Professional Documents
Culture Documents
A. KONSEP MEDIS
1. Definisi
yang melekat ke struktur utama dan sering kali digunakan untuk merujuk pada
panjangnya bervariasi mulai dari 7 sampai 15 cm, dan berdiameter sekitar 1 cm.
Batasan apendisitis akut adalah apendisitis dengan onset akut yang memerlukan
intervensi bedah, ditandai dengan nyeri di abdomen kuadran bawah dengan nyeri
tekan lokal dan nyeri alih, spasme otot yang ada di atasnya, dan hiperestesia
(http://jkb.ub.ac.id/index.php/jkb/article/download/504/408JurnalKedokteran
dengan beberapa faktor seperti usia, jenis kelamin, ras/etnik dan teori klasik diet
penyebab yang jelas, setelah obstruksi apendiks oleh feses atau akibat
2. Etiologi
Apendisitis belum ada penyebab yang pasti atau spesifik tetapi ada factor
prediposisi yaitu:
a. Factor yang tersering adalah obstruksi lumen. Pada umumnya obstruksi ini
terjadi karena:
b. Infeksi kuman dari colon yang paling sering adalah E. Coli dan Streptococcus
c. Laki-laki lebih banyak dari wanita. Yang terbanyak pada umur 15-30 tahun
3. Klasifikasi
a. Apendisitis akut
Apendisitis akut adalah : radang pada jaringan apendiks. Apendisitis
akut pada dasarnya adalah obstruksi lumen yang selanjutnya akan diikuti
2) Fekalit
3) Benda asing
4) Tumor.
diproduksi tidak dapat keluar dari apendiks, hal ini semakin meningkatkan
nyeri pada gerak aktif dan pasif. Nyeri dan defans muskuler dapat terjadi
c. Apendisitis kronik
semua syarat: riwayat nyeri perut kanan bawah lebih dari dua minggu,
jaringan parut dan ulkus lama dimukosa, dan infiltrasi sel inflamasi kronik.
d. Apendissitis rekurens
nyeri berulang di perut kanan bawah yang mendorong dilakukan apeomi dan
tidak perna kembali ke bentuk aslinya karena terjadi fribosis dan jaringan
patologik.
berupa jaringan fibrosa. Jika isi lumen steril, musin akan tertimbun tanpa
Penderita sering datang dengan eluhan ringan berupa rasa tidak enak
kanan. Suatu saat bila terjadi infeksi, akan timbul tanda apendisitis akut.
f. Tumor Apendiks
kanan yang akan memberi harapan hidup yang jauh lebih baik dibanding
hanya apendektomi.
g. Karsinoid Apendiks
sesak napas karena spasme bronkus, dan diare ynag hanya ditemukan pada
pangkal tidak bebas tumor, dilakukan operasi ulang reseksi ileosekal atau
hemikolektomi kanan
4. Patofisiologi
hiperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis akibat
ulserasi mukosa. Pada saat inilah terjadi terjadi apendisitis akut fokal yang
Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal
tersebut akan menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan
Bila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks
yang diikuti dengan gangren. Stadium ini disebut dengan apendisitis gangrenosa.
Bila dinding yang telah rapuh itu pecah, akan terjadi apendisitis perforasi.
Bila semua proses di atas berjalan lambat, omentum dan usus yang
berdekatan akan bergerak ke arah apendiks hingga timbul suatu massa lokal
abses atau menghilang. Pada anak-anak, karena omentum lebih pendek dan
apediks lebih panjang, dinding apendiks lebih tipis. Keadaan tersebut ditambah
dengan daya tahan tubuh yang masih kurang memudahkan terjadinya perforasi.
Sedangkan pada orang tua perforasi mudah terjadi karena telah ada gangguan
5. Manifestasi Klinik
a. Nyeri kuadran bawah terasa dan biasanya disertai dengan demam ringan,
g. Nyeri kemih, jika ujung appendiks berada di dekat kandung kemih atau
ureter.
i. Tanda Rovsing dengan melakukan palpasi kuadran kiri bawah yang secara
6. Komplikasi
keterlambatan dapat berasal dari penderita dan tenaga medis. Faktor penderita
sering pada anak kecil dan orang tua. Komplikasi 93% terjadi pada anak-anak di
bawah 2 tahun dan 40-75% pada orang tua. CFR komplikasi 2-5%, 10-15%
terjadi pada anak-anak dan orang tua.43 Anak-anak memiliki dinding appendiks
yang masih tipis, omentum lebih pendek dan belum berkembang sempurna
a. Abses
massa lunak di kuadran kanan bawah atau daerah pelvis. Massa ini mula-
pus. Hal ini terjadi bila Apendisitis gangren atau mikroperforasi ditutupi
oleh omentum
b. Perforasi
diketahui praoperatif pada 70% kasus dengan gambaran klinis yang timbul
lebih dari 36 jam sejak sakit, panas lebih dari 38,50C, tampak toksik, nyeri
menyebabkan peritonitis.
