Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
Q = AT 4
...........................................(1)
II-1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
K A ∆T
Q=
x ......................................(2)
Q = h A ∆T
..........................................................(3)
dimana : h = koefisien perpindahan panas konveksi (W/m2.K)
T = suhu fluida (oK)
A = luas area / dinding (m2)
Gambar II.4 Pola Aliran dan Distribusi Temperatur dalam Co-Current Flow
2. Aliran Counter-Current
Ketika dua fluida memasuki Exchanger pada ujung yang berbeda dan melewati
Exchanger unit dengan arah yang berlawanan, aliran tipe ini disebut counter flow atau
counter current flow. Secara umum, kelebihan counter current yang utama adalah panas
yang dihasilkan cukup besar dibandingkan co-current, suhu keluar dari salah satu fluida
dapat mendekati suhu masuk fluida lain, bahan konstruksi lebih awet karena thermal stress-
nya kecil. Sedangkan untuk kekurangannya adalah tidak dapat dipakai untuk mengubah suhu
fluida dengan cepat dan kurang efisien jika dipakai untuk menaikkan suhu fluida dingin
untuk batas tertentu (Kern, 1965).
Gambar II.5 Pola Aliran dan Distribusi Temperatur dalam Counter-Current Flow
Qh = Qc ...................................(4)
Q
UD = ...........................................(7)
A x LMTD
Dimana :
A = Luas perpindahan panas, m2
UD = Overall heat transfer coefficient, kJ/s m2 oK
LMTD = Logarithmic Mean Temperature Difference, oK
Ketika fluida panas dan dingin dalam heat exchanger mengalir secara counter-
current atau co-current, Log Mean Temperature Difference (LMTD) akan
digunakan:
(∆T2 - ∆T1 )
LMTD = ∆T ..................................... (8)
ln∆T2
1
Dimana ∆T2 adalah perbedaan suhu pada ujung Exchanger dan ∆T1 adalah ujung
yang lain. LMTD ini digunakan untuk double pipe heat exchanger dan 1-1
Exchanger dengan 1 shell pass dan 1 tube pass dalam aliran counter maupun co-current
LMTD untuk co-current:
Penurunan dari perbedaan temperatur antara kedua fluida pada aliran berlawanan
berlaku asumsi-asumsi di bawah ini (Kern, 1965):
1. Koefisien perpindahan panas total (U) adalah konstan pada keseluruhan proses.
2. Laju alir massa adalah konstan karena aliran dianggap steady state.
3. Panas spesifik dalah konstan pada keseluruhan proses.
4. Tidak ada perubahan fase dalam temperature, yaitu penguapan dan kondensasi.
5. Kehilangan panas diabaikan.
II.1.5.3 Individual Heat Transfer Coefficient
Individual heat transfer koefisien adalah koefisien perpindahan panas untuk
menyatakan besarnya perpindahan panas antara fluida yang mengalir dalam suatu
permukaan dengan permukaan tersebut. Untuk mecari besarnya individual heat transfer
biasanya dipergunakan analisa dimensional dari bilangan-bilangan tak berdimensi, antara
lain (Geankoplis, 1986) :
1. Reynold Number (Nre)
DG
Nre = µ ........................................ (11)
h ho
Uc = h io+ h ........................................ (14)
io o
Berdasarkan Kern (1965), persamaan Fourier yang menyatakan hubungan antara dua
koefisien overall UC dan UD adalah sebagai berikut:
1 1
= +Rd ...................................... (15)
UD Uc
Dimana :
UC = Overall heat transfer coefficient dalam keadaan bersih, kJ/s m2 oK
UD = Overall heat transfer coefficient dalam keadaan kotor, kJ/s m2 oK
Rd = Faktor kekotoran gabungan, s m2 oK/kJ
II.1.4.5 Harga efisiensi
Menurut Sugianto (2010), efisiensi efektif dari alat penukar panas adalah sebagai
berikut :
1. Panas Jenis Fluida Dingin
Qact
η= x 100% ...................................... (21)
Qmak
Dimana :
Qact = Panas yang dilepas oleh fluida dingin, kJ/s
Qmak = Panas yang dilepas oleh fluida masuk, kJ/s
Wh = Laju alir fluida panas, kg/s
Wc = Laju alir fluida dingin, kg/s
CPh = Kapasitas panas untuk fluida panas, kJ/kg oK
CPc = Kapasitas panas fluida dingin, kJ/kg oK
Menurut Prawesti (2010), efisiensi heat exchanger dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya adalah:
1. Laju perpindahan kalor
Laju perpindahan kalor menyatakan banyaknya panas yang mampu ditransfer tiap
satuan waktu, sehingga semakin besar laju perpindahan kalor, semakin besar pula efisiensi
heat excahnger.
2. Faktor gesekan