You are on page 1of 27

MAKALAH

FARMAKOTERAPI TERAPAN LANJUTAN


SKIZOFRENIA

Disusun Oleh :

Erni Isma Isnaeni 17340238


Eko Persia Nurhidayat 17340247
Leonsius Eka Langga 17340161
Hadiesti Vahrunnisyah 17340147
Yeni Gusnita Sari 17340172
Ria Junita Patiung 17340222
Sari Dian Tresnowati 17340234
Eka nurhunaida 17340252
Santi Lestari Oktavia 17340229

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA

2018
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan nikmat serta Berkah-Nya

terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Farmakoterapi terapan lanjutan

diprogram studi Apoteker. Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada dosen pembimbing mata kuliah Farmakoterapi terapan lanjutan diprogram yaitu Bapak

Tahoma Siregar, Drs. M. Si. Apt serta kepada segenap pihak yang telah memberikan bimbingan serta

arahan selama penulisan makalah ini.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu,

penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca demi

kesempurnaan makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi

semua pihak terutama dalam bidang profesi apoteker.

Jakarta, April 2018

Penulis

ii
Daftar Isi

Halaman
Halaman Judul ............................................................................................................. i
Kata Pengantar ........................................................................................................... ii
Daftar isi ...................................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................................1
1.1 Latar Belakang .........................................................................................................1
1.2 Tujuan ......................................................................................................................2
1.3 Rumusan Maslaah ....................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ..............................................................................................3


2.1 Definisi .....................................................................................................................3
2.1.1 Patofisiologi ...................................................................................................3
2.1.2 Persentasi klinik .............................................................................................3
2.1.3 Diagnosis .......................................................................................................4

2.1.4 Pengobatan .....................................................................................................4

2.1.5 Farmakoterapi ................................................................................................5

2.1.6 INITIALTHERAPY ......................................................................................9

2.1.7Manajemen Tahan Pengobatan Skizofrenia ................................................... 11

BAB III KESIMPULAN.............................................................................................22

3.1 Kesimpulan .............................................................................................................22

Daftar Pustaka

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gangguan jiwa adalah penyakit non fisik, seyogyanya kedudukannya setara dengan
penyakit fisik lainnya. Meskipun gangguan jiwa tersebut tidak dianggap sebagai gangguan
yang menyebabkan kematian secara langsung, namun beratnya gangguan tersebut dalam arti
ketidak mampuan serta invalisasi baik secara individu maupun kelompok akan menghambat
pembangunan, karena tidak produktif dan tidak efisien. Gangguan jiwa (mental
disorder) merupakan salah satu empat masalah kesehatan utama di Negara-negara maju,
modern dan indrustri keempat kesehatan utama tersbut adalah penyakit degeneratif, kanker,
gangguan jiwa dan kecelakaan. Meskipun gangguan jiwa tersebut tidak di anggap sebagai
gangguan jiwa yang menyebabkan kematian secara langsung, namun beratnya gangguan
tersebut dalam arti ketidakmampuan serta invaliditas baik secara individu maupun kelompok
akan menghambat pembangunan, karena tidak produktif dan tidak efisien (Yosep, 2007).

Dalam sejarah perkembangan skizofrenia sebagai gangguan klinis, banyak tokoh


psikiatri dan neurologi yang berperan. Mula-mula Emil Kreaplin (18-1926) menyebutkan
gangguan dengan istilah dementia prekok yaitu suatu istilah yang menekankan proses
kognitif yang berbeda dan onset pada masa awal. Istilah skizofrenia itu sendiri diperkenalkan
oleh Eugen Bleuler (1857-1939), untuk menggambarkan munculnya perpecahan antara
pikiran, emmosi dan perilaku pada pasien yang mengalami gangguan ini. Bleuler
mengindentifikasi symptom dasar dari skizofrenia yang dikenal dengan 4A antara lain :
Asosiasi, Afek, Autisme dan Ambivalensi.

Skizofrenia merupakan gangguan psikotik yang paling sering, hampir 1% penduduk


dunia menderita psikotik selama hidup mereka di Amerika. Skizofrenia lebih sering terjadi
pada Negara industri terdapat lebih banyak populasi urban dan pada kelompok sosial
ekonomi rendah. Walaupun insidennya hanya 1 per 1000 orang di Amerika Serikat,
skizofrenia seringkali ditemukan di gawat darurat karena beratnya gejala, ketidakmampuan
untuk merawat diri, hilangnya tilikan dan pemburukan sosial yang bertahap. Kedatangan
diruang gawat darurat atau tempat praktek disebabkan oleh halusinasi yamg menimbulkan
ketegangan yang mungkin dapat mengancam jiwa baik dirinya maupun orang lain, perilaku
kacau, inkoherensi, agitasi dan penelantaran.

1
Skizofrenia berasal dari bahasa Yunani, “schizein”yang berarti “terpisah”atau
“pecah”, dan “phren” yang artinya “jiwa”. Pada skizofrenia terjadi pecahnya atau
ketidakserasian antara afeksi, kognitif dan perilaku. Secara umum, simptom skizofrenia dapat
dibagi menjadi tiga golongan: yaitu simptom positif, simptom negative, dan gangguan dalam
hubungan interpersonal. Skizofrenia merupakan suatu deskripsi dengan variasi penyebab
(banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau
“deteriorating”) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan pengaruh
genetik, fisik, dan sosial budaya. Pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang
fundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi , serta oleh afek yang tidak wajar
(inappropriate) atau tumpul (blunted). Kesadaran yang jernih (clear consciousness) dan
kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun kemunduran kognitif tertentu
dapat berkembang kemudian.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud skizofrenia ?

2. Bagaimana terapi untuk skizofrenia ?

3. Bagaiman pengobatan yang tepat untuk skizofrenia?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui panyakit skizofrenia

2. Mengetahui terapi untuk skizofrenia

3. Untuk mengetahui pengobatan yang tepat untuk skizofrenia

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Skizofrenia ditandai dengan adanya delusi, halusinasi, bicara dan berfikir amburadul,
kebiasaan motoric yang abnormal, dan gejala motoric.