c. Peritononitis
berbahaya yang dapat terjadi dalam bentuk akut maupun kronis. Bila infeksi
sakit perut yang semakin hebat, muntah, nyeri abdomen, demam, dan
leukositosis.
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
ditemukan jumlah serum yang meningkat. CRP adalah salah satu komponen
protein fase akut yang akan meningkat 4-6 jam setelah terjadinya proses
serta adanya pelebaran sekum. Tingkat akurasi USG 90-94% dengan angka
8. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada penderita Apendisitis meliputi
a. Penanggulangan konservatif
b. Operasi
c. Pencegahan Tersier
intra-abdomen.
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
menjalar ke perut kanan bawah. Timbul keluhan Nyeri perut kanan bawah
menerus, dapat hilang atau timbul nyeri dalam waktu yang lama. Keluhan
yang menyertai biasanya klien mengeluh rasa mual dan muntah, panas.
ringan/sedang/berat.
2) Sirkulasi : Takikardia
4) Aktivitas/istirahat : Malaise.
duduk tegak
11) Pada pemeriksaan rektal toucher akan teraba benjolan dan penderita
2. Diagnosa Keperawatan
a. Pre operasi
peritaltik.
b. Post operasi
1) Nyeri berhubungan dengan agen injuri fisik (luka insisi post operasi
appenditomi).
pembedahan).
PRE OPERASI
DIAGNOSA
NO NOC NIC RASIONAL
KEPERAWATAN
1. Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji tingkat nyeri, lokasi 1. Untuk mengetahui sejauh mana
berhubungan dengan keperawatan, diharapkan nyeri dan karasteristik nyeri. tingkat nyeri dan merupakan
agen injuri biologi klien berkurang dengan kriteria indiaktor secara dini untuk dapat
(distensi jaringan hasil: memberikan tindakan selanjutnya
intestinal oleh 1. Klien mampu mengontrol 2. Jelaskan pada pasien 2. informasi yang tepat dapat
inflamasi) nyeri (tahu penyebab nyeri, tentang penyebab nyeri menurunkan tingkat kecemasan
mampu menggunakan pasien dan menambah
tehnik pengetahuan pasien tentang nyeri.
nonfarmakologi untuk men 3. Ajarkan tehnik untuk 3. Napas dalam dapat menghirup O2
gurangi nyeri, mencari pernafasan diafragmatik secara adequate sehingga otot-
bantuan) lambat / napas dalam otot menjadi relaksasi sehingga
2. Melaporkan bahwa nyeri dapat mengurangi rasa nyeri.
berkurang dengan menggu 4. Berikan aktivitas hiburan 4. meningkatkan relaksasi dan
nakan manajemen nyeri (ngobrol dengan anggota dapat meningkatkan kemampuan
3. Tanda vital dalam rentang keluarga) kooping.
normal TD (systole 110- 5. Observasi tanda-tanda 5. deteksi dini terhadap
130mmHg, diastole 70- vital perkembangan kesehatan pasien.
90mmHg), HR(60- 6. Kolaborasi dengan tim 6. Sebagai profilaksis untuk dapat
100x/menit), RR (16- medis dalam pemberian menghilangkan rasa nyeri.
24x/menit), suhu (36,5- analgetik
37,50C)
4. Klien tampak rileks
mampu tidur/istirahat
2. Perubahan pola Setelah dilakukan asuhan 1. Pastikan kebiasaan 1. Membantu dalam pembentukan
eliminasi (konstipasi) keperawatan, diharapkan defekasi klien dan gaya jadwal irigasi efektif
berhubungan dengan konstipasi klien teratasi dengan hidup sebelumnya.
penurunan peritaltik. kriteria hasil: 2. Auskultasi bising usus 2. Kembalinya fungsi gastriintestinal
1. BAB 1-2 kali/hari mungkin terlambat oleh inflamasi
2. Feses lunak intra peritonial
3. Bising usus 5-30 kali/menit 3. Tinjau ulang pola diet dan 3. Masukan adekuat dan serat,
jumlah / tipe masukan makanan kasar memberikan
cairan bentuk dan cairan adalah faktor
penting dalam menentukan
konsistensi feses.
