You are on page 1of 1

AF memiliki kepentingan klinis yang berkaitan dengan hilangnya kontraktilitas atrium,

respon ventrikel cepat yang tidak sesuai, dan hilangnya kontraktilitas dan pengosongan
aurikula yang menimbulkan risiko terbentuknya bekuan dan pada akhirnya menyebabkan
tromboemboli.

Gejala-gejala AF sangat bervariasi. Banyak pasien yang asimtomatis dan tidak memiliki
konsekuensi hemodinamik yang nyata. Pasien lainnya hanya mengalami palpitasi minor atau
merasakan ketidakteraturan denyut jantung. Namun, banyak pasien mengalami palpitasi yang
berat. Efek hemodinamika pada pasien dapat cukup dramatis, bergantung pada kebutuhan
akan kontraktilitas atrium yang normal dan respon ventrikel. Hipotensi, kongesti paru, dan
gejala-gejala angina dapat menjadi berat pada beberapa pasien. Pada pasien-pasien dengan
disfungsi diastolik LV yang terjadi bersamaan dengan hipertensi, kardiomiopati hipertrofik,
atau penyakit katup aorta obstruktif, gejala-gejalanya bahkan dapat lebih dramatis terutama
jika frekuensi denut ventrikel tidak memungkinkan pengisian ventrikel yang adekuat.
Intoleransi aktivitas fisik dan mudah lelah merupakan tanda khas buruknya kontrol denyut
jantung pada saat aktivitas fisik. Kadang-kadang, satu-satunya manifestasi AF yang mucul
adalah pusing/peningyang berat atau sinkop akibat pause yang terjadi pada saat terminasi AF
sebelum sinus kemabli berlanjut.

EKG pada AF ditandai dengan aktivitas atrium yang tidak teratur dan respons ventrikel yang
ireguler yang tidak teratur. Kadang-kadang, kita perlu melakukan perekaman dari berbagai
sadapan EKG secara stimultan untuk mengidentifikasi aktivasi atrium kontinu yang kacau.
Sadapan V1 sering memperlihatkan gabaran aktivitas atrium yang terorganisasi yang
meneyrupai AFL. Kondisi ini terjadi karena krista terminalis berperan sebagai barier
konduksi listrik anatomis yang efektif sehingga aktvasi atrium kanan lateral dapat
digambarkan dengan gelombang aktivasi yang lebih seragam yang berasal dari puncak atrium
kanan. Penilaian EKG terhadap interval PP (<200mdetik) dan morfologi gelombang P yang
kacau pada sadapan EKG yang lain akan mengonfirmasi adanya AF.

Evaluasi seorang pasien AF harus meliputi pencarian penyebab aritmia yang reversibel,
seperti hipertiroidisme, atau anemia. Ekokardiogram harsu dilakukan untuk menentukan
apakah terdapat penyakit jantung struktural. Hipertesni persisten atau labil harus
diidentifikasi dan ditangani.

You might also like