You are on page 1of 51

1

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Derajat kesehatan suatu negara ditentukan oleh berapa indikator, salah satu

indikator tersebut adalah Angka Kematian Ibu (AKI). Angka kematian ibu menurut

Survai Demografi Kesahatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 adalah 228 per 100.000

kelahiran hidup, sedangkan target MDGs pada tahun 2015, AKI dapat diturunkan

menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup (Dinkes, 2011). Penyebab langsung

kematian ibu adalah perdarahan 60 – 70%, infeksi nifas 20 - 30% dan kematian

akibat abortus dan partus lama 10 – 20% (Manuaba, 2007).

Infeksi pada masa nifas merupakan penyebab terjadinya Angka Kematian Ibu

(AKI). Berdasarkan SDKI 2012, rata-rata angka kematian ibu (AKI) tercatat mencapai

359 per 100 ribu kelahiran hidup. Rata-rata kematian ini jauh melonjak dibanding

hasil SDKI 2007 yang mencapai 228 per 100 ribu (Depkes RI, 2012). Angka

kematian Ibu (AKI) di provinsi Sulawesi Tenggara 2015 yaitu 116,02 per 100.000

kelahiran hidup (DinKes Provinsi SULTRA, 2015).

Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan

selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra-hamil. Lama nifas ini 6-8

minggu. Batasan waktu nifas yang paling singkat tidak ada batasan waktunya, bahkan

bisa jadi dalam waktu yang relatif pendek darah sudah keluar, sedangkan batasan

maksimumnya adalah 40 hari (Ambarwati & Wulandari, 2010). Masa nifas adalah

masa setelah keluarnya placenta sampai alat-alat repoduksi pulih seperti sebelum hamil

dan secara normal masa nifas pulih seperti semula selama 6 minggu (Sulistiawati,

2010).

1
2

Survei pemetaan vitamin A yang dilakukan di Provinsi Sulawesi Tenggara

pada tahun 2005, dilaporkan bahwa prevalensi pemberian Vitamin A pada ibu nifas

sebesar 0,12 % lebih rendah dari batas WHO yaitu sebesar 0,5%. Namun, bila dilihat

dari kecenderungan pencapaian sasaran cakupan pemberian kapsul vitamin A pada

ibu nifas yang mengalami kenaikan sejak tahun 2015 yaitu sebesar 81,83% akan

berdampak positif pada peiode-periode selanjutnya.

Pemberian kapsul vitamin A untuk ibu nifas memiliki manfaat penting

bagi ibu dan bayi yang disusuinya, selain untuk meningkatkan daya tahan tubuh,

meningkatkan kelangsungan hidup anak juga dapat membantu pemulihan kesehatan

ibu, oleh sebab itu pemerintah di tingkat kabupaten dapat meningkatkan kualitas

kesehatan ibu dan anak dengan cara memperkuat program vitamin A ibu nifas, akan

tetapi kebijakan yang dibuat masih berupa pengadaan sedangkan untuk kegiatan

distribusi, sosialisasi dan kunjungan rumah masih sangat terbatas.

Pada masa nifas perlu diberikan vitamin A untuk menaikkan jumlah kandungan

vitamin A dalam ASI. Selain bagi ibu vitamin A juga bermanfaat pada bayi, karena

pada masa nifas ibu menyusui bayinya sehingga secara tidak langsung bayi pun

juga memperolehnya. Manfaat vitamin A selain untuk meningkatkan daya tahan

tubuh dapat juga meningkatkan kelangsungan hidup anak serta membantu pemulihan

kesehatan ibu nifas yang erat kaitanya dengan anemia dan mengurangi resiko buta

senja pada ibu menyusui (Saleha, 2009).

Vitamin A digunakan untuk pertumbuhan sel, jaringan, gigi dan tulang,

perkembangan syaraf penglihatan, meningkatkan daya tahan tubuh sebelum infeksi.

Vitamin A banyak terdapat pada kuning telur, hati, mentega, sayuran berwarna

hijau seperti daun singkong, daun katuk, sawi serta buah berwarna kuning seperti

wertel, tomat dan nangka (Ambarwati & Wulandari, 2010).


3

Kekurangan Vitamin A dapat meningkatkan resiko anak terhadap penyakit

infeksi seperti penyakit saluran pernafasan dan diare, meningkatkan angka kematian

karena campak, serta menyebabkan keterlambatan pertumbuhan (Almatsier, 2009).

Kekurangan vitamin A pada ibu nifas dapat menyebabkan anemia serta menurunkan

kelangsungan hidup ibu hingga dua tahun setelah melahirkan (Keller, 2004).

Di Indonesia, terutama di daerah pedesaan, mayoritas ibu masih melahirkan di

rumah. Sering terjadi bahwa bidan ataupun mereka yang membantu kelahiran tidak

selalu memiliki akses akan kapsul vitamin A. Banyak ibu maupun petugas kesehatan

yang tidak tahu mengenai adanya program pemerintah mengenai pemberian kapsul

vitamin A untuk ibu nifas. Hal-hal tersebut di atas merupakan suatu kendala yang

menyebabkan rendahnya cakupan vitamin A pada ibu nifas di Indonesia. Pengetahuan

tentang pedoman baru suplementasi vitamin A untuk ibu nifas sebanyak 2 x 200.000

UI serta pengetahuan mengapa kapsul vitamin A tersebut harus di berikan masih

sangat kurang (Keller, 2004).

Sejak tahun 2003 pemberian kapsul vitamin A untuk ibu nifas yang diberikan

dua kali diterapkan dalam program kesehatan ibu dan anak. Cakupan pemberian

kapsul vitamin A di Puskesmas Motaha Kec. Angata Kab. Konawe Selatan tahun

2015 adalah 67,14%, sedangkan pedoman nasional yang ada saat ini

merekomendasikan bahwa 100 % ibu nifas mendapat dua kapsul vitamin A

200.000 SI yang diberikan paling lambat 30 hari setelah melahirkan (Dinkes Konawe

Selatan, 2016).

Rendahnya cakupan pemberian kapsul vitamin A untuk ibu nifas disebabkan oleh

beberapa faktor diantaranya a). ketidaktahuan ibu tentang manfaat kapsul vitamin A

untuk ibu nifas; b). tidak tersedianya kapsul vitamin A untuk ibu nifas pada penolong

persalinan; c). kurangnya kordinasi antara petugas di lapangan terutama dengan


4

penolong persalinan; d). kurang dimanfaatkannya kader dalam distribusi kapsul

vitamin A untuk ibu nifas; e). ketidaktahuan petugas kesehatan mengenai adanya

program pemerintah mengenai kapsul vitamin A untuk ibu nifas yang diberikan dua

kali. Ketersediaan kapsul vitamin A tidak mendukung terlaksananya pemberian kapsul

vitamin A untuk ibu nifas karena peranan penolong persalinan dalam pemberian kapsul

vitamin A untuk ibu nifas belum dilaksanakan secara optimal (Naibaho, 2011).

Berdasarkan survei studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di Pukesmas

Motaha pada tanggal 6 maret tahun 2017 diperoleh data bahwa pada bulan Januari

sampai Desember tahun 2016 terdapat sebanyak 403 ibu Nifas. Rata-rata ada 34 ibu

nifas perbulan. Setelah penulis melakukan wawancara pada bulan Maret sampai April

2017 terhadap 7 orang ibu mengenai pemberian vitamin A untuk ibu nifas, dapat

diketahui bahwa 1 ibu nifas (14,28%) mempunyai pengetahuan baik, 2 ibu nifas

(28,57%) mempunyai pengetahuan cukup, 4 ibu nifas (57,14%) mempunyai

pengetahuan kurang.

Sehingga berdasarkan data di atas maka penulis mengambil penelitian dengan

judul ’’Hubungan Pengetahuan Ibu dengan pemberian Vitamin A pada ibu nifas di

wilayah kerja Puskesmas Motaha Kec. Angata Kabupaten Konawe Selatan’’

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah: “Bagaimanakah hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian vitamin A

pada ibu nifas di wilayah kerja Puskesmas Motaha kabupaten Konawe Selatan ?”.
5

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu terhadap pemberian

Vitamin A pada ibu Nifas di wilayah kerja Puskesmas Motaha Kec. Angata kab.

Konawe Selatan.