2.1.1 Patofisiologi

1. Peningkatan ukuran vertikular dan pengecilan jaringan gray matter sudah


dilaporkan.
2. Teori penyebab skizofrenia termasuk predisposisi genetic, complikasi pada
kehamilan, peningkatan pemendekan neuron, system imun yang tidak normal,
kelaianan perkembangan syaraf, teori neurodegenerative, kerusakan reseptor
dopamine, ketidaknormalan bagian otak tertentu termasuk kelebihan atau
kekurangan aktifitas dari system dopaminergic pada bagian otak yang spesifik.
3. Gejala positif mungkin lebih dihubungkan dengan hyperaktifitas reseptor
dopamine didalam mesocaudate, sedangkan gejala kognitif dan negative mungkin
lebih dihubungkan terhadap penurunan fungsi reseptor dopamin didalam
prefrontal kortex.
4. Disfungsi glutamanergik adalah sebuah kekurangan aktifitas glutamanergik yang
menimbulkan gejala yang sama dengan gejala hyperaktifitas dopaminergic dan
mungkin gejala skizoprenia.
5. Ketidakseimbangan serotonin. Pasien skizoprenia dengan hasil scan otak yang
tidak normal mempunyai konsentrasi serotonin yang tinggi dalam darah yang
sesuai dengan peningkatanukuran ventricular.

2.1.2 Persentasi klinik

Gejala episode akut mungkin termasuk : menjadi tidak berhubungan dengan


kenyataan, halusinasi (khususnya dalam mendengar suara suara ), pemikiran yang tidak
nyambung ( asosiasi yang longgar), dua perasaan yang bertentangan ( pemikiran yang
kontradiktif); datar, tidak pantas, atau perasaan labil, autis ( ditarik dan berpikir langsung
kedalam), tidak bisa bekerja sama, permusuhan, dan serangan fisik atau verbal.
Kegagalan dalam kemampuan merawat diri dan gangguan tidur dan kehilangan nafsu
makan.

3
Setelah episode psikotik akut telah selesai, secara khas masih ada fitur sisa (seperti
kecemasan, rasa curiga, kekurangan motivasi, wawasan yang kurang, gangguan
penilaian, menarik diri dari lingkungan social, kesulitan dalam belajar dari pengalaman
dan kesulitan dalam merawat diri sendiri). Penyalahgunaan zat kormobid dan ketidak
patuhan terhadap pengobatan merupakan hal yang umum.

- Gejala positif : delusi, bicara tidak teratur ( gangguan dalam mengasosiasi),


halusinasi, gangguan perilaku ( tidak teratur atau katatonik) dan ilusi.
- Gejala negatif : - alogia (kurang bicara), avolisi, perasaan datar, anhedonia dan
mengasingkan diri dari lingkungan social
- Disfungsi kognitif : ganngun perhatian, kerja memori dan fungsi eksekutif

2.1.3 Diagnosis

Diagnosis dari skizofrenia dengan menetapkan kriteria sebagai berikut :

Gejala berlanjut yang bertahan paling kurang 6 bulan dengan sekurang kurangnya 1 bulan
gejala fase aktif ( kriteria A) dan mungkin termasu gela prodromal dan gejala sisa.

- Kriteria A : untuk sekurang kurangya 1 bulan, harus ada setidaknya dua dari berikut
dibawah ini yang terjadi dalam porsi waktu yang signifikan : delusi, halusinasi, bicara
tidak beraturan, kacau atau perilaku katatonik dan gejala negative. Sekurang
kurangnya satu gejala tersebut harus delusi, halusinasi atau bicara tidakteratur.
- Kriteria B : kerusakan fungsi yang signifikan.

2.1.4 Pengobatan

Tujuan pengobatan adalah meringankan gejala target, menghindari efek samping,


memperbaiki fungsi psikososial dan fungsi produktif, mencapai kepatuhan dengan regimen
yang diresepkan, melibatkan pasien dalam rencana pengobatan. Sebelum pengobatan,
dilakukan uji status mental, uji fisik dan neurologi, riwayat social dan keluarga yang
lengkap, interview diagnosa psikiatrik, dan pemeriksaan laboratorium ( hitung darah lengkap,
elektrolit, fungsi hati, fungsi ginjal, ECG, glukosa puasa, lipid serum, fungsi thyroid dan
UDS).

antipsikotik dan range dosis ditampilkan pada table 69 – 1. Generasi kedua antipsikotik
(juga dikenal dengan atypical antypsikotik) kecuali clozapine.

4
Table antipsikotik dan range dosis

Nama generic Nama Dosis awal Range Dosis Komentar


dagang (mg/hari) lazim
(mg/hari)
Anti psikotik generasi pertama
Chlorptomazine Thorazine 50 -150 300 – 1000 Kelebihan berat badan diantara FGAs
Fluphenazine Prolixin 5 5 – 20
Haloperidol Haldol 2-5 2 – 20 Tingginya tingkat dropout di episode
Loxapine Loxitane 20 50 -150 pertama
Loxapine Adasuve 10 10
inhaled Maximum 10 mg/24 jam
Prhepenazine Trilafon 4 – 24 16 – 64 Disetujui hanya untuk program REMS
Thioridazine Mellaril 50 -150 100 – 800
Thotixene Navane 4 – 10 4 – 50 Perpanjangan QTc yang signifikan
Triflupherazine Stelazine 2 -5 5 - 40
Antipsikotik generasi kedua
Aripiprazule Abilify 5 – 15 15 – 30
Asenapine Saphris 5 10 – 20 Hanya untuk sublingual
Clozapine Clozaril 25 100 – 800 Cek level plasma sebelum dinaikkan 600
Iloperidone Fanapt 1–2 6 – 24 mg
Perhatikan dosis pada CYP2 D6
Lurasidone Latuda 20 – 40 40 – 120 metaboliame lambat
Olanzapine Zyprexa 5 – 10 10 – 20
Hindari pada episode pertama karena
Paliperidone Invega 3–6 3 – 12 menyebabkan kenaikan berat badan
Bioavailabilitas meningkat ketika
Quetiapine Seroquel 50 300 – 800 diberikan bersamaan makanan
Risperidone Risperdal 1–2 2- 8
Ziprasidone geodone 40 80 - 160
Berikan bersama makanan
Catatan : pada pasien yang mengalami episode pertama, dosis awal dan target dosis secara
umum harus 50 % dari rentang dosis lazim. Lihat antipsikotik aksi panjang injeksi didalam
catatan untuk pendosisan agen ini.

