You are on page 1of 19

GAMBARAN PEMBERIAN VITAMIN A PADA IBU NIFAS

BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Vitamin A pada umumnya diyakini sebagai unsur yang penting bagi daya tahan tubuh
terhadap penyakit infeksi karena itu tercipta istilah “vitamin anti infeksi”. Penyakit campak
merupakan penyakit infeksi yang serius pada anak dengan defisiensi vitamin A dan pemberian
suplemen vitamin A menimbulkan efek protektif yang kuat (Hussey dan Klein, 1990).
Pendefisiensi peranan vitamin A yang tepat dalam mekanisme imun masih terus
berlanjut. (Man jim dan A stewart Truswell, 2014).
Banyak penelitian yang telah membuktikan keterkaitan antara kekurangan Vitamin A
(KVA) dan berbagai penyakit infeksi. Dalam percobaan laboratoris terhadap binatang, KVA
menurunkan kemungkinan hidup binatang percobaan tersebut, terjangkit infeksi saluran napas,
saluran kemih dan genital sebelum tanda-tanda okuler KVA termanifestasi, atau gangguan
pertumbuhan. (Arisman, 2014).
Pedoman Nasional saat ini merekomendasikan bahwa (100%) ibu nifas menerima satu
kapsul vitamin A dosis tinggi 200.000 IU paling lambat 30 hari setelah melahirkan. Di daerah
kumuh perkotaan di Makassar, hampir (10%) dari ibu tidak hamil mengalami rabun senja. (Dewi
Vonny Khresna, 2010)
Vitamin A terbukti bisa menurunkan angka kesakitan dan kematian karena vitamin A
berfungsi memperkuat system kekebalan tubuh. Sebanyak 190 juta anak usia 5 tahun ke bawah
mengalami kekurangan vitamin A, bahkan WHO memperkirakan terdapat 250 juta anak pra-
sekolah yang mengalami kekurangan vitamin A. (Annisakarnadi, 2014)
Menurut WHO dalam penelitian Ernita Naibaho 2011, kebutaan anak di dunia kini telah
mencapai 1,5 miliar dengan temuan setengah juta kasus baru dalam satu tahun, gangguan
penglihatan ini terutama terjadi pada awal kehidupan. Kekurangan vitamin A pada anak selama
periode ini berisiko dan berdampak negative pada kelangsungan hidup anak dan juga dapat
mempengaruhi perkembangan anak ketika anak mencapai usia sekolah. (Naibaho Ernita, 2015)
Dalam penelitian Ernita Naibaho mengatakan rendahnya cakupan pemberian vitamin A
untuk ibu nifas disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya a) . ketidaktahuan ibu tentang
manfaat kapsul vitamin A untuk ibu nifas; b) tidak tersedianya kapsul vitamin A untuk ibu nifas
pada penolong persalinan; c) kurangnya kordinasi antara petugas di lapangan terutama dengan
penolong persalinan; d) kurang dimanfaatkannya kader dalam distribusi kapsul vitamin A untuk
ibu nifas; e) ketidaktahuan petugas kesehatan mengenai adanya program pemerintah mengenai
kapsul vitamin A untuk ibu nifas yang diberikan dua kali. (Naibaho Ernita, 2015)
Meta-analisis terhadap sejumlah penelitian intervensi dengan vitamin A di Negara tempat
terjadinya xeroftalmia menunjukkan penurunan angka mortalitas keseluruhan yang sangat
signifikan sebesar 23 %. (Man jim dan A stewart Truswell, 2014). Survei sistem pemantauan
status gizi dan kesehatan yang dilakukan oleh Pemerintah Republik Indonesia dan Helen Keller
International (HKI), menunjukkan bahwa banyak propinsi di Indonesia memiliki tingkat rabun
senja di atas (2%) pada ibu tidak hamil. Meskipun data Nutrition and Health Surveillance System
(NSS) di beberapa propinsi menunjukkan bahwa cakupan vitamin A hanya berkisar antara (15-
25%). (Dewi Vonny Khresna, 2010)
Angka mortalitas karena infeksi tampak lebih tinggi dalam masyarakat, ternyata
defisiensi vitamin A mengurangi angka mortalitas. Di Indonesia menunjukkan bahwa tingkat
kematian anak-anak dengan xeroftalmia yang ringan (buta senja dan bercak Bitot) rata-rata
empat kali lebih tinggi daripada tingkat kematian anak-anak yang tidak menderita xeroftalmia.
(Man jim dan A stewart Truswell, 2014).
Data mengenai angka Kematian Ibu dapat diperoleh dari hasil Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI), AKI mengalami kenaikan selama periode tahun 2001 sampai 2012.
Angka kematian pada tahun 2012 sebesar 359 yang berarti bahwa terjadi 359 kematian ibu per
100.000 kelahiran hidup. Berdasarkan hasil SDKI tahun 2012, terlihat bahwa angka kematian
bayi (AKB) di Indonesia pada tahun 2012 sebesar 32 yang berarti dari setiap 1000 kelahiran
hidup terdapat sekitar 32 bayi yang meninggal sebelum mencapai usia satu tahun. (Badan Pusat
Statistik, Jakarta 2014). Tahun 2013 dikota Makassar jumlah kematian ibu yang dilaporkan
menjadi 115 orang atau 78.38 per 100.000 kelahiran hidup, terdiri dari kematian ibu hamil 18
orang (15.65%), kematian ibu bersalin 59 orang (51,30%), kematian ibu nifas 38 orang
(33,04%). Data hasil pengumpulan data profil kesehatan tahun 2013 jumlah kematian bayi
menjadi 558 bayi atau 3.80 per 1000 kelahiran hidup maka masih perlu peran dari semua pihak
yang terkait dalam rangka penurunan angka tersebut. (Nur Muhammad, dkk, 2013).
Berdasarkan data yang ada di Rumah Sakit Ibu dan Anak Sitti Fatimah Makassar, jumlah
ibu nifas pada tahun 2013 adalah 2855 orang. Jumlah ibu nifas periode Januari-Desember 2014
adalah 2619 orang. Sementara jumlah ibu nifas periode Januari-April 2015 adalah 1022 orang
dan tidak pernah dilakukan pemberian Vitamin A pada ibu nifas sejak tahun-tahun sebelumnya.
