You are on page 1of 13

Portofolio Kasus Bedah

Appendisitis Akut

Oleh
dr. Endah Khairun Nisa

Konsulen
dr. Fahrul Rozi, SpB

Pendamping
dr. Suciati Lestari
dr. Yenny Dwi Kalisna

Program Internsip Dokter Indonesia


RSUD Solok Selatan
Muara Labuh
2016
Portofolio Kasus Bedah

No. ID dan Nama Peserta : dr. Endah Khairun Nisa


Nama Wahana : RSUD Solok Selatan, Muara Labuh
Topik : Kasus Bedah
Tanggal (kasus) : 27 Juni 2016
Nama : Tn. M
Tanggal Presentasi :
Nama Pendamping : dr. Suciati Lestari
Tempat Presentasi : RSUD Solok Selatan, Muara Labuh
Objektif Presentasi : Keilmuan
Bahan Bahasan : Kasus
Cara Membahas : Presentasi dan diskusi
Borang Portofolio Kasus Bedah
No. ID dan Nama Peserta dr. Endah Khairun Nisa
No. ID dan Nama Wahana RSUD Solok Selatan, Muara Labuh
Topik Appendisitis akut
Tanggal (kasus) 27 Juni 2016
Nama Pasien Tn. M No. RM 07. 13. 59
Tanggal Presentasi Pendamping dr. Suciati Lestari
Tempat Presentasi RSUD Solok Selatan, Muara Labuh
Objektif Presentasi
□ Keilmuan □ Keterampilan □ Penyegaran □ Tinjauan Pustaka
□ Diagnostik □ Manajemen □ Masalah □ Istimewa
□ Neonatus □ Bayi □ Anak □ Remaja □ Dewasa □ Lansia □ Bumil
□ Deskripsi Laki - laki, usia 32 tahun, datang dengan keluhan nyeri perut kanan bawah sejak 6 jam SMRS
□ Tujuan Menegakkan diagnosis dan penatalaksanaan Appendisitis akut
□ Tinjauan □ Kasus
Bahan Bahasan □ Riset □ Audit
Pustaka
□ Presentasi dan
Cara Membahas □ Diskusi □ E-mail □ Pos
Diskusi
Data Pasien Tn. M, 32 tahun No. Registrasi : 07. 13. 59
Nama RS : RSUD Solok Selatan, Muara
Telp : Terdaftar sejak :
Labuh
Data Utama untuk Bahan Diskusi :

1. Diagnosis / Gambaran Klinis : Appendisitis akut.

2. Riwayat Pengobatan : -

3. Riwayat Kesehatan/ Penyakit : Tidak ada yang berhubungan.


4. Riwayat Keluarga : Tidak ada yang berhubungan.
5. Riwayat Pekerjaan : swasta
6. Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik : tinggal bersama keluarga
7. Lain-lain : -
Daftar Pustaka :
1. Hamami AH, PieterJ. Usus halus, Apendiks, Kolon dan anorektum. Dalam: Buku Ajar Ilmu Bedah. Editor:
Sjamsoehidajat, Wim De Jong. Jakarta: EGC, 1997.
2. Snell RS. anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran ( clinical anatomy for medical student). alih bahasa Adji
Dharma. Jakarta: EGC,1989.
3. Tierney, Lawrence M. Acute Appendicitis. Dalam: Essentials of Diagnosis & Treatment. New York: Lange
Medical Books/McGraw-Hill, 2002.