4. Berikan makanan tinggi 4. Makanan yang tinggi serat dapat
serat. memperlancar pencernaan
sehingga tidak terjadi konstipasi.
5. Berikan obat sesuai 5. Obat pelunak feses dapat
indikasi, contoh : pelunak melunakkan feses sehingga tidak
feses terjadi konstipasi.
3. Kekurangan volume Setelah dilakukan asuhan 1. Monitor tanda-tanda vital 1. Tanda yang membantu
cairan berhubungan keperawatan diharapkan mengidentifikasikan fluktuasi
dengan mual muntah. keseimbangan cairan dapat volume intravaskuler.
dipertahankan dengan kriteria 2. Kaji membrane mukosa, 2. Indicator keadekuatan sirkulasi
hasil: kaji tugor kulit dan perifer dan hidrasi seluler.
1. kelembaban membrane pengisian kapiler.
mukosa turgor kulit baik 3. Awasi masukan dan 3. Penurunan haluaran urin pekat
2. Haluaran urin adekuat: 1 haluaran, catat warna dengan peningkatan berat jenis
cc/kg BB/jam urine/konsentrasi, berat diduga dehidrasi/kebutuhan
3. Tanda-tanda vital dalam jenis. peningkatan cairan.
batas normal TD (systole 4. Auskultasi bising usus, 4. Indicator kembalinya peristaltic,
110-130mmHg, diastole 70- catat kelancaran flatus, kesiapan untuk pemasukan per
90mmHg), HR(60- gerakan usus. oral.
100x/menit), RR (16- 5. Berikan perawatan mulut 5. Dehidrasi mengakibatkan bibir
24x/menit), suhu (36,5- sering dengan perhatian dan mulut kering dan pecah-
37,50C) khusus pada perlindungan pecah
bibir.
6. Pertahankan penghisapan 6. Selang NG biasanya dimasukkan
gaster/usus. pada praoperasi dan
dipertahankan pada fase segera
pascaoperasi untuk dekompresi
usus, meningkatkan istirahat usus,
mencegah mentah.
7. Kolaborasi pemberian 7. Peritoneum bereaksi terhadap
cairan IV dan elektrolit iritasi/infeksi dengan
menghasilkan sejumlah besar
cairan yang dapat menurunkan
volume sirkulasi darah,
mengakibatkan hipovolemia.
Dehidrasi dapat terjadi
ketidakseimbangan elektrolit
4. Cemas berhubungan Setelah dilakukan asuhan 1. Evaluasi tingkat ansietas, 1. Ketakutan dapat terjadi karena
dengan akan keperawatan, diharapkan catat verbal dan non nyeri hebat, penting pada
dilaksanakan operasi. kecemasab klien berkurang verbal pasien. prosedur diagnostik dan
dengan kriteria hasil: pembedahan.
1. Melaporkan ansietas 2. Jelaskan dan persiapkan 2. Dapat meringankan ansietas
menurun sampai tingkat untuk tindakan prosedur terutama ketika pemeriksaan
teratasi sebelum dilakukan tersebut melibatkan pembedahan.
2. Tampak rileks 3. Jadwalkan istirahat 3. Membatasi kelemahan,menghema
adekuat dan periode tenergi dan meningkatkan
menghentikan tidur. kemampuan koping.
4. Anjurkan keluarga untuk 4. Mengurangi kecemasan klien
menemani disamping
klien
POST OPERASI
DIAGNOSA
NO NOC NIC RASIONAL
KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji skala nyeri lokasi, 1. Berguna dalam pengawasan dan
dengan agen injuri keperawatan, diharapkan nyeri karakteristik dan laporkan keefesien obat, kemajuan
fisik (luka insisi post berkurang dengan kriteria hasil: perubahan nyeri dengan penyembuhan,perubahan dan
operasi appenditomi). 1. Melaporkan nyeri berkurang tepat. karakteristik nyeri.
2. Klien tampak rileks 2. Monitor tanda-tanda vital 2. Deteksi dini terhadap
3. Dapat tidur dengan tepat perkembangan kesehatan pasien.
4. Tanda-tanda vital dalam batas 3. Pertahankan istirahat 3. Menghilangkan tegangan
normal dengan posisi semi fowler abdomen yang bertambah dengan
5. TD (systole 110-130mmHg, posisi terlentang.
diastole 70-90mmHg), HR(60- 4. Dorong ambulasi dini. 4. Meningkatkan kormolisasi fungsi
100x/menit), RR (16- organ.