2.1.5 Farmakoterapi

1. Neroleptika dengan dosis efektif rendah lebih bermanfaat pada penderita


dengan skizofrenia yang menahun, yang dengan dosis efektif tinggi lebih
berfaedah pada penderita dengan psikomotorik yang meningkat. Pada
penderita paranoid trifuloperazin rupanya lebih berhasil. Dengan fenotiazin
biasanya waham dan halusinasi hilang dalam waktu 2 – 3 minggu. Bila tetap
masih ada waham dan halusinasi, maka penderita tidak begitu terpengaruh
lagi dan menjadi lebih kooperatif, mau ikut serta dengan kegiatan
lingkungannya dan mau turut terapi kerja.

5
Sesudah gejala-gejala menghilang, maka dosis dipertahankan selama
beberapa bulan lagi, jika serangan itu baru yang pertama kali. Jika serangan
skizofrenia itu sudah lebih dari satu kali, maka sesudah gejala-gejala mereda,
obat diberi terus selama satu atau dua tahun. Kepada pasien dengan
skizofrenia menahun, neroleptika diberi dalam jangka waktu yang tidak
ditentukan lamanya dengan dosis yang naik turun sesuai dengan keadaan
pasien (seperti juga pemberian obat kepada pasien dengan penyakit badaniah
yang menahun, umpamanya diabetes mellitus, hipertensi, payah jantung, dan
sebagainya). Senantiasa kita harus awas terhadap gejala sampingan.
Hasilnya lebih baik bila neroleptika mulai diberi dalam dua tahun
pertama dari penyakit. Tidak ada dosis standard untuk obat ini, tetapi dosis
ditetapkan secara individual.
2. Terapi Elektro-Konvulsi (TEK)
Seperti juga dengan terapi konvulsi yang lain, cara bekerjanya
elektrokonvulsi belum diketahui dengan jelas. Dapat dikatakan bahwa terapi
konvulsi dapat memperpendek serangan skizofrenia dan mempermudah
kontak dengan penderita. Akan tetapi terapi ini tidak dapat mencegah
serangan yang akan datang. Bila dibandingkan dengan terapi koma insulin,
maka dengan TEK lebih sering terjadi serangan ulangan. Akan tetapi TEK
lebih mudah diberikan dapat dilakukan secara ambulant, bahaya lebih
kurang, lebih murah dan tidak memerlukan tenaga yang khusus pada terapi
koma insulin. TEK baik hasilnya pada jenis katatonik terutama stupor.
Terhadap skizofrenia simplex efeknya mengecewakan; bila gejala hanya
ringan lantas diberi TEK, kadang-kadang gejala menjadi lebih berat.
3. Terapi koma insulin
Meskipun pengobatan ini tidak khusus, bila diberikan pada permulaan
penyakit, hasilnya memuaskan. Persentasi kesembuhan lebih besar bila di
mulai dalam waktu 6 bulan sesudah penderita jatuh sakit. Terapi koma
insulin memberi hasil yang baik pada katatonia dan skizofrenia paranoid.
4. Psikoterapi dan rehabilitasi
Psikoterapi dalam bentuk psikoanalisa tidak membawa hasil yang
diharapkan bahkan ada yang berpendapat tidak boleh dilakukan pada
penderita dengan skizofrenia karena justru dapat menambah isolasi dan
otisme. Yang dapat membantu penderita ialah psikoterapi suportif individual

6
atau kelompok, serta bimbingan yang praktis dengan maksud untuk
mengembalikan penderita ke masyarakat. Terapi kerja baik sekali untuk
mendorong penderita bergaul lagi dengan orang lain, penderita lain, perawat
dan dokter. Maksudnya supaya ia tidak mengasingkan diri lagi, karena bila ia
menarik diri ia dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik. Dianjurkan
untuk mengadakan permainan atau latihan bersama. Pemikiran masalah
falsafat atau kesenian bebas dalam bentuk melukis bebas atau bermain musik
bebas, tidak dianjurkan sebab dapat menambah otisme. Bila dilakukan juga,
maka harus ada pemimpin dan ada tujuan yang lebih dahulu ditentukan.
Perlu juga diperhatikan lingkungan penderita. Bila mungkin di atur
sedemikian rupa sehingga ia tidak mengalami stres terlalu banyak. Bila
mungkin sebaiknya ia dikembalikan ke pekerjaan sebelum sakit, dan
tergantung pada kesembuhan apakah tanggung jawabnya dalam pekerjaan itu
akan penuh atau tidak.
5. Lobotomi prefrontal.
Dapat dilakukan bila terapi lain secara intensif tidak berhasil dan bila
penderita sangat mengganggu lingkungannya. Jadi prognosa skizofrenia
tidak begitu buruk seperti dikira orang sampai dengan pertengahan abad ini.
Lebih-lebih dengan neroleptika, lebih banyak penderita dapat dirawat di luar
rumah sakit jiwa. Dan memang seharusnya demikian. Sedapat-dapatnya
penderita harus tinggal dilingkungannya sendiri, harus tetap melakukan
hubungan dengan keluarganya untuk memudahkan proses rehabilitasi. Dalam
hal ini dokter umum dapat memegang peranan yang penting, mengingat juga
kekurangan ahli kedokteran jiwa di negara kita. Dokter umum lebih
mengenal penderita dengan lingkungannya, keluarganya, rumahnya dan
pekerjaannya, sehingga ia lebih dapat menolong penderita hidup terus secara
wajar dengan segala suka dan dukanya.

7
Parameter farmakokinetik dari pemilihan antipsikotik

Obat Biovailabilitas Setengah Jalur metabolik Metabolisme aktif


hidup utama

Pertama-Generasi Antipsychotics (FGAs)


Chlorpromazin 10-30 8-35 jam FMO3,CYP3A4 7-hydroxy, lainnya
Fluphenazine 20-50 14-24 jam CPY2D6 -
Fluphenazine - 14,2 ± 2,2 hari CYP2D6 -
decanoate
Haloperidol 40-70 12-36 jam CYP1A2,CYP2D6 Dikurangi
,CYP3A4 haloperidol
Haloperidol - 21 hari CYP1A2,CYP2D6 Dikurangi
decanoate ,CYP3A4 haloperidol
Perphenazine 20-25 8,1-12,3 jam CYP2D 7-OH-
Perphenazine

Kedua-Generasi Antipsychotics SGAs


Aripiprazole 87 48-68 jam CYP2D6,CYP3A4 Dehydroaripiprazol
e
Asenapine < 2 oral 13-39 jam UGT1A4,CYP1A2 Tidak ada yang
35 SL tidak diketahui
linier
Clozapine 12-81 11-105 jam CYP1A2,CYP3A4 Desmethylcozapine
,CYP2C19
Lioperidone 96 18-33 jam CYP2D6,CYP3A4 P88

