You are on page 1of 20

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Dasar Teori


II.1.1 Perpindahan Panas
Menurut Holman (2002), berpindahnya energi dari suatu tempat ke tempat lain karena
adanya perbedaan suhu diantara kedua tempat tersebut. Dalam proses perpindahan energi
tersebut tentu ada kecepatan perpindahan panas yang terjadi, atau yang lebih dikenal dengan
laju perpindahan panas. Maka ilmu perpindahan panas juga merupakan ilmu untuk
memperhitungkan laju perpindahan panas yang terjadi pada kondisi-kondisi tertentu. Kalor
sendiri adalah salah satu bentuk energi. Hukum kekekalan energi menyatakan bahwa energi tidak
musnah, contohnya hukum kekekalan massa dan momentum, ini artinya kalor tidak hilang. Energi
hanya berubah bentuk dari bentuk yang pertama ke bentuk yang ke dua. Ada tiga bentuk
mekanisme perpindahan panas yang diketahui, yaitu konduksi, konveksi, dan radiasi:
a. Pancaran (Radiasi)
Perpindahan panas radiasi adalah proses di mana panas mengalir dari benda yang
bersuhu tinggi ke benda yang bersuhu rendah bila benda-benda itu terpisah di dalam ruang,
bahkan jika terdapat ruang hampa di antara benda-benda tersebut. Energi radiasi dikeluarkan
oleh benda karena temperatur, yang dipindahkan melalui ruang antara, dalam bentuk
gelombang elektromagnetik Pada hakekatnya proses perpindahan kalor radiasi terjadi
dengan perantaraan foton dan juga gelombang elektromagnet. Bila energi radiasi menimpa
suatu bahan, maka sebagian radiasi dipantulkan, sebagian diserap dan sebagian diteruskan.
Jadi dalam mempelajari perpindahan kalor radiasi akan dilibatkan suatu fisik permukaan.
Ciri-ciri radiasi yaitu kalor radiasi merambat lurus. Untuk perambatan itu tidak diperlukan
medium (misalnya zat cair atau gas). Perpindahan panas secara radiasi dapat dinyatakan dalam
persamaan berikut :

Q = AT 4
...........................................(1)

dimana :  = konstanta Boltzman = 5,676 x 10-8 (W/m2..oK4)


ε = emissivity (=1 untuk benda hitam)
A = luas permukaan benda (m2)
kjjojjjoii ii

II-1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gambar II.1 Perpindahan Panas Secara Radiasi


b. Hantaran (konduksi)
Perpindahan kalor secara konduksi adalah proses perpindahan kalor dimana kalor
mengalir dari daerah yang bertemperatur tinggi ke daerah yang bertemperatur rendah dalam
suatu medium (padat, cair atau gas) atau antara medium-medium yang berlainan yang
bersinggungan secara langsung sehingga terjadi pertukaran energi dan momentum. Bahan
yang dapat menghantar kalor dengan baik dinamakan konduktor. Penghantar yang buruk
disebut isolator. Sifat bahan yang digunakan untuk menyatakan bahwa bahan tersebut
merupakan suatu isolator atau konduktor ialah koefisien konduksi termal. Apabila nilai
koefisien ini tinggi, maka bahan mempunyai kemampuan mengalirkan kalor dengan cepat.
Untuk bahan isolator, koefisien ini bernilai kecil. Pada umumnya, bahan yang dapat
menghantar arus listrik dengan sempurna (logam) merupakan penghantar yang baik juga
untuk kalor dan sebaliknya.

K A ∆T
Q=
x ......................................(2)

dimana : Q = rate perpindahan panas (watt)


A = luas penampang searah aliran panas (m2)
k = thermal conductivity bahan (W/m.K)
x = jarak perpindahan panas (m)
T = suhu (oK)

LABORATORIUM PROSES PEMISAHAN DENGAN PERPINDAHAN MASSA II-2


TEKNIK KIMIA INDUSTRI FAKULTAS VOKASI-ITS
SURABAYA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gambar II.2 Perpindahan Panas Secara Konduksi


c. Aliran (konveksi)
Konveksi adalah perpindahan panas karena adanya gerakan/aliran/ pencampuran dari
bagian panas ke bagian yang dingin. Proses konveksi hanya terjadi di permukaan bahan. Jadi
dalam proses ini struktur bagian dalam bahan kurang penting. Keadaan permukaan dan
keadaan sekelilingnya serta kedudukan permukaan itu adalah yang utama. Oleh karena
konveksi hanya dapat terjadi melalui zat yang mengalir, maka bentuk pengangkutan kalor
ini hanya terdapat pada zat cair dan gas. Pada pemanasan zat ini terjadi aliran, karena massa
yang akan dipanaskan tidak sekaligus dibawa ke suhu yang sama tinggi. Oleh karena itu
bagian yang paling banyak atau yang pertama dipanaskan memperoleh massa jenis yang
lebih kecil daripada bagian massa yang lebih dingin. Sebagai akibatnya terjadi sirkulasi,
sehingga kalor akhimya tersebar pada seluruh zat.
Menurut cara menggerakkan alirannya, perpindahan panas konveksi diklasifikasikan
menjadi dua, yakni konveksi bebas (free convection) dan konveksi paksa (forced
convection). Bila gerakan fluida disebabkan karena adanya perbedaan kerapatan karena
perbedaan suhu, maka perpindahan panasnya disebut sebagai konveksi bebas (free / natural
convection). Bila gerakan fluida disebabkan oleh gaya pemaksa / eksitasi dari luar, misalkan
dengan pompa atau kipas yang menggerakkan fluida sehingga fluida mengalir di atas
permukaan, maka perpindahan panasnya disebut sebagai konveksi paksa.

