You are on page 1of 21

LAPORAN ADMINISTRASI PROYEK DAN HUKUM PEMBANGUNAN | 2016

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Jasa konstruksi mempunyai peranan penting dan strategis dalam pencapaian

berbagai sasaran guna menunjang terwujudnya tujuan pembangunan nasional, di

mana pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan

makmur yang merata material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-

Undang Dasar 1945. Untuk itu, dirasakan perlu pengaturan secara rinci dan jelas

mengenai jasa konstruksi.

Jasa Konstruksi adalah layanan jasa konsultasi perencanaan pekerjaan

konstruksi, layanan jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi, dan layanan jasa

konsultasi pengawasan pekerjaan konstruksi. Para pihak dalam suatu pekerjaan

konstruksi terdiri dari pengguna jasa dan penyedia jasa. Pengguna jasa dan penyedia

jasa dapat merupakan orang perseorangan atau badan usaha baik yang berbentuk

badan hukum maupun yang bukan berbentuk badan hukum. Penyedia jasa konstruksi

yang merupakan perseorangan hanya dapat melaksanakan pekerjaan konstruksi yang

berisiko kecil, yang berteknologi sederhana, dan yang berbiaya kecil. Sedangkan

pekerjaan konstruksi yang berisiko besar dan/atau yang berteknologi tinggi dan/atau

yang berbiaya besar hanya dapat dilakukan oleh badan usaha yang berbentuk

perseroan terbatas atau badan usaha asing yang dipersamakan.

Usaha Perencanaan Konstruksi adalah pemberian layanan jasa perencanaan

dalam pekerjaan konstruksi yang meliputi rangkaian kegiatan atau bagian-bagian dari

P a g e 1 | 21
LAPORAN ADMINISTRASI PROYEK DAN HUKUM PEMBANGUNAN | 2016

kegiatan mulai dari studi pengembangan sampai dengan penyusunan dokumen

kontrak kerja konstruksi, yang dapat terdiri dari :

a. Survei

b. Perencanaan umum, studi makro dan studi mikro

c. Studi kelayakan proyek, industri dan produksi

d. Perencanaan teknik, operasi dan pemeliharaan

e. Penelitian

1.2 Rumusan Masalah

 Bagaimana Peraturan terbaru terkait Jasa Konstruksi ?

1.3 Maksud dan Tujuan

Untuk penulis dan pembaca ;

a) Menjadi bahan pengetahuan mengenai Peraturan Jasa Konstruksi serta

memahami Peraturan tersebut.

b) Sebagai acuan pengetahuan yang ada menjadi lebih lengkap

1.4 Sistematika Laporan

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

1.2 Rumusan masalah

1.3 Maksud dan Tujuan

P a g e 2 | 21
LAPORAN ADMINISTRASI PROYEK DAN HUKUM PEMBANGUNAN | 2016

1.4 Sistematika laporan

BAB II DATA PERATURAN

2.1 Peraturan jasa konstruksi

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Pembahasan 1

3.2 Pembahasan 2

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan

4.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

P a g e 3 | 21
LAPORAN ADMINISTRASI PROYEK DAN HUKUM PEMBANGUNAN | 2016

BAB II

PENGUMPULAN DATA

2.1 Peraturan Jasa Konstruksi

Untuk peraturan yang akan dibahas, kami penulis akan membahas peraturan

jasa konstruksi dalam kurun waktu 1 (satu) tahun ke belakang dari tahun ini

sebagai berikut :

 PERATURAN MENTERI NOMOR 36 TAHUN 2015

Jenis : Peraturan menteri pekerjaan umum

Nomor : 36

Tahun : 2015

Tentang : Perubahan kedua atas peraturan menteri

pekerjaan umum no 10/PRT/M/2010 Tentang tata cara pemilihan pengurus,

masa bakti, tugas pokok dan fungsi, serta mekanisme kerja lembaga

pengembangan jasa konstruksi

Tanggal Pengundangan : 24 juli 2015

Status peraturan : Masih berlaku

P a g e 4 | 21
LAPORAN ADMINISTRASI PROYEK DAN HUKUM PEMBANGUNAN | 2016

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pembahasan 1

P a g e 5 | 21
LAPORAN ADMINISTRASI PROYEK DAN HUKUM PEMBANGUNAN | 2016

P a g e 6 | 21
LAPORAN ADMINISTRASI PROYEK DAN HUKUM PEMBANGUNAN | 2016

P a g e 7 | 21
LAPORAN ADMINISTRASI PROYEK DAN HUKUM PEMBANGUNAN | 2016

P a g e 8 | 21
LAPORAN ADMINISTRASI PROYEK DAN HUKUM PEMBANGUNAN | 2016

P a g e 9 | 21
LAPORAN ADMINISTRASI PROYEK DAN HUKUM PEMBANGUNAN | 2016

P a g e 10 | 21
LAPORAN ADMINISTRASI PROYEK DAN HUKUM PEMBANGUNAN | 2016

P a g e 11 | 21
LAPORAN ADMINISTRASI PROYEK DAN HUKUM PEMBANGUNAN | 2016

P a g e 12 | 21
LAPORAN ADMINISTRASI PROYEK DAN HUKUM PEMBANGUNAN | 2016

P a g e 13 | 21
LAPORAN ADMINISTRASI PROYEK DAN HUKUM PEMBANGUNAN | 2016

P a g e 14 | 21
LAPORAN ADMINISTRASI PROYEK DAN HUKUM PEMBANGUNAN | 2016

P a g e 15 | 21
LAPORAN ADMINISTRASI PROYEK DAN HUKUM PEMBANGUNAN | 2016

3.2 Pembahasan 2

a. Perubahan kedua dari PERMEN PU NOMOR 10/PRT/M/2010;

b. Penambahan ayat pada pasal I, ayat (3) dan ayat (4);

