You are on page 1of 5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Darah adalah suatu fluida (yang dinamakan plasma) tempat beberapa bahan
terlarut dan tempat eritrosit, leukosit dan beberapa bahan lain yang tersuspensi.
Sistem peredaran darah terdiri dari jantung(yang merupakan pusat pemompaan
darah), arteri (pembuluh darah dari jantung), kapiler (yang menghubungkan arteri
dengan vena) dan vena (pembuluh darah yang menuju jantung). Sistem peredaran
darah pada ikan disebut sistem peredaran darah tunggal. Yang dimaksud dengan
peredaran darah tunggal adalah dimana darah hanya satu kali saja melewati jantung.
Darah yang terkumpul dari seluruh tubuh masuk ke atrium. Pada saat relaksasi, darah
mengalir pada sebuah katup kedalam ventrikel yang berdinding tebal. Kontraksi dari
ventrikel ini sangat kuat sehingga menyebabkan darah keluar menuju jaringan kapiler
insang lalu dari insang darah mengalir ke jaringan kapiler lain dalam tubuh.
Pertukaran zat-zat pun terjadi pada saat pengaliran darah ini (Siti dkk, 2013).
Darah berfungsi mengedarkan suplai makanan kepada sel-sel tubuh,
membawa oksigen ke jaringan-jaringan tubuh, membawa hormon dan enzim ke organ
yang memerlukan. Pertukaran oksigen terjadi dari air dengan karbondioksida terjadi
pada bagian semipermeable yaitu pembuluh darah yang terdapat di daerah insang.
Selain itu, di daerah insang terjadi pengeluaran kotoran yang bernitrogen (Subowo,
2009).
Melalui sel darah, suatu organisme dapat pula diketahui sampai mana
organisme tersebut mengalami pencemaran, baik itu dari media hidupnya dimana
kualitas air tidak memenuhi syarat. Untuk mengetahui lebih lanjut dapat kita lihat dari
presentase hematokrit yang terkandung dalam darah (Bakta, 2006).
Pemeriksaan hematologi merupakan sekelompok pemeriksaan laboratorium
yang terdiri atas beberapa macam pemeriksaan. Pemeriksaan darah rutin meliputi
hemoglobin, jumlah lekosit, hitung jenis lekosit, Laju Endap Darah (LED).
Pemeriksaan darah khusus meliputi gambaran darah tepi, jumlah eritrosit, hematokrit,
indeks eritrosit, jumlah retikulosit dan jumlah trombosit (Siti dkk, 2013).
Pemeriksaan hematokrit merupakan salah satu pemeriksaan darah khusus
yang sering dikerjakan dilaboratorium berguna untuk membantu diagnosa berbagai
penyakit diantaranya Demam Berdarah Dengue (DBD), anemia, polisitemia.
Penetapan nilai hematokrit dapat dilakukan dengan cara makro dan mikro. Pada cara
makro digunakan tabung wintrobe, sedangkan pada cara mikro digunakan pipet
kapiler (Walim dkk, 2013).
Metode pemeriksaan secara mikro berprinsip pada darah yang dengan
antikoagulan dicentrifuge dalam jangka waktu dan kecepatan tertentu, sehingga sel
darah dan plasmanya terpisah dalam keadaan mapat. Prosentase volum kepadatan sel
darah merah terhadap volume darah semula dicatat sebagai hasil pemeriksaan
hematokrit (Bakta, 2006).
Untuk pemeriksaan-pemeriksaan hematologi dan pemeriksaan lain yang
menggunakan darah sebagai bahan pemeriksaan, pengambilan darah penderita
(sampling) merupakan awal pemeriksaan yang harus dikerjakan dengan benar karena
akan sangat menentukan hasil pemeriksaan. Pemeriksaan hematokrit dapat diukur
dengan menggunakan darah vena atau darah kapiler. Darah kapiler digunakan bila
jumlah darah yang dibutuhkan hanya sedikit, sedangkan bila jumlah darah yang
dibutuhkan lebih dari 0,5 ml lebih baik menggunakan darah vena (Walim dkk, 2013).
Hematokrit atau volume eritrosit yang dimampatkan (packed cell volume,
PCV) adalah persentase volume eritrosit dalam darah yang dimampatkan dengan cara
diputar pada kecepatan tertentu dan dalam waktu tertentu. Tujuan dilakukannya uji
ini adalah untuk mengetahui konsentrasi eritrosit dalam darah. Berdasarkan
reprodusibilitas dan sederhananya, pemeriksaan ini paling dapat dipercaya di antara
pemeriksaan yang lainnya, yaitu kadar hemoglobin dan hitung eritrosit. Dapat
dipergunakan sebagai tes penyaring sederhana terhadap anemia (Riswanto, 2013).