Q = h A ∆T
..........................................................(3)
dimana : h = koefisien perpindahan panas konveksi (W/m2.K)
T = suhu fluida (oK)
A = luas area / dinding (m2)

LABORATORIUM PROSES PEMISAHAN DENGAN PERPINDAHAN MASSA II-3


TEKNIK KIMIA INDUSTRI FAKULTAS VOKASI-ITS
SURABAYA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gambar II.3 Perpindahan Panas Secara Konveksi

II.1.2 Alat Penukar Panas


Penukar kalor banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari dan di industri.
Sebagai contoh dalam kehidupan sehari-hari sering dipergunakan peralatan masak memasak
yang semuanya sebenarnya merupakan alat penukar kalor. Di dalam mobil maupun alat
transportasi lainnya banyak dijumpai radiator maupun alat pengkondisi udara kabin, yang
keduanya juga merupakan penukar kalor. Di industri, banyak sekali peralatan penukar kalor
seperti ketel uap (boiler), pemanas lanjut (super heater), pendingin oli pelumas (oil
cooler), kondenser (condenser), dan lain-lain. Khusus untuk industri semen, sebenarnya
peralatan utama produksi seperti suspension preheater, calciner, kiln, dan cooler
sebenarnya juga merupakan alat penukar kalor. Selain itu masih banyak penukar kalor untuk
fungsi lainnya yang dipergunakan dalam industri semen seperti pendingin minyak pelumas,
pendingin udara untuk kebutuhan jet pulse filter, dan lain sebagainya. Alat penukar kalor
merupakan suatu peralatan dimana terjadi perpindahan panas dari suatu fluida yang
temperaturnya lebih tinggi kepada fluida yang temperaturnya lebih rendah. Proses
perpindahan panas tersebut dapat dilakukan secara langsung atau tidak (Sugiyanto, 2005).
1. Alat penukar kalor yang langsung, ialah dimana fluida yang panas akan bercampur
secara langsung dengan fluida dingin (tanpa adanya pemisah) dalam suatu bejana atau
ruangan tertentu.
2. Alat penukar kalor yang tidak langsung, ialah dimana fluida panas tidak berhubungan
langsung (indirect contact) dengan fluida dingin. Jadi proses perpindahan panasnya itu
mempunyai media perantara, seperti pipa, pelat atau peralatan jenis lainnya.
Jika ditinjau dari fungsinya, semua penukar kalor sebenarnya sama fungsinya yaitu
menukarkan energi yang dimiliki oleh suatu fluida atau zat ke fluida atau zat lainnya. Perlu
dicatat di sini bahwa fluida atau zat yang saling ditukarkan energinya tersebut dapat

