You are on page 1of 35

KEPERAWATAN MATERNITAS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL TRIMESTER 3 DENGAN


KOMPLIKASI SOLUSIO PLASENTA

Oleh:
Rendi Yoga Saputra 175070209111010
Litwinayanti Perwita 175070209111033
Robertus Karmanto 175070209111068
Amirul Kadarusman 175070209111079
Karmilah Dewi 175070209111030
Aan Trisnayati 175070209111078
Nadhirotul F. Evy S 175070209111013
Inne Kusbandiyah 175070209111014
Yuliana Perpetua Woa 175070209111049
Neisen Monim 175070209111069
Yeti Eukarista Paskalia 175070209111047
Musaffa ridhani 175070209111001
Nurul ilmi 175070209111055

JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehamilan merupakan anugerah luar biasa yang tuhan berikan kepada pasangan suami

istri. Kehamilan adalah masa dimana seorang wanita membawa embrio atau fetus di dalam

tubuhnya (Arief, 2008). Kehamilan berlangsung selama 40 minggu yang dibagi menjadi 3

trimester kehamilan yaitutrimester 1 (pertama) usia kandungan 0-12 minggu, trimester 2

(kedua) usia kandungan 13-28 minggu, dan trimester 3 (ketiga) usia kandungan 29-40

minggu.

Kehamilan trimester ketiga merupakan periode pertumbuhan janin dalam rentang

waktu 29-40 minggu. Janin ibu sedang berada di dalam tahap penyempurnaan Dan akan

semakin bertambah besar sampai memenuhi seluruh rongga rahim. Peran perawatsangat

penting sebagai pemberi asuhan yang tepat karena pada trimester ini banyak masalah

bahkan komplikasi yang dapat dialami ibu. Beberapa masalah obstetrik yang dapat terjadi

antara lain perdarahan antepartum yang disebabkan oleh solusio plasenta.Badan dunia

WHO (2008) menunjukan tiga masalah penyebab utama kematian ibu yaitu perdarahan

(28%), pre eklampsia (24%), dan infeksi (11%).Oleh karena itu, perdarahan pada masa

kehamilan merupakan suatu tanda bahaya yang berdampak pada kematian ibu.

Salah satu penyebab perdarahan antepartum pada trimester 3adalah solusio plasenta

yaitu terlepasnya sebagian atau seluruh permukaan maternalplasenta dari tempat

implantasinya yang normal pada lapisan desidua endometriumsebelum waktunya

kelahiran.Dalam plasenta terdapat banyak pembuluh darah yang memungkinkan

pengantaran zat nutrisi dari ibu kejanin, jika plasenta ini terlepas dari implantasi normalnya

dalam masa kehamilan maka akan mengakibatkan perdarahan yang hebat.

Perdarahan pada solusio plasenta lebih berbahaya daripada plasenta previa karena

pada solusio placenta hampir tidak adaperdarahan yang tampak keluar dari vagina,
sedangkan perdarahan yang berlangsung di internal sangat banyak sehinggaseringkali

perkiraan jumlah volume darah yang keluar sulit diperhitungkan dan ibu beresiko

mengalamikondisi syok.

Solusio plasenta merupakan salah satu penyebab perdarahan antepartum

yang memberikan kontribusi terhadap kematian maternal dan perinatal di

Indonesia. Seorang ibu yang pernah mengalami solusio plasenta, mempunyai resiko yang

lebih tinggi mengalami kekambuhan pada kehamilan berikutnya. Sangat penting bagi

perawat mengenali tanda dan komplikasi yang terjadi pada pasien agar dapat memberikan

penanganan asuhan keperawatan secara baik dan benar sehingga angka kematian ibu

yang disebabkan perdarahan antepartum dapat menurun.

B. Batasan Masalah

Makalah yang kami buat ini dibatasi mengenai solusio plasenta pada hal-hal

definisi solusio plasenta, etiologi, patofisiologi, klasifikasi solusio plasenta, manifestasi

klinis, pemeriksaan penunjang, komplikasi, penatalaksanaan dan asuhan keperawatan

pada solusio plasenta.

C. Tujuan

Tujuan pembuatan makalah ini yaitu :

1. Untuk mengetahui definisi solusio plasenta.

2. Untuk mengetahui etiologi dari solusio plasenta.

3. Untuk mengetahui patofisiologi dan solusio plasenta.

4. Untuk mengetahui kalsifikasi dari solusio plasenta.

5. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari solusio plasenta.

6. Untuk mengetahui pemeriksaan pemnunjang untuk solusio plasenta.

7. Untuk mengetahui klasifikasi dari solusio plasenta.

8. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari solusio plasenta.

9. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan solusio plasenta.


D. Manfaat

Manfaat dari penyusunan makalah ini yaitu memberikan informasi kepada mahasiswa

tentang solusio plasenta sampai asuhan keperawatan pasien dengan solusio plasenta.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Perdarahan pada kehamilan memberikan dampak yang membahayakan ibu dan janin

dalam kandungan. Perdarahan yang dapat membahayakan dan berhubungan dengan

trimester ketiga adalah mengalami perdarahan solusio plasenta.

A. Konsep Dasar solusio plasenta

1. Pengertian

Solusio Plasenta adalah terlepasnya sebagian atau keseluruhan placenta dari

implantasi normalnya (korpus uteri) sebelum janin lahir, dengan disertai perdarahan

pervaginam pada usia kehamilan 20 minggu atau berat janin di atas 500 gram.

2. Epidemiologi

Insiden solusio plasenta bervariasi antara 0,2-2,4 % dari seluruh kehamilan. Slava

dalam penelitiannya melaporkan insidensi solusio plasenta di dunia adalah 1% dari

seluruh kehamilan. Di sini terlihat bahwa tidak ada angka pasti untuk insiden solusio

plasenta, karena adanya perbedaan kriteria menegakkan diagnosisnya.Penelitian

Cunningham di Parkland Memorial Hospital melaporkan 1 kasus dalam 500

persalinan. Tetapi sejalan dengan penurunan frekuensi ibu dengan paritas tinggi,

terjadi pula penurunan kasus solusio plasenta menjadi 1 dalam 750 persalinan.