Lurasidone 10-20 18 jam CY3A4 ID-14233 Dan ID-


14326
Olanzapine 80 20-70 jam CYP1A2,CYP3A4 N-glucuronide,2-
,FMO3 OH-methyl,4-N-
oxide
Paliperidone ER 28 23 jam Ginjal tidak Tidak ada yang
berubah (59%) diketahui
CYP3A4 Dan
beberapa jalur
Paliperidone 25-49 hari Ginjal tidak Tidak ada yang
palmitate berubah (59%) diketahui
CYP3A4 Dan
beberapa jalur
Quetiapine 9± 4 688 jam CYP3A4 7-OH-Quetiapine
Resperidone 68 3-24 jam CYP2D6 9-OH-risperidone
Risperidone 3-6 hari CYP2D6 9-OH-risperidone
Consta
Ziprasidone 59 4-10 jam Aldehyde Tidak ada
oxidase,CYP3A4

8
2.1.6 INITIALTHERAPY

Tujuan selama 7 hari pertama adalah penurunan agitasi, permusuhan, kecemasan, dan
agresi dan normalisasi tidur dan makan. Dosis rata-rata sekitar di tengah kisaran yang
ditunjukkan pada Tabel 69-1. Untuk episode psikosis pertama, rentang dosisnya sekitar 50%
dari pasien sakit kronis. Titrasi selama beberapa hari pertama hingga dosis efektif rata-rata.
Titrasi iloperidone dan clozapine lebih lambat karena risiko hipotensi. Setelah 1 minggu
dengan dosis stabil, peningkatan dosis sederhana dapat dipertimbangkan. Jika tidak ada
peningkatan dalam 3 hingga 4 minggu pada dosis terapeutik, maka antipsikotik alternatif
harus dipertimbangkan (yaitu, pindah ke tahap pengobatan berikutnya pada Gambar 69-1).

Pada penanggap parsial yang mentoleransi antipsikotik dengan baik, mungkin masuk
akal untuk mentitrasi di atas rentang dosis biasa dengan pemantauan ketat. Titrasi cepat dosis
antipsikotik tidak dianjurkan. Pemberian antipsikotik intramuskular (IM) (misalnya,
aripiprazole 5,25-9,75 mg, ziprasidone 10-20 mg, olanzapine 2,5-10 mg, atau haloperidol 2-5
mg) dapat digunakan untuk menenangkan pasien yang gelisah. Namun, pendekatan ini tidak
meningkatkan tingkat respons, waktu untuk remisi, atau lama rawat inap.

Algoritma farmakoterapi yang disarankan untuk pengobatan skizofrenia.


Skizofrenia harus diperlakukan dalam konteks model interprofessional yang membahas
kebutuhan psikososial pasien, farmakoterapi psikiatri yang diperlukan, komorbiditas psikiatri,
kepatuhan pengobatan, dan masalah medis yang mungkin dialami pasien. 4 minggu pada
dosis terapeutik, maka antipsikotik alternatif harus dipertimbangkan (yaitu, pindah ke tahap
pengobatan berikutnya pada Gambar 69-1).
• Pada penanggap parsial yang mentoleransi antipsikotik dengan baik, mungkin masuk akal
untuk melakukan titrasi di atas rentang dosis biasa dengan pemantauan ketat.
• Titrasi cepat dosis antipsikotik tidak dianjurkan.
• Pemberian antipsikotik intramuskular (IM) (misalnya, aripiprazole 5,25-9,75 mg, ziprasidon
10-20 mg, olanzapine 2,5–10 mg, atau haloperidol 2-5 mg) dapat digunakan untuk
menenangkan pasien yang gelisah. Namun, pendekatan ini tidak meningkatkan respon, waktu
untuk remisi, atau lama rawat inap.

9
Disarankan algoritma farmakoterapi schizophrenia

Tahap 1a Tahap 1b
Individu yang naif pengobatan dengan skizofrenia Sebelumnya diobati dengan antipsikotik untuk
istirahat pertama. skizofrenia, dan pengobatan sedang dimulai
••• kembali
Setiap monoterapi antipsikotik kecuali clozapine. .•••
Antipsikotik apa pun kecuali clozapine.
Antipsikotik yang sebelumnya menghasilkan
efikasi atau intoleransi yang buruk tidak boleh
digunakan.

Tahap 2
Pasien memiliki respon klinis yang tidak memadai
dengan antipsikotik yang digunakan pada stadium 1A
atau 1B
.•••
Setiap monoterapi antipsikotik, kecuali clozapine, tidak
digunakan dalam tahap 1A atau 1B. Dapat
mempertimbangkan clozapine pada pasien yang sangat
ingin bunuh diri.

Tahap 3 Gunakan antipsikotik


Pasien memiliki respon klinis yang tidak memadai suntik jangka panjang pada
dengan dua uji antipsikotik yang tepat. kedua tahap 2 atau 4 jika
••• diperlukan untuk kepatuhan
monoterapi Clozapine direkomendasikan pasien yang buruk atau
karena preferensi pasien.

Tahap 4
Bukti minimal ada untuk pilihan pengobatan untuk
pasien yang belum menerima tanggapan pengobatan
yang memadai dengan clozapine
.•••
Monoterapi antipsikotik alternatif mungkin sama
baiknya dengan kombinasi augmentasi atau
antipsikotik.