LABORATORIUM PROSES PEMISAHAN DENGAN PERPINDAHAN MASSA II-4


TEKNIK KIMIA INDUSTRI FAKULTAS VOKASI-ITS
SURABAYA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
merupakan fluida atau zat yang sama namun berbeda temperaturnya. Sebagai contoh dalam
hal penukar kalor yang berfungsi untuk mendinginkan minyak pelumas gearbox dengan
pendingin air, ini berarti bahwa penukar kalor tersebut berfungsi memindahkan energi yang
dimiliki oleh minyak pelumas ke air pendinginnya, sehingga air tersebut menerima energi
dari minyak pelumas yang ditandai dengan kenaikan temperaturnya. Sedangkan bagi
minyak pelumas yang memberikan energinya ke air akan mengalami penurunan
temperaturnya sehingga kekentalannya dan sifat melumasinya akan menjadi lebih baik dan
dapat dipergunakan untuk melumasi kembali. Dalam kasus seperti ini seolah-olah penukar
kalor hanyalah merupakan tempat berlangsungnya transfer energi dari minyak pelumas
menuju air pendingin (Kusuma, 2011).
Dalam praktek fungsi penukar kalor yang dipergunakan di industri lebih diutamakan
untuk menukarkan energi dua fluida (boleh sama zatnya) yang berbeda temperaturnya.
Pertukaran energi dapat berlangsung melalui bidang atau permukaan perpindahan kalor
yang memisahkan kedua fluida atau secara kontak langsung (fluidanya bercampur). Energi
yang dipertukarkan akan menyebabkan perubahan temperatur fluida (kalor sensibel) atau
kadang dipergunakan untuk berubah fasa (kalor laten). Laju perpindahan energi dalam
penukar kalor dipengaruhi oleh banyak faktor seperti kecepatan aliran fluida, sifat-sifat fisik
(viskositas, konduktivitas termal, kapasitas kalor spesifik, dan lain-lain), beda temperatur
antara kedua fluida, dan sifat permukaan bidang perpindahan kalor yang memisahkan
kedua fluida. Walaupun fungsi penukar kalor adalah untuk menukarkan energi dua fluida
atau dua zat, namun jenisnya banyak sekali. Hal ini terjadi karena biasanya desain penukar
kalor harus menunjang fungsi utama proses yang akan terjadi di dalamnya (Kusuma, 2011).
Berdasarkan proses perpindahan kalor yang terjadi, penukar kalor dapat dibedakan
menjadi dua golongan yaitu
a. Tipe kontak langsung
Tipe kontak langsung adalah tipe alat penukar kalor dimana antara dua zat yang
dipertukarkan energinya dicampur atau dikontakkan secara langsung. Contohnya adalah
clinker cooler dimana antara clinker yang panas dengan udara pendingin berkontak
langsung. Contoh yang lain adalah cooling tower untuk mendinginkan air pendingin
kondenser pada instalasi mesin pendingin sentral atau PLTU, dimana antara air hangat yang
didinginkan oleh udara sekitar saling berkontak seperti layaknya air mancur. Dengan
demikian ciri khas dari penukar kalor seperti ini (kontak langsung) adalah bahwa kedua zat
yang dipertukarkan energinya saling berkontak secara langsung (bercampur) dan biasanya
kapasitas energi yang dipertukarkan relatif kecil. Contoh-contoh lain adalah desuper-heater
LABORATORIUM PROSES PEMISAHAN DENGAN PERPINDAHAN MASSA II-5
TEKNIK KIMIA INDUSTRI FAKULTAS VOKASI-ITS
SURABAYA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
tempat mencampur uap panas lanjut dengan air agar temperatur uap turun, pemanas air
umpan ketel uap (boiler) dengan memanfaatkan uap yang diekstraksi dari turbin uap. Alat
yang terakhir ini sering disebut feed water heater (Kusuma, 2011).
b. Tipe tidak kontak langsung
Tipe tidak kontak langsung adalah tipe alat penukar kalor dimana antara kedua
zat yang dipertukarkan energinya dipisahkan oleh permukaan bidang padatan seperti
dinding pipa, pelat, dan lain sebagainya sehingga antara kedua zat tidak tercampur. Dengan
demikian mekanisme perpindahan kalor dimulai dari zat yang lebih tinggi temperaturnya
mula-mula mentransfer energinya ke permukaan pemisah untuk kemudian diteruskan ke zat
yang berfungsi sebagai pendingin atau penerima energi. Untuk meningkatkan efektivitas
pertukaran energi, biasanya bahan permukaan pemisah dipilih dari bahan-bahan yang
memiliki konduktivitas termal yang tinggi seperti tembaga dan aluminium. Contoh dari
penukar kalor seperti ini sering kita jumpai antara lain radiator mobil, evaporator AC,
pendingin oli gearbox dengan air, dan lain-lain. Dengan bahan pemisah yang memiliki
konduktivitas termal yang tinggi diharapkan tahanan termal bahan tersebut akan rendah
sehingga seolah-olah antara kedua zat yang saling dipertukarkan energinya seperti
kontak lansung. Bedanya dengan yang kontak langsung adalah masalah luas permukaan
transfer energi. Pada jenis kontak langsung luas permukaan perpindahan kalor sangat
tergantung pada luas kontak antara kedua zat, sedangkan pada tipe tidak kontak langsung
luas permukaan sama dengan luas permukaan yang memisahkan kedua zat (Kusuma, 2011).

II.1.3 Heat Exchanger


Heat Exchanger merupakan peralatan yang digunakan untuk perpindahan panas
antara dua atau lebih fluida. Banyak jenis heat exchanger yang dibuat dan digunakan dalam
pusat pembangkit tenaga, unit pendingin, unit pengkondisi udara, proses di industri, sistem
turbin gas, dll. Hampir pada semua heat exchanger, perpindahan panas didominasi oleh
konveksi dan konduksi dari fluida panas ke fluida dingin, dimana keduanya dipisahkan
oleh dinding. Besar konveksi yang terjadi dalam suatu double-pipe heat exchanger akan
berbeda dengan cross-flow heat exchanger atau shell-and-tube heat exchanger atau
compact heat exchanger atau plate heat exchanger untuk beda temperatur yang sama.
(Handoyo, 2001).
Besar kecepatan aliran menentukan jenis aliran, yaitu aliran laminer atau turbulen.
Turbulensi yang terjadi dalam aliran akibat tingginya kecepatan aliran dapat memperbesar
bilangan Reynold dan bilangan Nusselt yang kemudian meningkatkan perpindahan panas
LABORATORIUM PROSES PEMISAHAN DENGAN PERPINDAHAN MASSA II-6
TEKNIK KIMIA INDUSTRI FAKULTAS VOKASI-ITS
SURABAYA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
secara konveksi. Namun, semakin tinggi kecepatan aliran berarti waktu kontak kedua
fluida semakin singkat (Handoyo, 2001).
Terdapat dua jenis aliran pada heat exchanger, yaitu:
1. Aliran Co-Current
Jika dua fluida memasuki Exchanger pada dua ujung yang sama dan mengalir dengan
arah yang sama, alirannya disebut parallel atau co-current flow. Kelebihan aliran co-current
diantaranya biasa dipakai dalam 1 fasa di multifase heat exchanger, dapat membatasi suhu
maksimal fluida dingin, dapat mengubah salah satu fluida dengan cepat. Sedangkan untuk
kekurangan diantaranya ialah panas yang dihasilkan lebih kecil dibanding counter current,
jarang dipakai dalam single pass heat exchanger, tidak mungkin didapat salah satu fluida
yang keluar mendekati suhu masuk fluida lain (Kern, 1965).