Menurut hasil penelitian yang dilakukan Deering didapatkan 0,12% dari semua

kejadian solusio plasenta di Amerika Serikat menjadi sebab kematian bayi.

Penelitian retrospektif yang dilakukan oleh Ducloy di Swedia melaporkan dalam

894.619 kelahiran didapatkan 0,5% terjadi solusio plasenta.

3. Etiologi

Penyebab primer solusio plasenta belum diketahui secara pasti, namun ada

beberapa faktor yang menjadi predisposisi :


1) Faktor kardio-reno-vaskuler

Glomerulonefritis kronik, hipertensi essensial, sindroma preeklamsia dan

eklamsia dapat menyebabkan solution plasenta. Pada penelitian di Parkland,

ditemukan bahwa terdapat hipertensi pada separuh kasus solusio plasenta berat,

dan separuh dari wanita yang hipertensi tersebut mempunyai penyakit hipertensi

kronik dan sisanya hipertensi yang disebabkan oleh kehamilan. Dapat terlihat

solusio plasenta cenderung berhubungan dengan adanya hipertensi pada ibu.

2) Faktor trauma

Trauma yang dapat terjadi antara lain :

 Dekompresi uterus pada hidroamnion dan gemeli.

 Tarikan pada tali pusat yang pendek akibat pergerakan janin yang

banyak/bebas, versi luar atau tindakan pertolongan persalinan.

 Trauma langsung, seperti terjatuh atau terkena tendangan

3) Faktor usia ibu

Dalam penelitian Prawirohardjo di RSUPNCM dilaporkan bahwa terjadinya

peningkatan kejadian solusio plasenta sejalan dengan meningkatnya umur ibu.

Hal ini dapat diterangkan karena makin tua umur ibu, makin tinggi frekuensi

hipertensi menahun.

4) Faktor penggunaan kokain

Penggunaan kokain mengakibatkan peninggian tekanan darah dan peningkatan

pelepasan katekolamin, yang mana bertanggung jawab atas terjadinya

vasospasme pembuluh darah uterus dan dapat berakibat terlepasnya plasenta.

Namun, hipotesis ini belum terbukti secara definitif. Angka kejadian solusio

plasenta pada ibu-ibu penggunan kokain dilaporkan berkisar antara 13-35%.

5) Faktor kebiasaan merokok

Ibu yang perokok juga merupakan penyebab peningkatan kasus solusio plasenta

sampai dengan 25% pada ibu yang merokok ≤ 1 (satu) bungkus per hari. Ini

dapat diterangkan pada ibu yang perokok plasenta menjadi tipis, diameter lebih
luas dan beberapa abnormalitas pada mikrosirkulasinya.

6) Riwayat solusio plasenta sebelumnya

Hal yang sangat penting dan menentukan prognosis ibu dengan riwayat solusio

plasenta adalah bahwa resiko berulangnya kejadian ini pada kehamilan

berikutnya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan ibu hamil lainnya yang tidak

memiliki riwayat solusio plasenta sebelumnya.

7) Pengaruh lain, seperti anemia, malnutrisi/defisiensi gizi, tekanan uterus pada

vena cava inferior dikarenakan pembesaran ukuran uterus oleh adanya

kehamilan.

4. Patofisiologi

Solusio plasenta dimulai dengan terjadinya perdarahan ke dalam desidua basalis

dan terbentuknya hematom subkhorionik yang dapat berasal dari pembuluh darah

miometrium atau plasenta, dengan berkembangnya hematom subkhorionik terjadi

penekanan dan perluasan pelepasan plasenta dari dinding uterus.

Apabila perdarahan sedikit, hematom yang kecil hanya akan sedikit mendesak

jaringan plasenta dan peredaran darah utero-plasenter belum terganggu, serta

gejala dan tandanya pun belum jelas. Kejadian baru diketahui setelah plasenta lahir,

yang pada pemeriksaan plasenta didapatkan cekungan pada permukaan

maternalnya dengan bekuan darah lama yang berwarna kehitaman. Biasanya

perdarahan akan berlangsung terus-menerus/tidak terkontrol karena otot uterus yang

meregang oleh kehamilan tidak mampu berkontraksi untuk membantu dalam

menghentikan perdarahan yang terjadi. Akibatnya hematom subkhorionik akan

menjadi bertambah besar, kemudian akan medesak plasenta sehingga sebagian dan

akhirnya seluruh plasenta akan terlepas dari implantasinya di dinding uterus.

Sebagian darah akan masuk ke bawah selaput ketuban, dapat juga keluar melalui

vagina, darah juga dapat menembus masuk ke dalam kantong amnion, atau

mengadakan ekstravasasi di antara otot-otot miometrium. Apabila ekstravasasinya

berlangsung hebat akan terjadi suatu kondisi uterus yang biasanya disebut dengan
istilah Uterus Couvelaire, dimana pada kondisi ini dapat dilihat secara makroskopis

seluruh permukaan uterus terdapat bercak-bercak berwarna biru atau ungu. Uterus

pada kondisi seperti ini (Uterus Couvelaire) akan terasa sangat tegang, nyeri dan

juga akan mengganggu kontraktilitas (kemampuan berkontraksi) uterus yang sangat

diperlukan pada saat setelah bayi dilahirkan sebagai akibatnya akan terjadi

perdarahan post partum yang hebat.

Akibat kerusakan miometrium dan bekuan retroplasenter adalah pelepasan

tromboplastin yang banyak ke dalam peredaran darah ibu, sehingga berakibat

pembekuan intravaskuler dimana-mana yang akan menghabiskan sebagian besar

persediaan fibrinogen. Akibatnya ibu jatuh pada keadaan hipofibrinogenemia. Pada

keadaan hipofibrinogenemia ini terjadi gangguan pembekuan darah yang tidak

hanya di uterus, tetapi juga pada alat-alat tubuh lainnya.

5. Klasifikasi

a. Menurut derajat lepasnya plasenta, solusio plasenta diklasifikasikan menjadi :

 Solusio plasenta partsialis : bila hanya sebagian plasenta terlepas dari

tempat pelekatnya.

 Solusio plasenta totalis : bila seluruh plasenta sudah terlepas dari tempat

pelekatnya.

