Professional Documents
Culture Documents
Leukokoria(54-62%)
Strabismus (18%-22%)
Inflamasi
Hypopion
Hyphema
Leukokoria (35%)
Heterochromia
Penurunan visus (35%)
Spontaneous globe perforation
Strabismus (15%)
Proptosis
Floater (4%)
Katarak
Pain (4%)
Glaucoma
Nistagmus
Tearing
Anisocoroa
Diagnosis Banding
Retinoblastoma adalah diagnosis yang paling penting jika terdapat leukokoria pada anak.
Namun, hilangnya refleks fundus ini juga dapat disebabkan oleh, hal lain seperti katarak,
penyakit Coats, persistent fetal vasculature (PFV), retinopati prematur, ablasi retina,
toxocariasis, koloboma koroid, perdarahan vitreous, mielinisasi serat saraf retina, dan tumor
retina lainnya, seperti hamartoma astrocytic. Selain itu kekeruhan kornea juga dapat
menghasilkan refleks putih, tetapi hal ini dapat dengan mudah dibedakan dari leukocoria pada
pemeriksaan klinis.6
Toxocariasis dapat menyebabkan retina putih, perifer dengan tampilan yang mirip dengan
retinoblastoma. Toxocariasis biasanya unilateral, dan jika akut, dapat dikaitkan dengan tanda-
tanda peradangan. Riwayat demam, eosinofilia, pneumonitis, atau hepatosplenomegali sangat
sugestif untuk manifestasi sistemik larva migrans perifer. Serum titer positif bagi Toxocara canis
akan lebih mendukung diagnosis.6
PFV adalah penyakit kongenital, dan leukocoria terlihat pada masa awal kehidupan,
bahkan pada saat lahir. Biasanya bersifat unilateral, dan mata cenderung microphthalmic.
Katarak sering menyertai penyakit ini.. USG bisa membantu membedakan PFV dari
retinoblastoma.6
Eksudat pada penyakit Coats lebih kuning karena adanya eksudasi lipid. Penyakit Coats
biasanya unilateral dan dominan pada anak laki-laki antara 6 dan 8 tahun yang mana merupakan
usia yang lebih tua dari pasien retinoblastoma.6
B-scan ultrasonografi dapat membantu dalam membedakan retinoblastoma dari kondisi-
kondisi ini. Adanya kalsifikasi intralesi difus yang berhubungan dengan massa membantu
diagnosis retinoblastoma. Massa retrolental yang tidak terkalsifikasi dan aksial yang pendek
dibandingkan mata kontralateral membantu menegakkan diagnosis PFV. Fluorescein
angiography (FA) dapat membantu untuk membedakan antara retinoblastoma dan penyakit
Coats.6
Tatalaksana
Regresi spontan dari retinoblastoma dapat terjadi, namun sangat jarang. Tatalaksana
retinoblastoma bertujuan untuk mempertahankan kehidupan, mempertahankan bola mata dan
mempertahankan penglihatan. Penanganan retinoblastoma bergantung pada besarnya tumor,
bilateral, perluasan ke jaringan ekstra okular dan adanya tanda-tanda metastasis jauh. Jenis-jenis
terapi pada retinoblastoma adalah :7
1. Fotokoagulasi laser
Fotokoagulasi digunakan sebagai terapi primer pada tumor kecil yang terletak di
posterior. Fotokoagulasi laser sangat bermanfaat untuk retinoblastoma stadium sangat dini.
Dengan melakukan fotokoagulasi laser diharapkan pembuluh darah yang menuju ke tumor akan
tertutup sehingga sel tumor akan menjadi mati. Laser yang paling sering digunakan adalah argon
atau xenon.7
2. Krioterapi
Krioterapi dapat digunakan untuk tumor yang diameternya 3,5 mm dengan ketebalan 3
mm, tanpa adanya vitreous seeding dan terletak di anterior. Krioterapi dapat digabung dengan
fotokoagulasi laser. Krioterapi dilakukan secara transklera, pembekuan dilakukan sampai semua
badan tumor membentuk jaringan es. Siklus refreeze-thaw diulang 3-4 kali.7
3. Termoterapi
Panas yang ekstrim ditargetkan untuk membunuh sel kanker.7
4. Enukleasi bulbi
Enukleasi merupakan terapi definitif untuk retinoblastoma unilateral pada pasien yang
belum meluas ke ekstraokular.1 Enukleasi dilakukan apabila tumor sudah memenuhi segmen
posterior bola mata dan visus sudah sangat menurun. Enukleasi dilakukan untuk mencegah
perluasan tumor ke jaringan sekitar. Setelah mengangkat bola mata, dapat di pasang implan mata
artifisial pada rongga orbita. Otot ekstraokular akan dilekatkan pada implan mata, sehingga otot
mata dapat menggerakan implan mata seperti halnya dengan mata normal. Implan mata tidak
dapat melihat, namun dapat bergerak dan terlihat layaknya seperti mata yang normal.7
5. Kemoterapi
Kemoterapi adalah obat-obatan yang diberikan yang akan ditransportasikan oleh darah ke