Gambar II.4 Pola Aliran dan Distribusi Temperatur dalam Co-Current Flow
2. Aliran Counter-Current
Ketika dua fluida memasuki Exchanger pada ujung yang berbeda dan melewati
Exchanger unit dengan arah yang berlawanan, aliran tipe ini disebut counter flow atau
counter current flow. Secara umum, kelebihan counter current yang utama adalah panas
yang dihasilkan cukup besar dibandingkan co-current, suhu keluar dari salah satu fluida
dapat mendekati suhu masuk fluida lain, bahan konstruksi lebih awet karena thermal stress-
nya kecil. Sedangkan untuk kekurangannya adalah tidak dapat dipakai untuk mengubah suhu
fluida dengan cepat dan kurang efisien jika dipakai untuk menaikkan suhu fluida dingin
untuk batas tertentu (Kern, 1965).

Gambar II.5 Pola Aliran dan Distribusi Temperatur dalam Counter-Current Flow

LABORATORIUM PROSES PEMISAHAN DENGAN PERPINDAHAN MASSA II-7


TEKNIK KIMIA INDUSTRI FAKULTAS VOKASI-ITS
SURABAYA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Faktor yang mempengaruhi kinerja Heat Exchanger ialah sebagai berikut:
1. Fouling faktor (Rd)
fouling adalah peristiwa terakumulasinya padatan yang tidak dikehendaki di
permukaan Heat Exchanger yang berkontak dengan fluida kerja, termasuk permukaan heat
transfer. Penyebab terjadinya fouling ialah adanya pengotor berat yaitu kerak keras yang
berasal dari hasil korosi atau coke keras. Adanya pengotor berpori yaitu kerak lunak yang
berasal dari dekomposisi kerak keras. Fouling dapat mengakibatkan kenaikan tahanan heat
transfer, sehingga meningkatkan biaya, baik investasi, operasi maupun perawatan. Untuk
pengaruh ukuran heat exchanger ialah ukurannya menjadi lebih besar, kehilangan energi
meningkat, waktu shutdown lebih panjang dan biaya perawatan meningkat. Variabel operasi
yang berpengaruh terhadap fouling diantaranya ialah kecepatan linier fluida (velocity),
semakin tinggi kecepatan linier fluida, maka semakin rendah kemungkinan terjadinya
fouling (Handy, 2011).
2. Pressure drop
Untuk mengetahui sejauh mana fluida dapat memepertahankan tekanan yang
dimilikinya selama fluida mengalir. Disebabkan oleh 2 hal: Friksi aliran dengan dinding,
Pembelokan aliran. Jika ΔP terlalu besar: disebabkan jarak antar buffle yang terlalu dekat,
aliran menjadi lambat, perlu tenaga pompa yang besar. Jika ΔP terlalu rendah, perpindahan
panas tidak sempurna (Handy, 2011).
Berdasarkan fungsinya, alat penukar kalor dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Chiller
Alat penukar kalor ini digunakan untuk mendinginkan fluida sampai pada temperatur
yang rendah. Temperatur fluida hasil pendinginan didalam chiller yang lebih rendah bila
dibandingkan dengan fluida pendinginan yang dilakukan dengan pendingin air. Untuk
chiller ini media pendingin biasanya digunakan amonia atau freon (Handy, 2011).

Gambar II.6 Chiller


LABORATORIUM PROSES PEMISAHAN DENGAN PERPINDAHAN MASSA II-8
TEKNIK KIMIA INDUSTRI FAKULTAS VOKASI-ITS
SURABAYA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2. Kondensor
Alat penukar kalor ini digunakan untuk mendinginkan uap atau campuran uap,
sehingga berubah fasa menjadi cairan. Media pendingin yang dipakai biasanya air atau
udara. Uap atau campuran uap akan melepaskan panas atent kepada pendingin, misalnya
pada pembangkit listrik tenaga uap yang mempergunakan condensor turbin, maka uap bekas
dari turbin akan dimasukkan kedalam kondensor, lalu diembunkan menjadi kondensat
(Handy, 2011).

Gambar II.7 Kondensor


3. Cooler
Alat penukar kalor ini digunakan untuk mendinginkan cairan atau gas dengan
mempergunakan air sebagai media pendingin. Disini tidak terjadi perubahan fasa, dengan
perkembangan teknologi dewasa ini maka pendingin cooler mempergunakan media
pendingin berupa udara dengan bantuan fan (Handy, 2011).

Gambar II.8 Cooler


4. Evaporator
Alat penukar kalor ini digunakan untuk penguapan cairan menjadi uap. Dimana pada
alat ini menjadi proses evaporasi (penguapan) suatu zat dari fasa cair menjadi uap. Yang

LABORATORIUM PROSES PEMISAHAN DENGAN PERPINDAHAN MASSA II-9


TEKNIK KIMIA INDUSTRI FAKULTAS VOKASI-ITS
SURABAYA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
dimanfaatkan alat ini adalah panas laten dan zat yang digunakan adalah air atau refrigerant
cair (Handy, 2011).

Gambar II.9 Evaporator


5. Reboiler
Alat penukar kalor ini berfungsi mendidihkan kembali (reboil) serta menguapkan
sebagian cairan yang diproses. Adapun media pemanas yang sering digunakan adalah uap
atau zat panas yang sedang diproses itu sendiri (Handy, 2011).