(Rekam medik Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu dan Anak Sitti Fatimah Makassar) Rumusan
Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya maka rumusan
masalahnya yaitu Bagaimana gambaran pemberian vitamin A pada ibu nifas di Rumah Sakit
Khusus Daerah Ibu dan Anak Sitti Fatimah Makassar Juni s.d Juli 2015. Tujuan Penelitian
Tujuan Umum Untuk mengetahui gambaran pemberian vitamin A pada ibu nifas di Rumah Sakit
Khusus Daerah Ibu dan Anak Sitti Fatimah Makassar Juni s.d Juli 2015 Tujuan Khusus Untuk
mengetahui ketersediaan vitamin A yang diberikan untuk ibu nifas di Rumah Sakit Khusus
Daerah Ibu dan Anak Sitti Fatimah Makassar Juni s.d Juli 2015. Untuk mengetahui pengetahuan
ibu nifas tentang vitamin A di Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu dan Anak Sitti Fatimah
Makassar Juni s.d Juli 2015 Manfaat Penelitian Manfaat Ilmiah Merupakan kontribusi pemikiran
bagi penulis dalam proses penerapan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh khususnya tentang
pemberian vitamin A pada ibu nifas. Manfaat Metodologi Hasil penelitian ini diharapkan
berguna untuk mengembangkan dan menambah pengetahuan yang telah ada mengenai gambaran
pemberian vitamin A pada ibu nifas. Manfaat Praktis Sebagai salah satu syarat dalam
menyelesaikan ujian akhir jenjang pendidikan dan penerapan ilmu yang telah didapatkan pada
akademi kebidanan Stikes Nani Hasanuddin Makassar.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Umum tentang ibu nifas
Pengertian Masa Nifas
Menurut obstetric William Masa nifas adalah masa segera setelah kelahiran sampai 6
minggu. Selama masa ini, saluran reproduktif anatominya kembali ke keadaan tidak hamil yang
normal. (Rukiyah Ai yeyeh, dkk, 2014)
Menurut Sinopsis Obstetri Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai
dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil. Lama masa nifas 6-
8 minggu. (Rukiyah Ai Yeyeh, dkk, 2014)
Masa nifas atau masa puerperium adalah masa setelah persalinan selesai sampai 6
minggu atau 42 hari. Selama masa nifas, organ reproduksi secara perlahan akan mengalami
perubahan seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan organ reproduksi ini disebut involusio. (
Dewi Maritalia, 2014)
Tujuan Asuhan Masa Nifas Tujuan diberikannya asuhan pada ibu selama masa nifas
antara lain untuk : (Rukiyah Ai yeyeh, dkk, 2014) Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik
maupun psikologis dimana dalam asuhan pada masa ini peranan keluarga sangat penting, dengan
pemberian nutrisi, dukungan psikologi maka kesehatan ibu dan bayi selalu terjaga.
Melaksanakan skrining yang komprehensif (menyeluruh) dimana bidan harus melakukan
manajemen asuhan kebidanan pada ibu nifas secara sistematis yaitu mulai pengkajian data
subjektif, objektif maupun penunjang. Setelah bidan melaksanakan pengkajian data maka bidan
harus menganalisa data tersebut sehingga tujuan asuhan masa nifas ini dapat mendeteksi masalah
yang terjadi pada ibu dan bayi. Mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun
bayinya, yakni setelah masalah ditemukan maka bidan dapat langsung masuk ke langkah
berikutnya sehingga tujuan di atas dapat dilaksanakan. Meberikan pendidikan kesehatan tentang
perawatan kedehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui pemberian imunisasi kepada
bayinya dan perawatan bayi sehat; memberikan pelayanan keluarga berencana. Peran dan
Tanggung Jawab Bidan dalam masa Nifas Bidan mempunyai peran dan tanggungjawab antara
lain : (Rukiyah Ai yeyeh, dkk, 2014)
Bidan harus tinggal bersama ibu dan bayi dalam beberapa saat untuk memastikan
keduanya dalam kondisi yang stabil. Periksa fundus tiap 15 menit pada jam pertama, 20-30 menit
pada jam kedua, jika kontraksi tidak kuat. Masase uterus sampai keras karena otot akan menjepit
pembuluh darah sehingga menghentikan perdarahan. Periksa tekanan darah, kandung kemih,
nadi, perdarahan tiap 15 menit pada jam pertama dan tiap 30 menit pada jam kedua. Anjurkan
ibu minum untuk mencegah dehidrasi, bersihkan perineum, dan kenakan pakaian bersih, biarkan
ibu istirahat, beri posisi yang nyaman, dukung program bounding attachmen dan ASI esklusif,
ajarkan ibu dan keluarga untuk memeriksa fundus dan perdarahan, beri konseling tentang gizi,
perawatan payudara, kebersihan diri. Meberikan dukungan secara berkesinambungan selama
masa nifas sesuai dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan psikologis
selama masa nifas. Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga. Mendorong
ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa nyaman. Membuat kebijakan, pernecana
program kesehatan yang berkaitan ibu dan anak dan mampu melakukan kegiatan administrasi.
Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan. Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya
mengenai cara mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang baik,
serta mempraktekkan kebersihan yang aman. Melakukan manajemen asuhan dengan cara
mengumpulkan data, menetapkan diagnose dan rencana tindakan serta melaksanakannya untuk
mempercepat proses pemulihan, mencegah komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan
bayi selama periode nifas. Memberikan asuhan secara professional. Perubahan Fisiologis Masa
Nifas Beberapa tahapan masa nifas yang harus dipahami oleh seorang bidan antara lain :
(Rukiyah Ai yeyeh, dkk, 2014) Puerperium dini yaitu pemulihan dimana ibu telah diperbolehkan
berdiri dan berjalan-jalan. Puerperium intermedial yaitu pemulihan menyeluruh alat-alat genital
yang lamanya 6-8 minggu. Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dn
sehat terutama bila selama hamil atau bersalin memiliki omplikasi. (Ai Yeyeh Rukiyah, 2014)
Kebutuhan Dasar Masa Nifas Nutrisi dan Cairan, Pada Seorang Ibu Menyusui.
Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari; Makan dengan diet berimbang untuk
mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang cukup; minum sedikitnya 3 liter air setiap hari
(anjurkan ibu untuk minum setiap kali menyusui); pil zat besi harus diminum untuk menambah
zat gizi setidaknya selama 40 hari pasca bersalin; minum kapsul vitamin A(200.000 unit) agar
bias memberikan vitamin A kepada bayinya maelalui ASInya. (Rukiyah Ai yeyeh, dkk, 2014)
Ambulasi. Ibu yang baru melahirkan mungkin enggan banyak bergerak karena merasa
letih dan sakit. Namun ibu harus dibantu turun dari tempat tidur dalam 24 jam pertama setelah
kelahiran pervaginam. Ambulasi dini sangat penting dalam mencegah thrombosis vena. Tujuan
dari ambulasi dini adalah untuk membantu menguatkan otot-otot perut dan dengan demikian
menghasilkan bentuk tubuh yang baik, mengencangkan otot dasar panggul sehingga mencegah
atau memperbaiki sirkulasi darah ke seluruh tubuh. (Rukiyah Ai yeyeh, dkk, 2014)
Para wanita menyatakan bahwa mereka merasa lebih baik dan lebih kuat setelah ambulasi
awal. Komplikasi kandung kencing dan konstipasi kurang sering terjadi. Yang penting, ambulasi
dini juga menurunkan banyak frekuensi thrombosis dan emboli paru pada masa nifas. (Rukiyah
Ai yeyeh, dkk, 2014)
Eliminasi : Bab/Bak Diuresis yang nyata akan terjadi pada satu atau dua hari pertama
setelah melahirkan, dan kadang-kadang ibu mengalami kesulitan untuk mengosongkan kandung
kemihnya karena rasa sakit, memar atau gangguan pada tonus otot. Ia dapat dibantu untuk duduk
di atas kursi berlubang tempat buang air kecil (commode) jika masih belum diperbolehkan
berjalan sendiri mengalami kesulitan untuk buang air kecil dengan pispot di atas tempat tidur.
Meskipun sedapat mungkin dihindari, kateterisasi lebih baik dilakukan daripada terjadi infeksi
saluran kemih akibat urin yang tertahan. (Rukiyah Ai yeyeh, dkk, 2014)
Pentalaksanaan defekasi diperlukan sehubungan kerja usus cenderung melambat dan ibu
yang baru melahirkan mudah mengalami konstipasi, pemberian obat-obat untuk pengaturan kerja
usus kerap bermanfaat. (Rukiyah Ai yeyeh, dkk, 2014)
Faktor-faktor diet memegang peranan yang penting dalam memulihkan faal usus. Ibu
mungkin memerlukan bantuan untuk memilih jenis-jenis makanan yang tepat dari menunya. Ia
mungkin pula harus diingatkan mengenai manfaat ambulasi dini dan meminum cairan tambahan
untuk menghindari konstipasi. (Rukiyah Ai yeyeh, dkk, 2014)
Kebersihan Diri/Perineum (Rukiyah Ai yeyeh, dkk, 2014) Pada ibu nifas sebaiknya
anjurkan kebersihan seluruh tubuh. Mengajarkan pada ibu bagaimana membersihkan daerah
kelamin dengan sabun dan air. Patikan bahwa ia mengerti untuk membersihkan daerah di sekitar
vulva terlebih dahulu, dari depan ke belakang anus. Nasehatkan ibu untuk membersihkan diri
setiap kali selesai buang air kecil dan besar. Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain
pembalut setidaknya dua kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik,
dan dikeringkan di bawah sinar matahari atau disetrika. Sarankan ibu untuk mencuci tangan
dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya. Jika ibu
mempunyai luka episiotomy atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk menghindari menyentuh
daerah luka. Istirahat Istirahat pada ibu selama nifas beristirahat cukup untuk mencegah
kelelahan yang berlebihan. Sarankan ia untuk kembali kegiatan-kegiatan rumah tangga biasa
perlahan-lahan serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur. (Rukiyah Ai yeyeh, dkk,
2014)
Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal; mengurangi jumlah ASI
yang diproduksi; memperlambat proses involusio uterus dan memperbanyak perdarahan;
menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya. (Rukiyah Ai yeyeh,
dkk, 2014)
Istirahat yang memuaskan bagi ibu yang baru merupakan masalah yang sangat penting
sekalipun kadang-kadang tidak mudah dicapai. Keharusan ibu untuk istirahat sesudah
melahirkan memang tidak diragukan lagi, kehamilan dengan beban kandungan yang berat dan
banyak keadaan yang mengganggu lainnya, plus pekerjaan bersalin, bukan persiapan yang baik
dalam menghadapi kesibukan yang akan terjadi. Padahal hari-hari postnatal akan dipenuhi oleh
banyak hal, begitu banyak yang harus dipelajari, ASI yang diproduksi dalam payudara,
kegembiraan menyambut tamu, dan juga kekhawatiran serta keprihatinan yang tidak ada
kaitannya dengan situasi ini. Jadi, dengan tubuh yang letih dan mungkin pikiran yang sangat
aktif, ibu sering perlu diingatkan agar mendapat istirahat yang cukup. (Rukiyah Ai yeyeh, dkk,
2014)
Selama satu atau dua malam pertama, ibu yang baru mungkin memerlukan obat tidur
yang ringan. Obat tidur tersebut boleh diberikan jika benar-benar diperlukan. Kerapkali tubuhnya
sendiri mengambil alih fungsi obat tidur ini dan ia benar-benar tidur lelap. (Rukiyah Ai yeyeh,
dkk, 2014)
Setelah hari kedua postnatal, pemberian obat tidur pada malam hari biasanya sudah tidak
dibutuhkan lagi dan tidak dianjurkan jika ibu ingin menyusui bayinya pada malam hari. Ibu
harus dibantu agar dapat beristirahat malam lebih dini dan tidak diganggu tanpa alasan. (Rukiyah
Ai yeyeh, dkk, 2014)
Ibu harus dibantu untuk mengatur sendiri bagaimana memanfaatkan waktu istirahatnya
ini ; pergi ke toilet sebelum istirahat, berbaring telungkup (mungkin dengan bantal di bawah
panggulnya) untuk membantu drainase uterus jika posisi ini nyaman baginya. Periode istirahat
umumnya memberikan manfaat fisik maupun psikologis. (Rukiyah Ai yeyeh, dkk, 2014) Seksual
(Rukiyah Ai yeyeh, dkk, 2014)
Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah berhenti dan
ibu dapat memasukkan satu atau kedua jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri. Begitu darah
meah berhenti dan ibu tidak merasakan ketidaknyamanan, aman untuk memulai melakukan
hubungan suami istri kapan saja ibu siap. Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda
hubungan suami istri sampai masa waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu setelah
persalinan. Keputusan tergantung pada pasangan yang bersangkutan. Latihan / Senam Nifas
(Rukiyah Ai yeyeh, dkk, 2014)
Latihan/senam nifas; diskusikan pentingnya mengembailkan otot-otot perut dan panggul
kembali normal. Ibu akan merasa lebih kuat dan ini menyebabkan otot perutnya menjadi kuat
sehingga mengurangi rasa sakit pada punggung; jelaskan bahwa latihan tertentu beberapa menit
setiap hari sampai membantu. Tinjauan Khusus tentang vitamin A Pengertian Vitamin A
Vitamin A merupakan substansi yang larut di dalam air, dan disimpan di dalam tubuh (pada
prinsipnya disemua organ tubuh) terutama di hati dan dilepas ke dalam aliran darah untuk
kemudian digunakan oleh seluruh sel epitel tubuh, termasuk mata dan sel-sel benih fotoreseptor
mata. (Arisman, 2014).