 Prolapsus plasenta : bila plasenta turun kebawah dan dapat teraba pada

pemeriksaan dalam.

b. Menurut derajatnya, solusio plasenta dibagi menjadi :

 Solusio plasenta ringan

Ruptur sinus marginalis atau terlepasnya sebagian kecil plasenta yang tidak

berdarah banyak akan menyebabkan perdarahan pervaginan berwarna

kehitaman dan sedikit. Perut terasa agak sakit atau terus menerus agak

tegang. Bagian janin masih mudah diraba.

 Solusio plasenta sedang

Plasenta telah terlepas lebih dari seperempat tanda dan gejala dapat timbul
perlahan atau mendadak dengan gejala sakit terus menerus lalu perdarahan

pervaginan. Dinding uterus teraba tegang terus menerus dan nyeri tekan

sehingga bagian-bagian janin susah diraba serta bunyi jantung janin susah

didengar. Walaupun perdarahan pervaginam dapat sedikit, tetapi perdarahan

sebenarnya mungkin telah mencapai 1000 ml. Ibu mungkin telah jatuh ke

dalam syok, demikian pula janinnya yang jika masih hidup mungkin telah

berada dalam keadaan gawat

 Solusio plasenta berat

Plasenta telah lepas dari dua pertiga permukaan disertai penderita shock.

Terjadi sangat tiba-tiba. Biasanya ibu telah jatuh dalam keadaan shock dan

janinnya telah meninggal. Uterus teraba sangat tegang seperti papan dan

sangat nyeri.

6. Gejala Klinis

1) Perdarahan biasanya pada trimester ketiga, perdarahan pervaginan berwarna

kehitam-hitaman yang sedikit sekali dan tanpa rasa nyeri sampai dengan yang

disertai nyeri perut, uterus tegang, perdarahan pervaginan yang banyak, syok

dan kematian janin intra uterin.

2) Tanda vital dapat normal sampai menunjukkan tanda syok.

3) Nyeri tekan uterus dan tegang, bagian-bagian janin yang sukar dinilai, denyut

jantung janin sulit dinilai / tidak ada, air ketuban berwarna kemerahan karena

tercampur darah.

7. Pemeriksaan Diagnostik

a. Pemeriksaan laboratorium

 Urin : Albumin (+), pada pemeriksaan sedimen dapat ditemukan silinder dan

leukosit.

 Pemeriksaan laboratorium darah : hemoglobin, hemotokrit, trombosit, waktu

protombin, waktu pembekuan, waktu tromboplastin, parsial, kadar fibrinogen,

dan elektrolit plasma.


b. Pemeriksaaan Ultrasonografi (USG)

Pada pemeriksaan USG yang dapat ditemukan antara lain :

 Terlihat daerah terlepasnya plasenta

 Janin dan kandung kemih ibu

 Darah

 Tepian plasenta

c. Kardioktografi : untuk mengetahui kesejahteraan janin

8. Komplikasi

Komplikasi solusio plasenta pada ibu dan janin tergantung dari luasnya plasenta

yang terlepas, usia kehamilan dan lamanya solusio plasenta berlangsung.

1) Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu :

a. Syok hemoragik

b. Gagal ginjal.

Gagal ginjal merupakan komplikasi yang sering terjadi pada penderita solusio

plasenta dan pada dasarnya disebabkan oleh keadaan hipovolemia karena

perdarahan yang terjadi. Biasanya terjadi nekrosis tubuli ginjal yang

mendadak yang umumnya masih dapat ditolong dengan penanganan yang

baik. Perfusi ginjal akan terganggu karena syok dan pembekuan

intravaskuler. Oliguri dan proteinuri akan terjadi akibat nekrosis tubuli atau

nekrosis korteks ginjal mendadak. Oleh karena itu oliguria hanya dapat

diketahui dengan pengukuran pengeluaran urin yang harus secara rutin

dilakukan pada solusio plasenta berat. hipovolemia, secepat mungkin

menyelesaikan persalinan dan mengatasi kelainan pembekuan darah.

c. Kelainan pembekuan darah.

Kelainan pembekuan darah pada solusio plasenta biasanya disebabkan oleh

hipofibrinogenemia.

d. Apoplexi uteroplacenta (Uterus Couvelaire).

Pada solusio plasenta yang berat terjadi perdarahan dalam otot-otot rahim
dan di bawah perimetrium dan terkadang juga dalam ligamentum latum.

Perdarahan ini menyebabkan gangguan kontraktilitas uterus dan warna

uterus berubah menjadi biru atau ungu yang biasa disebut Uterus couvelaire.

Tapi apakah uterus ini harus diangkat atau tidak, tergantung pada

kesanggupannya dalam membantu menghentikan perdarahan.

2) Komplikasi yang dapat terjadi pada janin:

a. Fetal distress

b. Gangguan pertumbuhan/perkembangan

c. Hipoksia dan anemia

d. Kematian

9. Penatalaksanaan

a. Konservatif

Menunda kelahiran mungkin bermanfaat pada janin yang masih imatur serta bila

solusio plasenta hanya berderajat ringan. Tidak adanya deselerasi tidak

menjamin lingkungan intra uterine aman. Harus segera dilakukan langkah-

langkah untuk memperbaiki hipovolemia, anemia dan hipoksia ibu sehingga

fungsi plasenta yang masih berimplantasi dapat dipulihkan. Tokolisis harus di

anggap kontra indikasi pada solusio plasenta yang nyata secara klinis.

b. Aktif

Pelahiran janin secara cepat yang hidup hampir selalu berarti seksio caesaria.

Seksio sesaria kadang membahayakan ibu karena ia mengalami hipovolemia

berat dan koagulopati konsumtif. Apabila terlepasnya plasenta sedemikian

parahnya sehingga menyebabkan janin meninggal lebih dianjurkan persalinan

pervaginam kecuali apabila perdarahannya sedemikian deras sehingga tidak

dapat di atasi bahkan dengan penggantian darah secara agresif atau terdapat

penyulit obstetric yang menghalangi persalinan pervaginam.