2. Tujuan Khusus

Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian Vitamin A

pada ibu Nifas di wilayah kerja Puskesmas Motaha Kec. Angata kab. Konawe

Selatan

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat bermanfaat bagi

1. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan data bagi perawat ataupun petugas

kesehatan lain untuk mempertahankan tingkat pengetahuan ibu hamil yang

sudah baik dan meningkatkan pengetahuan ibu hamil yang kurang dalam

mengkonsumsi Vitamin A setelah melahirkan.

b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan informasi seberapa jauh tingkat

pengetahuan ibu hamil dalam mengkonsumsi Vitamin A, sehingga apakah

perlu dilakukan peningkatan pada aspek tersebut.

2. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan data untuk penelitian selanjutnya

dan sebagai sumber untuk menilai pengetahuan dan sikap ibu hamil dalam

mengkonsumsi Vitamin A
6

E. Keaslian Penelitian

1. Naibaho (2011), dengan judul “Hubungan Pemberian Kapsul Vitamin A Untuk Ibu

Nifas Oleh Penolong Persalinan Di Wilayah Kerja Puskesmas Poriaha Kecamatan

Tapian Nauli Kabupaten Tapanuli Tengah” Penelitian ini menggunakan metode

kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif serta dengan desain cross sectional,

pengambilan subjek dilakukan dengan metode Purposive sampling.

Penelitian menunjukkan, diantara ke-9 penolong persalinan ada 4

penolong persalinan (44,4 %) yang mengetahui pemberiane dan manfaat kapsul

vitamin A untuk ibu nifas yang diberikan dua kali. Hanya 1 dari 9 ibu nifas (11,1

%) yang mengetahui tentang pemberian dan manfaat pemberian kapsul vitamin A

untuk ibu nifas, ketersedian kapsul vitamin A pada penolong persalinan 987 kapsul

200.000 UI. Dari 9 penolong persalinan hanya ada 1 penolong persalinan (11,1

%)yang memberikan kapsul vitamin A dua kali. Pengetahuan penolong persalinan,

pengetahuan ibu nifas, dan ketersediaan kapsul vitamin A tidak mendukung

terlaksananya pemberian kapsul vitamin A untuk ibu nifas. Peranan penolong

persalinan dalam pemberian kapsul vitamin A untuk ibu nifas belum dilaksanakan

secara optimal.

2. Sugiarti (2007), Dengan judul ”Hubungan pemberian vitamin A untuk ibu nifas”di

penelitian ini menggunakan jenis penelitian diskriktif kuantitatif. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden tentang vitamin A dosis tinggi

pada ibu nifas yang kurang sebesar 20,3% cukup 37,3% dan yang baik 42,4%.

Sikap ibu nifas terhadap konsumsi vitamin A dosis tinggi yang kurang sebesar

28,8% dan yang baik 71,2%. Tingkat konsumsi vitamin A yang baik sebesar

64,4% cukup 23,7% kurang 11,9%. Ada hubungan yang bermakna antara tingkat

pengetahuan ibu dengan tingkat konsumsi vitamin A dosis tinggi. Tida ada
7

hubungan antara sikap ibu nifas dengan konsumsi vitamin A dosis tinggi.

Pengetahuan dan sikap ibu nifas perlu ditingkatkan dan diperbaiki, dengan

berbagai upaya seperti promosi kesehatan dan penyuluhan kesehatan.

Dari penelitian yang lalu dan penelitian sekarang didapat perbedaan antara

lain lokasi, waktu penelitian, jumlah sampel, hasil penelitian, teknik pengambilan

sampel. Sedangkan kesamaan antara lain sama-sama meneliti tentang vitamin A

untuk ibu nifas dan jenis penelitian ini menggunakan deskriktif kuantitatif

F. Sistematika Penulisan

Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini terdiri dari 5 Bab, terdiri dari :

1. BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, keaslian penelitian, dan sistematika penulisan.

2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi teori medis tentang pengetahuan mencakup pengertian pengetahuan,

tingkat pengetahuan, cara memperoleh pengetahuan, faktor-faktor yang

mempengaruhi pengetahuan, pengukuran pengetahuan, definisi masa nifas, vitamin

A untuk ibu nifas, kerangka teori, kerangka konsep.

3. BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisi tentang jenis dan rancangan penelitian, lokasi dan waktu penelitian,

populasi, sampel dan teknik pengambilan sampel, instrumen penelitian, teknik

pengumpulan data, variabel penelitian definisi operasional, metode pengolahan

dan analisis data, etika penelitian

4. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini menjelaskan tentang gambaran umum lokasi penelitian, hasil

penelitian, pembahasan, dan keterbatasan.


8

5. BAB V PENUTUP

Dalam bab ini menjelaskan kesimpulan dan saran.

6. DAFTAR PUSTAKA

7. LAMPIRAN
8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Pengetahuan

1. Pengertian

Pengetahuan merupakan hasil “tahu” pengindraan manusia terhadap suatu

obyek tertentu. Proses pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni

indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan melalui kulit. Pengetahuan

atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan

seseorang (over behavior) (Notoatmodjo, 2010).

Pengetahuan (Knowledge) adalah hasil dari tahu manusia, yang sekadar

menjawab pertanyaan “what”, misalnya apa air, apa manusia, apa alam, dan

sebagainya (Notoatmodjo, 2012).

2. Tingkat pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007), ada 6 tingkat pengetahuan yang dicapai

dalam domain kognitif yaitu :

a. Tahu (know)

Tahu dapat diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkatan ini adalah mengingat

kembali (Recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang

dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu “tahu” adalah

merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur

bahwa orang itu tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan,

menguraikan, mendefenisikan, menyatakan sebagainya.

8
9

b. Memahami (comprehetion)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untukmenjelaskan secara benar

tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut

secara benar, orang yang telah paham terhadap objek suatu materi harus dapat

menjelaskan, menyimpulkan dan meramalkan terhadap objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (Application)

Aplikasian diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan dapat sebagai

aplikasi atau penggunaan hukum- hukum, rumus metode, prinsip, dan

sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

d. Analisis (Analysys)

Adalah suata kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke

dalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi

tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat

dilihat dari penggunaan kata kerja dapat menggambarkan, membedakan,

mengelompokkan dan seperti sebagainya. Analisis merupakan kemampuan

untuk mengidentifikasi, memisahkan dan sebagainya.

e. Sintesa (Syntesis)

Adalah suatu kemampuan untuk melakukan atau menggabungkan bagian-bagian

di dalam suatu bentuk keseluruhan yangbaru, dengan kata lain sintesis adalah

suatu kemampuan untuk menyusun formasi baru dari informasi-informasi yang

ada misalnya dapat menyusun, dapat menggunakan, dapat meringkas, dapat

menyesuaikan suatu teori atau rumusan yang telah ada.


10

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilian terhadap suatu materi atau objek, penilian ini berdasarkan suatu kriteria

yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada.

3. Cara memperoleh pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010), cara untuk memperolehkebenaran

pengetahuan dapat dikelompokkan menjadi dua yakni cara tradisional atau non

ilmiah yakni tanpa melalui penelitian ilmiah dan cara modern atau cara ilmiah yakni

melalui proses penelitian. Untuk lebih jelasnya dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Cara tradisional atau non ilmiah terdiri dari :

1) Cara coba-salah (Trial and Error)

Dilakukan dengan menggunakan beberapa kemungkinan dalam

memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil,

dicoba kemungkinan yang lain sampai masalah tersebut dapat di pecahkan.

2) Secara kebetulan

Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak disengaja

oleh orang yang bersangkutan.

3) Cara kekuatan atau otoritas

Kehidupan sehari-hari ditemukan banyak sekali kebiasaan dan tradisi

yang dilakukan oleh orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan

tersebut baik atau tidak.Kebiasaan seperti ini bukan hanya terjadi pada

masyarakat tradisional saja, melainkan juga terjadi pada masyarakat

modern.Kebiasaan ini seolah diterima dari sumbernya sebagai kebenaran

yang mutlak.Sumber pengetahuan tersebut dapat berupa pimpinan-pimpinan

masyarakat baik formal maupun informal. Para pemuka agama, pemegang


11

pemerintahan dan lain sebagainya. Dengan kata lain, pengetahuan tersebut di

peroleh berdasarkan pada pemegang otoritas, yakni orang mempunyai

wibawa atau kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin

agama, maupun ahli ilmu pengetahuan atau ilmuwan

4) Berdasarkan pengalaman sendiri

Pengalaman adalah guru terbaik demikian bunyi pepatah. Pepatah ini

mengandung maksud bahwa pengalaman itumerupakan sumber pengetahuan

atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran

pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadipun dapat digunakan

sebagai upaya memperoleh pengetahuan.

Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang

diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang

lalu.

5) Cara akal sehat (common sense)

Akal sehat atau common sense kadang-kadang dapat menemukan

teori atau kebenaran. Misalnya pemberian hadiah dan hukuman merupakan

cara yang masih dianut oleh banyak orang untuk mendisiplinkan anak dalam

konteks pendidikan.

6) Kebenaran melalui wahyu

Ajaran dan dogma agama adalah suatu kebenaran yang diwahyukan

dari Tuhan melalui para Nabi.Kebenaran ini harus diterima dan diyakini

oleh pengikut agama yang bersangkutan, terlepas dari apakah kebenaran

tersebut rasional atau tidak.Sebab kebenaran ini diterima oleh para Nabi

adalah sebagai wahyu dan bukan karena hasil usaha penalaran atau

penyelidikan manusia
12

7) Kebenaran secara intuitif

Kebenaran secara intuitif diperoleh manusia secara cepat sekali

melalui proses di luar kesadaran dan tanpa melalui proses

penalaran atau berpikir. Kebenaran yang diperoleh melalui intuitif sukar

dipercaya karena kebenaran ini tidak menggunakan cara yang rasional dan

yang sistematis.

8) Melalui jalan pikiran

Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia cara

manusia berpikir ikut berkembang. Dari sini manusia mampu menggunakan

penalarannya dalam memperoleh pengetahuan. Induksi dan deduksi pada

dasarnya merupakan cara melahirkan pemikiran secara tidak langsung

melalui pernyataan-pernyataan yang dikemukakan. Apabila proses

pembuatan kesimpulan ini melalui pernyataan-pernyataan yang khusus

kepada yang umum dinamakan induksi. Sedangkan deduksi adalah

pembuatan kesimpulan dari pernyataan-pernyataan umum kepada yang

khusus.

9) Induksi

Induksi adalah proses penarikan kesimpulan yang dimulai dari

pernyataan-pernyataan khusus ke pernyataan yang bersifat umum. Hal ini

berarati dalam berpikir induksi pembuatan kesimpulan tersebut berdasarkan

pengalaman-pengalaman empiris yang ditangkap oleh indra kemudian

disimpulkan ke dalam suatu konsep yang memungkinkan seseorang untuk

memahami suatu gejala

10) Deduktif
13

Deduktif adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan- pernyataan

umum ke khusus. Di dalam proses berfikir deduktif berlaku bahwa sesuatau

yang dianggap benar secara umum pada kelas tetentu, berlaku juga

kebenarannya pada semua peristiwa yang terjadi pada setiap yang terjadi

pada kelas itu.

11) Cara ilmiah atau modern

Cara baru atau dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini

lebih sistematis, logis dan ilmiah.Cara ini disebut metode penelitian ilmiah,

atau metodelogi penelitian (research metodologi). Cara ini

dikembangkan oleh frencis Baron yang mengembangkan metode berpikir

induktif kemudian dikembangkan oleh Deobold van Dallen yang

menyatakan bahwa dalam memperoleh kesimpulan dilakukan dengan

mengadakan observasi langsung dan membuat pencatatan- pencatatan

terhadap semua fakta sehubungan dengan objek yang diamatinya. Pencatatan

ini mencakup tiga hal pokok:

1. Segala sesuatu yang positif yakni gejala tertentu yang muncul pada saat

dilakukan pengamatan.

2. Segala sesuatu yang negatif, yakni gejala tertentu yang tidak

muncul pada saat dilakukan pengamatan.

3. Gejala-Gejala yang muncul secara bervariasi yaitu gejala-gejala yang

berubah-ubah pada kondisi-kondisi tertentu

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang.

Menurut Erfandi (2009), ada beberapa faktor yang mempengaruhi

pengetahuan seseorang, yaitu :

a. Pendidikan
14

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan

kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan

berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar,

makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut

menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan

cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain

maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk

semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan.

Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana

diharapkan seseorang dengan pendidikan tinngi, maka orang tersebut

akan semakin luas pula pengetahuannya. Namun perlu ditekankan

bahwa seorang dengan pendidikan rendah tidak berarti mutlak

berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak

diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada

pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang tentang suatu obyek

juga mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua

aspek inilah yang akhirnya akan menentukan sikap seseorang

terhadap obyek tertentu. Semakin banyak aspek positif dari obyek

yang diketahui, akan menumbuhkan sikap makin positif terhadap

obyek tersebut

b. Masa media / informasi

Informasi yang di peroleh baik dari pendidikan formal

maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek

(immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau

peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia


15

bermacam-macam media masa yang dapat mempengaruhi

pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru.

Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa

seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai

pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayaan

pribadi. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya,

media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang

dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru

mengenai sesuatu hal yang memberikan landasan kognitif baru

bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut.

c. Sosial budaya dan ekonomi

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa

melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan

demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun

tidak melakukan. Situasi ekonomi seseorang juga akan menentukan

tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu,

sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi lingkungan

seseorang.

d. Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar

individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan

berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan kedalam

individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi

karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak, yang akan

direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu.


16

e. Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara

untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang

kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah

yang dihadapi masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang

dikembangkan memberikan pengetahuan dan ketrampilan

profesional serta pengalaman belajar selama bekerja akan dapat

mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang merupakan

manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang

bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerjanya.

f. Usia

Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir

seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula

daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang

diperoleh semakin membaik. Pada usia madya, individu akan

lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial

serta lebih banyak melakukun persiapan demi suksesnya upaya

menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu orang usia madya akan

lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk membaca.

Kemampuan intelektual, pemecahan masalah dan kemampuan verbal

dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini.

4. Pengukuran pengetahuan

Menurut Riwidikdo (2010), pengukuran pengetahuan dapat

dikategorikan menjadi :

a. Pengetahuan baik, bila (x) > mean + 1 SD


17

b. Pengetahuan cukup, bila mean – 1 SD £ x £ mean + 1 SD

c. Pengetahuan kurang, bila (x) < mean - 1 SD

B. Tinjauan Tentang Nifas

1. Pengertian masa nifas

Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta

samapai 6 minggu setelah melahirkan. masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta

dan berahir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan seperti sebelum

hamil yang berlangsung kira-kira 6 minggu (Marmi,2010).

Pada masa nifas perlu diberikan vitamin A untuk menaikkan jumlah

kandungan vitamin A dalam ASI.Selain bagi ibu vitamin A juga bermanfaat pada

bayi, karena pada masa nifas ibu menyusui bayinya sehingga secara tidak langsung

bayi pun juga memperolehnya.Manfaat vitamin A selain untuk meningkatkan daya

tahan tubuh dapat juga meningkatkan kelangsungan hidup anak serta membantu

pemulihan kesehatan ibu nifas yang erat kaitanya dengan anemia dan mengurangi

resiko buta senja pada ibu menyusui (Saleha,2009).

Vitamin A digunakan untuk pertumbuhan sel, jaringan, gigi dan tulang,

perkembangan syaraf penglihatan, meningkatkan daya tahan tubuh sebelum

infeksi. Vitamin A banyak terdapat pada kuning telur, hati, mentega, sayuran

berwarna hijau seperti daun singkong, daun katuk, sawi serta buah berwarna kuning

seperti wertel, tomat dan nangka (Ambarwati & Wulandari, 2010).

2. Proses dalam masa nifas

Menurut Saleha (2010), ada tiga proses penting dalam masa nifas yaitu:

a. Pengecilan rahim atau involusi

Rahim adalah organ tubuh yang spesifik dan unik karena dapat mengecil serta

membesar dengan menambah atau mengurangi jumlah selnya.Pada wanita yang


18

tidak hamil, berat rahim sekitar 30 gram dengan ukuran kurang lebih seperti

telur ayam. Selama kehamilan, rahim makin lama akan membesar. Setelah bayi

lahir, umumnya berat rahim menjadi sekitar 1000 gram dan dapat diraba kira-

kira setinggi 2 jari dibawah umbilicus. Setelah 1 minggu kemudian beratnya

berkurang menjadi sekitar 500 gram.Setelah 2 minggu beratnya sekitar 300

gram dan tidak dapat diraba lagi. Jadi secara alamiah rahim akan mengecil

perlahan-lahan kebentuk semula. Setelah 6 minggu beratnya sudah sekitar

40-60 gram.Pada saat ini dianggap bahwa masa nifas sudah selesai.