Vitamin A adalah salah satu zat gizi mikro yang diperlukan oleh tubuh yang berguna
untuk meningkatkan daya tahan tubuh (imunitas) dan kesehatan mata. (Nur Muhammad, dkk
2014)
Manfaat Vitamin A Vitamin A sendiri sangat penting dalam menopang fungsi tubuh
termasuk penglihatan, integritas sel, kompetensi system kekebalan serta pertumbuhan.
Suplementasi vitamin A dosis tinggi secara berkala ditujukan untuk mencegah defisiensi vitamin
A beserta akibatnya selama masa tertentu dengan membangun cadangan vitamin tersebut di
dalam hati. (Arisman, 2014)
Pemberian suplementasi vitamin A dosis tinggi telah terbukti mampu mengawasi
xeroftalmia, mencegah kebutaan (nutritional blindness), dan mengurangi angka kematian anak
akibat infeksi tertentu (terutama campak dan diare) pada masyarakat yang mengalami defisiensi.
Suplementasi cara ini juga terbukti efektif dalam memperbaiki secara cepat keadaan vitamin A
ibu dan bayi yang baru dilahirkannya. (Mann Jim dan A stewart Truswell, 2014).
Sumber dan Dosis Vitamin A Di sebagian besar Negara industri, sumber makanan
aktivitas vitamin A utama adalah vitamin A1, sebelum dibentuk (pre-formed vitamin A1)
terutama dalam bentuk palmitat retinol dalam makanan yang berasal dari hewan. Hati adalah
sumber yang paling kaya vitamin A, tetapi vitamin A juga ditemukan dalam susu, mentega, keju,
kuning telur, dan beberapa ikan yang berlemak. Margarin diperkaya dengan vitamin A hingga
kadar yang sama dengan kadar vitamin A dalam mentega. (Mann Jim. Dan A stewart Truswell,
2014)
Karoten pro-vitamin A juga diperoleh dari makanan nabati, makanan nabati utama adalah
sayur-mayur berdaun hijau tua dan beberapa buah-buahan yang berwarna kuning atau oranye. Di
Negara berkembang, sumber vitamin A nabati lebih menonjol dalam makanan. Makanan tertentu
seperti minyak pohon palem merah, papaya, manga, dan wortel. (Mann Jim. Dan A stewart
Truswell, 2014)
Sumber vitamin A nabati sering bersifat musiman dan fluktuasi dalam status vitamin A
sesuai dengan musim merupakan hal yang sering dijumpai di beberapa Negara tropis. Sebagai
contoh, status vitamin A di Negara Afrika barat memperbaiki musim manga. (Mann Jim. Dan A
stewart Truswell, 2014)
Peraturan Tentang Pemberian Vitamin A Dasar dilaksanakannya pemberian vitamin A
pada ibu nifas yaitu : Peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2014
tentang Upaya perbaikan Gizi pasal 18. (terlampir) Peraturan menteri kesehatan republik
Indonesia nomor 21 Tahun 2015 tentang standar kapsul vitamin A bagi bayi, anak balita, dan ibu
nifas .(terlampir) Gambaran Penyakit Defisiensi Vitamin A pada manusia Perubahan pada mata
Pasien defisiensi vitamin A yang marginal kurang dapat melihat dengan jelas dalam cahaya yang
reman-remang. Keadaan ini dinamakan “buta senja (atau niktalopia)” dan dalam masyarakat
tempat terdapatnya defisiensi vitamin A biasanya ditemukan istilah yang spesifik untuk
mendeskripsikan keadaan tersebut. Istilah tersebut sering membandingkan perilaku manusia
dengan perilaku ayam. (Mann Jim dan A stewart Truswell, 2014).
Ayam tidak mempunyai sel-sel batang dalam retina mata mereka dan tidak dapat melihat
dalam gelap. Jika diganggu setelah malam tiba, mereka menabrak benda-benda ketika bergerak.
Buta senja berkolerasi dengan kadar vitamin A yang rendah dalam plasma, tetapi perhatikan
bahwa kadar retinol yang ditekan oleh inflamasi tidak selalu berkolerasi dengan buta senja. Buta
senja dapat terjadi pada anak-anak dan orang dewasa. (Mann Jim dan A stewart Truswell, 2014).
Indikator klinis defisinsi vitamin A yang awal atau marginal lainnya adalah bercak bitot.
Bercak ini berupa endapan berbuih pada permukaan konjungtiva. Bercak bitot ditemukan lebih
sering pada anak-anaka prasekolah dan usia sekolah ketimbang pada orang dewasa. Baik buta
senja maupun bercak bitot akan menghilang ketika mendapat pengobatan vitamin A, dan tidak
ada kerusakan yang tersisa. Pada defisiensi vitamin A yang lama atau lebih parah dapat terjadi
sejumlah perubahan dalam kornea, dan beberapa perubahan tidak dapat diubah seperti diringkas
dalam kotak. (Mann Jim dan A stewart Truswell, 2014).
Perubahan menjadi jaringan epitel lain Pengaruh vitamin A pada defisiensi selularakan
terlihat dalam efek defisiensi vitamin A yang luas pada jaringan epitel lain. Hyperkeratosis
folikular yang terlihat pada orang dewasa yang kekurangan vitamin A disebabkan oleh
keratinisasi kulit yang menghalangi sekresi kelenjar sebasea dengan terbentuknya sumbat
keratin, tetapi hal ini bukan merupakan efek vitamin A yang spesifik. (Mann Jim dan A stewart
Truswell, 2014).