24x/menit), suhu (36,5- 5. Berikan aktivitas hiburan. 5. Meningkatkan relaksasi.
37,50C) 6. Kolaborasi tim dokter 6. Menghilangkan nyeri.
dalam pemberian analgetik
2. Resiko infeksi Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji adanya tanda-tanda 1. Dugaan adanya infeksi
berhubungan dengan keperawatan diharapkan infeksi infeksi pada area insisi
tindakan invasif (insisi dapat diatasi dengan kriteria hasil: 2. Monitor tanda-tanda vital 2. Dugaan adanya infeksi/terjadinya
post pembedahan). 1. Klien bebas dari tanda-tanda sepsis, abses, peritonitis
infeksi 3. Perhatikan demam, 3. Mencegah transmisi penyakit
2. Menunjukkan kemampuan menggigil, berkeringat, virus ke orang lain
untuk mencegah timbulnya perubahan mental
infeksi 4. Lakukan teknik isolasi 4. Mencegah meluas dan membatasi
3. Nilai leukosit (4,5-11ribu/ul) untuk infeksi enterik, penyebaran organisme infektif /
termasuk cuci tangan kontaminasi silang
efektif.
5. Pertahankan teknik aseptik 5. Menurunkan resiko terpajan
ketat pada perawatan luka
insisi / terbuka, bersihkan
dengan betadine.
6. Kolaborasi tim medis dalam 6. Terapi ditunjukkan pada bakteri
pemberian antibiotic anaerob dan hasil aerob gra
negatif.
3. Defisit self care Setelah dilakukan asuhan 1. Mandikan pasien setiap hari 1. Agar badan menjadi segar,
berhubungan dengan keperawatan diharapkan kebersihan sampai klien mampu melancarkan peredaran darah
nyeri. klien dapat dipertahankan dengan melaksanakan sendiri serta dan meningkatkan kesehatan
kriteria hasil: cuci rambut dan potong
1. Klien bebas dari bau badan kuku klien.
2. Klien tampak bersih 2. Ganti pakaian yang kotor 2. Untuk melindungi klien dari
3. ADL klien dapat mandiri atau dengan yang bersih. kuman dan meningkatkan rasa
dengan bantuan nyaman
3. Berikan Hygene Edukasi 3. Agar klien dan keluarga dapat
pada klien dan keluarganya termotivasi untuk menjaga
tentang pentingnya personal hygiene
kebersihan diri.
4. Berikan pujian pada klien 4. Agar klien merasa tersanjung
tentang kebersihannya dan lebih kooperatif dalam
kebersihan
5. Bimbing keluarga klien 5. Agar keterampilan dapat
memandikan / menyeka diterapkan
pasien 6. Klien merasa nyaman dengan
6. Bersihkan dan atur posisi tenun yang bersih serta
serta tempat tidur klien. mencegah terjadinya infeksi.
4. Kurang pengetahuan Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji ulang pembatasan 1. Memberikan informasi pada
tentang kondisi keperawatan diharapkan aktivitas pascaoperasi pasien untuk merencanakan
prognosis dan pengetahuan bertambah dengan kembali rutinitas biasa tanpa
kebutuhan pengobatan kriteria hasil: menimbulkan masalah.
b.d kurang informasi. 1. Menyatakan pemahaman 2. Anjuran menggunakan 2. Membantu kembali ke fungsi
proses penyakit, pengobatan laksatif/pelembek feses usus semula mencegah ngejan
2. Berpartisipasi dalam program ringan bila perlu dan saat defekasi
pengobatan hindari enema
3. Diskusikan perawatan 3. Pemahaman meningkatkan kerja
insisi, termasuk mengamati sama dengan terapi,
balutan, pembatasan mandi, meningkatkan penyembuhan
dan kembali ke dokter
untuk mengangkat
jahitan/pengikat
4. Identifikasi gejala yang 4. Upaya intervensi menurunkan
memerlukan evaluasi resiko komplikasi lambatnya
medic, contoh peningkatan penyembuhan peritonitis.
nyeri edema/eritema luka,
adanya drainase, demam
DAFTAR PUSTAKA
Dani.http://repository.maranatha.edu/12568/10/1110085Journal.pdf)
Muzamil.2014http://jkb.ub.ac.id/index.php/jkb/article/download/504/408JurnalKedokte
Nurarif, Amin Huda dan Kusuma, Hardi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc. Penerbit Mediacaton.
Yogyakarta.