Ayat (3) dan ayat (4) :

Menteri dapat menambah jumlah pengurus lembaga tingkat nasional

dengan mekanisme yang tercantum pada lampiran 3. (dalam keadaan

tertentu :

 Keresahan masyarakat yang diakibatkan belum optimalnya sinergisitas

peran masyarakat jasa konstruksi dalam tingkat nasional.

Sinergitas/sinergi/sinergisme adalah kegiatan atau operasi

gabungan/kegiatan yang tergabung biasanya pengaruhnya lebih besar dari

jumlah total pengaruh masing-masing atau satu per satu.

 Ketika memerlukan percepatan pembangunan infrastruktur nasional.

c. Penambahan lampiran (3) dari lampiran (1) dan (2)

LAMPIRAN III

Susunan Kepengurudan dan Masa Bakti

Jumlah Pengurus lembaga Tingkat Nasional terdiri dari :

 Wakil kelompok Unsur Asosiasi Perusahaan paling banyak 12 (dua

belas)

 Wakil kelompok Unsur Asosiasi Profesi paling banyak 12 (dua belas)

 Wakil kelompok Unsur Instansi Pemerintah paling banyak 12 (dua

belas); dan

P a g e 16 | 21
LAPORAN ADMINISTRASI PROYEK DAN HUKUM PEMBANGUNAN | 2016

 Wakil kelompok Unsur Pakar/Perguruan Tinggi paling banyak 12 (dua

belas)

Susunan Kepengurusan Lembaga Tingkat Nasional terdiri dari :

 1 (satu) orang Ketua dan ketua harian yang merangkap menjadi

anggota; dan

 6 (enam) orang wakil ketua yang merangkap menjadi anggota

Mekanisme Penambahan Pengurus yaitu:

 Penetapan penambahan

 Rapat pengurus lembaga; dan

 Pengukuhan oleh menteri

Persyaratan:

 WNI

 Tingkat pendidikan paling rendah SLTA (Sekolah lanjutan tingkat

atas)

 Sehat (jasmani maupun rohani)

 Berpikir dan bersikap independen dan professional

Independen : indie, dapat berarti 'bebas', 'merdeka', 'berdiri

sendiri'/ sifat dimana orang itu memiliki jiwa yang mandiri.

Profesional : orang yang menyandang suatu jabatan atau pekerjaan

yang dilakukan dengan keahlian atau keterampilan yang tinggi/orang

P a g e 17 | 21
LAPORAN ADMINISTRASI PROYEK DAN HUKUM PEMBANGUNAN | 2016

yang menyadari betul arah kemana ia menjurus, mengapa ia

menempuh jalan itu, dan bagaimana caranya ia harus menuju

sasarannya.

 Tidak dalam status terpidana.

P a g e 18 | 21
LAPORAN ADMINISTRASI PROYEK DAN HUKUM PEMBANGUNAN | 2016

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Peraturan sendiri mempunyai arti perangkat yang berisi patokan dan

ketentuan untuk dijadikan pedoman yang merupakan hasil dari keputusan yang telah

disepakati dalam suatu organisasi/lembaga terkait yang bersifat mengikat,

membatasi dan mengatur. Serta sanksi jika tidak menaati peraturan tersebut.

Perubahan pada Peraturan Permen PU no.36 ini bertujuan untuk

mengembangkan dan menyesuaikan Jasa Konstruksi menurut kebutuhan-kebutuhan

nya agar terciptanya ketertiban, keteraturan, dan kenyaman.

Perubahan-perubahan pada Peraturan Permen PU no.36

a. Perubahan kedua dari PERMEN PU NOMOR 10/PRT/M/2010;

b. Penambahan ayat pada pasal I, ayat (3) dan ayat (4); dan

c. Penambahan lampiran (3) dari lampiran (1) dan (2)

4.2 Saran

Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok

bahasan dalam laporan ini, tentu nya masih banyak kekurangan dan kelemahan nya,

kerena terbatas nya pengetahuan dan kurang nya rujukan atau referensi yang ada

Penulis banyak berharap para pembaca memberikan kritik dan saran yang

membangun kepada penulis dan penulisan laporan dikesempatan – kesempatan

P a g e 19 | 21
LAPORAN ADMINISTRASI PROYEK DAN HUKUM PEMBANGUNAN | 2016

berikutnya. Semoga laporan ini berguna bagi penulis pada khusus nya juga para

pembaca pada umum nya.

P a g e 20 | 21
LAPORAN ADMINISTRASI PROYEK DAN HUKUM PEMBANGUNAN | 2016

DAFTAR PUSAKA

http://www.pu.go.id/site/view/76

http://kbbi.co.id

http://birohukum.pu.goid

P a g e 21 | 21

You might also like