Defisiensi vitamin A juga memengaruhi lapisan sel epitel yang melapisi traktus
respiratorius dan urogenital seperti memengaruhi maturasi sel imun. Berbagai epitel akan
kehilangan struktur yang menjadi ciri khasnya dan oleh sebab itu akan kehilangan fungsi dengan
spesialisasi khusus. Dinding trakea, sebagai contoh, kehilangan silia (yang berfungsi menyapu
materi asing ke atas serta ke luar) dan pada kasus yang berat akan terjadi pergantian epitel
kolumnar dengan epitel skuamosa pada intestinum, pendataan vili intestinalis dan penurunan
jumlah kelenjar mucus. (Mann Jim dan A stewart Truswell, 2014).
Vitamin A dan penyakit campak Salah satu penyakit menular, khususnya penyakit
campak, akan jauh lebih parah dengan tingkat kematian sekitar 12 % jika terjadi dalam
masyarakat dengan terlihatnya kasus-kasus xeroftalmia. Bahkan di Negara yang tidak terdapat
xeroftalmia, manfaat yang diberikan oleh terapi vitamin A pada kasus penyakit campak terlihat
mencolok. WHO dan UNICEF merekondasikan agar semua anak yang terkena penyakit campak
di Negara berkembang harus mendapat terapi vitamin A dengan dosis yang sangat besar. Di
Negara maju, tindakan yang sama juga dianjurkan pada kasus-kasus yang parah. (Mann Jim dan
A stewart Truswell, 2014).
Tindakan Untuk Mencegah Defisiensi Vitamin A Menggunakan makanan yang tersedia
Semua defisiensi gizi disebabkan karena kekurangan makanan. Defisiensi jarang terjadi dengan
sendirinya, dan tampilan klinis defisiensi dalam masyarakat adalah tampilan klinis kekurangan
gizi yang paling serius. Di Negara berkembang, defiiensi vitamin A adalah masalah khusus
karena sumber makanan vitamin A sebelum dibentuk pre-formed vitamin A (produk makanan
hewani) adalah sumber makanan yang mahal dan orang percaya pada sumber nabati. Karoten
buah lebih tersedia secara biologis daripada sayur-mayur, tetapi sering musiman. (Mann Jim dan
A stewart Truswell, 2014).
Di banyak tempat ada variasi makanan nabati yang lebih besar untuk mengatasi
kekurangan musiman, tetapi pemasakan sayur- mayur dan lemak yang tepat (yang memperbaiki
absorbs karoten) mengoptimalkan biovailabilitas. (Mann Jim dan A stewart Truswell, 2014).
Metode memasak adalah bagian dari budaya masyarakat yang tidak berubah dengan
mudah, dan lemak sangat sering merupakan produk hewani, dan suplainya sedikit. (Mann Jim
dan A stewart Truswell, 2014).
Jika terjadi defisiensi vitamin A, orang harus sadar akan keberagamana makanan yang
dapat menyediakan vitamin A. penanaman mangga, papaya (varietas kuning dan oranye), ubi
merah, dan pisang raja harus didukung, dan juga pengenalan ayam untuk telur-telur ayam, dan
ikan jika tepat. Karena kemiskinan sering merupakan akar penyebab kekurangan makanan,
rencana seperti itu membutuhkan pertolongan dan membutuhkan waktu untuk dapat menjadi
efektif. (Mann Jim dan A stewart Truswell, 2014).
Suplementasi dosis tinggi kelompok yang rentan, fortifikasi makanan, dan pengenalan
makanan yang kaya gizi adalah tindakan jangka pendek untuk memulihkan defisiensi gizi
spesifik dan beberapa apat menjadi bagian dari solusi jangka panjang defisiensi vitamin A.
(Mann Jim dan A stewart Truswell, 2014). Menyusui Bayi lahir dengan simpanan vitamin A
yang sangat sedikit. Mereka tergantung pada vitamin A dalam ASI untuk menyuplai kebutuhan
mereka untuk pertumbuhan, fungsi imun, dan penyimpanan. Kolostrum sangat kaya vitamin A
dan pengenalan awal bayi terhadap payudara meningkatkan ikatan antara ibu dan anak,
menyusui yang lebih sukses, dan suplai vitamin A yang berlanjut melalui selama bayi. (Mann
Jim dan A stewart Truswell, 2014).
Pengenalan tepat setelah kelahiran ditunjukkan terhadap mortalitas neonatal yang lebih
rendah (Edmond et al., 2006, Mullany er al., 2007).
Pengenalan yang terlambat sering terjadi di beberapa Negara Afrika dan Asia melalui
pantangan budaya, dan dapat memainkan peran dalam tingginya mortalitas neonatal yang tidak
dapat diterima di benua ini. (Mann Jim dan A stewart Truswell, 2014). Pemberian dosis yang
sangat besar dan suplementasi Pemberian dosis vitamin A yang sangat besar kepada masyarakat
untuk mengatasi defisiensi vitamin A pertama di coba di India tahun 1960-an. Dosis 200.000-
300.000 IU (60-90 mg RE) diberikan kepada anak-anak prasekolah dan anak-anak yang
menunjukkan efek samping dicatat. (Mann Jim dan A stewart Truswell, 2014).
Masalah spesifik mencakup sakit kepala, mual, muntah, dan fontanel yang membengkak,
tetapi tidak ada efek sampan yang menyebabkan kerusakan permanen, dan prevalensi gejala
seperti buta senja, bercak Bitot, dan xerosis berkurang. Buta senja disembuhkan pertama.
Pemberian oral dan intramuscular vitamin A yang larut dalam minyak diuji, dan pemberian oral
dengan kapsul atau sendok ditemukan sangat efektif. (Mann Jim dan A stewart Truswell, 2014).
Penggunaan metode diperluas ke banyak Negara dan keuntungan yang jelas dalam
penurunan mortalitas, didemonstrasikan. Sebanyak 200.000 IU vitamin A diberikan sebagai
terapi kepada anak-anak yang masuk rumah sakit karena campak, xeroftalmia, atau malnutrisi.
(Mann Jim dan A stewart Truswell, 2014).
Dosis tinggi untuk anak menyediakan vitamin A yang cukup untuk periode 4-6 bulan,
jadi jika defisiensi vitamin A menjadi masalah konstan, perawatan harus diberikan setiap 6
bulan. Wanita usia melahirkan tidak boleh diberi dosis tinggi kecuali sesudah melahirkan. Dosis
tertinggi untuk wanita yang tidak hamil adalah 10.000 IU (3 mg RE) atau 1 mg RE per hari.
(Mann Jim dan A stewart Truswell, 2014).