Gambar II.10 Boiler

II.4 Macam-Macam Heat Exchanger


Dalam proses industri, transfer panas dari dua liquid adalah umumnya terjadi pada
Heat Exchanger. Transfer panas terjadi dari liquid yang lebih panas ke dinding atau
permukaan tube dengan cara konveksi, melewati dinding tube ke dalam dengan cara
konduksi dan kemudian konveksi ke liquid yang lebih dingin. Ada tiga tipe dari Heat
Exchanger, yaitu (Geankoplis, 1986):
1. Double-pipe heat Exchanger

LABORATORIUM PROSES PEMISAHAN DENGAN PERPINDAHAN MASSA II-10


TEKNIK KIMIA INDUSTRI FAKULTAS VOKASI-ITS
SURABAYA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Exchanger yang paling sederhana adalah double-pipe atau concentric-pipe
Exchanger. Prosesnya, yaitu dimana satu fluida mengalir di dalam pipa (inner pipe)
sedangkan fluida yang lain mengalir dalam annular space diantara dua pipa. Fluida tersebut
bisa dalam aliran co-current atau counter current. Exchanger itu bisa dibuat dari sepasang
pipa tunggal panjang dengan fitting pada bagian akhir atau dari beberapa pasang yang
dihubungkan secara seri. Exchanger tipe ini biasanya digunakan untuk aliran rate yang kecil
(Geankoplis, 1986).
Double Pipe Heat Exchanger berisikan pipa atau beberapa pipa yang mempunyai
shell ( annulus ) sendiri-sendiri. Aliran fluida searah atau lawan arah dapat digunakan, baik
fluida panas maupun dingin dalam shell dan fluida lain dalam pipa. Untuk keperluan praktis,
alat ini berbentuk pipa U dan bagian luarnya diberi sirip untuk meningkatkan pemindahan
panas. Keistimewaan jenis ini selain sederhana adalah mampu beroperasi pada tekanan
tinggi, dan karena tidak ada sambungan, resiko tercampur kedua fluida sangat kecil.
Kelemahannya terletak pada kapasitas perpindahan panasnya sangat kecil (Sugiyanto, 2005).

Gambar II.11 Double Pipe Exchanger


2. Shell-and-tube Exchanger
Jenis ini terdiri dari shell yang didalamnya terdapat rangkaian pipa kecil yang disebut
tube bundle. Perpindahan panas terjadi antara fluida yang mengalir di dalam tube dan fluida
yang mengalir di luar tube (pada shell side). Shell and tube ini merupakan Heat exchanger
yang paling banyak digunakan dalam proses-proses industri (Kern, 1965).
Keuntungan Shell and Tube Heat exchanger merupakan Heat exchanger yang paling
banyak digunakan di proses-proses industri karena mampu memberikan ratio area
perpindahan panas dengan volume dan massa fluida yang cukup kecil. Selain itu juga dapat
mengakomodasi ekspansi termal, mudah untuk dibersihkan, dan konstruksinya juga paling
murah di antara yang lain. Untuk menjamin bahwa fluida pada shell-side mengalir melintasi
tabung dan dengan demikian menyebabkan perpindahan kalor yang lebih tinggi, maka di
dalam shell tersebut dipasangkan sekat penghalang (baffles) (Kern, 1965).

LABORATORIUM PROSES PEMISAHAN DENGAN PERPINDAHAN MASSA II-11


TEKNIK KIMIA INDUSTRI FAKULTAS VOKASI-ITS
SURABAYA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Shell and tube ini dibagi lagi sesuai dengan penggunaannya yaitu class R (untuk
keperluan proses dengan tekanan tinggi), class C (untuk keperluan proses dengan tekanan
dan temperatur menengah dan fluida yang tidak korosif, serta class B (untuk keperluan fluida
yang korosif). Proses pertukaran panas pada kedua fluida ini terjadi pada dinding tube
dimana terdapat dua proses perpindahan yaitu secara konduksi dan konveksi. Heat
exchanger tipe Shell and Tube dibedakan atas (Muttaqin, 2012):
a. Fixed Tube Sheet
Fixed Tube Sheet merupakan jenis shell and tube Heat exchanger yang terdiri dari
tube-bundle yang dipasang sejajar dengan shell dan kedua tube sheet menyatu dengan shell.
Kelemahan pada tipe ini adalah kesulitan pada penggantian tube dan pembersihan shell
b. Floating Tube Sheet
Floating Tube Sheet merupakan Heat exchanger yang dirancang dengan salah satu
tipe tube sheetnya mengambang, sehingga tube-bundle dapat bergerak di dalam shell jika
terjadi pemuaian atau penyusutan karena perubahan suhu. Tipe ini banyak digunakan dalam
industri migas karena pemeliharaannya lebih mudah dibandingkan fix tube sheet, karena
tube-bundlenya dapat dikeluarkan, dan dapat digunakan pada operasi dengan perbedaan
temperatur antara shell dan tube side di atas 200 oF.
c. U tube/U bundle
U tube/U bundle merupakan jenis HE yang hanya mempunyai 1 buah tube sheet,
dimana tube dibuat berbentuk U yang ujung-ujungnya disatukan pada tube sheet sehingga
biaya yang dibutuhkan paling murah di antara Shell and Tube Heat exchanger yang lain.
Tube bundle dapat dikeluarkan dari shellnya setelah channel headnya dilepas. Tipe ini juga
dapat digunakan pada tekanan tinggi dan beda temperatur yang tinggi. Masalah yang sering
terjadi pada Heat exchanger ini adalah terjadinya erosi pada bagian dalam bengkokan tube
yang disebabkan oleh kecepatan aliran dan tekanan di dalam tube, untuk itu fluida yang
mengalir dalam tube side haruslah fluida yang tidak mengandung partikel-partikel padat.
Sebuah Shell and Tube Heat Exchanger terdiri dari sebuah shell silindris (badan Heat
Exchanger ) yang di dalamnya terdapat sejumlah tube (tube bundle) yang disusun dengan
pola tertentu. Tipe susunan tube yang banyak digunakan adalah In-line Square Pitch, In-line
Triangular Pitch, Diamond Square Pitch dan Triangular Pitch. Temperatur aliran fluida di
dalam tube bundle berbeda dengan di luar tube (di dalam shell) sehingga terjadi perpindahan
panas melalui dinding tube antara aliran fluida di dalam tube dan di luar tube. Dengan
demikian, luas permukaan perpindahan panas bergantung pada jumlah tube/pipa dalam shell.
Jenis material pipa dan ketebalan harus sesuai dengan karakter fluida dan kondisi operasinya.
LABORATORIUM PROSES PEMISAHAN DENGAN PERPINDAHAN MASSA II-12
TEKNIK KIMIA INDUSTRI FAKULTAS VOKASI-ITS
SURABAYA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Daerah yang berhubungan dengan bagian dalam tube disebut dengan tube side dan yang di
luar tube disebut shell side (Sugiyanto, 2005).