ASUHAN KEPERAWATAN

Pada bab ini akan disajikan tentang konsep dasar asuhan keperawatan pada ibu hamil

dengan gangguan solusio plasenta

1. Pengkajian

 Data subjektif

a. Identitas pasien secara lengkap

 Biodata pasien dan penanggung Jawab

b. Keluhan utamadan alasan datang

 Pasien mengatakan perdarahan yang disertai nyeri.

 Rahim keras seperti papan dan nyeri tekan karena isi rahim bertambah

dengan dorongan yang berkumpul dibelakang plasenta, sehingga rahim

tegang.

 Perdarahan yang berulang-ulang.

c. Riwayat penyakit sekarang

Darah terlihat merah kehitaman karena membentuk gumpalan darah, darah yang

keluar sedikit banyak, terus menerus. Akibat dari perdarahan pasien lemas dan

pucat. Sebelumnya biasanya pasien pernah mengalami hypertensi esensialis

atau pre eklampsi, tali pusat pendek trauma, uterus yang sangat mengecil

(hydroamnion gameli) dll.

d. Riwayat kesehatan ( dahulu, sekarang dan keluarga)

Kemungkinan pasien pernah menderita penyakit hipertensi / pre eklampsi, tali

pusat pendek atau trauma uterus.

e. Riwayat perkawinan (usia menikah, lama menikah, berapa kali menikah)

f. Riwayat menstruasi (menarche, siklus/lama, banyaknya haid, dismenorea)

g. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

h. Riwayat kehamilan sekarang (usia kehamilan menurut pasien, HPHT/HPL,


periksa ANC berapa kali, terapi, penkes, suntik TT 1-3, kebiasaan merokok,

minum-minuman keras, jamu, obat-obatan, ada hewan peliharaan, gerakan janin,

rencana bersalin)

i. Riwayat KB (KB yang digunakan, lamanya, alasan berhenti, rencana KB setelah

bersalin)

j. Kebutuhan sehari-hari sebelum dan selama hamil (nutrisi, eliminasi, aktivitas,

istirahat, seksual, personal hygiene)

k. Psikososiospiritual (perasaan dg kehamilan, respon keluarga terhadap

kehamilan, siapapengambil keputusan dominan)

l. Riwayat psikologis

Pasien cemas karena mengalami perdarahan disertai nyeri, serta tidak

mengetahui asal dan penyebabnya.

 Data obyektif

a. Pemeriksaan fisik

b. Keadaan umum

 Tingkat kesadaran : composmetis sampai dengan apatis

 Postur tubuh : biasanya gemuk

 Raut wajah : biasanya pucat

c. Berat badan / Tinggi badan

d. Lingkar lengan atas

e. Tanda-tanda vital meliputi

 Tensi : normal sampai turun (syok)

 Nadi : normal sampai meningkat (> 90x/menit)

 Suhu : normal / meningkat (> 37o c)

 RR : normal / meningkat (> 24x/menit)

f. Status Present : Head to toe (Tulang Belakang lordosis)

g. Status Obstetri :
1. Inspeksi

 Muka : tidak ada cloasma gravidarum, tidak odema

 Mamae : Montgomery terlihat, puting susu menonjol, colostrum sudah

keluar

 Perut : Linea Alba dan Striae gravidarum ada

 Anus : tidak hemoroid

2. Palpasi

 Leopold I : TFU pertengahan antara prosesus xipoideus dan pusatbagian

fundus teraba bulat, lunak dan tidak melenting

 Leopold II : Bagian Kanan ibu teraba ada tahanan memanjang,

kerasbagian Kiri ibu teraba bagian kecil kecil janin

 Leopold III : Bagian segmen bawah rahim teraba bagian bulat, keras dan

melenting

 Leopold IV : Keduan jari jari tangan bertemu berarti kepala janin belum

masukPAP

3. Auskultasi

 Detak jantung janin

4. Perkusi

 Reflek patella : + / +

h. Pemeriksaan cepalo caudal

 Kepala : kulit kepala biasanya normal / tidak mudah mengelupas rambut

biasanya rontok / tidak rontok.

 Muka : biasanya pucat, tidak oedema ada cloasma

 Hidung : biasanya ada pernafasan cuping hidung

 Mata : conjunctiva anemis

 Dada : bentuk dada normal, RR meningkat, nafas cepat dan dangkal

 Abdomen
1. Inspeksi : perut besar (buncit), terlihat etrio pada area perut, terlihat linea

alba dan ligra

2. Palpasi rahim keras, fundus uteri naik

3. Auskultasi : tidak terdengar DJJ, tidak terdengar gerakan janin.

 Genetalia

Hiperpregmentasi pada vagina, vagina berdarah / keluar darah yang merah

kehitaman, terdapat farises pada kedua paha / femur.

 Ekstimitas

Akral dingin, tonus otot menurun.

i. Pemeriksaan Penunjang

 Darah : Hb, hemotokrit, trombosit, fibrinogen, elektrolit.

 USG untuk mengetahui letak plasenta,usia gestasi, keadaan janin.

 Kardioktokgrafi : untuk mengetahui kesejahteraan janin

2. Diagnosa keperawatan

1. Nyeri akut b/d agen cedera fisik

2. Defisit volume cairan b/d perdarahan

3. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b/d trauma

4. Resti cedera terhadap janin b/d insufiensi plasenta

5. Defisit Pengetahuan b/d Kurang sumber pengetahuan


3. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama klien : Tgl Pengkajian :
No. Reg : Diagnosa Medis : Solusio Plasenta