Lokasi pengambilan darah kapiler pada orang dewasa dipakai ujung jari atau
cuping telinga sedangkan lokasi pengambilan darah vena pada orang dewasa pada
dasarnya semua vena superfisial dapat dipakai namun yang sering digunakan ialah
vena mediana cibiti karena mempunyai fiksasi yang lebih sehingga memudahkan
pada saat sampling (Subowo, 2009).
Hematokrit atau volume eritrosit yang dimampatkan (packed cell volume,
PCV) adalah persentase volume eritrosit dalam darah yang dimampatkan dengan cara
diputar pada kecepatan tertentu dan dalam waktu tertentu. Tujuan dilakukannya uji
ini adalah untuk mengetahui konsentrasi eritrosit dalam darah (Bakta, 2006).
Berdasarkan reprodusibilitas dan sederhananya, pemeriksaan ini paling dapat
dipercaya di antara pemeriksaan yang lainnya, yaitu kadar hemoglobin dan hitung
eritrosit. Dapat dipergunakan sebagai tes penyaring sederhana terhadap anemia
(Subowo, 2009).
Nilai hematokrit atau PCV dapat ditetapkan secara automatik menggunakan
hematology analyzer atau secara manual. Metode pengukuran hematokrit secara
manual dikenal ada 2, yaitu :
1. Metode makro hematokrit
Pada metode makro, sebanyak 1 mL sampel darah ( darah EDTA atau Hepearin)
dimasukkan dalam tabung wintrobe yang berukuran panjang 0-10 mm. Tabung
kemudian disentrifuge selama 30 menit dengan kecepatan 3.000 rpm. Tinggi
kolom eritrosit adalah nilai hematokrit yang dinyatakan dalam %
2. Metode mikro hematokrit
Pada metode ini, sampel darah dimasukan dalam tabung kapiler yang mempunyai
ukuran panjang 75 mm dengan diameter 1 mm. Tabung kapiler yang digunakan
ada dua macam yaitu yang berisi heparin ( bertanda merah ) untuk sampel darah
kapiler dan yang tanpa antikoagulan ( bertanda biru ) untuk darah EDTA / Heparin
/ Amonium - Kalium – oksalat (Subowo, 2009).
Metode mikrohematokrit lebih banyak digunakan karena selain waktunya
cukup singkat, sampel darah yang dibutuhkan juga sedikit dan dapat dipergunakan
untuk sampel tanpa antikoagulan yang dapat diperoleh secara langsung (Riswanto,
2013).
Pada sampling darah vena pemakaian ikatan pembendung yang terlalu lama
atau kuat dapat mengakibatkan hemokonsentrasi. Hemolisis juga dapat terjadi jika
spuit dan jarum yang digunakan basah atau tidak melepaskan jarum spuit terlebih
dahulu ketika memasukkan darah ke dalam botol sampel. Sampling darah kapiler
lebih mudah dibanding dengan sampling yang lain. Namun tempat penusukan harus
baik, aliran darah lancar dan tidak boleh ada perdangan. Ujung jari yang ditekan-
tekan dapat menyebabkan tercampurnya darah kapiler dengan cairan jaringan (Walim
dkk, 2013).
Darah kapiler dan darah vena mempunyai susunan darah berbeda. Packed Cell
Volume (PCV) atau hematokrit, hitung jumlah sel darah merah, hemoglobin pada
darah kapiler sedikit lebih rendah dari pada darah vena (Purwanto, 1996). Total
lekosit dan jumlah netrofil lebih tinggi darah kapiler sekitar 8%, jumlah monosit
sekitar 12%, sebaliknya jumlah trombosit lebih tinggi darah vena dibanding darah
kapiler. Perbedaan sekitar 9% atau 32 % pada keadaan tertentu. Terjadinya ini
mungkin berkaitan dengan adhesi trombosit pada tempat kebocoran kulit (Siti dkk,
2013).
DAFTAR PUSTAKA

Aminah, Siti dkk. 2013. Laporan Akhir Praktikum Hematolgii. Bandung: Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran.
Bakta, I Made. 2006. Hematologi Klinik Ringkas. Jakarta: EGC.
Lili,Walim dkk. 2013. Petunjuk Praktikum Hematologi . Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Padjadjaran.
Riswanto, 2013. Pemeriksaan Laboratorium Hematologi. Jogjakarta: Alfa media &
Kanal Medika
Subowo. 2009. Hematologi. Jakarta. Sagung Seto.

You might also like