Professional Documents
Culture Documents
NIM : 1510301025
Kelas : VI A
Kajian Stilistika dan Nilai Edukasi dalam Puisi Indonesia Tanah Sajadah Karya
D. Zawawi Imron Serta Implementasi Pembelajarannya di SMA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Karya sastra merupakan wujud dan cermin kebudayaan yang lahir dari
kontemplasi seorang pengarang atau sastrawan pada masa tertentu. Kontemplasi
tersebut biasanya dilatarbelakangi oleh pergolakan batin dan kegelisahan pengarang
terhadap fenomena yang muncul dalam lingkungan sosialnya. Baginya, kegelisahan
dan pergolakan itu perlu diketahui oleh khalayak luas. Dalam rangka menarik perhatian
khalayak luas, sebuah karya sastra sebaiknya dikemas dengan bahasa yang menarik
dan komunikatif. Selain itu, tiap-tiap pengarang nentunya harus mempunyai kekhasan
tersendiri dalam menggambarkan fenomena itu baik secara eksplisit maupun implisit.
Secara umum, karya sastra diwujudkan pengarang menjadi tiga bentuk, yakni
prosa, drama, dan puisi. Pertama yakni prosa. Prosa biasanya diungkapkan dengan
bahasa naratif yang tidak terikat oleh aturan fonemis (bunyi) atau unsur-unsur
suprasegmental. Selanjutnya yaitu drama, yang diwujudkan melalui dialog antartokoh
dalam alur dan cerita tertentu. Kemudian yang terakhir yakni puisi. Puisi merupakan
manifestasi pengarang yang berupa kata dan untaian kata-kata yang membentuk sajak-
sajak yang khas. Puisi mempunyai kekhasan yang berkaitan dengan adanya unsur-
unsur fonemis seperti irama, rima, dan matra pada untaian kata-kata itu. Selain unsur-
unsur itu, tiap kata dalam puisi terkadang juga memiliki makna konotatif yang dapat
menyebabkan multitafsir. Meski demikian, di balik itu semua, puisi menyimpan nilai-
nilai moral, agama, sosial budaya, politik, hingga nilai edukasi atau pendidikan. Di
samping kebahasaannya, tiap-tiap pengarang puisi (penyair) tentu berbeda dalam
menginternalisasi nilai-nilai itu.
Beberapa pengarang puisi (penyair) melahirkan puisi-puisi yang khas beserta
nilai-nilainya tersendiri. Ambil saja contoh seperti puisi “Aku” Chairil Anwar, yang
menurut beberapa ahli kental akan nilai individualnya. Sutardji Calzoum Bachri
dengan puisi “Tragedi Sihka Winka” memiliki diksi dan tipografi yang unik. “Aku
Ingin” karya Sapardi Djoko Damono yang begitu romantis dan estetis. Realisme-magis
spiritual dalam puisi-puisi A. Mustofa Bisri. Hingga puisi-puisi W.S. Rendra yang sarat
akan kritik sosial. Puisi-puisi tersebut begitu fenomenal sehingga sudah banyak peneliti
yang mengkajinya dari berbagai aspek dan teori kesastraan.
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, seiring perkembangan zaman,
dalam pengetian ini zaman modern (sebagian menyebutnya era milenial atau era
Industri 4.0), nilai-nilai nasionalisme bangsa semakin merosot. Hal ini tampak dari
semakin banyaknya paham yang bertentangan dengan pilar kebangsaan. Contoh
konkretnya seperti serangan teroris serta maraknya aksi intoleransi terhadap
keberagaman bangsa ini. Kegelisahan dan fenomena dirasakan oleh seluruh
masyarakat tak terkecuali para sastrawan. Salah satu puisi fenomenal yang
menyinggung masalah nasionalisme ialah puisi yang berjudul “Indonesia Tanah
Sajadah” karya sastrawan, budayawan, sekaligus ulama senior, D. Zawawi Imron.