No Tgl Diagnosa Tujuan & Kriteria hasil Intervensi


Keperawatan
1 Nyeri akut b/d Tujuan:
NIC:
agen cedera Setelah dilakukan perawatan klien menunjukkan nyeri tekontrol
Pain Manajement
fisik Kriteria Hasil:
1. Lakukan pengkajian
NOC: Tingkat Nyeri
nyerisecara komprehensif
NO Indikator Skala Keterangan termasuk lokasi,
Saat Target skala target karakteristik,
pengkajian durasi,frekuensi, kualitas
1. Nyeri yang dilaporkan 5 1. Berat dan faktor presipitasi.
2. Panjangnya episode 5 2. Cukup berat 2. Observasi reaksi non
3. nyeri 5 3. Sedang verbal
4. Ekspresi nyeri wajah 5 4. Ringan danketidaknyamanan,
5. Mengerang dan 5 5. Tidak ada seperti tampak meringis,
menangis memegangi bagian tubuh
6. Ketegangan otot 5 yangsakit.
Fokus menyempit 3. Gunakan tehnik
Berkeringat komunikasiterapeutik
berlebihan untuk
NOC : Kontrol Nyeri mengetahui pengalaman
No. Indikator Skala Skala Keterangan nyeri pasien.
pengkajian target skala target 4. Kontrol lingkungan yang
1. Mengenali kapan 5 1. Tidak pernah dapat mempengaruhi
nyeri terjadi menunjukka nyeri seperti
2. Menggambarkan 5 n suhuruangan,
factor penyebab 2. Jarang pencahayaan
3. Menggunakan 5 menunjukka dankebisingan.
tindakan pencegahan n 5. Kurangi faktor presipitasi
4. Menggunakan 5 3. Kadang- nyeri.
tindakan pengurangan kadang 6. Pilih dan lakukan
(nyeri) tanpa menunjukka penanganan nyeri
5. analgesic 5 n farmakologi (analgetik)dan
Mengenali apa yang 4. Sering non-farmakologi(relaksasi
terkait dengan gejala menunjukka nafas dalam)
6. nyeri 5 n
Melaporkan nyeri 5. Secara Pemberian analgesik
yang terkontrol konsisten 7. Cek perintah pengobatan
menunjukka meliputi obat,dosis, dan
n frekuensi obat analgesik
8. Cek adanya riwayat alergi
obat
9. Monitor TTV sebelum dan
sesudah pemberian obat
analgesik
10. Evaluasi keefektifan
analgesik dan efek
samping
11. Dokumentasikan respon
terhadap analgesik dan
adanya efek samping

Ajarkan tentang penggunaan


analgesic
2. Defisit volume Tujuan :setelah dilakukan perawatan selama 1x24 jam diharapkan NIC :
cairan b/d cairan dan elektrolit pasien seimbang.
 Fluid monitor
perdarahan Kriteria Hasil :
1. Monitor tekanan
NOC :
darah,denyut jantung dan
 Fluid balance
status pernafasan.
 Keparahan kehilangan darah
2. Monitor tekanan darah
 Electrolyte balance
ortostatik dan perubahan
No Indikator 1 2 3 4 5 Keterangan irama jantung dengan
1. 1. Tekanan darah √ 1. Sangat tepat.
2. Denyut nadi radial √√ terganggu
3. Tekanan arteri rata- 2. Banyak 3. Monitor membran
rata √ terganggu mukosa,turgor kulit dan
4. Keseimbangan intake 3. Cukup
respon haus
dan output dalam 24 terganggu
jam √ 4. Sedikit 4. Monitor membran

5. Turgor kulit terganggu mukosa,turgor kulit dan
6. Hematokrit 5. Tidak respon haus
terganggu
5. Cacat ada tidaknya
vertigo pada saat bangkit
No Indikator 1 2 3 4 5 Keterangan
2. 1. Kehilangan darah yg √ 1. Berat untuk berdiri.
terlihat 2. Cukup berat 6. Monitor tanda dan gejala
2. Perdarahan vagina √ 3. Sedang
3. Kulit dan membran √ asites
4. Ringan
mukosa pucat √ 5. Tidak ada 7. Berikan cairan dengan
4. Cemas √
5. Penurunan √ tepat
hemogloblin 8. Pastikan bahwa semua
IV dan asupan enteral
berjalan dengan
benar,terutama jika tidak
diatur oleh pompa infus
9. Berikan dialisis dan catat
reaksi pasien