Cold fluid Hot fluid in


in

Cold fluid Hot fluid


out out
Gambar II.12 Shell and Tube Heat Exchanger
d. Cross-flow Exchanger
Apabila suatu gas seperti udara dipanaskan atau didinginkan, peralatan yang
digunakan biasanya adalah cross-flow exchanger. Salah satu fluida, yaitu liquid mengalir
pada bagian dalam tube dan gas mengalir melalui tube bundle disebabkan oleh konveksi
paksa atau konveksi bebas (Geankoplis, 1986).

Gambar II.13 Cross flow heat Exchanger

II.1.5 Perhitungan dalam Desain Heat Exchanger


II.1.5.1Neraca panas
Berdasarkan Kern (1965), menyatakan persamaan neraca panas sebagai berikut :

Qh = Qc ...................................(4)

𝑊ℎ 𝐶𝑝ℎ (𝑇1 − 𝑇2 ) = 𝑊𝑐 𝐶𝑝𝑐 (𝑡1 − 𝑡2 ) .................................. (5)

LABORATORIUM PROSES PEMISAHAN DENGAN PERPINDAHAN MASSA II-13


TEKNIK KIMIA INDUSTRI FAKULTAS VOKASI-ITS
SURABAYA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Dimana :
Qh = Panas yang dilepas oleh fluida panas, kJ/s
Qc = Panas yang dilepas oleh fluida dingin, kJ/s
Wh = Laju alir fluida panas, kg/s
Wc = Laju alir fluida dingin, kg/s
CP,h = Kapasitas panas untuk fluida panas, kJ/kg oK
CP,c = Kapasitas panas fluida dingin, kJ/kg oK
II.1.5.2 Logarithmic Mean Temperature Difference (LMTD)
Pada umumnya kedua fluida yang mengalir bervariasi tidak linear dengan
temperatur. Pada setiap titik T-t antara kedua aliran berbeda sehingga LMTD diperlukan
untuk mempelajari T-t vs Q, sehingga persamaan perpindahan panas di dalam double pipe
Exchanger menurut dapat ditulis sebagai berikut (Geankoplis, 1986):

Q=A UD LMTD ...........................................(6)

Q
UD = ...........................................(7)
A x LMTD
Dimana :
A = Luas perpindahan panas, m2
UD = Overall heat transfer coefficient, kJ/s m2 oK
LMTD = Logarithmic Mean Temperature Difference, oK
Ketika fluida panas dan dingin dalam heat exchanger mengalir secara counter-
current atau co-current, Log Mean Temperature Difference (LMTD) akan
digunakan:

(∆T2 - ∆T1 )
LMTD = ∆T ..................................... (8)
ln∆T2
1

Dimana ∆T2 adalah perbedaan suhu pada ujung Exchanger dan ∆T1 adalah ujung
yang lain. LMTD ini digunakan untuk double pipe heat exchanger dan 1-1
Exchanger dengan 1 shell pass dan 1 tube pass dalam aliran counter maupun co-current
LMTD untuk co-current:

LABORATORIUM PROSES PEMISAHAN DENGAN PERPINDAHAN MASSA II-14


TEKNIK KIMIA INDUSTRI FAKULTAS VOKASI-ITS
SURABAYA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Log Mean Temperature Difference (LMTD) untuk aliran co-current dinyatakan
dalam persamaan berikut ini (Kern, 1965):

(T1 -t1 )-(T2 -t2 )


LMTD= (T -t )
………………………(9)
ln (T1-t1 )
2 2

LMTD untuk counter current:


Log Mean Temperature Difference (LMTD) untuk aliran counter-current dinyatakan
dalam persamaan berikut ini (Kern, 1965):

(T1 -t2 )-(T2 -t1 )


LMTD= (T -t )
…………………..(10)
ln (T1 -t2)
2 1

Penurunan dari perbedaan temperatur antara kedua fluida pada aliran berlawanan
berlaku asumsi-asumsi di bawah ini (Kern, 1965):
1. Koefisien perpindahan panas total (U) adalah konstan pada keseluruhan proses.
2. Laju alir massa adalah konstan karena aliran dianggap steady state.
3. Panas spesifik dalah konstan pada keseluruhan proses.
4. Tidak ada perubahan fase dalam temperature, yaitu penguapan dan kondensasi.
5. Kehilangan panas diabaikan.
II.1.5.3 Individual Heat Transfer Coefficient
Individual heat transfer koefisien adalah koefisien perpindahan panas untuk
menyatakan besarnya perpindahan panas antara fluida yang mengalir dalam suatu
permukaan dengan permukaan tersebut. Untuk mecari besarnya individual heat transfer
biasanya dipergunakan analisa dimensional dari bilangan-bilangan tak berdimensi, antara
lain (Geankoplis, 1986) :
1. Reynold Number (Nre)
DG
Nre = µ ........................................ (11)

2. Pradtl Number (Npr)


Cp µ
Npr= ........................................ (12)
k
Karena untuk perhitungan OHTC harus dipergunakan satu harga luas perpindahan
panas yang biasanya adalah permukaan luar pipa, oleh karena itu, individual heat transfer
coefficient aliran dalam pipa harus diubah dengan menggunakan persamaan (Kern, 1965) :

LABORATORIUM PROSES PEMISAHAN DENGAN PERPINDAHAN MASSA II-15


TEKNIK KIMIA INDUSTRI FAKULTAS VOKASI-ITS
SURABAYA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
D1
Npr= hio x .......................................... (13)
De

II.1.5.4 Fouling Factors


Dalam prakteknya heat-transfer surface tidak bersih, kotoran, soot, scale, dan
deposit lain terbentuk pada salah satu atau kedua sisi tube-tube exchanger serta pada heat-
transfer surface lainnya. Deposit-deposit ini akan resistansi pada aliran dan mereduksi
koefisien heat-transfer overall U (Geankoplis, 1986).
Untuk mencegah atau mengurangi ini fouling masalah inhibitor kimia sering
ditambahkan untuk meminimalkan korosi, deposisi garam, dan pertumbuhan algae. Velocity
air di atas 1 m/s digunakan membantu mereduksi fouling. Perbedaan temperatur yang tinggi
bisa memungkinkan untuk mencegah deposisi solid pada surface (Geankoplis, 1986).
Koefisien overall dari perpindahan panas diperlukan untuk memperoleh
kondisi proses dapat diperoleh dari persamaan Fourier bila luas permukaan A diketahui
dan Q dan Δt dihitung dari proses. Lalu U = Q/A Δt. Abaikan resistensi dinding pipa (Kern,
1965).

h ho
Uc = h io+ h ........................................ (14)
io o

Berdasarkan Kern (1965), persamaan Fourier yang menyatakan hubungan antara dua
koefisien overall UC dan UD adalah sebagai berikut:

1 1
= +Rd ...................................... (15)
UD Uc

Rd= Rdi +Rd0 ..................................... (16)

Dimana :
UC = Overall heat transfer coefficient dalam keadaan bersih, kJ/s m2 oK
UD = Overall heat transfer coefficient dalam keadaan kotor, kJ/s m2 oK
Rd = Faktor kekotoran gabungan, s m2 oK/kJ
II.1.4.5 Harga efisiensi
Menurut Sugianto (2010), efisiensi efektif dari alat penukar panas adalah sebagai
berikut :
1. Panas Jenis Fluida Dingin

LABORATORIUM PROSES PEMISAHAN DENGAN PERPINDAHAN MASSA II-16


TEKNIK KIMIA INDUSTRI FAKULTAS VOKASI-ITS
SURABAYA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Cc = Wc x CPc ....................................... (17)

2. Panas Jenis Fluida Panas

Ch = Wh x CPh ...................................... (18)

3. Laju Perpindahan Panas Aktual

Qact = Cc x (t2-t1) ...................................... (19)

4. Laju Perpindahan Panas Maksimal

Qmak = Ch x (T1-t1) ...................................... (20)

5. Efesiensi Efektif dari Heat Exchanger

Qact
η= x 100% ...................................... (21)
Qmak

Dimana :
Qact = Panas yang dilepas oleh fluida dingin, kJ/s
Qmak = Panas yang dilepas oleh fluida masuk, kJ/s
Wh = Laju alir fluida panas, kg/s
Wc = Laju alir fluida dingin, kg/s
CPh = Kapasitas panas untuk fluida panas, kJ/kg oK
CPc = Kapasitas panas fluida dingin, kJ/kg oK
Menurut Prawesti (2010), efisiensi heat exchanger dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya adalah:
1. Laju perpindahan kalor
Laju perpindahan kalor menyatakan banyaknya panas yang mampu ditransfer tiap
satuan waktu, sehingga semakin besar laju perpindahan kalor, semakin besar pula efisiensi
heat excahnger.
2. Faktor gesekan