10
2.1.7 Manajemen Tahan Pengobatan Skizofrenia

- Hanya clozapine telah menunjukkan keunggulan atas antipsikotik lain dalam


Randomized uji untuk tahan pengobatan skizofrenia. Peningkatan dengan
clozapineoften terjadi perlahan-lahan di tahan pasien setinggi 60% pasien dapat
meningkatkan jika clozapine digunakan untuk hingga 6 bulan.
- Karena risiko hipotensi orthostatic, clozapine biasanya dititrasi lebih lambat
dari antipsikotik lainnya. Jika dosis uji 12.5 mg tidak menghasilkan hipotensi,
kemudian 25 mg clozapine pada waktu tidur dianjurkan, meningkat menjadi
25 mg dua kali sehari setelah 3 hari, kemudian meningkat dalam kelipatan 25-
50 mg/hari setiap 3 hari sampai dosis setidaknya 300 mg/hari tercapai.
- Terapi augmentasi melibatkan penambahan nonantipsychotic obat anti
psikotik pada pasien kurang responsif, sedangkan kombinasi pengobatan
melibatkan menggunakan dua antipsikotik secara bersamaan.
- Responder untuk terapi augmentasi biasanya meningkatkan pesat.
Menghentikan agen augmenting jika tidak ada perbaikan.
- Penstabil mood (misalnya, lithium, asam valproik, dan carbamazepine)
digunakan sebagai agen pembesaran dapat meningkatkan mempengaruhi labil
dan gelisah. Placebo-controlled trial mendukung peningkatan gejala lebih
cepat ketika divalproex dikombinasikan dengan olanzapine atau risperidone.
Rekomendasi skizofrenia pasien hasil penelitian tim (PORT) 2009 tidak
mendukung pembesaran stabilisator suasana hati pada pasien tahan.
- Inhibitor reuptake serotonin selektif (SSRI) telah digunakan untuk gejala
obsesif-kompulsif yang memburuk atau timbul selama pengobatan clozapine.
- Menggabungkan FGA dan SGA dan menggabungkan antipsikotik yang
berbeda telah diusulkan, tetapi tidak ada data yang ada untuk mendukung atau
menolak strategi ini, dan rekomendasi PORT 2009 tidak mendukung
penggunaan mereka. Jika serangkaian antipsikotik monotherapies gagal,
waktu-terbatas kombinasi percobaan dapat mencoba. Jika tidak ada perbaikan
dalam waktu 6-12 minggu, menghentikan salah satu obat

 Efek samping antikolinergik


Paling mungkin terjadi dengan rendah potensi FGA, clozapine dan
olanzapine, termasuk gangguan memori, mulut kering, sembelit, takikardia,

11
penglihatan kabur, penghambatan ejakulasi, dan retensi urin. Pasien usia
lanjut sangat sensitif terhadap efek samping ini.
Mulut kering dapat dikelola dengan peningkatan asupan cairan, lisan
pelumas (Xerolube), es chip atau menggunakan permen karet atau permen.
Sembelit bisa diobati dengan peningkatan dalam latihan, cairan, dan asupan
serat.
 Akathisia
• Gejala termasuk keluhan subjektif (perasaan gelisah batin) dan / atau obyektif
gejala (mondar-mandir, bergeser, menyeret, atau mengetuk kaki).
• Pengobatan dengan antikolinergik mengecewakan. Pengurangan dosis antipsikotik
mungkin intervensi terbaik. Atau, beralih ke SGA, meskipun akathisia
kadang-kadang terjadi dengan SGA. Quetiapine dan clozapine tampaknya memiliki
risiko terendah. Benzodiazepin dapat digunakan, tetapi tidak pada pasien dengan riwayat
penyalahgunaan zat. Propranolol (hingga 160 mg / hari), nadolol (hingga 80 mg / hari), dan
metoprolol (hingga 100 mg / hari) dilaporkan efektif.
Pseudoparkinsonism
• Pasien dengan pseudoparkinsonisme mungkin memiliki empat gejala kardinal:

✓ Akinesia, bradikinesia, atau penurunan aktivitas motorik, termasuk wajah seperti topeng

ekspresi, mikrografia, pidato yang diperlambat, dan penurunan swing lengan

✓ Tremor — terutama saat istirahat; menurun dengan gerakan

✓ Kekakuan — kekakuan; kekakuan cogwheel terlihat ketika anggota badan pasien


menyerah,
mode seperti ratchet ketika dipindahkan secara pasif oleh pemeriksa

✓ Abnormalitas postur — membungkuk, postur yang tidak stabil dan lambat, terseok-seok,
atau bernanah
kiprah
• Faktor risiko — FGA (terutama dalam dosis tinggi), bertambahnya usia, dan mungkin
perempuan
jenis kelamin.
• Gejala aksesori — seborrhea, sialorrhea, hiperhidrosis, kelelahan, kelemahan, disfagia,
dan dysarthria.

12
• Awitan gejala biasanya 1 hingga 2 minggu setelah memulai terapi antipsikotik
atau peningkatan dosis. Risiko pseudoparkinsonism dengan SGA rendah kecuali dengan
risperidone
dalam dosis lebih dari 6 mg / hari.
• Benztropin memiliki waktu paruh yang memungkinkan pemberian dosis sekali hingga dua
kali sehari. Dosis khas
1 hingga 2 mg dua kali sehari hingga maksimum 8 mg setiap hari. Trihexyphenidyl,
diphenhydramine,
dan biperiden biasanya membutuhkan dosis tiga kali sehari (Tabel 69-4).
Diphenhydramine menghasilkan lebih banyak obat penenang. Semua antikolinergik telah
terjadi
disalahgunakan untuk efek euphoriant.
• Amantadine sama berkhasiatnya dengan antikolinergik dengan efek kurang pada ingatan.
• Cobalah untuk mengurangi dan menghentikan obat-obatan ini 6 minggu hingga 3 bulan
setelah gejala
menyelesaikan.
Diskinesia tardif
• Tardive Dyskinesia (TD) ditandai dengan gerakan tak sengaja yang abnormal
terjadi dengan terapi antipsikotik kronis.
• Presentasi klasik adalah buccolingual-masticatory (BLM) atau gerakan orofasial.
Gejalanya bisa menjadi cukup berat untuk mengganggu mengunyah, memakai gigi palsu,
pidato, respirasi, atau menelan. Gerakan wajah termasuk sering berkedip, alis
melengkung, meringis, deviasi ke atas pada mata, dan bibir berciuman. Koreografi gelisah
dan gerakan athetotik anggota badan terjadi pada tahap selanjutnya. Pergerakan mungkin
memburuk dengan stres, berkurang dengan sedasi, dan menghilang dengan tidur.
• Layar pada awal dan setidaknya tiga bulanan menggunakan Gerakan Tidak Paksa yang
Tidak Adiktif
Skala (AIMS) dan Sistem Identifikasi Dyskinesia: Skala Pengguna Terkondensasi
(DISCUS) untuk mendeteksi TD.
• Pengurangan atau penghentian dosis dapat mengurangi gejala, dan beberapa pasien
mungkin
telah hilang sepenuhnya gejala jika diimplementasikan pada awal perjalanan TD.