Tabel 2.1 Perubahan uterus masa nifas.

Berat Diameter
Involusi Uteri Tinggi Fundusuteri
Uterus Uterus
1000
Plasenta Lahir Setinggi Pusat 12,5 Cm
Gram
Pertengahan Pusat Dan
7 Hari (1 Minggu) 500 Gram 7,5 Cm
Simpisis
14 Hari (2 Minggu) Tidak Teraba 350 Gram 5 Cm
6 Minggu Normal 60 Gram 2,5 Cm
Sumber: Marmi (2012)

b. Kekentalan darah (Hemokosentrasi) kembali normal.

Selama hamil, darah ibu relatif lebih encer, karena cairan darah ibu banyak,

sementara sel darahnya berkurang.Oleh karena itu, selama hamil ibu perlu diberi

obat-obatan penambah darah, sehingga sel-sel darahnya bertambah dan

konsentrasi darah atau hemoglobinnya normal atau tidak terlalu rendah. Setelah

melahirkan, sistem sirkulasi darah ibu akan kembali seperti semula. Darah

kembali mengental, di mana kadar perbandingan sel darah dan cairan darah

kembali normal. Umumnya hal ini terjadi pada hari ke 3 sampai ke 15 pasca

persalinan.
19

c. Proses laktasi atau menyusui

Proses ini timbul setelah plasenta atau ari-ari lepas. Plasenta mengandung

hormon penghambat prolaktin (hormon plasenta) yang menghambat

pembentukan ASI.Setelah plasenta lepas, hormon plasenta itu tidak dihasilkan

lagi, sehingga terjadi produksi ASI.

3. Tahapan masa nifas

Menurut Marmi (2012), masa nifas terbagi menjadi tiga tahapan,yaitu:

a. Puerperiumdini

Suatu masa kepulihan dimana ibu diperbolehkan untuk berdiri dan berjalan-

jalan.

b. Puerperium intermedial

Suatu masa kepulihan menyeluruh dari organ-organ reproduksi selama kurang

lebih enam sampai delapan minggu.

c. Remote puerperium

Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali dalam keadaan sempurna

terutama ibu apabila ibu selama hamil atau waktu persalinan mengalami

komplikasi.

4. Kebutuhan masa nifas

Menurut Marmi (2012), ada 7 kebutuhan dasar masa nifas:

a. Ambulasi pada masa Nifas

Persalinan adalah proses yang melelahkan, itulah mengapa ibu

disarankan tidak langsung turun ranjang setelah melahirkan karena dapat

menyebabkan jatuh pinsan akibat sirkulasi darah yang belum berjalan baik. Ibu

harus cukup beristirahat, dimana ibu harus tidur terlentang selama 8 jam post

partum untuk mencegah perdarahan post partum. Setelah itu mobilisasi perlu
20

dilakukan agar tidak terjadi pembengkakan akibat tersumbatnya pembuluh darah

ibu. Mobilisasi hendaknya dilakukan secara bertahap. Dimulai dengan gerakan

miring kekanan dan kekiri. Pada hari kedua ibu telah dapat duduk, lalu pada hari

ketiga ibu telah dapat menggerakkan kaki yakni dengan jalan - jalan. Mobilisasi

ini tidak mutlak, bervariasi tergantung pada adanya komplikasi persalinan, nifas

dan sembuhnya luka.

b. Kebersihan diri atau perinium

Empat puluh minggu masa kehamilan telah terlewati dengan mulus.

Namun masih tetap menjalani proses yang tak kalah merepotkan, yakni

proses “pembersihan diri” alias masa nifas. Biasanya berlangsung 40 hari.

Tahap-tahap pada masa nifas ini vagina akan terus menerus mengeluarkan

darah. Biasanya darah tersebut mengandung trombosit, sel-sel tua, sel-sel mati

(nekrosis), serta sel-sel dinding rahim (endometrium), yang disebut lochea.

5. Ibu masa melahirkan akan mengalami empat tahapan perubahan lochea pada masa

nifas:

a. Merah segar(lochea rubra)

Tahapan ini akan berlangsung selama tiga hari pertama setelah melahirkan.

Darah pada tahapan pertama ini berpotensi mengandung banyak kuman

penyakit.

b. Merah dan berlendir (Lochea sanguinolenta)

Untuk tahapan kedua ini biasanya berlangsung selama satu hingga dua minggu.

c. Kuning kecoklatan lalu merah muda (lochea serosa)

Cairan yang berwarna seperti ini biasanya mulai keluar dua minggu hingga satu

bulan setelah melahirkan.

d. Kekuningan lalu bening (lochea alba)


21

Cairan ini keluar selama sekitar dua minggu, yakni dari minggu keempat sampai

minggu keenam. Bila lochea sudah berwarna bening tandanya masa nifas anda

berlangsung normal.

6. Istirahat

Masa nifas berkaitan dengan gangguan pola tidur, terutama segera setelah

melahirkan.Bagi orang dewasa butuh rata-rata 7-8 jam untuk tidur dan semakin

sedikit waktu yang dibutuhkan untuk tidur untuk orang semakin tua. Orang yang

sudah tua biasanya membutuhkan rata-rata 5-6 jam untuk tidur.

Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal antara lain

mengurangi jumlah ASI, memperlambat proses involusio uteri dan meningkatkan

perdarahan, menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan

dirinya sendiri.

7. Seksual

Ibu yang melahirkan boleh melakukan hubungan seksual kembali setelah 6

minggu persalinan. Batasan waktu 6 minggu didasarkan atas pemikiran pada masa

itu semua luka akibat persalinan, terutama luka bekas episiotomi dan section

cesarean (SC) biasanya telah sembuh dengan baik. Bila suatu persalinan di

pastikan tidak ada luka atau perobekan jaringan, hubungan seks boleh

dilakukan 3-4 minggu setelah proses melahirkan.

8. Eliminasi

Buang air kecil sendiri sebaiknya dilakukan secepatnya .Normalnya bila

dapat BAK spontan setiap 3-4 jam.Kesulitan BAK dapat disebabkan karena

springter uretra tertekan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi muskulo

spingter ani selama persalinan, atau dikarenakan odema kandung kemih selama

persalinan. Ibu diharapkan dapat BAB sekitar 3-4 hari post partum. Apabila
22

mengalami kesulitan BAB lakukan diet teratur, cukup cairan, konsumsi makanan

berserat, oleh raga, berikan obat rangsang per oral atau per rektal.

9. Senam nifas

Senam nifas adalah senam yang dilakukan oleh ibu setelah persalinan,

setelah keadaan ibu normal (pulih kembali). Senam nifas sebaiknya dilakukan dalam

24 jam setelah persalinan secara teratur setiap hari tetapi tidak semua ibu setelah

persalinan dapat melakukan senam nifas.Untuk ibu-ibu yang mengalami komplikasi

selama persalinan seperti jantung, ginjal, diabetes tentu tidak boleh

melakukan senam nifas. Senam nifas bermanfaat untuk mengembalikan keadaan

ibu agar kondisi ibu seperti sediakala sebelum hamil.

10. Nutrisi dan cairan

Nutrisi yang dikonsumsi ibu nifas harus bermutu tinggi, cukup kalori dan

bergizi. Ibu nifas memerlukan tambahan 500 kalori tiap hari, makanan diet

berimbang untuk mendapat protein, mineral dan vitamin yang cukup. Minum

sedikitnya 3 liter setiap hari, serta pil zat besi harus diminum untuk menambah zat

gizi setidaknya selama 40 hari pasca persalinan dan minum vitamin A (200.000 UI).

C. Tinjauan Tentang Vitamin A

1. Pengertian vitamin A

Vitamin A merupakan vitamin yang larut dalam lemak terdapat dalam

minyak ikan, keju, kuning telur, sayuran berwarna hijau dan kemerah-merahan

seperti wortel dan tomat. Vitamin A merupakan zat gizi penting yang larut dalam

lemak dan disimpan di dalam hati, tidak dapat dibuat oleh tubuh, sehingga harus

dipenuhi dari luar (essensial), berfungsi untuk penglihatan, pertumbuhan, dan

meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit (DepKes RI,2005).


