Kumpulkan semua buah cabai yang terserang dan musnahkan.
3. Kendalikan dengan perangkap metil eugenol yang sangat efektif dengan cara memasukkan
metil eugenol dalam kapas ke botol bekas air mineral yang telah diolesi minyak goreng, atau
diberi air. Gantungkan perangkap di pingir kebun.
4. Pengendalian secara kimia dapat dilakukan dengan penyemprotan Buldok, Lannate,
Tamaron, Curacron 500 EC.

16. Belalang
Gejala serangan :

1. Gejala penyerangan hama belalang ini sama dengan ulat, yaitu daun menjadi rombeng.

Pengendaliannya :

1. Hama ini dapat ditanggulangi dengan penangkapan secara manual.


2. Tangkap belalang yang belum bersayap atau saat masih pagi dan berembun biasanya
belalang tidak dapat terbang dengan sayap basah.

17. Kutu perisai

Gejala serangan :

1. Hama ini menyerang bagian daun.


2. Kutu ini biasanya terdapat koloni dengan membentuk barisan di bagian tulang daun.

Pengendaliannya :
1. Dapat diatasi menggunakan insektisida sistemik dengan bahan aktif acephate.

18. Spider mite

Gejala serangan :

1. Spider mite mengisap cairan pada tanaman.


2. Serangan hama ini mengakibatkan daun berwarna kuning, kemudian muncul bercak-bercak
pada bagian yang diisap cairannya.
3. Serangan Spider mite secara besar bisa mengakibatkan daun habis dan tanaman mati.
Spider mite lebih kebal terhadap insektisida.

Pengendaliannya :

1. Disarankan menggunakan akarisida.

19. Fungus gnats

Gejala serangan :

1. Adalah serangga yang berbentuk seperti nyamuk berwarna hitam.


2. Larvanya yang berbentuk seperti cacing hidup di dalam media tanam dan sering makan akar
halus tanaman.
3. Fungus gnats dewasa merusak seludang bunga, dengan gejala serangan munculnya bintik-
bintik hitam pada seludang bunga.

Pengendaliannya :

1. Pada fase masih menjadi larva, maka penanganannya dilakukan dengan menaburkan
Nematisida seperti Furadan G ke media tanam.
2. Sedangkan pada fase dewasa, dilakukan penyemprotan insektisida.

20. Cacing liang (Radhopolus Similis)


Gejala serangan :

1. Menghisap cairan pada akar tanaman.


2. Tanaman yang terserang hama ini adalah tanaman menjadi lambat tumbuh dan kerdil serta
menghasilkan bunga yang kecil.

Pengendaliannya :

1. Untuk mengatasinya digunakan Nematisida seperti Furadan G yang ditaburkan pada media
tanam sesuai aturan yang tertera dalam kemasan.
2. Aplikasi pestisida pada tanaman hias sebaiknya digunakan secara bijak, mengingat dampak
negatif yang bisa ditimbulkan. Karena umumnya tanaman hias diletakkan berdekatan dengan
manusia, disamping juga pertimbangan akan adanya kemungkinan serangga menjadi
semakin kebal dengan insektisida yang digunakan.

24. Kutu Daun Tembakau (Myzus persicae)

Gejala serangan :

1. Kutu ini merusak tanaman tembakau.


2. Menghisap cairan daun tanaman, menyerang di pembibitan dan pertanaman, sehingga
pertumbuhan tanaman terhambat.
3. Kutu ini menghasilkan embun madu yang menyebabkan daun menjadi lengket dan ditumbuhi
cendawan berwarna hitam.
4. Kutu daun secara fisik mempengaruhi warna, aroma dan tekstur dan selanjutnya akan
mengurangi mutu dan harga.
5. Secara Khemis kutu daun mengurangi kandungan alkoloid, gula, rasio gula alkoloid dan
maningkatkan total nitrogen daun.
6. Kutu daun dapat menyebabkan kerugian sampai 50 %, kutu daun dapat menyebabkan
kerugian 22 – 28 % pada tembakau flue-cured.

Pengendaliannya :

1. Mengurangi pemupukan N dan melakukan penyemprotan insektisida yaitu apabila lebih besar
dari 10 % tanaman dijumpai koloni kutu tembakau (setiap koloni sekitar 50 ekor kutu).
2. Pestisida yang digunakan yaitu jenis imidaklorid.

25. Penggerek buah kakao (Conopomorpha cramerella)

Gejala serangan :

1. Buah kakao yang diserang berukuran panjang 8 cm, dengan gejala masak awal, yaitu belang
kuning hijau atau kuning jingga dan terdapat lubang gerekan bekas keluar larva.
2. Pada saat buah dibelah biji-biji saling melekat dan berwarna kehitaman, biji tidak berkembang
dan ukurannya menjadi lebih kecil. Selain itu buah jika digoyang tidak berbunyi.

Pengendaliannya :

1. Karantina; yaitu dengan mencegah masuknya bahan tanaman kakao dari daerah terserang
PBK
2. Pemangkasan bentuk dengan membatasi tinggi tajuk tanaman maksimum 4m sehingga
memudahkan saat pengendalian dan panen
3. Mengatur cara panen, yaitu dengan melakukan panen sesering mungkin (7 hari sekali) lalu
buah dimasukkan dalam karung sedangkan kulit buah dan sisa-sisa panen dibenam
4. Menyelubungan buah (kondomisasi), caranya dengan mengguna-kan kantong plastik dan
cara ini dapat menekan serangan 95-100 %. Selain itu sistem ini dapat juga mencegah
serangan hama helopeltis dan tikus
5. Cara kimiawi: dengan Deltametrin (Decis 2,5 EC), Sihalotrin (Matador 25 EC), Buldok 25 EC
dengan volume semprot 250 l/ha dan frekuensi 10 hari sekali.

26. Kepik penghisap buah (Helopeltis spp)


Gejala serangan :

1. Buah kakao yang terserang tampak bercak-bercak cekung berwarna coklat kehitaman
dengan ukuran bercak relatif kecil (2-3 mm) dan letaknya cenderung di ujung buah.
2. Serangan pada buah muda menyebabkan buah kering dan mati, tetapi jika buah tumbuh
terus, permukaan kulit buah retak dan terjadi perubahan bentuk.
3. Bila serangan pada pucuk atau ranting menyebabkan daun layu, gugur kemudian ranting layu
mengering dan meranggas.

Pengendaliannya :

1. Pengendalian yang efektif dan efisien sampai saat ini dengan insektisida pada areal yang
terbatas yaitu bila serangan helopeltis <15 % sedangkan bila serangan >15% penyemprot-an
dilakukan secara menyeluruh.
2. Dikendalikan secara biologis, menggunakan semut hitam. Sarang semut dibuat dari daun
kakao kering atau daun kelapa diletakkan di atas jorket dan diolesi gula.

Dikutip dari: https://sugiartoagribisnis.wordpress.com/2011/01/20/macam-macam-hama-dan-penyakit-


pada-tanaman-serta-cara-pengendaliannya/
dan
http://www.kaskus.co.id/thread/000000000000000016542548/share-macam-macam-hama-dan-
penyakit-pada-tanaman-serta-cara-pengendaliannya/

You might also like