13
• Pencegahan TD - (1) menggunakan SGA sebagai agen lini pertama; (2) gunakan DISCUS
atau lainnya
skala untuk menilai tanda-tanda awal TD setidaknya tiga bulanan; dan (3) hentikan
antipsikotik
atau beralih ke SGA pada gejala awal TD, jika memungkinkan.
• Faktor risiko TD - durasi terapi antipsikotik, dosis yang lebih tinggi, mungkin kumulatif
dosis, bertambahnya usia, terjadinya gejala ekstrapiramidal akut, buruk
respons antipsikotik, dan diagnosis gangguan mental organik, diabetes mellitus,
gangguan mood, dan mungkin jenis kelamin perempuan.
• Beralih ke clozapine adalah strategi lini pertama pada pasien dengan tingkat sedang hingga
berat
Dyskinesias.

14
Sedation EPS Anticholinergic Orthostasis Weight Prolactin
Gain
Aripiprazole + + + + + +
Asenapine + ++ + ++ + +
Chlorpromazine ++++ +++ +++ ++++ ++ +++
Clozapine ++++ + ++++ ++++ ++++ +
Fluphenazine + ++++ + + + ++++
Haloperidol + ++++ + + + ++++
Iloperidone + + ++ +++ ++ +
Lurasidone + + + + + +
Olanzapin ++ ++ ++ ++ ++++ +
Paliperidone + ++ + ++ ++ ++++
Perphenazine ++ ++++ ++ + + ++++
Quetiapine ++ + + ++ ++ +
Risperidone + ++ + ++ ++ ++++
Thioridazine ++++ +++ ++++ ++++ + +++
Thiothixene + ++++ + + + ++++
Ziprasidone ++ ++ + + + +
TABEL 69–3 Efek Samping Relatif Insidensi Antipsikotik yang Umum Digunakan

EPS, efek samping ekstrapiramidal. Risiko efek samping relatif: ±, dapat diabaikan; +, rendah; ++,
sedang; +++,cukup tinggi; ++++, tinggi.

Generic Name Equivalent Dose (mg) Daily Dosage Range (mg)


Antimuscarinics
Benztropinea 1 1–8b
Biperidena 2 2–8
Trihexyphenidyl 2 2–15
Antihistaminic
Diphenhydraminea 50 50–400
Dopamine Agonist
Amantadine NA 100–400
Benzodiazepines
Lorazepama NA 1–8
Diazepam NA 2–20
Clonazepam NA 2–8
β-Blockers
Propranolol NA 20–160

TABEL 69–4 Agen Digunakan untuk Mengobati Efek Samping Ekstrapiramidal

NA, tidak berlakubentuk sediaan obat dapat diberikan secara intramuskular untuk menghilangkan
dystonia akut. Dalam kasus pengobatan-refractory, dosis dapat dititrasi hingga 12 mg / hari dengan
pemantauan yang cermat; tidak linier.

15
- Sedasi Dan Kognisi
Pemberian sebagian besar atau seluruh dosis harian pada waktu tidur
dapat mengurangi sedasi siang hari dan dapat menghilangkan kebutuhan
untuk hipnotik.
Dibandingkan dengan FGA, SGA telah ditunjukkan
manfaat kognitif. Namun, percobaan CATIE menunjukkan tidak ada
perbedaan dalam peningkatan kognitif antara SGA dan FGA perphenazine.
- SEIZURES
Semua pasien yang diobati dengan antipsikotik mengalami peningkatan risiko
kejang. Risiko tinggi untuk kejang yang disebabkan oleh antipsikotik adalah
dengan penggunaan klorpromazin atau clozapine. Kejang lebih mungkin
dengan memulai pengobatan dan dengan dosis yang lebih tinggi dan
peningkatan dosis yang cepat. Ketika kejang yang terisolasi terjadi,
penurunan dosis dianjurkan, dan terapi antikonvulsan biasanya tidak
dianjurkan.
Jika diperlukan terapi antipsikotik, risperidone, thioridazine, haloperidol,
pimozide, trifluoperazine, dan fluphenazine dapat dipertimbangkan.
- THERMOREGULATION
Pada suhu ekstrem, pasien yang memakai antipsikotik mungkin mengalami
penyesuaian suhu tubuhnya terhadap suhu ambien (poikilothermia).
Hiperpireksia dapat menyebabkan stroke panas. Hipotermia juga merupakan
risiko, terutama pada pasien usia lanjut. Masalah-masalah ini lebih umum
dengan penggunaan potensi rendah FGA dan dapat terjadi dengan SGA yang
lebih antikolinergik.
- NEUROLEPTIC MALIGNANT SYNDROME
Neuroleptic malignant syndrome terjadi pada 0,5% hingga 1% pasien yang
memakai FGA. Telah dilaporkan dengan SGA, termasuk clozapine, tetapi
kurang sering dibandingkan dengan FGAs. Gejala berkembang cepat selama
24 hingga 72 jam dan termasuk suhu tubuh melebihi 38 ° C (100,4 ° F),
tingkat kesadaran yang berubah, disfungsi otonom (takikardia, tekanan darah
labil, diaphoresis, takipnea, dan inkontinensia urin atau feses), dan kekakuan .
Evaluasi laboratorium sering menunjukkan leukositosis, peningkatan creatine
kinase (CK), aspartat aminotransferase (AST), alanine aminotransferase
(ALT), dehidrogenase laktat (LDH), dan mioglobinuria. Hentikan

16
antipsikotik, dan berikan perawatan suportif. Bromokriptin mengurangi
kekakuan, demam, atau kadar CK hingga 94% pasien. Amantadine telah
berhasil digunakan hingga 63% pasien. Dantrolene telah digunakan dengan
efek yang menguntungkan pada suhu, denyut jantung, laju pernapasan, dan
CK pada hingga 81% pasien.
Rechallenge dengan dosis efektif terendah SGA atau potensi rendah FGA
dapat dipertimbangkan hanya untuk pasien yang membutuhkan reinstitusi
antipsikotik setelah observasi selama minimal 2 minggu tanpa antipsikotik.
Pantau dengan hati-hati dan titrasi dosis secara perlahan.
- Sistem endokrin
Peningkatan antipsikotik pada tingkat prolaktin dengan galaktorea terkait,
penurunan libido, dan ketidakteraturan menstruasi adalah umum. Efek ini
mungkin terkait dosis dan lebih umum (hingga 87%) dengan penggunaan
FGA, risperidone, dan palperidone.
Strategi manajemen yang mungkin untuk galaktorea termasuk beralih ke SGA
(misalnya, asenapine, iloperidone, atau lurasidone).
Peningkatan berat badan sering terjadi dengan terapi antipsikotik yang
melibatkan SGA, tetapi ziprasidone, aripiprazole, asenapine, dan lurasidone
menyebabkan penambahan berat badan minimal.
Skizofrenia memiliki prevalensi diabetes tipe 2 lebih tinggi daripada
nonschizophrenics. Antipsikotik dapat mempengaruhi kadar glukosa pada
pasien diabetes. Diabetes onset baru telah dilaporkan dengan penggunaan
SGA. Olanzapine dan clozapine memiliki risiko tertinggi diabetes onset baru,
diikuti oleh risperidone dan quetiapine. Risiko dengan aripiprazole dan
ziprasidone kemungkinan kurang dari dengan SGA lainnya. PORT 2009 tidak
merekomendasikan olanzapine sebagai terapi lini pertama.
- Sistem kardiovaskular
Insiden hipotensi ortostatik (didefinisikan sebagai> 20 mm Hg
penurunan tekanan sistolik saat berdiri) paling tinggi dengan potensi rendah
FGA, clozapine, iloperidone, quetiapine, risperidone, dan kombinasi
antipsikotik. Penderita diabetes dengan penyakit kardiovaskular dan orang tua
memiliki kecenderungan. Mengurangi dosis atau mengubah ke antipsikotik
dengan bantuan blockademay α-adrenergik yang lebih sedikit, dan toleransi
dapat berkembang dalam 2 atau 3 bulan.