23

Pada masa nifas perlu diberikan vitamin A untuk menaikkan jumlah

kandungan vitamin A dalam ASI. Selain bagi ibu vitamin A juga bermanfaat pada

bayi, karena pada masa nifas ibu menyusui bayinya sehingga secara tidak langsung

bayi pun juga memperolehnya. Manfaat vitamin A selain untuk meningkatkan daya

tahan tubuh dapat juga meningkatkan kelangsungan hidup anak serta membantu

pemulihan kesehatan ibu nifas yang erat kaitanya dengan anemia dan mengurangi

resiko buta senja pada ibu menyusui (Saleha, 2009).

2. Jenis-Jenis Vitamin A

Sebagian penduduk di dunia mengalami masalah kekurangan vitamin A, tak

terkecuali Indonesia. Padahal Vitamin A berperan penting dalam pertumbuhan dan

perkembangan anak, Vitamin A tidak hanya berguna untuk pembentukan dan

produksi sel darah merah tetapi juga untuk meningkatkan kekebalan tubuh. Lebih

lanjut lagi Vitamin A memiliki sifat anti oksidan yang membuatnya dapat

menangkal radikal bebas yang masuk kedalam tubuh.

Terdapat dua warna sediaan kapsul Vitamin A yakni:

a. Kapsul warna biru, yang memiliki kandungan 100.000 IU Vitamin Adan

diberikan untuk bayi berumur 6 - 11 bulan.

b. Kapsul warna merah,. Kapsul warna merah memiliki kandungan 200.000 IU

Vitamin A. Vitamin A kapsul merah diberikan pada dua kelompok, anak

berumur 12 – 59 bulan, serta ibu yang sedang dalam masa nifas (beeumur 0 – 42

hari setelah melahirkan.

Frekuensi pemberian vitamin berbeda pada masing-masing kategori usia. Bayi

berusia 6 - 11 bulan diberikan Vitamin A dengan dosis 100.000 IU sebanyak satu

kali dalam satu tahun, pada bulan Februari atau Agustus. Sedangkan anak balita
24

berusia 12 – 59 bulan diberikan Vitamin A dengan dosis 200.000 IU sebanyak dua

kali dalam satu tahun pada bulan Februari dan Agustus, (Almatsir, 2009).

3. Manfaat vitamin A

a. Bagi ibu

Pemberian kapsul vitamin A pada ibu nifas sangat berpengaruh untuk

meningkatkan kualitas vitamin A dan jumlah kandungan vitamin A dalam ASI.

Vitamin A juga berperan penting untuk memelihara kesehatan ibu selama

masa nifas, menaikkan konsentrasi serum retinol ibu, menurunkan penyakit

rabun senja serta menurunkan mortalitas yang berhubungan dengan kehamilan

hingga 40% (Keller,2004). Vitamin A juga dapat mempercepat penyembuhan

luka ibu setelah melahirkan (Almatsir, 2009).

b. Bagi bayi

Vitamin A telah diketahui dapat mencegah timbulnya komplikasi berat

pada penyakit yang biasa terjadi pada anak-anak seperti campak dan diare

serta berfungsi melindungi mata dari xeropthalmia dan buta senja.Beberapa

studi menunjukkan bahwa suplementasi vitamin A pada ibu nifas dapat

meningkatkan status vitamin A pada bayi selama 2 sampai 6 bulan.

Suplementasi Vitamin A merupakan salah satu intervensi program yang sudah di

kenal dapat meningkatkan kesehatan serta kelangsungan hidup anak usia pra

sekolah (Keller,2004).

Vitamin A digunakan untuk pertumbuhan sel, jaringan, gigi dan tulang,

perkembangan saraf penglihatan, meningkatkan daya tahan tubuh sebelum

infeksi (Ambarwati & Wulandari,2008).

4. Kekurangan Vitamin A

a. Pada ibu nifas


25

Pada ibu nifas kekurangan vitamin A dapat menyebabkan buta senja, anemia,

kekurangan berat badan, kurang gizi, meningkatnya resiko infeksi dan penyakit

reproduksi serta menurunkan kelangsungan hidup ibu hingga dua tahun setelah

melahirkan (Keller,2004).Selain itu kekurangan vitamin A menyebabkan kulit

menjadi kering dan kasar serta luka sukar sembuh (Almatsier, 2009).

b. Pada bayi

Pada bayi apabila terjadi kekurangan vitamin A dapat menyebabkan bayi buta

senja, perubahan pada kulit menjadi kering dan kasar, perubahan pada mata

menjadi xerosis konjungtiva, bercak bitot dan keratomalasia, gangguan

pertumbuhan, infeksi, keratinisasi sel rasa pada lidah (Departemen Gizi dan

Kesehatan mayarakat, 2011). Disamping itu kekurangan vitamin A dapat

meningkatkan resiko anak terhadap penyakit infeksi seperti penyakit saluran

pernafasan dan diare, meningkatkan angka kematian karena campak serta

menyebabkan keterlambatan pertumbuhan (Almatsier, 2009).

5. Tanda kekurangan vitamin A

Salah satu tanda khas apabila ibu kekurangan vitamin A adalah keratinisasi

konjungtiva mata atau ada selaput yang melapisi kelopak dan bola mata (Almatsier,

2009).

6. Waktu pemberian dan dosis Vitamin A untuk ibu nifas

Kapsul vitamin A merah (200.000 UI) diberikan pada masa nifas sebanyak 2 kali

yaitu, satu kapsul diberi segera setelah persalinan, dan satu kapsul yang kedua

diminum 24 jam sesudah pemberian kapsul yang pertama. Jika sampai 24 jam

setelah melahirkan ibu tidak mendapatkan vitamin A, maka dapat diberikan pada

kunjungan ibu nifas atau pada KN1 (6- 48 jam) atau saat imunisasi hepatitis B
26

(HB0) atau pada KN2 ( bayi berumur 3-7 hari) atau KN3 (bayi berumur 8-28 hari)

(Depkes RI, 2009).

7. Faktor- faktor yang menyebabkan kekurangan vitamin A

Kekurangan vitamin A dapat disebabkan beberapa faktor antara lain konsumsi

vitamin A yang rendah, gangguan dalam proses penyerapan dalam usus halus,

gangguan dalam proses penyimpanan di hati (Muchtadi, 2009). Selain itu banyak

ibu maupun petugas kesehatan yang tidak tahu mengenai program pemerintah

tentang pemberian kapsul vitamin A pada ibu nifas, dan pengetahuan mengapa

kapsul vitamin A harus diberikan, masih sangat kurang (Keller, 2004). Ketersediaan

kapsul vitamin A tidak mendukung terlaksananya pemberian kapsul vitamin A

untuk ibu nifas karena pengetahuan penolong tentang pemberian kapsul vitamin A

masih sangat kurang (Naibaho, 2011). Kekurangan vitamin A pada ibu nifas dapat

menyebabkan anemia serta menurunkan kelangsungan hidup ibu hingga dua tahun

setelah melahirkan (Keller, 2004).

8. Cara menanggulangi kekurangan Vitamin A pada ibu nifas

Kekurangan vitamin A (KVA) dapat ditanggulangi dengan berbagai cara, seperti

fortifikasi berbagai produk makanan, peningkatan ketersediaan dan konsumsi

makanan yang mengandung vitamin A melalui pemanfaatan pekarangan,

pemberikan vitamin A serta menggalangkan promosi sumber makanan-makanan

yang mengandung vitamin A (Keller, 2004).

9. Sumber vitamin A

Sumber vitamin A dapat diperoleh dari hati, kuning telur, ayam, ikan sarden, minyak

ikan, minyak kelapa sawit, minyak hati ikan hiu, susu, mentega, keju serta sayuran

berwarna hijau tuaseperti daun singkong, daun kacang, kangkung, daun pepaya,

daun talas, daun melinjo, daun katuk, sawi, ubi jalar merah, bayam, kacang
27

panjang, buncis serta buah- buahan yang berwarna kuning jingga seperti wortel,

tomat, semangka, pepaya, mangga, nangka dan jeruk (Almatsier, 2009).