LABORATORIUM PROSES PEMISAHAN DENGAN PERPINDAHAN MASSA II-17


TEKNIK KIMIA INDUSTRI FAKULTAS VOKASI-ITS
SURABAYA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Faktor gesekan akan mempengaruhi nilai NRe fluida. Adanya faktor gesekan
menyebabkan berkurangnya turbulensi.
3. Pola aliran fluida
Pola aliran fluida mempengaruhi turbulensi yang berpengaruh pada laju perpindahan
panas.
4. Jenis material heat exchanger
Setiap material heat exchanger yang digunakan memiliki nilai koefisien perpindahan
panas yang berbeda-beda, maka kemampuan transfer panas yang diberikan pada heat
exchanger juga berbeda, sehingga mempengaruhi efisiensi heat exchanger.
5. Jenis heat exchanger
Jenis double pipe heat exchanger hanya dapat digunakan untuk luas permukaan
perpindahan panas yang lebih kecil dibandingkan jenis shell and tube heat exchanger.

LABORATORIUM PROSES PEMISAHAN DENGAN PERPINDAHAN MASSA II-18


TEKNIK KIMIA INDUSTRI FAKULTAS VOKASI-ITS
SURABAYA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.2 Aplikasi Industri
Analisa Heat Exchanger Jenis Sheel And Tube Dengan Sistem Single Pass
Cahya Sutowo
2010
Pada dunia industri saat ini, proses perpindahan kalor merupakan salah satu proses
kunci dalam kerja mesin. Seperti pada industri pembangkit listrik tenaga uap (PLTU), mesin-
mesin industri bekerja menghasilkan berbagai macam perubahan energi, dari energi termis
maupun energi mekanis yang dapat meningkatkan peningkatan suhu kerja dalam system.
Untuk proses pendinginan maka digunakan alat penukar kalor, sehingga panas dapat
dipindahkan dari air pendingin mesin dengan memindahkan panas tersebut dengan sistem
sirkulasi air dalam sistem kerja alat penukar kalor. Selain itu dengan menggunakan alat
penukar kalor jenis shell and tube sebagai pendingin, untuk penempatannya dapat dilakukan
sesuai dengan keadaan ruangan Oleh karena itulah penggunaan heat exchanger perlu
diperhatikan kinerjanya secara teratur karena penggunaan heat exchanger dapat menghemat
pemakaian energy pada mesin dengan menjaga agar mesin tersebut tidak bekerja dengan
temperatur yang cukup tinggi. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisa unjuk kerja alat
penukar kalor jenis shell and tube dengan system satu lintasan sebagai pendingin mesin pada
PLTU, PJB Muara karang Unit 1 seperti kompresor, hydrogen cooler. Dimana alat penukar
kalor ini bekerja untuk mendinginkan kembali air pendingin dari mesin selama mesin itu
bekerja, dengan menggunakan air laut sebagai fluida pendinginnya.
Proses yang dilakukan oleh penyusun untuk menganalisa alat penukar kalor jenis
shell and tube sampai didapatkan hasil analisa yang akurat mengenai kondisi kerja alat
penukar kalor dengan melihat pada keefektifan dari alat penukar kalor tersebut. Penelitian
dilakukan dengan pengumpulan teori dan data-data, pengolahan data dan perhitungan
meliputi perhitungan LMTD, perhitungan pada cangkang, perhitungan pada pipa, faktor
pengotoran pada Heat Exchanger dan keefektifan heat exchanger, serta Analisa hasil
perhitungan heat exchanger Jenis Shell and Tube Dengan Sistem Single Pass.
Dari penelitian dan perhitungan yang dilakukan alat penukar kalor jenis cangkang
dan pipa satu lintas sebagai pendingin tambahan maka dapat diambil kesimpulan dengan
bilangan Reynold pada cangkang maupun pada pipa semua hasil bilangan tersebut
(Re>10.000), maka didapat aliran yang mengalir pada pipa maupun pada cangkang adalah
aliran Turbulen, hal tersebut diakibatkan dengan besarnya nilai kecepatan aliran massa pada
cangkang dan pada pipa sehingga aliran yang timbul adalah aliran turbulen. Keuntungan
timbulnya aliran turbulen dari pada aliran laminar adalah dengan tingginya kecepatan aliran
LABORATORIUM PROSES PEMISAHAN DENGAN PERPINDAHAN MASSA II-19
TEKNIK KIMIA INDUSTRI FAKULTAS VOKASI-ITS
SURABAYA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
massa maka akan mempercepat proses perpindahan panas dari air panas ke air dingin melalui
pipa. Guna menjaga kondisi dan keefektifan alat penukar kalor agar dapat bekerja dengan
baik maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu melakukan perawatan berkala
pada alat penukar kalor, pengecekan pada alat penukar kalor, agar alat tersebut tidak bekerja
melewati batas maksimum suhu yang telah di tetapkan, dan proses penyaringan air laut
secara lebih ketat lagi agar mendapatkan kualitas air laut yang bersih sehingga tidak akan
terjadi pengotoran pada pipa heat exchanger

LABORATORIUM PROSES PEMISAHAN DENGAN PERPINDAHAN MASSA II-20


TEKNIK KIMIA INDUSTRI FAKULTAS VOKASI-ITS
SURABAYA

You might also like