Hasil Pembelajaran :
1. Diagnosis appendisitis akut
2. Tata laksana pasien appendisitis akut

Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio


1. Subjektif :
 Nyeri perut kanan bawah sejak 6 jam sebelum masuk rumah sakit
 Mual (+), Muntah (+) sebanyak 2x /hari, muntah apa yang dimakan dan diminum
 Demam (+) sejak 2 hari SMRS, hilang timbul.
 BAK (+) BAB(+) normal
 Buang air kecil tidak ada keluhan.
 Pasien tidak pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya.
 Riwayat penyakit keluarga: Tidak ada yang berhubungan.
2. Objektif :
a. Vital sign
 KU : tampak sakit sedang
 Kesadaran : sadar, GCS : 15
 Tekanan Darah : 120/80 mm Hg
 Frekuensi nadi: 94 x/menit
 Frekuensi nafas: 20 x /menit
 Suhu : 37,90C
 sianosis(-), pucat(-), ikterik(-)

b. Pemeriksaan sistemik
 Kulit : Teraba hangat, tidak pucat, tidak ikterik, tidak sianosis.
 Kepala : Bentuk normal, rambut hitam, tidak mudah dicabut.
 Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor, ɸ 3 mm /
3 mm, refleks cahaya +/+ Normal.
 Leher : JVP 5 – 2 cmH2O, KGB tidak membesar
 Thoraks :
Jantung I : iktus tak terlihat
 P: iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V

 P: batas jantung normal

 A: irama murni, teratur, bising (-)

Paru I : simetris kiri = kanan


 P: fremitus kiri = kanan

 P: sonor

 A: vesikuler normal, ronki(-), wheezing (-)

 Abdomen : status lokalis.


 Ekstremitas : refleks fisiologis + / +, refleks patologis - / -, edema - / -.
 Status Lokalis :
o Regio Abdomen :
o Inspeksi : tidak membuncit, darm contour (-), darm steifung (-).
o Palpasi : nyeri tekan (+), nyeri lepas (+), defans muskuler (+) di titik
McBurney, Psoas sign (+), Obturator sign (-).
o Perkusi : Timpani.
o Auskultasi : bising usus (+) normal.

c. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium :
Hb : 11,6 gr/dl
Leukosit : 17.400 /mm3
Trombosit : 374.000/mm3
Ht : 36,8%

3. Assesment (penalaran klinis) :


Dari anamnesis, pasien mengatakan perut kanan bawah nyeri sejak 6 jam
sebelum masuk rumah sakit..
Dari pemeriksaan fisik pasien tampak sakit sedang, sadar, tekanan darah
120/80 mmHg, nadi 94x/menit, nafas 20 x/menit, dan suhu 37,9oC. Dari palpasi
abdomen ditemukan adanya nyeri tekan dan nyeri lepas pada perut kanan bawah, dan
defans muscular lokal.. Pada pemeriksaan penunjang didapatkanHb 11,6 gr/dl,
leukosit 17400 /mm3, Ht 36,8 %, trombosit 374.000 /mm3 . Dari data tersebut dapat
disimpulkan adanya leukosit yang meningkat dari normal yang menunjukan adanya
proses infeksi.
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, dapat
disimpulkandiagnosis kerja pasien adalah suspek appendisitis akut dan memerlukan
tindakan operasi.
4. Plan :

Diagnosis klinis : Appendisitis akut


Konsul dr. Fahrul Rozi, Sp.B
Pengobatan :
 IVFD RL 12 jam/kolf.
 Cefotaxime 2x1 gr (iv) skintest
 Ketorolac 3x1 amp
 Ranitidin 2x1 amp
 Puasa
 Rencana Operasi

Pendidikan :
Kepada keluarga pasiendijelaskan mengenai penyakit yang diderita pasien mengarah
kepada infeksi kelenjer apendic ( kelenjer usus buntu), yang dapat diakibatkan oleh beberapa
penyebab. Bahwa keadaan pasien saat ini membutuhkan penanganan yang lebih lanjut yang
berhubungan dengan spesialisasi bidang bedah. Dan jika tidak dilakukan konsultasi atau
penanganan lebih lanjut dapat menyebabkan keadaan yang lebih buruk.

Konsultasi :
Dilakukan konsultasi kepada spesialis bedah untuk penangan pasien selanjutnya.
APPENDISITIS AKUT

Definisi

Appendisitis akut merupakan peradangan pada appendiks verniformis yang diawali oleh

proses obstruksi penyumbatan lumen appendiks oleh mucus, fecalith, atau benda asing yang

diikuti oleh proses inflamasi dan infeksi bakteri.