10. Angka kecukupan vitamin A

Angka kecukupan vitamin A yang di anjurkan untuk berbagai golongan umur dan

jenis kelamin untuk Indonesia

Tabel 2.2 Angka kecukupan vitamin A

Golongan AKA * Golongan AKA*


Umur (UI) Umur (UI)
0 – 6 bl 375 Wanita:
7 – 11 bl 400 10 – 12 th 600
1 – 3 th 400 13 – 15 th 600
4 – 6 th 450 16 – 18 th 600
7 – 9 th 500 19 – 29 th 500
30 – 49 500
Pria: 50 – 64 500
10 – 12 th 600 ≥ 65 th 500
13 – 15 th 600
16 – 18 th 600 Hamil: + 300
19 – 29 th 600
30 – 49 600 Menyusui:
50 – 64 600 0 – 6 bl + 350
≥ 65 th 600 7 – 12 bl + 350
Sumber : Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi, 2004.
28

a. Kerangka Teori

Tingkat Pengetahuan
yang Mempengaruhi :
1. Tahu (know)
2. Memahami
(Comprehensi) Vitamin A :
1. Pengertian Vitamin A
3. Aplikasi (Application)
2. Manfaat Vitamin A
4. Analisis (Analysis)
3. Kekurangan Vitamin A
5. Sintesis (Synthesis)
4. Waktu pemberian dan
6. Evaluasi (Evaluasion)
Nifas: dosis Vitamin A untuk
1. Pengertian Nifas Ibu nifas
2. Proses Dalam 5. Faktor – faktor yang
Pengetauhan
Masa Nifas meyebabkan kekurangan
3. Tahapan Masa vitamin A
Nifas 6. Cara menanggulangi
4. Kebutuhan Masa kekurangan vitamin A
Definisi Pengetahuan :
Nifas untuk ibu nifas
1. Tingkat Pengetahuan
2. Cara Memperoleh 7. Sumber vitamin A

Tingkat Pengetahuan 8. Angka kecukupan

3. Faktor - Faktor yang vitamin A

Mempengaruhi
Pengetahuan

Gambar 2.1 Kerangka teori (Sumber, Modifikasi Notoadmojo (2010))


30

b. Kerangka Konsep

Pemberian Vitamin A pada


Tingkat pengetahuan Ibu Ibu nifas

Variable Indevenden Variabel Devenden

Gambar 2.2 Skema Kerangka Konsep

c. Hipotesis

Ho : Tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu terhadap pemberian Vitamin

A pada ibu Nifas.

Ha : Ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu terhadap pemberian Vitamin A

pada ibu Nifas .


31

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik dengan rancangan

cross sectional study (potong lintang). Metode cross sectional adalah suatu penelitian

untuk mempelajari antara faktor resiko dengan efek, dimana variabel dependen dan

variabel independen diobservasi atau pengumpulan data sekaligus dalam suatu saat

(Sastroasmoro, 2008).

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Wilayah kerja Puskesmas Motaha Kec.

Angata Kabupaten Konawe Selatan pada tanggal,bulan Mey 2017.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang akan di teliti

(Notoatmodjo, 2005). Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu nifas yang

berada di wilayah kerja Puskesmas Motaha Kec. Angata Kabupaten Konawe

Selatan pada bulan Januari - April 2017 sebanyak 37 orang ibu nifas.

2. Sampel

Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh

populasi (Notoatmodjo, 2012). Menurut Arikunto (2010), apabila jumlah populasi

yang kurang dari 100 diambil semuanya, tetapi jika lebih dari 100 dapat diambil 20-

30 % atau lebih dari jumlah populasi, apabila populasi besar maka dapat diambil

10-15% atau 20-25% sampel atau lebih. pada penelitian ini jumlah sampelnya

diambil 37 ibu nifas.

31
32

D. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

Definisi Cara Alat Skala


Variabel Hasil Ukur
Operasional ukur Ukur Ukur
1 2 3 4 5 6
Variabel
Dependent:
Pemberian Pemberian Wawancara Kuesioner 1. Tahu : Nominal
vitamin A ibu kapsul vitamin A Jika ibu nifas tahu :
untuk ibu nifas a. Pengertian vitamin
Nifas setelah masa
persalinan dan A
memiliki b. Manfaat vitamin A
manfaat penting c. Kekurangan
bagi ibu Vitamin A
d. Tanda kekurangan
dan bayi yang Vitamin A
disusuinya, selain e. Waktu dan
untuk pemberian dan
meningkatkan daya dosis vitamin A
f. Faktor-faktor yang
tahan tubuh, mempengaruhi
meningkatkan kekurangan
kelangsungan vitamin A
hidup anak juga g. Cara
menanggulangi
dapat membantu kekurangan
pemulihan vitamin A
kesehatan ibu h. Sumber vitamin A
i. Angka kecukupan
vitamin A.
2. Tidak tahu : jika ibu
tidak dapat
menjelaskan tentang
pemberian kapsul
vitamin A untuk ibu
nifas
Variabel
Independe:
Pengetahuan Adalah Wawancara Kuesioner 1. Baik jika skor nilai Ordinal
kemampuan ibu 76%-100%.
menjawab dengan 2. Cukup jika skor nilai
benar pertanyaan 50%-75%.
tentang 3. Kurang jika skor nilai
pemberian <50%.
Vitamin A Ibu
Nifas (pengertian
ibu nifas, dan
manfaat Vitamin
A untuk ibu
Nifas).
33

E. Instrument Penelitian

Alat ukur yang digunakan untuk pengumpulan data pada penelitian ini adalah

kuesioner. Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk

memperoleh informasi dari ibu nifas.

F. Pengumpulan Data

1. Data primer

Data primer diperoleh dengan menggunakan lembar kuesioner dan

wawancara langsung, yang berisi daftar pertanyaan berstruktur yang dibuat dengan

mengacu pada kerangka konsep.

2. Data sekunder

Data sekunder diperoleh dari hasil pencatatan dan pelaporan Puskesmas

Motaha Kec. Angata Kab. Konawe Selatan.

G. Pengolahan dan Analisa Data

1. Pengolahan Data

Sebelum dilakukan pengolahan data, variabel penelitian diberikan skor

dengan bobot jawaban pada tiap pilihan jawaban dari pernyataan yang disediakan.

Pengolahan data yang dilakukan dengan menggunakan komputer program SPSS

(Statistical Package for Sosial Science) Versi 16.0. Pengolahan dilakukan dengan

tahap sebagai berikut:

a. Mengedit (Editing)

Melakukan pemeriksaan terhadap kelengkapan dan kejelasan jawaban

kuesioner dan penyesuaian data yang diperoleh dengan kebutuhan penelitian,

hal ini dilakukan di lapangan sehingga apabila terdapat data yang meragukan

ataupun salah maka akan dijelaskan lagi ke responden.


34

b. Pengkodean (Coding)

Mengkode data merupakan kegiatan mengklasifikasikan data memberi

kode untuk masing-masing kelas terhadap data yang diperoleh dan sumber data

yang telah diperiksa kelengkapannya.

c. Memasukkan Data (Processing)

Proses memasukan data penelitian kedalam komputer untuk dilakukan

pengolahan data dengan menggunakan program SPSS (Statistikal and Service

Solution).

Misalnya :

Memasukkan jawaban-jawaban dari pertanyaan kuesioner tingkat

pengetahuan ibu dalam bentuk kode atau huruf. Jika jawaban ya, dimasukkan

kode angka “1” dan jika jawaban tidak dimasukkan kode angka “0”.

c. Skoring

Yaitu tahapan yang dilakukan dengan memberikan skor berdasarkan

jawaban responden.

Misalnya :

Benar diberi nilai 1 dan salah, diberi nilai 0.

d. Pembersihan Data (Cleaning)

Merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang dimasukan dilakukan

bila terdapat kesalahan dalam memasukan data yaitu dengan melihat distribusi

frekuensi dari variabel-variabel yang diteliti.

e. Tabulating

Yaitu kegiatan memasukkan data-data hasil penelitian kedalam tabel-tabel

sesuai kriteria.
35

2. Analisa Data

Analisa data dalam penelitian ini dilakukan dalam 2 tahapan sebagai berikut:

a. Analisis Univariabel

Untuk mengetahui gambaran karakteristik data dan masing-masing

variabel yang diteliti dan disajikan secara deskriptif dengan menggunakan tabel

distribusi frekuensi dan persentase masing-masing kelompok. Variabel yang

dilihat meliputi: pemberian Vitamin A ibu Nifas, tingkat pengetahuan ibu.

b. Analisis Bivariabel

Untuk mengidentifikasi hubungan antara variabel bebas (pengetahuan ibu)

dengan variabel terikat (pemberian Vitamin A pada ibu Nifas). Uji statistik yang

digunakan Chi-Square (x2) dan Ratio Prevalence (RP), dengan Confidence

Interval (CI) 95%, tingkat kemaknaan sebesar p<0,05.