 Pengurangan perdarahan :
uterus postpartum
1. Kaji riwayat obstetrik dan
catatan persalinan
terkait dengan faktor
resiko post partum
(misalnya,riwayat
perdarahan post partum
sebelumnya,persalianan
yang
lama,induksi,preeklamsi,
kala dua lama,persalian
dengan
bantuan,kelahiran
kembar,SC atau
persalianan dengan
dipacu)
2. Pasang infus IV
3. Tinggikan tungkai
4. Tingkatkan frekuensi
pijitan fundus
5. Evaluasi adanya distensi
kandung kemih
6. Timbang jumlah darah
yang keluar
7. Pasang infus yang
kedua jika diperlukan
8. Monitor tanda-tanda vital
maternal tiap 15 menit
atau lebih sering jika
diperlukan
Monitor warna
maternal,tingkat kesadaran
dan nyeri.
3. Ketidakefektifan Tujuan: Setelah dilakukan intervensi keperawatan 1x24 jam perfusi NIC
perfusi jaringan jaringan perifer pasien membaik Manajemen Cairan
perifer b/d Kriteria Hasil: 1. Jaga intake yang
trauma NOC: Perfusi Jaringan : Perifer akurat dan catat output
NO Indikator Skala Keterangan 2. Monitor status hidrasi
Saat Target skala target 3. Timbang BB pasien
pengkajian dan monitor status
1. Pengisian kapiler jari 5 1. Defiasi berat pasien
2. Pengisian kapiler jari 5 dari kisaran 4. Monitor status
kaki normal hemodinamik pasien
3. Suhu kulit ujung kaki 5 2. Defiasi cukup 5. Monitor tanda- tanda
dan tangan besar dari vital pasien
4. Kekuatan denyut 5 kisaran 6. Berikan cairan
nadi karotis kanan normal intravena yang sesuai
5. Kekuatan denyut 5 3. Defiasi suhu kamar
nadi karotis kiri sedang dari 7. Tingkatkan asupan
6. Kekuatan denyut 5 kisaran oral
nadi brakhialis kanan normal 8. Distribusikan asupan
7. Kekuatan denyut 5 4. Defiasi ringan cairan selama 24 jam
nadi brakhialis kiri dari kisaran NIC
Monitor Cairan
8. Kekuatan denyut 5 normal 1. Periksa isi ulang
nadi femoral kanan 5. Tidak ada kapiler (capillary refil)
9. Kekuatan denyut 5 deviasi dari pasien
nadi femoral kiri kisaran 2. Pastikan bahwa semua
10. Tekanan darah 5 normal IV dan asupan enteral
11. sistolik 5 berjalan dengan benar,
12. Tekanan darah 5 terutama jika tidak
diastolik diatur oleh syring
Nilai rata-rata pump.
tekanan darah 3. Monitor kadar serum
dan elektrolit urine
4. Monitor kadar serum
albumin dan protein
total
5. Konsultasikan ke
dokter jika urine output
.kurang dari
0,5ml/kgBB/Jam
4. Resti cidera Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama…. Klien tidak NIC
terhadap janin mengalami injury dengan kriterian hasil: Environment Management
b/d insufiensi - Klien terbebas dari cedera (Manajemen lingkungan)
plasenta - Klien mampu menjelaskan cara/metode untukmencegah injury/cedera
- Klien mampu menjelaskan factor risiko dari lingkungan/perilaku 1.Sediakan Iingkungan yang
personal aman untuk pasien
- Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada 2.Identifikasi kebutuhan
- Mampu mengenali perubahan status kesehatan keamanan pasien, sesuai
NOC : dengan kondisi fisik dan
- Risk Kontrol fungsi kognitif pasien dan
- Safety Behavior riwayat penyakit terdahulu
pasien
No. Indikator Skala Skala Keterangan skala 3.Menghindarkan lingkungan
pengkajian target target yang berbahaya (misalnya
1. Mengenali kapan 5 1. Tidak pernah memindahkan perabotan)
cidera terjadi menunjukkan 4.Membatasi pengunjung
2. Menggambarkan 5 2. Jarang 5.Menganjurkan keluarga
factor penyebab menunjukkan untuk menemani pasien.
3. Menggunakan 5 3. Kadang-kadang 6.Mengontrol lingkungan dari
tindakan menunjukkan kebisingan
4. pencegahan 5 4. Sering 7.Memindahkan barang-
Menggunakan menunjukkan barang yang dapat
tindakan 5. Secara konsisten membahayakan
5. pengurangan 5 menunjukkan 8.Berikan penjelasan pada
(nyeri) tanpa pasien dan keluarga atau
analgesic pengunjung adanya
6. Mengenali apa 5 perubahan status kesehatan
yang terkait dan penyebab penyakit.
dengan gejala
Melaporkan nyeri
yang terkontrol
5. Defisit Tujuan: Setelah dilakukan intervensi keperawatan 1x24 jam NIC
Pengetahuan pengetahuan pasien meningkat Pengajaran : Proses Penyakit
b/d Kurang 1. Kaji tingkat
sumber Kriteria Hasil: pengetahuan pasien
pengetahuan NOC: Pengetahuan : Proses Penyakit terkait proses penyakit
NO Indikator Skala Keterangan skala 2. jelaskan patofisiologi
Saat Target target penyakit sesuai
pengkajian kebutuhan
1. Karakter spesifik 4 6. Tidak ada 3. review pengetahuan
penyakit pengetahuan pasien mengenai
2. Faktor penyebab 4 7. Pengetahuan kondisinya
dan berkontribusi terbatas 4. jelaskan mengenai
3. Faktor resiko 4 8. Pengetahuan proses penyakit sesuai
4. Efek fisiologis 4 sedang kebutuhan
5. penyakit 4 9. Pengetahuan 5. beri informasi kepada
Tanda gejala banyak pasien mengenai
penyakit 10. Pengetahuan kondisinya
sangat banyak 6. edukasi pasien
mengenai tindakan
untuk
mengontrol/meminimal
kan gejala
7. edukasi pasien
mengenai tanda dan
gejala yang harus
dilaporkan kepada
petugas kesehatan

NIC
Pengurangan Kecemasan
1. pahami situasi krisis
yang terjadi dari
perspekti f pasien
2. dengarkan klien
3. puji/kuatkan perilaku
yang baik secara tepat
4. dorong verbalisasi
perasaan, persepsi
dan ketakutan
5. dukung mekanisme
koping yang sesuai
SATUAN ACARA EDUKASI
SOLUSIO PLACENTA
1. Topik : Solusio Placenta
2. Sub Pokok Bahasan : Perawatan di rumah pada Solusio Placenta derajat ringan
3. Hari, Tanggal : ..................................................
4. Tempat : Poli Kandungan
5. Waktu : + 20 menit
6. Penyaji : Perawat
7. Sasaran : Klien dan Keluarga Klien
8. Tujuan Umum :
Setelah mengikuti edukasi, klien dan keluarga klien mampu memahami tentang
Solusio Placenta derajat ringan
9. Tujuan Khusus :
Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan klien dan keluarga klien mampu :
a) Menjelaskan apa itu solusio placenta derajat ringan
b) Menjelaskan cara memperbaiki status kehamilan dan perawatan di rumah post
terjadinya solusio placenta derajat ringan yang teratasi

10. Metode : Diskusi dan tanya jawab


11. Media : Kertas, bolpoint

12. Implementasi edukasi :

Pemeran

1. Narator Prolog : Rendi Yoga Saputra


2. Perawat Poli Kandungan : Yuliana perpetua woa
3. Pasien : Inne Kusbandiah
4. Suami : Nurul ilmi
5. Anak 1 : Musaffa Ridhani
6. Anak 2 : Robertus Karmanto
7. Anak 3 : Amirul Kadarusman
8. Dr IGD : Karmilah Dewi
9. Perawat IGD : Neizen Monim
Prolog :

Keluarga Bapak Ilmi dan Ibu Inne adalah keluarga yang tengah berbahagia
karena Ibu Inne yang tengah mengandung anak ke 3, mereka tinggal di Kota Malang
sejak 10 tahun yang lalu.
Disuatu sore mereka dikagetkan oleh kejadian yang tidak di duga, Ibu Inne
mendadak mengalami perdarahan sedikit berwarna hitam, disertai perut yang terasa
sakit dan menegang, seluruh keluarga pun tampak panik dan kalut, selanjutnya ibu
Inne di bawa ke IGD untuk mendapatkan penanganan pertama.