Epidemiologi

Appendisitis merupakan keadaan bedah akut abdomen yang paling sering. Kira-kira 1-

2% seluruh operasi adalah appendictomi atau 1 dari setiap 15 orang berkemungkinan mendapat

appendicitis selama hidupnya. Insidennya jarang pada bayi, meninggi pada masa anak-anak,

tertinggi pada usia 10-30 tahun, dan jumlah yang sebanding pada kedua jenis kelamin.

Appendicitis muncul pada 7% dari populasi Amerika Serikat dengan insiden 1,1 : 1000

orang setiap tahunnya. Insiden appendicitis lebih rendah pada masyarakat yang memiliki

kebiasaan mengkonsumsi serat dalam jumlah yang banyak. Serat dalam makanan dapat

memperbaiki tekstur fisik, meurunkan waktu transit pada usus besar, dan menghalangi

pembentukan fecalith yang merupakan predisposisi bagi seseorang untuk mengalami obstruksi

pada lumen appendiks.

Anatomi Appendiks

Appendiks merupakan organ berbentuk tabung yang panjangnya kira-kira 10 – 15 cm dan

berpangkal dari sekum. Lumennya sempit pada bagian proksimal dan lebar di bagian distal,
sedangkan pada bayi kebalikannya, hal ini mempengaruhi insiden appendisitis pada usia

tersebut. Pada kasus appendisitis, appendiks dapat terletak intraperitoneal atau retroperitoneal.

Appendiks disarafi oleh saraf parasimpatis (berasal dari cabang nervus vagus) dan simpatis

(berasal dari nervus thorakalis X). Hal ini mengakibatkan nyeri pada appendisitis berawal dari

sekitar umbilikus.

Fisiologi

Appendiks menghasilkan suatu imunoglobulin sekretoar yang dihasilkan oleh GALT

(Gut Associated Lymphoid Tissue), yaitu IgA. Imunoglobulin ini sangat efektif sebagai

perlindungan terhadap infeksi, tapi jumlah IgA yang dihasilkan oleh appendiks sangat sedikit

bila dibandingkan dengan jumlah IgA yang dihasilkan oleh organ saluran cerna yang lain. Jadi

pengangkatan appendiks tidak akan mempengaruhi sistem imun tubuh, khususnya saluran cerna.

Etiologi Appendisitis

Berbagai hal berperan sebagai faktor pencetus appendisitis akut. Sumbatan pada lumen

appendiks merupakan faktor penyebab dari appendisitis akut, di samping hiperplasia jaringan

limfoid, fecalith, tumor appendiks, dan cacing ascaris juga dapat menyebabkan sumbatan.

Patofisiologi

Obstruksi pada appendiks mengakibatkan mucus yang diproduksi terbendung, makin

lama makin banyak dan menekan dinding appendiks menjadi edema, dan merangsang tunika

serosa dan peritoneum visceral. Oleh karena persarafan appendiks dari torakal X maka

rangsangan sakit terasa di sekitar umbilicus. Mucus yang tertumpuk lalu terinfeksi bakteri dan
menjadi nanah dan kemudian timbul gangguan aliran vena, peradangan meluas mengenai

peritoneum parietal setempat sehingga menimbulkan rasa sakit pada perut kanan bawah.

Awalnya kelainan terjadi di mukosa kemudian melibatkan seluruh lapisan dinding

appendiks dalam waktu 24 – 48 jam pertama. Usaha pertahanan tubuh berupa membatasi reaksi

peradangan dengan cara menutupi appendiks dengan omentum, usus halus atau dengan adneksa.

Jika berlanjut akan terbentuk abses dan berakhir dengan perforasi, jika tidak appendiks akan

tenang dan terbentuk jaringan parut yang menyebabkan perlengketan dengan sekitar karena

appendiks yang pernah meradang tidak akan sembuh sempurna, hal ini suatu saat akan menjadi

eksaserbasi akut.