H. Penyajian Data

Data dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi

berdasarkan variabel yang diteliti dan tabel 2x2 disertai dengan penjelasan dalam

bentuk narasi.
36

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Ambarwati, E.R, Wulandari, D. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Edisi 5 : Yogjakarta. Nuha
Medika.

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi V. Jakarta
: Rineka Cipta.

Depertemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat. 2011. Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta
: Rajawali Pers.

Depkes RI. 2005. Vitamin A. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Pusat
Penelitian Kesehatan.

Depkes RI. 2009. Panduan Menejemen Suplementasi Vitamin A. Jakarta : Depertemen


Kesehatan RI.

Depkes, 2011. Target MDGs Bidang Kesehatan. http://www//1456-depkes-target- mdgs-


bidang-kesehatan.html.

Dinkes jateng. 2011. profil kesehatan provinsi jawa tengah tahun 2011. Jawa tengah:
bidang kesehatan.

Efendi. 2009. Pengetahuan Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi, diakses


http://forbetterhealth.wordpress.com. 23 Feberuari 2012.

Hidayat, A. A. 2007. Metode Penelitian Kebidanan : Teknik Analisis Data. Jakarta:


Salemba Medika.

Keller, H. 2004. Buletin Kesehatan & Gizi. Helen kaller international. Indonesia. Manuaba,
I.A.C, 2007. Ilmu Kebidanan penyakit Kandungan dan KB untuk pendidikan
Bidan.

Marmi. 2012. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas “peurperium care“ : Yogyakarta. Pustaka
Pelajar.

Mahfoed, I. 2007. Metodologi Penelitian bidang kesehatan keperawatan dan kebidanan.


Yogyakarta : fitramaya

Muchtadi, D. 2009. Pengantar Ilmu Gizi. Bandung : Alfabeta.

Naibaho. 2011. Hubungan Pemberian Kapsul Vitamin A Untuk Ibu Nifas Oleh Penolong
Persalinan Di Wilayah Kerja Puskesman Porian Kecamatan Tapian Nauli Kabupaten
TapanuliTtengah : www. Garudadikti.com

Notoatmodjo, S. 2007. Kesehatan Masyarakat: Ilmu dan Seni. Jakarta : Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

36
37

Riwidikdo, H. 2010. Statistik kesehatan. Yogyakarta : Mitra Cendikia Press. Saleha, S. 2009.
Asuhan Kebidanan pada masa nifas. Jakarta: Salemba Medika
38

DAFTAR ISI
Hal.

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... I

HALAMAN PERSETUJUAN…………………………………………………. ii

HALAMAN PENGESAHAN........................................................................... iii

DAFTAR ISI...................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………… 1

A. Latar belakang……………………………………………………………… 1

B. Rumusan masalah………………………………………………………….. 3

C. Tujuan penelitian…………………………….……………………………... 4

D. Manfaat penelitian…………………………………………………………. 4

E. Keaslian Penelitian………………………………………………………… 5

F. Sistematika Penulisan……………………………………………………… 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA………..……………………………………. 8

A. Kajian Teori……………………………………………………………….. 8

1. Pengetahuan ……………………………….…………………………… 8

2. Nifas………….………………………………………….………….…. 17

3. Vitamin A……………………………..……………………………….. 23

B. Kerangka Teori……...………………..……….…………………………… 29

C. Kerangka Konsep………………………………………………………….. 30

BAB III METODE PENELITIAN…………….….………………………… 31

A. Jenis Penelitian………………………………….…………………………. 31

B. Lokasi dan Waktu penelitian…………………….………………………… 31

C. Populasi, Sampel dan teknik pengambilan sampel……………………….. 31

D. Variable Penelitian………………………………………………………… 32

IV
39

E. Definisi Operasional…………………………………………………………. 32

F. Instrument penelitian…………………..….………………………………… 33

G. Jenis Pengumpulan Data………….………………………………………… 35

H. Metode Pengolahan dan Analisis Data……………………………………… 36

I. Etika Penelitian……………………………..….…………………………… 38

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
40

PROPOSAL PENELITIAN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN


PEMBERIAN VITAMIN A IBU NIFAS DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS MOTAHA KEC. ANGATA
KABUPATEN KONAWE SELATAN
TAHUN 2017

OLEH

PUTRIANI
AK. 214.069

YAYASAN PENDIDIKAN KONAWE


AKADEMI KEBIDANAN
2017
41
42

BAB III eror

METODOLOGI PENELTIAN

A. Jenis Penelitian

Ditinjau dari tujuan penelitian yang akan dicapai, penelitian ini menggunakan

penelitian deskriptif kuantitatif. Menurut Notoatmodjo (2005), yaitu suatu penelitian

yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau diskripsi suatu

keadaan secara objektif. Metode ini digunakan untuk memecahkan atau menjawab

permasalahan yang sedamg dihadapi pada situasi sekarang. Penelitian kuantitaif adalah

penelitian yang hasilnya berbentuk angka atau data yang diangkakan (Notoatmojo,

2010). Penelitian ini mengambarkan tentang hubungan tingkat pengetahuan ibu

mengenai pemberian vitamin A pada ibu Nifas.

B. Lokasi dan waktu Penelitian

1. Lokasi

Lokasi adalah tempat yang digunakan untuk pengambilan data selama

kasus berlangsung (Notoatmodjo, 2007). Penelitian ini akan di laksanakan di

wilayah kerja Puskesmas Motaha Kec. Angata Kab. Konawe Selatan.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian adalah jangka waktu yang dibutuhkan penulis untuk

memperoleh data penelitian yang dilakukan (Notoatmodjo, 2007). Penelitian ini

a k a n dilakukan pada bulan Mei tahun 2017

C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian (Notoatmodjo, 2010). Populasi

yang diteliti adalah seluruh ibu nifas yang ada di wilayah kerja Pukesmas

31
43

Motaha Kec. Angata Sebanyak 37 orang ibu nifas periode bulan Januari sampai

Maret 2017.

2. Sampel

Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh

populasi (Notoatmodjo, 2012). Menurut Arikunto (2010), apabila jumlah populasi

yang kurang dari 100 diambil semuanya, tetapi jika lebih dari 100 dapat diambil 20-

30 % atau lebih dari jumlah populasi, apabila populasi besar maka dapat diambil

10-15% atau 20-25% sampel atau lebih. pada penelitian ini jumlah sampelnya

diambil 37 ibu nifas.

3. Teknik pengambilan sampel

Teknik pengambilan sampel adalah suatu proses seleksi sampel yang

digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah sampel

akan mewakili keseluruhan populasi yang ada (Hidayat, 2007). Teknik sampling

yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan total sampling. Menurut

Hidayat (2007), teknik total sampling yaitu cara pengambilan sampel dengan

mengambil semua anggota populasi menjadi sampel.

D. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal

tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012). Dalam penelitian hanya

menggunakan variabel tunggal yaitu tingkat pengetahuan ibu mengenai pemberian

vitamin A pada ibu nifas.

E. Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan definisi yang membatasi ruang lingkup atau

pengertian variabel-variabel yang diamati atau diteliti (Notoatmodjo, 2007).


44

Tabel 3.2
Definisi Operasional

Definisi Alat
Variabel Indikator Skala
Operasional ukur
Tingkat Kemampuan ibu - Baik : (x) > mean +
pengetahuan ibu untuk menjawab 1 SD
mengenai kuisioner tentang - Cukup : mean – SD Kuisioner Ordinal
pemberian pemberian vitamin ≤ x ≤ mean + 1 SD
Vitamin A pada A pada ibu nifas - Kurang : (x) < mean
Ibu Nifas – 1 SD

(Riwidikdo, 2010)

F. Instrumen Penelitian

Alat yang dipergunakan dalam pengumpulan data penelitian ini adalah

kuisioner yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh

informasi dari responden dalam laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang

diketahuinya (Hidayat, 2010).

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu mengenai pemberian vitamin A pada

ibu nifas, dalam penelitian ini kuesioner yang digunakan adalah kuesioner tertutup yaitu

pertanyaan yang membatasi atau menutup pilihan-pilihan yang tersedia bagi responden,

jawaban sudah disediakan sehingga responden tinggal memilih (Arikunto, 2010).