Tinjauan Tentang pemberian Vitamin A pada Ibu Nifas. Seberapa Penting Pemberian
Vitamin A pada Ibu Nifas. Fungsi vitamin A mencegah masalah kesehatan mata, meningkatkan
system imun, juga berperan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan sel serta menjaga
kesehatan kulit.(Hasdianah, 2014).
Suplementasi Vitamin A dosis tinggi secara berkala ditujukan untuk mencegah defisiensi
vitamin A beserta akibatnya selama masa tertentu dengan membangun cadangan vitamin tersebut
di dalam hati. (Arisman, 2014) Vitamin A dianjurkan untuk mempercepat proses penyembuhan
pasca salin dan mentransfernya ke bayi melalui ASI. (Maritalia dewi, 2014).
Jika bayi usia di bawah 6 bulan tidak diberi ASI, ia sebaiknya diberi suplementasi
Vitamin A 50.000 IU sebelum mencapai usia 6 bulan. Pemberian suplementasi untuk ibu
menyusui dilakukan ketika ibu tersebut melahirkan dan 2 bulan berikutnya. Ini akan
meningkatkan kandungan Vitamin A dalam ASI dan menjaga bayi peminum ASI dari
kemungkinan defisiensi. (Arisman, 2014)
Cara Pemberian kapsul vitamin A pada Ibu Nifas. Kepada kelompok ibu nifas harus
diberikan suplementasi vitamin A sebanyak 200.000 IU segera setelah melahirkan. Vitamin A ini
diberikan setelah ibu melahirkan dan 24 jam setelah pemberian kapsulpertama atau paling lambat
30 hari setelah melahirkan. Suplementasi ini terbukti bukan hanya memperbaiki status vitamin A
ibu, tetapi juga bayi. (Arisman, 2014).
BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS Dasar Pemikiran Variabel
Berdasarkan tujuan penelitian maka variabelnya yaitu ketersediaan dan pengetahuan. Menurut
wiktionary 2014, ketersediaan adalah kesiapan suatu saran (tenaga, barang, modal, anggaran)
untuk dapat digunakan atau dioperasikan dalam waktu yang telah ditentukan. Menurut
notoatmojo 2011, pengetahuan merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain
yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt Behavior). Hubungan Antar
Variabel Identifikasi Variabel Variabel merupakan gejala yang menjadi fokus dalam penelitian.
Variabel menunjukkan atribut dari sekelompok orang atau objek yang mempunyai variasi antara
satu dengan yang lainnya dalam kelompok itu. (Setiawan Saryono Ari, 2011). Variabel dalam
penelitian ini yaitu ketersediaan Vitamin A yang diberikan untuk Ibu Nifas dan Pengetahuan
Vitamin A pada Ibu Nifas serta pemberian Vitamin A. Defenisi Operasional dan Kriteria
Objektif Ketersediaan Definisi ketersediaan adalah adanya suplementasi Vitamin A yang
diberikan untuk ibu nifas di Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu dan Anak Sitti Fatimah Makassar.
Alat Ukur : Dalam penelitian ini menggunakan kuesioner Hasil ukur : Tersedia jika nilai
responden > 83,33%% = > 5, tidak tersedia jika < 83,33% = < 5 Skala : Ordinal Pengetahuan
Definisi pengetahuan adalah dari yang tidak tahu menjadi tahu. Alat Ukur : Dalam penelitian ini
menggunakan kuesioner Hasil ukur : baik jika nilai responden >83% = >5, cukup jika 66,67%-
50% = 3-4, Kurang jika <33,33% = < 2 Skala : Ordinal BAB IV METODE PENELITIAN Jenis
dan Metode Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui
gambaran pemberian vitamin A pada ibu nifas di Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu dan Anak
Sitti Fatimah Makassar periode Juni sampai Juli 2015. Dengan menggunakan data primer untuk
mengukur pengetahuan dan ketersediaan. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu dan Anak Sitti Fatimah Makassar,
alasan pemilihan Rumah Sakit : Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu dan Anak Sitti Fatimah
Makassar mempunyai pencatatan yang lengkap Lokasi Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu dan
Anak Sitti Fatimah Makassar mudah terjangkau sehingga memudahkan dalam pengumpulan data
serta menghemat waktu, biaya dan tenaga. Waktu Penelitian Pelaksanaan penelitian dimulai 10
Juni sampai 25 Juli 2015. Populasi dan Sampel Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh ibu nifas yang bersalin di Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu dan Anak Sitti Fatimah
Periode Juni sampai Juli 2015. Jumlah ibu Nifas pada bulan Januari sampai April adalah 1022
maka untuk mendapatkan jumlah populasi dalam satu bulan 1022 di bagi 4 menjadi 255,5
Populasi. Sampel Besar Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah ibu nifas, cara penentuan
sampel yang digunakan adalah non probability sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang
tidak memberikan peluang/kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk
dipilih menjadi sampel. (Sulistyaningsih, 2012). Jika populasi <10000 dapat digunakan rumus
formula yang sederhana sebagai berikut : n=N/(1 +N (d)^2 ) Ket : n = Besarnya sampel N =
Besarnya populasi d = Tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan (0,01, 0,05 atau 0,10).
n=255.5/(1 +255.5 〖(0.10)〗^2 ) n=255.5/(1 +255.5 (0.01)) n=255.5/(1 +2.555) n=255.5/3.555 n
= 71.87 n = 72. Sampling Teknik pengambilan sampling yang digunakan yaitu incidental
sampling. incidental sampling adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu
siapa saja secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila
dipandang orang tersebut cocok sebagai sumber data. (Saryono Ari Setiawan, 2011) Kriteria
Sampel Kriteria inklusi : Semua ibu nifas post SC dan post partum Bersedia menjadi responden
Kriteria eksklusi : Ibu dengan ganguan system reproduksi. Ibu yang tidak mau menjadi
responden. Cara Pengumpulan Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
primer yaitu data yang di peroleh dari kuesioner yang dibagikan di Rumah Sakit Khusus Daerah
Ibu dan Anak Sitti Fatimah Makassar. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan
kuesioner yang disusun sesuai dengan variabel penelitian. Langkah Pengolahan Data Editing,
yaitu diadakan pengecekan data yang diperoleh untuk menghindari kekeliruan. Peneliti
melakukan pengecekan kembali kesesuaian nomor catatan medik yang dicantumkan penulis
dengan nomor catatan medic yang peneliti dapatkan. Coding, yaitu masing-masing data
diberikan kode tertentu. Peneliti memberi kode untuk pengelompokan ketersediaan dan
pengetahuan ibu nifas. Pengkodean yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini yaitu
dengan memberi nomor yang mewakili berurutan pada setiap kuesionar sebagai kode yang
mewakili responden. Tabulating adalah pekerjaan membuat table. Jawaban-jawaban yang telah
diberi kode kemudian dimasukkan ke dalam tabel. Etika Penelitian Setiap penelitian sebaiknya
dimintakan ethical clearance, yaitu semacam persetujuan dari komite etik penelitian di suatu
institusi bahwa penelitian yang akan dilakukan ini tidak membahayakan responden dan
penelitian. (Sulistyaningsih, 2012) Etika penelitian, yaitu menjamin kerahasiaan responden,
menjamin keamanan, adil dan mendapatkan persetujuan dari responden. (Sulistyaningsih, 2012)
Menjamin kerahasiaan responden Salah satu cara untuk menjamin kerahasiaan responden adalah
tidak mencantumkan nama responden dalam pengisian instrument penelitian maupun penyajian
hasil penelitian. Nama responden diganti dengan pemberian nomor kode responden.