17
Fenotiazin piperidin potensi rendah (misalnya, thioridazine), clozapine,
iloperodone, dan ziprasidone adalah yang paling mungkin menyebabkan
perubahan ECG. Perubahan EKG termasuk peningkatan denyut jantung,
gelombang T pipih, depresi segmen ST, dan perpanjangan interval QT dan
PR. Torsades de pointes telah dilaporkan dengan thioridazine (peringatan
kotak hitam).
Ziprasidone memperpanjang interval QTc sekitar satu setengah
sebanyak tioridazin. Efek Ziprasidone pada ECG mungkin tanpa gejala sisa
klinis kecuali pada pasien dengan faktor risiko awal. Iloperidone
memperpanjang QTc dengan cara yang berhubungan dengan dosis. Dosis
haloperidol IV yang tinggi juga dapat memperpanjang QTc.
Telah direkomendasikan untuk menghentikan obat yang terkait dengan
perpanjangan QTc jika intervalnya secara konsisten melebihi 500 msec.
Mereka yang memakai FGA atau SGA memiliki risiko dua kali lipat dari
kematian jantung mendadak yang dimiliki oleh non-pemakai.
Pada pasien yang lebih tua dari 50 tahun, ECG pretreatment dan kadar serum
potasium dan magnesium direkomendasikan.
- Efek Lipid
Beberapa SGA dan fenotiazin menyebabkan peningkatan trigliserida
dan kolesterol serum. Risiko efek ini mungkin kurang dengan risperidone,
ziprasidone, aripiprazole, asenapine, iloperidone, dan lurasidone.
Sindrom metabolik terdiri dari peningkatan trigliserida (≥150 mg / dL [170
mmol / L]), kolesterol high-density lipoprotein rendah (≤40 mg / dL [1,03
mmol / L] untuk laki-laki, ≤50 mg / dL [1,29 mmol / L] untuk wanita),
peningkatan glukosa puasa (≥100 mg / dL [5,6 mmol / L]), peningkatan
tekanan darah (≥130 / 85 mm Hg) dan kenaikan berat badan (lingkar perut>
102 cm [40 in] untuk pria ,> 88 cm [35 in] untuk wanita.
- Efek Samping Psikiatri
 Akathisia, akinesia, dan dysphoria dapat menyebabkan apati, penarikan,
dan pseudodepresi (toksisitas perilaku).
 Kebingungan dan disorientasi kronis dapat terjadi pada orang tua.
 Delirium dan psikosis dapat terjadi dengan dosis tinggi FGA atau
kombinasi FGA dengan antikolinergik.

18
- Efek Ophthalmologic
 Eksaserbasi glaukoma sudut sempit dapat terjadi dengan penggunaan
antipsikotik dan / atau antikolinergik.
 Deposito opak dalam kornea dan lensa dapat terjadi dengan pengobatan
fenotiazin kronis, terutama klorpromazin. Meskipun ketajaman visual
biasanya tidak terpengaruh, pemeriksaan slit-lamp periodik
direkomendasikan dengan penggunaan fenotiazin jangka panjang.
Pemeriksaan slit-lamp baseline dan periodik juga direkomendasikan untuk
pasien yang diobati quetiapine karena perkembangan katarak pada penelitian
pada hewan.
 Dosis tioridazin lebih dari 800 mg setiap hari (dosis maksimum yang
disarankan) dapat menyebabkan retinitis pigmentosa dengan gangguan
penglihatan permanen atau kebutaan.
Efek-efek Merugikan Antipsikotik dan Parameter Pemantauan (Lanjutan)
Reaksi yang merugikan Parameter Pemantauan Frekuensi Komentar
Hiperprolaktinemia Pada wanita, tanyakan Setiap Dengan tidak
tentang ekspresi susu kunjungan adanya gejala, di
dari payudara dan sana tidak perlu
ketidakteraturan monitor serum
menstruasi. Pada pria, prolaktin
tanyakan tentang
pembesaran payudara
atau ekspresi susu dari
puting susu. Jika
gejalanya hadir, periksa
serum tingkat prolaktin
Sedasi Tanyakan pada pasien Setiap
tentang hal yang tidak kunjungan
biasa
sedasi atau kantuk
Disfungsi seksual Tanyakan pada pasien Setiap Pasien dengan
penurunan seksual kunjungan skizofrenia
keinginan, kesulitan memiliki lebih
menjadi terangsang, atau banyak
masalah dengan orgasme penyimpangan
fungsi seksual dari
pada yang
populasi
normal.Membandi