Kuesioner diambil dari sejumlah teori tentang Vitamin A pada ibu nifas

Kuesioner ini menggunakan alternatif jawaban “benar” atau “salah”. Dalam kuesioner

terdapat pernyataan positif (favourable) dan pernyataan negative (unfavourable)

kriteria untuk pernyataan positif/favourable dan kriteria untuk pernyataan

negatif/unfavourable. Dimana pernyataan dengan kriteria positif skor 1 untuk jawaban

benar dan skor 0 bila jawaban salah. Sedangkan untuk pernyataan negatif skor 0 untuk

jawaban benar dan skor 1 untuk jawaban salah. Kuesioner diisi dengan memberikan

tanda centang (√) pada lembar yang telah disediakan.


45

Tabel 3.1. Kisi-kisi Kuesioner

Variabel Sub variable Pernyataan Jumlah


Favourable Unfavourable soal
Tingkat 1. Pengertian vitamin A 1,3 2 3
Pengetauhan 2. Manfaat vitamin A 5,7 4,6 4
Ibu 3. Kekurangan Vitamin A 10 5
Mengenai 4. Tanda kekurangan Vitamin 8, 9,11,12. 14 3
pemberian A 13,15
Vitamin A 5. Waktu dan pemberian dan
pada ibu dosis vitamin A 17,18,19 16,20 5
nifas 6. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kekurangan
vitamin A 21,23 22 3
7. Cara menanggulangi 24,25 26 3
kekurangan vitamin A
8. Sumber vitamin A 27 28 2
9. Angka kecukupan vitamin 29 30 2
A
Jumlah 30

Sebelum kuesioner di berikan kepada responden, kuesioner di uji validitas dan

reliabilitasnya terlebih dahulu dengan karakteristik yang sejenis di luar lokasi

penelitian.

1. Uji Validitas

Uji validitas untuk mengetahui apakah alat ukur tersebut valid, valid

artinya ketepatan mengukur atau alat ukur tersebut tepat untuk mengukur sebuah

variabel yang akan di ukur (Riwidikdo, 2010). Sebuah instrumen dikatakan valid

apabila mampu mengukur apa yang seharusnya hendak diukur. Instrumen

dikatakan valid atau sahih jika r hitung > r tabel dengan nilai signifikan (p) < 0,05

jadi instrument di katakana valid apabila 0,361 > 0,344 (Riwidikdo, 2013).

Rumus pearson product moment :

Keterangan :

N : Jumlah responden
46

r : Koefisien korelasi product moment

X : Skor pertanyaan

Y : Skor total

XY : Skor pertanyaan dikalikan skor total


2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah kegiatan alat ukur artinya konsistensi alat ukur, alat ukur

digunakan saat ini pada waktu dan tempat tertentu akan sama bila digunakan pada

waktu dant tempat yang berbeda (Riwidikdo, 2010).

Untuk menguji reliabilitas instrumen digunakan rumus Alpha chronbach

dengan bantuan program SPSS for window. Instrumen dikatakan reliabel

bila nilai alpha cronbach’s, > 0,7 (Riwidikdo, 2010). Rumus Alpha chronbach

adalah sebagai berikut:

r11 =

Keterangan:

r11 = Reliabilitas Instrument

k = Banyaknya butir pertannyaan atau banyaknya soal

ΣSi² = Jumlah varian butir

Si² = Varians total

G. Teknik Pengumpulan data

Cara pengumpulan data dilakukan dengan cara memberikan lembaran

pertanyaan persetujuan dan membagikan kuesioner pada ibu nifas di wilayah kerja

Puskesmas Motaha Kec. Angata kemudian menjelaskan tentang cara pengisiannya.

Responden disuruh mengisi kuesioner sampai selesai dan kuesioner diambil saat itu

juga oleh peneliti. Data yang diperoleh terdiri dari:


47

b. Data Primer

Data primer diperoleh secara langsung dari sumbernya atau objek

penelitian oleh peneliti perorangan atau organisasi (Riwidikdo, 2010). Dalam

penelitian ini data primer didapatkan dari pengisian kuesioner tingkat pengetahuan

ibu nifas mengenai pemberian vitamin A pada ibu nifas di wilayah kerja Puskesmas

Motaha Kec. Angata Kab. Konawe Selatan

c. Data Sekunder

Data Sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari objek

penelitian (Riwidikdo, 2010). Data sekunder didapat dari di Puskesmas Motaha

Kec. Angata Kab. Konawe Selatan yang berupa data jumlah ibu nifas dari bulan

Januari sampai Maret 2017

H. Metode Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan Data

Setelah data terkumpul, maka langkah yang dilakukan berikutnya adalah

pengolahan data. Proses pengolahan data menurut Notoatmodjo (2012), adalah :

d. Editing

Hasil wawancara, angket atau pengamatan dari lapangan harus dilakukan

penyuntingan (editing) terlebih dahulu. Secara umum editing adalah kegiatan

untuk pengecekan dan perbaikan isian formulir atau kuesioner. Apabila ada

jawaban-jawaban yang belum lengkap, kalau memungkinkan perlu dilakukan

pengambilan data ulang untuk melengkapi jawaban-jawaban tersebut.

e. Coding

Setelah semua kuesioner diedit atau disunting, selanjutnya dilakukan

peng”kodean” atau “coding”, yakni mengubah data berbentuk kalimat atau

huruf menjadi data angka atau bilangan.


48

f. Memasukkan Data (Data Entry) atau Processing

Jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang dalam bentuk

“kode” (angka atau huruf) dimasukkan kedalam program atau “software”

komputer. Software komputer ini bermacam-macam, masing-masing

mempunyai kelebihan dan kekurangannya. Salah satu paket program yang

paling sering digunakan untuk “entri data” penelitian adalah paket program

SPSS for Window.

g. Pembersihan Data (Cleaning)

Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai

dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan-kemungkinan

adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan sebagainya, kemudian

dilakukan pembetulan atau koreksi.

h. Analisis Data

Menurut Notoatmodjo (2012), ada 3 jenis analisis data yaitu univariate,

bevariate dan multivariate. Analisis data dalam penelitian ini manggunakan

analisis univariate, yaitu pengolahan hasil data yang bertujuan untuk

menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian.

Dalam penelitian ini menggunakan analisis univariate yang mendeskripsikan

pengetahuan responden tentang tingkat pengetahuan ibu mengetani pemberian

Vitamin A pada ibu nifas di wilayah kerja Puskesmas Motaha Kec. Angata

Menurut Riwidikdo (2013), untuk mendeskripsikan tingkat pengetahuan,

maka digunakan perhitungan sebagai berikut :

a. Baik, bila nilai responden yang diperoleh (x) > mean + 1 SD

b. Cukup, bila nilai mean – 1 SD ≤ x ≤ mean + 1 SD

c. Kurang, bila nilai responden yang diperoleh (x) < mean – 1 SD


49

Menurut Riwidikdo (2010), untuk mencari rata-rata (mean) diperoleh dengan

rumus :

χ=

χi : Nilai dari data

n : Jumlah data

Menurut Riwidikdo (2010), untuk mencari SD (standar deviasi) yaitu dengan

rumus :

SD =

Keterangan :

SD : Standart Deviation

Χi : Nilai responden

n : Jumlah responden

Sedangkan rumus prosentase (Riwidikdo, 2010) adalah sebagai berikut : Skor

Prosentase = x 100%

I. Etika Penelitian

Setelah mendapatkan persetujuan, peneliti mulai melakukan penelitian dengan

memperhatikan masalah etika menurut Hidayat (2007), meliputi:

1. Informed Consent (lembar persetujuan menjadi responden)

Sebelum lembar persetujuan diberikan pada subyek penelitian.Peneliti

menjelaskan maksud dan tujuan penelitian yang akan dilakukan serta manfaat

yang dilakukan penelitian. Setelah dilakukan penjelasan, lembar persetujuan

diberikan kepada subyek penelitian. Jika subyek penelitian bersedia diteliti maka

mereka harus menandatangani lembar persetujuan, namun jika subyek penelitian


50

menolak untuk diteliti penelititi tidak akan memaksa dan tetap menghormati

haknya.

2. Anonimity (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan subyek penelitian, peneliti tidak

mencantumkan namanya pada lembar pengumpulan data, cukup dengan inisial

dan memberi nomer pada masing-masing lembar tersebut.

3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Kerahasiaan semua informasi yang diperoleh dari subyek penelitian

dijamin oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu saja yang akan di sajikan

atau dilaporkan pada hasil penelitian


51

You might also like