(Sulistyaningsih, 2012) Menjamin keamanan responden Keamanan responden harus dipenuhi
untuk tindakan invasive pada tubuh manusia maupun tindakan yang dapat menginvasi pemikiran
responden. Bila akan melakukan tindakan invasive pada tubuh manusia, maka tindakan tersebut
harus dijamin tidak akan membahayakan atau aman untuk kesehatan dan keselamatan responden.
Bila tindakan invasif penelitian dilakukan pada ibu hamil, maka harus dijamin bahwa tindakan
tersebut tidak membahayakan keselamatan dan kesehatan bagi ibu dan janin. (Sulistyaningsih,
2012) Bertindak adil Bertindak adil diterapkan khususnya untuk penelitian eksperimen yang
memberikan perlakuan berbeda pada tiap responden, misalnya ada responden yang diberi
perlakuan penyuluhan da nada yang tidak diberi penyuluhan. (Sulistyaningsih, 2012)
Mendapatkan persetujuan dari responden. Seseorang tidak dapat dipaksakan untuk menjadi
responden dalam penelitian karena seseorang mempunyai hak dan kebebasan untuk menentukan
dirinya sendiri. Peneliti perlu meminta persetujuan dari responden dalam keikutsertaannya
menjadi responden. Sebelum meminta persetujuan dari responden, peneliti harus memberikan
informasi tentang tujuan dilakukannya penelitian. (Sulistyaningsih, 2012). BAB V HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Ketersediaan Kapsul Vitamin A yang
diberikan untuk Ibu Nifas Tabel V.1 Frekuensi Ketersediaan Kapsul Vitamin A yang diberikan
untuk Ibu Nifas di Rumah Sakit Khusus Daerah ibu dan Anak Sitti Fatimah Makassar Juni s.d
Juli 2015. KETERSEDIAAN FREKUENSI PERSENTASE Tersedia 2 2,78 Tidak tersedia 70
97,22 Total 72 100 Berdasarkan data dari tabel V.1, dari 72 responden ada 2 orang ibu nifas atau
2,78% ibu nifas yang menjawab tersedia Vitamin A dan 70 orang ibu nifas atau 97,22% ibu nifas
yang menjawab tidak tersedia Vitamin A. Sesuai dengan hasil penelitian terdapat pengaruh
ketersediaan Vitamin A terhadap pemberian Vitamin A pada ibu nifas. Pengetahuan Ibu Nifas
tentang Kapsul Vitamin A Tabel V.2 Frekuensi Pengetahuan Ibu Nifas tentang Kapsul Vitamin
A di Rumah Sakit Khusus Daerah ibu dan Anak Sitti Fatimah Makassar Juni s.d Juli 2015.
PENGETAHUAN FREKUENSI PERSENTASE Baik 32 44,44 Cukup 30 41,67 Kurang 10
13,89 Total 72 100 Berdasarkan tabel V.2 diperoleh bahwa, dari 72 responden terdapat 32 orang
atau 44,44% orang ibu nifas yang memiliki pengetahuan baik tentang kapsul Vitamin A, dan 10
orang atau 13,89% orang ibu nifas yang memiliki pengetahuan kurang tentang kapsul Vitamin A.
Sesuai dengan hasil penelitian terdapat pengaruh pengetahuan tentang Vitamin A terhadap
pemberian Vitamin A pada ibu nifas. Pembahasan Ketersediaan Vitamin A yang diberikan pada
Ibu Nifas Menurut wiktionary 2014, ketersediaan adalah kesiapan suatu saran (tenaga, barang,
modal, anggaran) untuk dapat digunakan atau dioperasikan dalam waktu yang telah ditentukan.