Puisi “Indonesia Tanah Sajadah” menjadi dikenal luas karena dibacakan oleh
D. Zawawi Imron saat pembukaan Muktamar ke-33 Nahdlatul Ulama. Puisi karya
penyair berjuluk Celurit Emas asal Madura itu juga dibacakan oleh Menpora pada
peringatan Hari Lahir Pancasila tahun 2017 lalu. Puisi itu pun baru dijadikan antologi
buku dalam “Segugus Percakapan Cinta Di Bawah Matahari: Antologi Dua Penyair
Malaysia Indonesia” yang diterbitkan oleh Yayasan Pustaka Obor Indonesia dan
Institut Terjemahan dan Buku Malaysia Berhad pada tahun 2017.
Puisi “Indonesia Tanah Sajadah” berisi ungkapan kekaguman manusia pada
tanah airnya yang memberikannya kehidupan mulai dari lahir hingga akhir hayatnya.
Tanah air yang dimaksudkan yakni Indonesia, yang digambarkan begitu elok alamnya
serta mengasihi rakyatnya. Indonesia dijadikan sebagai sajadah, tempat warganya
beribadah serta rukun dalam beragama. Kekaguman-kekaguman itu diungkapkan
melalui sajak-sajak metaforis yang dibegitu hidup dan indah. Selain itu, dalam puisinya
itu Zamawi juga mengajak seluruh masyarakat untuk menjaga ketentraman dan
persatuan Indonesia supaya damai. Pada bagian akhir, ia melarang keras siapapun yang
ingin merusak keutuhan Indonesia. Banyak gaya bahasa dan nilai-nilai kehidupan
dalam puisi tersebut yang perlu diungkap lebih lanjut.
Berdasarkan uraian di atas dan pemaknaan secara langsung, maka peneliti
bermaksud untuk mengkaji puisi “Indonesia Tanah Sajadah” dari aspek stilistika dan
nilai-nilai edukasinya. Aspek stilistika dipilih karena setelah memaknai dan
mengamatinya secara komprehensif, peneliti melihat bahwa puisi itu dibangun dengan
style atau gaya bahasa yang begitu indah dan penuh makna. Gaya yang indah itu tentu
dijalin melalui kata-kata yang dipertimbangkan betul pemilihannya. Kemudian yang
berkaitan dengan nilai-nilai edukasi, peneliti menduga banyak nilai seperti nilai religi,
moral, sosial, serta nilai nasionalisme yang perlu diungkap secara komprehensif.
Atas dasar fokus kajian yang telah disebutkan, penelitian ini dapat diterapkan
pada pembelajaran sastra Indonesia pada kelas X SMA tepatnya pada Kompetensi
Dasar (KD) 3.17 menganalisis unsur pembangun puisi dan KD 4.17 menulis puisi
dengan memerhatikan unsur pembangunnya. Kedua KD tersebut tercantum dalam
silabus mata pelajaran bahasa Indonesia SMA/MA/SMK/MAK Kurikulum 2013 edisi
revisi tahun 2016. Kontribusi penelitian pada pembelajaran yang dimaksud yakni
berupa materi ajar dan belajar.
BAB II
METODE PENELITIAN
3.1. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini yaitu puisi “Indonesia Tanah Sajadah” karya D.
Zawawi Imron. Puisi itu yang dimuat dalam buku antologi puisi berjudul “Segugus
Percakapan Cinta Di Bawah Matahari: Antologi Dua Penyair Malaysia Indonesia”
yang diterbitkan oleh Yayasan Pustaka Obor Indonesia dan Institut Terjemahan dan
Buku Malaysia Berhad pada tahun 2017.
Ratna, Nyoman Kutha. 2015. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Aminuddin. 1995. Stilistika: Pengantar Memahami Bahasa dalam Karya Sastra.
Semarang: IKIP Semarang Press.
Aminudin. 2002. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Jakarta: Sinar Baru
Yuliawati, Nina. 2012. Analisis Stilistika dan Nilai Pendidikan Novel Bumi Cinta
Karya Habiburrahman El Shirazy. BASASTRA Jurnal Penelitian Bahasa,
Sastra Indonesia dan Pengajarannya, Vol. 1, No. 1.