seluruh tubuh untuk membunuh sel kanker. Kemoterapi biasanya digunakan bersama dengan
terapi konsolidatif fokal. Prinsip pentalaksanaan ini disebut sebagai kemoreduksi karena
tujuannya adalah untuk mengecilkan ukuran tumor, sehingga selanjutnya dapat dilakukan terapi
konsolidatif fokal atau terapi lain untuk mengatasi sel kanker yang tersisa. Pengecilkan ukuran
tumor akan meningkatkan angka kesuksesan terapi konsolidatif fokal. Terapi konsolidatif fokal
bersifat dekstruksi terhadap sel tumor secara langsung ataupun dengan menghancurkan barier
pembuluh darah okular sehingga akan meningkatkan penetrasi obat kemoterapi ke dalam bola
mata.1 Kemoterapi juga dapat digunakan untuk menatalaksana kanker yang sudah menginvasi
keluar dari bola mata. Indikasinya adalah pada tumor yang sudah dilakukan enukleasi bulbi yang
pada pemeriksaan patologi anatomi terdapat tumor pada khoroid dan atau mengenai nervus
optikus. Kemoterapi juga diberikan pada pasien yang sudah dilakukan eksenterasi dan dengan
metastase regional atau metastase jauh.7
Pada pasien dengan retinoblastoma bilateral yang lanjut, sisi mata yang kelainannya lebih
berat diterapi dengan enukleasi bulbi, sedangkan sisi mata yang lebih ringan diterapi dengan
kemoreduksi dengan atau tanpa EBR.7
Retinoblastoma study group menganjurkan penggunaan carboplastin, vincristine sulfate,
dan etopozide phospate. Teknik lain yang dapat digabungkan dengan metode kemoterapi ini
adalah :7
a. Kemotermoterapi
Dimana setelah dilakukan kemoreduksi dilanjutkan dengan termoterapi. Cara ini
paling baik untuk tumor-tumor yang berada pada fovea dan nervus optikus dimana
dilakukan radiasi atau fotokoagulasi laser
b. Kemoradioterapi
Dimana kombinasi antara kemoterapi dan radioterapi yang dapat dipergunakan
untuk tumor-tumor lokal dan sistemik.
1. N.optikus, atau
Less advanced Advanced koroid
-RE : I, II, III -RE : IV, V 2. Orbital
-ICRB : A, B, C -ICRB : D, E 3. Sistem saraf pusat
4. Metastasis jauh
Komplikasi
Pasien dengan retinoblastoma membutuhkan tindak lanjut jangka panjang karena pasien
tersebut memiliki resiko keganasan sekunder di seluruh tubuh seumur hidup. Tumor sekunder
yang paling umum adalah osteosarcoma. Tumor lainnya adalah PNETs, fibrosarcoma, dan
melanoma. Pasien yang telah diobati dengan radiasi berada pada resiko tinggi untuk tumor
sekunder.8
Prognosis
Dengan modalitas kemoterapi saat ini termasuk intravena, intra-arteri, dan kemoterapi
intravitreal, tingkat kesembuhan pasien lebih dari 95%. Prognosis visual tergantung pada ukuran
dan lokasi tumor. Prognosis retinoblastoma baik jika dilakukan terapi yang tepat. Angka
kesembuhannya hampir 90% jika nervus optikus tidak terlibat dan enukleasi dilakukan sebelum
tumor melewati lamina kribosa. Angka ketahanan hidup jadi 60% jika tumor meluas melewati
lamina kribosa. Kematian terjadi kerana perluasan intrakranial.1
Daftar Pustaka
1. American Academy of Ophtalmology. 2014. Ophtalmic patology and intraocular tumors. San
Francisco: American Academy of Ophtalmology.
2. Herzog, Cynthia E. 2004. Retinoblastoma. In: Behrman, Richard E, Robert Kliegman,Hall B,
Jenson. Nelson Textbook of Pediatric. Philadelphia: WB Saunders
3. Khurana, AK. 2007. Retinoblastoma. In: Comprehensive Ophtalmology. New Delhi: New
Age International (P).
4. Dimaras H,Kimani K, Dimba EAO, Gronsdahl P, White A, Chan HSL, et al.
Retinoblastoma. Lancet. 2012 March 12; 379: 1436-46.
5. Rodriguez-Galindo, Orbach DB, VanderVeen D. Retinoblastoma. Pediatr Clin N Am. 2015;
62: 201-203.
6. Dimaras H,Kimani K, Dimba EAO, Gronsdahl P, White A, Chan HSL, et al.
Retinoblastoma. Lancet. 2012 March 12; 379: 1436-46.
7. Rodriguez-Galindo, Orbach DB, VanderVeen D. Retinoblastoma. Pediatr Clin N Am. 2015;
62: 201-203.
8. Correa ZM, Berry JL. Retinoblastoma. 2016 (diunduh 13 Desember 2017). Tersedia dari:
URL:http:// www.aao.org/pediatric-center-detail/retinoblastoma-2016.
9. American Academy of Ophtalmology. 2007. Ophtalmic patology and intraocular tumors.
San Fransisco : American Academy of Ophtalmology
10. American Academy of Ophtalmology. 2013 (diakses 27 desember 2017). Tersedia dari :
URL : http://www.aao.org/topic-detail/retinoblastoma.