19
ngkan gejala
dengan bebas obat
negara
Diskinesia tardive Skala penilaian standar Pada awal, dan
seperti AIMS atau setiap 3 bulan
DICUS untuk FGA
dan setiap 6
bulan untuk
SGA
Kenaikan berat badan Ukur berat badan,BMI, Pada Lingkar pinggang
dan lingkar pinggang dasarnya,setia adalah single
p bulan untuk prediktor terbaik
3 bulan dari morbiditas
pertama, dan jantung
kemudian
setiap tiga
bulan
Parameter Pemantauan Efek Adverse untuk Antipsikotik Spesifik
Agranulositosis sel darah putih (WBC) Pada Hanya Clozapine
dan jumlah absolut dasarnya,ming
neutrofil (ANC) guan untuk 6
bulan, lalu
setiap 2
minggu selama
6 bulan,lalu
bulanan
Sialore atau kelebihan Tanyakan pada pasien Setiap Hanya Clozapine
meneteskan air liur masalah dengan kunjungan
kelebihan meneteskan air
liur, bangun pagi
bersama cincin basah di
tangannya atau
bantalnya. Visual
pengamatan dari pasien
untuk meneteskan air liur
Bronkospasme, kesulitan Sebelum Setiap Inhalasi
depresi administrasi,pasien harus pengaturan Loxitanehanya.
pernafasan,pernafasan,per disaring untuk riwayat dosis Dapat diberikan
nafasan tertahan. asma, penyakit kronis hanya disetujui
paru obstruktif, atau fasilitas kesehatan
paru-paru lainnya terdaftar dalam
penyakit terkait dengan program REMS
bronkospasme.Pantau

20
pasien setiap 15 menit
untuk minimum 1 jam
setelah pengaturan obat
untuk Tanda dan gejala
bronkospasme (yaitu,
tanda-tanda vital dan
dada auskultasi). Hanya
satu Dosis 10 mg bisa
diberikan setiap 24 jam
Postinjeksi sedasi / Pengamatan terhadap Setiap Berakting panjang
delirium sindroma pasien untuk setidaknya pengaturan olanzapinepamoat
3 jam setelah dosis e
administrasi obat. monohidrathanya.
Monitor untuk sedasi Dapat diberikan
yang mungkin,tingkat hanya disetujui
yang berubah dari fasilitas kesehatan
kesadaran, terdaftar dalam
koma,delirium, program REMS
kebingungan,disorientasi
,agitasi, kecemasan,atau
kognitif lainnya
penurunan nilai

21
BAB II

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan makalah yang kami bahas dapat disimpulkan bahwa:

1. Skizofrenia ditandai dengan adanya delusi, halusinasi, bicara dan berfikir amburadul,
kebiasaan motoric yang abnormal, dan gejala motoric.
2. Terapi yang digunakan pada skizofrenia adalah dengan neroleptika dosis efektif
rendah lebih bermanfaat pada penderita dengan skizofrenia yang menahun, yang
dengan dosis efektif tinggi lebih berfaedah pada penderita dengan psikomotorik yang
meningkat. Pada penderita paranoid trifuloperazin rupanya lebih berhasil. Dengan
fenotiazin biasanya waham dan halusinasi hilang dalam waktu 2 – 3 minggu. Bila
tetap masih ada waham dan halusinasi, maka penderita tidak begitu terpengaruh lagi
dan menjadi lebih kooperatif, mau ikut serta dengan kegiatan lingkungannya dan mau
turut terapi kerja. Sesudah gejala-gejala menghilang, maka dosis dipertahankan
selama beberapa bulan lagi, jika serangan itu baru yang pertama kali. Jika serangan
skizofrenia itu sudah lebih dari satu kali, maka sesudah gejala-gejala mereda, obat
diberi terus selama satu atau dua tahun.
3. Kepada pasien dengan skizofrenia menahun, neroleptika diberi dalam jangka waktu
yang tidak ditentukan lamanya dengan dosis yang naik turun sesuai dengan keadaan
pasien (seperti juga pemberian obat kepada pasien dengan penyakit badaniah yang
menahun, umpamanya diabetes mellitus, hipertensi, payah jantung, dan sebagainya).
Senantiasa kita harus awas terhadap gejala sampingan.Hasilnya lebih baik bila
neroleptika mulai diberi dalam dua tahun pertama dari penyakit.
4. Tidak ada dosis standard untuk obat ini, tetapi dosis ditetapkan secara
individual.terapi dengan Elektro-Konvulsi (TEK) seperti juga dengan terapi konvulsi
yang lain, cara bekerjanya elektrokonvulsi belum diketahui dengan jelas. Dapat
dikatakan bahwa terapi konvulsi dapat memperpendek serangan skizofrenia dan
mempermudah kontak dengan penderita. Akan tetapi terapi ini tidak dapat mencegah
serangan yang akan datang. Bila dibandingkan dengan terapi koma insulin, maka
dengan TEK lebih sering terjadi serangan ulangan. Akan tetapi TEK lebih mudah
diberikan dapat dilakukan secara ambulant, bahaya lebih kurang, lebih murah dan

22
tidak memerlukan tenaga yang khusus pada terapi koma insulin. TEK baik hasilnya
pada jenis katatonik terutama stupor. Terhadap skizofrenia simplex efeknya
mengecewakan; bila gejala hanya ringan lantas diberi TEK, kadang-kadang gejala
menjadi lebih berat.Dengan terapi koma insulin meskipun pengobatan ini tidak
khusus, bila diberikan pada permulaan penyakit, hasilnya memuaskan.
5. Perlu juga diperhatikan lingkungan penderita. Bila mungkin di atur sedemikian rupa
sehingga ia tidak mengalami stres terlalu banyak. Bila mungkin sebaiknya ia
dikembalikan ke pekerjaan sebelum sakit, dan tergantung pada kesembuhan apakah
tanggung jawabnya dalam pekerjaan itu akan penuh atau tidak. Pada terapi lobotomi
prefrontal dapat dilakukan bila terapi lain secara intensif tidak berhasil dan bila
penderita sangat mengganggu lingkungannya. Jadi prognosa skizofrenia tidak begitu
buruk seperti dikira orang sampai dengan pertengahan abad ini. Lebih-lebih dengan
neroleptika, lebih banyak penderita dapat dirawat di luar rumah sakit jiwa.
6. Pengobatan pada skizofrenia bertujuan untuk meringankan gejala target, menghindari
efek samping, memperbaiki fungsi psikososial dan fungsi produktif, mencapai
kepatuhan dengan regimen yang diresepkan, melibatkan pasien dalam rencana
pengobatan. Sebelum pengobatan, dilakukan uji status mental, uji fisik dan neurologi,
riwayat social dan keluarga yang lengkap, interview diagnosa psikiatrik, dan
pemeriksaan laboratorium ( hitung darah lengkap, elektrolit, fungsi hati, fungsi ginjal,
ECG, glukosa puasa, lipid serum, fungsi thyroid dan UDS).

23
DAFTAR PUSTAKA

Wells B. G., Dipiro J.T., Schwinghammer T.L., and Dipiro C.V., 2015,
Pharmacotherapy Handbook, Ninth Edit., McGraw-Hill Education
Companies, Inggris.

24

You might also like