Diagnosis

Gejala klasik dari appendisitis adalah nyeri samar-samar dan tumpul, merupakan nyeri

visceral di daerah sekitar umbilikus, yang sering diikuti dengan mual, muntah, dan nafsu makan

menurun. Beberapa jam berikutnya nyeri akan berpindah ke perut kanan bawah di titik Mc

Burney, di sini nyeri akan lebih jelas dirasakan dan merupakan nyeri somatik. Demam mungkin

tidak ditemukan pada awal serangan namun setelah 6 jam akan terjadi peningkatan suhu.

Pada pemeriksaan fisik akan didapatkan tanda-tanda nyeri tekan, nyeri lepas, defans

muskuler, Rovsing sign, dan Blumberg sign yang menandakan perangsangan peritoneum. Letak

appendiks pada appendisitis sangat mempengaruhi hasil pemeriksaan. Pada appendiks letak

retrosekal maka uji Psoas akan positif dan tanda perangsangan peritoneum tidak begitu jelas,

sedangkan bila appendiks terletak di rongga pelvis maka Obturator sign akan positif dan tanda

perangsangan peritoneum akan lebih menonjol.


Salah satu instrument yang dapat membantu dalam menskrining suatu keluhan nyeri

perut apakah suatu appendicitis akut atau bukan adalah sistem scoring. Denga sistem ini

diberikan nilai kuantitatif dari gejala dan tanda nyeri perut. Salah satu sistem skor yang bias

digunakan adalah Alvarado score :

Right lower quadrant tenderness :2

Rebound tenderness :1

Elevated temperature (>37,3°C) :1

Migratory pain :1

Anorexia :1

Nausea/vomiting :1

Leukocytosis :2

Diff. count shift to the left :1

Total skor : 10

7-9 : Appendisitis akut

5-6 : Observasi 24 jam, ulangi setelah 24 jam

<5 : Bukan appendisitis akut

Hasil laboratorium yang mendukung adalah leukositosis pada kejadian akut dan kasus

dengan komplikasi. Pada kasus yang kronik dapat dilakukan rontgen foto abdomen, USG

abdomen dan appendikogram.

Rectal toucher sangat penting dilakukan untuk mengetahui situasi rongga pelvis dan

penting dalam membuat diagnosis appendisitis akut terutama untuk menyingkirkan kelainan lain
dalam rongga panggul kecuali pada anak-anak karena dapat menambah trauma. Kadang–kadang

ditemukan kelainan kecuali appendiks posisi pelvis, dan terasa nyeri jam 9-11.

Penatalaksanaan

Tindakan yang paling tepat pada appendisitis adalah appendectomy yang dilakukan

dengan insisi di daerah Mc Burney

1. Sebelum operasi

a. Observasi dalam 8-12 jam setelah timbul keluhan, tanda dan gejala appendisitis seringkali

masih belum jelas. Dalam keadaan ini observasi ketat perlu dilakukan. Pasien dipuasakan

dan tirah baring.

b. Antibiotik dan cairan IV diberikan sampai pembedahan dilakukan.

c. Analgetik dapat diberikan bila diagnosis telah ditegakkan.

2. Operasi apendiktomi

3. Pasca operasi : observasi tanda vital untuk mengetahui terjadinya perdarahan internal, syok,

hipertermia atau gangguan napas. Pasien dikatakan baik bila dalam 12 jam tidak terjadi

gangguan.
DAFTAR PUSTAKA

4. Hamami AH, PieterJ. Usus halus, Apendiks, Kolon dan anorektum. Dalam: Buku Ajar Ilmu

Bedah. Editor: Sjamsoehidajat, Wim De Jong. Jakarta: EGC, 1997.

5. Snell RS. anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran ( clinical anatomy for medical

student). alih bahasa Adji Dharma. Jakarta: EGC,1989.

6. Tierney, Lawrence M. Acute Appendicitis. Dalam: Essentials of Diagnosis & Treatment.

New York: Lange Medical Books/McGraw-Hill, 2002.

You might also like