[dialog Pak Ilmi, Bu inne, dan anak-anak. Sampai dengan adegan perdarahan]
[Pak Ilmi memanggil ambulance untuk membawa istrinya ke RS]

Kemudian segera mereka menuju IGD RSSA dengan ambulance agar perdarahan bu
Inne segera tertangani. Sesampainya di IGD…
[setting IGD]
[pemeriksaan perawat & dokter IGD. Pasien diintervensi. Diobservasi, setelah
opname 2 hari dengan diagnosa Solusio Pacentaderajat ringan, Ibu Inne dibolehkan
pulang. Jadwal kontrol 6 hari lagi]

enam hari kemudian, datanglah Bu Inne ditemani suaminya untuk kontrol ke Poli
Kandungan. Segala keperluan administrasi dan sisa obat sebelumnya ia bawa. Lalu
tibalah saat Bu Inne dan suami memasuki ruang konseling perawat.

TINDAKAN AKTIVITAS IMPLEMENTASI

STEP 1: Perawat Perawat: “Selamat siang Bu, perkenalkan nama


Establishing memperkenalkan diri saya Ners Yuliana, panggil saja ners Yun.
Trust Saya perawat di Poli Kandungan sini Bu.
Ada bisa saya bantu?”
Pasien : Selamat siang Sus Yun, saya hari ini mau
kontrol terkait masalah kehamilan saya
minggu lalu Sus. Minggu kemarin itu saya
masuk IGD, kata dokter saya didiagnosa
Solusio placenta ringan Sus.

Perawat menjelaskan Perawat: “Oh begitu. Baik Bu, disini kita akan
perannya berdiskusi mengenai keluhan-keluhan
yang Ibu alami. Nanti saya akan berusaha
membantu apa yang bisa saya lakukan.”
Pasien : Iya Sus.

Informed consent dan Perawat: “Apakah Ibu bersedia?”


kontrak Pasien : Saya bersedia, Sus
Perawat: “Baik, kalau Ibu bersedia, kita akan
berdiskusi di sini selama + 20 menit.
Bagaimana Bu?”
Pasien : Iya Sus.

Menciptakan interaksi Perawat: “Dalam berdiskusi ini, Ibu terbuka saja.


yang “trust-honest” Apa yang mejadi keluhan / beban/
permasalahan sehari-hari yang dialami
bisa disampaikan. Serta Ibu tidak usah
khawatir, semua informasi yang Ibu
sampaikan akan kami jamin
kerahasiaannya.
Pasien : iya Sus, terima kasih sebelumnya.

STEP 2: Menyusun list masalah Perawat: “kata Ibu tadi, ibu mengalami solusio
Assess yang akan dijadikan placenta ringan ini minggu kemarin ya ?”
Patient’s topik edukasi Pasien : Iya Sus..
Needs Perawat : ”kalo boleh tau,berapa usia kehamilan
ibu?
Pasien : Sudah masuk bulan ke delapan Sus.
Perawat: “Selama ini rutin kontrol ke tenaga
kesehatan atau bidan ya Bu tentang
kehamilannya?”
Pasien : iya sus.
Perawat: “Bagus kalau Ibu bisa kontrol secara rutin.
Terus selama ini ada yang dikeluhkan
Bu?”
Pasien : Minggu kemarin itu mendadak keluar darah
tapi sedikit, berwarna agak kehitam-
hitaman, perut saya terasa sakit dan
tegang, setelah itu saya dibawa suami
saya ke IGD. Kata dokter yang
menangani, saya didiagnosa solusio
placenta derajat ringan, saya diopname
sebentar saja, dan hari ini saya mau
kontrol sekaligus ingin menanyakan lagi
lebih detil apa itu solusio placenta derajat
ringan Sus, soalnya saya minggu kemarin
itu lagi panik jadi kurang memperhatikan
penjelasan dokter dan perawatnya.
Perawat: “Oh begitu bu, baiklah. Selain itu, apakah
ada keluhan lain bu?”
Pasien :oh iya Sus, saya juga ingin menanyakan
bagaimana caranya agar janin saya ini
tetap sehat, saya khawatir soalnya
minggu kemarin kan ada keluar darah
kehitam-hitaman sus.
Perawat: “Selain itu ada lagi Bu?”
Pasien : Itu saja dulu Sus.

STEP 3: Mengarahkan klien Perawat: “Dari kedua masalah tadi, mana yang
Setting untuk menentukan menurut Ibu paling mangganggu dan
Priorities topik yang dinilai perlu sebaiknya segera kita selesaikan?”
And Time untuk segera diatasi Pasien : Saya ingin tau bagaimana caranya agar
Frame janin yang saya kandung ini tetap sehat
Sus.

Menyusun deadline Perawat: “Kira-kira permasalahan ini inginnya bisa


pencapaian Ibu selesaikan dalam jangka waktu
berapa lama?”
Pasien : dari sekarang Sus, sampai kemudian saya
kontrol lagi Sus.