Ibu nifas di Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu dan Anak Sitti Fatimah Makassar kebanyakan tidak
mengetahui bagaimana bentuk kapsul Vitamin A. Berdasarkan data dari tabel V.1, dari 72
responden ada 2 orang ibu nifas atau 2,78% ibu nifas yang menjawab tersedia Vitamin A dimana
ibu nifas ini menjawab tersedia karena menjawab dengan nilai > 5, ibu nifas dirumah sakit
khusus daerah ibu dan anak sitti Fatimah Makassar rata-rata tidak mengetahui bagaimana bentuk
kapsul Vitamin A serta ibu nifas di rumah sakit tersebut menganggap bahwa ada tersedia tetapi
bukan untuk diberikan ke ibu nifas sehingga inilah yang mempengaruhi hasil penelitian. dan 70
orang ibu nifas atau 97,22% ibu nifas yang menjawab tidak tersedia Vitamin A, dikatakan tidak
tersedia jika nilai dari responden <5. Ibu nifas di rumah sakit khusus daerah ibu dan anak sitti
Fatimah Makassar sebagian besar menjawab bahwa tidak ada ketersediaan vitamin A yang
diberikan untuk ibu nifas padahal seharusnya disediakan kapsul Vitamin A untuk membantu
pemulihan kesehatan ibu sesuai dengan peraturan pemerintah mengenai kapsul vitamin yang
tercantum dalam peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia nomor 21 Tahun 2015 tentang
standar kapsul vitamin A bagi bayi, anak balita dan ibu nifas. Hasil penelitian ini sejalan atau
sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ernita Naibaho tahun 2011 di wilayah kerja
puskesmas Poriaha kecamatan Tapian Nauli Kabupaten Tapanuli tengah yaitu dari 9 bidan ada 6
bidan yang tidak memberikan kapsul Vitamin A sehingga ini bias membuktikan bahwa masih
banyak ibu nifas yang tidak menerima kapsul Vitamin A. Pengetahuan Ibu Nifas Menurut
notoatmojo 2011, pengetahuan merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain
yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt Behavior). Berdasarkan tabel
V.2, dari 72 responden terdapat 32 yang menjawab dengan nilai baik, berarti dari 100 % sampel
ibu nifas terdapat 44,44% ibu nifas yang menjawab kuesioner dengan nilai yang baik. Dikatakan
baik apabila nilai kuesioner yang dijawab benar > 5. 32 ibu nifas ini rata-rata menjawab benar
dipertanyaan mengenai manfaat kapsul Vitamin A untuk mata dan memperkuat system
kekebalan tubuh, makanan yang mengandung Vitamin A sayuran yang berwarna hijau tua dan
buah-buahan berwarna kuning atau orange, mengetahui akibat dari kekurangan Vitamin A dapat
mencegah rabun senja (xeroftalmia) dan menurunnya daya tahan tubuh, mengetahui hubungan
Vitamin A dengan masa setelah melahirkan dapat mencegah rabun senja pada anak dan
memperbaiki daya tahan tubuh, rata-rata informasi Vitamin A diketahui ibu dari Media social
bukan dari tenaga kesehatan. Sedangkan dari 72 responden terdapat 30 ibu nifas juga yang
menjawab cukup, berarti dari 100 % sampel ibu nifas terdapat 41,67% ibu nifas yang menjawab
dengan nilai cukup. Dikatakan cukup apabila nilai kuesioner yang diperoleh 3-4 yang benar. 30
Ibu nifas rata-rata tidak mengetahui vitamin A adalah substansi yang larut dalam air dan
disimpan di dalam tubuh terutama di hati, ibu tidak tahu akibat kekurangan vitamin A dapat
membuat rabun senja (xeroftalmia) dan menurunnya daya tahan tubuh, serta tidak mengetahui
ada hubungan Vitamin A dengan masa setelah melahirkan yaitu setelah melahirkan
mengkonsumsi Vitamin A dapat mencegah rabun senja pada anak dan memperbaiki daya tahan
tubuh. Namun, dari 72 responden ini pula, terdapat 10 ibu nifas yang menjawab dengan nilai
kurang, berarti dari 100% sampel ibu nifas terdapat 13,89% ibu nifas yang menjawab dengan
nilai kurang. Dikatakan kurang apabila ibu nifas menjawab < 2. Data dari 10 ibu nifas ini, ibu
hanya mengetahui manfaat Vitamin A untuk mata dan memperkuat system kekebalan tubuh dan
ibu mengetahuinya dari keluarga. Hasil dari penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Ernita naibaho pada tahun 2011 di wilayah kerja puskesmas poriaha kecamatan
Tapian Nauli kabupaten Tapanuli Tengah, pada penelitian Erni Naibaho dari 9 ibu nifas, hanya
ada 1 ibu nifas (11,1 %) yang dapat menjelaskan tentang pemberian kapsul Vitamin A dua kali
serta dapat menjelaskan tentang manfaat pemberian kapsul Vitamin A untuk ibu nifas, yaitu
mencegah kebutaan dan mempercepat pemulihan kesehatan. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan dalam penelitian ini yaitu berada pada penentuan sampel untuk ketersediaan yang
diberikan ibu nifas agar lebih efektif sebaiknya, peneliti meneliti pihak rumah sakit dimana yang
dimaksud disini yaitu bidan yang bekerja di rumah sakit khusus daerah ibu dan anak sitti
Fatimah Makassar. BAB VI PENUTUP Kesimpulan Pengetahuan umum mengenai Vitamin A
ibu nifas di Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu dan Anak Sitti Fatimah Makassar sudah baik
namun tidak ada ketersediaan kapsul Vitamin A yang diberikan kepada ibu Nifas di Rumah Sakit
Khusus Daerah Ibu dan Anak Sitti Fatimah Makassar. Saran Sebaiknya Rumah Sakit, Puskesmas
dan tempat bersalin menyediakan kapsul Vitamin A untuk diberikan kepada ibu nifas agar dapat
membantu memperbaiki daya tahan tubuh dan dapat mencegah rabun senja pada anak.
DAFTAR PUSTAKA
Annisakarnadi. 2014. Bulan Vitamin A (online). (http://duniasehat.net/2014/02/27/bulan-
vitamin-a/, sitasi tanggal 27 februari 2014)
Arisman. 2014. Gizi Dalam daur Kehidupan. EGC : Jakarta.
Badan Pusat Statistik. 2014. Profil Kesehatan Ibu dan Anak 2014. CV Sari Intan perdana :
Jakarta.
Hasdianah. 2014. Gizi Pemanfaatn Gizi, diet, dan Obesitas. Nuha Medika : Yogyakarta
Mann Jim dan Truswell A Stewart. 2014. Ilmu Gizi. EGC : Jakarta.
Maritalia Dewi. 2014. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui.Pustaka pelajar : Yogyakarta.
Nur Muhammad, dkk. 2014. Profil Kesehatan 2013. Dinas kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan :
2014.
Naibaho Ernita. 2011. Gambaran Pemberian Kapsul Vitamin A pada Ibu Nifas Oleh penolong
Persalinan Di Wilayah Kerja Puskesmas Poriaha Kecamatan Tapian Nauli Kabupeten
Tapanuli Tengah (online). (http;//core.ac.uk/download/pdf/11731476.pdf, sitasi tanggal
13 may 2013).
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2014 tentang Upaya
Perbaikan Gizi. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2015
tentang Standar Kapsul vitamin A Bagi Bayi, Anak Balita, dan Ibu Nifas.
Rukiyah Ai yeyeh, dkk. 2014. Asuhan Kebidanan III (Nifas). TIM : Jakarta.
Saryono Ari setiawan. 2011. Metodologi Penelitian Kebidanan DIII, DIV, S1 dan S2. Nuha
Medika : Yogyakarta.
Sulistyaningsih. 2012. Metodologi Penelitian Kebidanan Kuantitatif-Kualitatif. Garaha Ilmu :
Yogyakarta.
Vonney Khresna Dewy dkk. 2010. Peran bidan di Desa dan Cakupan Pemberian Kapsul Vitamin
A pada Ibu Nifas (online). (http://www.berita-kedokteran masyarakat.org/index.php,
sitasi tanggal 2 Juni 2010)

You might also like