STEP 4: Memberikan edukasi Metode diskusi


Delivering kepada klien mengenai Perawat: “Kalau boleh tau, selama seminggu ini
The topik yang telah bagaimana cara ibu agar janin ibu tetap
Education disepakati sehat?”
Contents
Pasien : Saya minum obat yang diberikan dokter itu,
dan istirahat Sus.
Perawat: “Dan hasilnya bagaiman bu?”
Pasien : Sudah tidak keluar lagi sih darahnya, dan
bayinya juga gerak-gerak kok Sus.
Perawat: “Bagus kalau begitu Bu, istirahat itu
memang diperlukan bu dan minum
obatnya juga harus rutin sesuai petunjuk
dokter bu. ”
Pasien : oh begitu Sus.
Perawat: “Iya Bu. Ibu kan Minggu Kemarin
didiagnosa Solusio plasenta derajat
ringan, artinya sebagian kecil plasenta ibu
ada yang terlepas sehingga
menyebabkan perdarahan sedikit, darah
keluar dari kemaluan ibu berwarna
kehitaman. Perut terasa agak sakit atau
terus menerus agak tegang, bagian janin
masih mudah diraba. Kadangkala ada
juga malah seperti tidak ada keluhan bu,
dan baru terdeteksi setelah bayi lahir,
begitu bu. Ibu ini kan mengalami solusio
placenta ringan, sehinggan ibu bisa
menjalani perawatan di rumah dan rutin
kontrol sepanjang kehamilan. Adapun
cara agar bayi yang Ibu kandung tadi
tetap sehat sehingga bisa lahir dalam
keadaan sehat dan selamat baik ibu dan
anaknya, yang bisa Ibu lakukan di rumah
diantarnya adalah:
1. Istrahat, jangan beraktifitas berat. Jadi
untuk kegiatan sehari-hari bisa bekerja sama
dengan suami ibu atau minta tolong orang
terdekat.
2. Kontrol tekanan darah rutin, jangan
sampai hipertensi.
3. Minum obat yang diresepkan dokter
sesuai jadwal
4. Pada ibu yg anemia ringan,
dianjurkan minum obat penambah darah1
kali sehari dan juga asam folat
5. Perbanyak konsumsi sayuran dan
buah- buahan yang kaya serat
6. Hindari konsumsi garam berlebih
7. Hindari asap rokok dan minuman
beralkohol
8. Selalu perhatikan keselamatan ibu,
baik saat berjalan untuk menghindari
terjadinya cedera pada perut akibat terjatuh.
Begitu bu.
Perawat memberi Pasien : ”oh...begitu ya Sus”
kesempatan kepada Perawat: “Mungkin ada yang Ibu tanyakan?”
klien untuk Pasien : tidak ada Sus.
menyampaikan Perawat: “Bagus kalau begitu. Bagaimana Bu bisa
feedback diulangi lagi apa tadi yang bisa dilakukan
di rumah agar bayinya tetap sehat?”
Pasien : sesuai penjelasan Sus tadi, istirahat, kontrol
tekanan darah, minum obat penambah
darah dan asam folat, perbanyak
konsumsi buah-buahan dan sayur, kalo
makanan jangan terlalu banyak garam,
tidak boleh kena asap rokok dan tidak
boleh minum minuman keras, kalau
berjalan hati- hati. begitu ya Sus?
Perawat: “Bagus sekali Bu. Nanti tinggal
mempraktikkan di rumah ya.”
Pasien : iya Sus.

STEP 5: Perawat mengevaluasi Perawat: “Kira-kira apakah akan ada hambatan saat
Evaluation- implementasi materi mempraktikkan di rumah nanti Bu?”
Re edukasi oleh klien Pasien : Kayaknya tidak ada Sus.
Evaluation-
Perawat melakukan Perawat: “Syukurlah kalau begitu. Selanjutnya nanti
Follow Up
rencana tindak lanjut coba kita evaluasi lagi ya bu, saat Ibu
Strategies atau modifikasi kontrol selanjutnya pada waktu 1 minggu
pembelajaran lagi. Nanti kalau kesulitan Ibu bisa
menghubungi menghubungi kami di
nomor RS Poli Kandungan sesuai jam
kerja.”
Pasien : ”Iya Sus.”

Terminasi sesi edukasi Perawat: “Baik Bu, saya rasa diskusi kita cukup ya
Bu, kita ketemu lagi 1 minggu lagi. Saya
doakan semoga Ibu sehat selalu dan
bayinya juga sehat. Aamiin.”
Pasien : ”Iya Sus, terimkasih banyak.”
Perawat: “Sama-sama Bu.”
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Solusio Plasenta adalah terlepasnya sebagian atau keseluruhan placenta

dari implantasi normalnya (korpus uteri) sebelum janin lahir, dengan disertai

perdarahan pervaginam pada usia kehamilan 20 minggu atau berat janin di atas 500

gram.

Menurut derajatnya, solusio plasenta dibagi menjadi Solusio plasenta

ringan, Solusio plasenta sedang, Solusio plasenta berat.Tanda gejala Solusio

Plasenta antara lain perdarahan biasanya pada trimester ketiga, perdarahan

pervaginan berwarna kehitam-hitaman yang sedikit sekali dan tanpa rasa nyeri

sampai dengan yang disertai nyeri perut, uterus tegang, perdarahan pervaginan

yang banyak, syok dan kematian janin intra uterin. Tanda vital dapat normal sampai

menunjukkan tanda syok. Nyeri tekan uterus dan tegang, bagian-bagian janin yang

sukar dinilai, denyut jantung janin sulit dinilai / tidak ada, air ketuban berwarna

kemerahan karena tercampur darah.

Proses asuhan Keperawatan pada kehamilan trimester III khususnya pada

solusio plasenta pada dasarnya sama dengan asuhan keperawatan lainnya, yaitu

terdiri dari pengkajian, analisa data, diagnosa keperawatan, rencana intervensi,

implementasi keperawatan, dan evaluasi. Sedangkan untuk pengkajian data fokus

lebih ditekankan di status obstetrinya yang mana itu membedakan dari pengkajian

pada asuhan keperawatan pada umumnya. Diaganosa keperawatan yang biasa

muncul pada masalah kehamilan trimester III seperti solusio Plasenta antara lain

nyeri akut b/d agen cedera fisik, defisit volume cairan b/d perdarahan,

ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b/d trauma, resti cedera terhadap janin b/d

insufiensi plasenta, defisit pengetahuan b/d kurang sumber pengetahuan.


B. SARAN

Diharapkan makalah asuhan keperawatan ini mampu menjadi bahan

referensi dan rujukan nantinya dalam membuat asuhan keperawatan dengan

masalah kehamilan di trimester III khususnya Solusio Plasenta, sehingga

mempermudah baik itu untuk mahasiswa keperawatan maupun tenaga perawat

dalam proses asuhan keperawatan nantinya.

Adapun untuk roleplay, diharapkan nantinya bisa menjadi referensi dalam

memberikan edukasi pada pasien dengan masalah kehamilan di trimester III seperti

pada Solusio Plasenta.


DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo, S. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo

Asrinah,dkk.2010.Asuhan Kebidanan Masa Kehamilan.Yogyakarta:Graha Ilmu

Pantiawati,Ika.2010.Asuhan Kebidanan I (Kehamilan).Yogjakarta:Nuha Medika

Ajeng, S. 2012. Perubahan Adaptasi Fisiologis Ibu Hamil Trimester III. Tersedia di
http://midwifenana.blogspot.com/2012/02/perubagan-dan-adaptasi-fisiologi_09.html
Diakses Tanggal 27 Januari 2013 Pukul 10.00 Wita

You might also like