Professional Documents
Culture Documents
(mhs focus belajar materi ini saja, semoga soal tidak diubah akademi)
2. Leenen
Yurisprudensi.
Adalah keputusan hakim/ pengadilan terhadap persoalan tertentu, yang menjadi
dasar bagi hakim-hakim yang lain dalam memutuskan perkara, sehingga keputusan
hakim itu menjadi keputusan hakim yang tetap.
Perjanjian.
Perjanjian merupakan salah satu sumber hukum karena perjanjian yang telah
dibuat oleh kedua belah pihak (para pihak) mengikat para pihak itu sebagai
undang-undang. Hal ini diatur dalam pasal 1338 ayat 1 KUH Perdata.
Doktrin.
Adalah pendapat para sarjana hukum terkemuka yang besar pengaruhnya bagi
pengadilan (hakim) dalam mengambil keputusannya. Doktrin untuk dapat menjadi
salah satu sumber hukum (formal) harus telah menjelma menjadi keputusan hakim.
Peran hukum
1. sebagai “as a tool of social control” dalam arti berperan sebagai alat untuk
mempertahankan stabilitas masyarakat, atau berperan untuk mempertahankan apa
yang tetap dan diterima di dalam masyarakat.
2. berperan sebagai “as a tool of social engineering” (sebagai alat untuk merubah
masyarakat), disini hukum berperan untuk mengadakan perubahan di dalam
masyarakat.
Prof. Mochtar Kusuma Atmadja, SH, menyatakan “sebagai sarana pembaharuan
masyarakat, hukum bertugas sebagai penyalur kegiatan manusia ke arah yang
dikehendaki oleh pembangunan”.
Tujuan hukum
a. Kepastian Hukum
b. Keadilan.
Berakhirnya suatu uu
1. Jangka waktu berlakunya sudah lampau
2. Keadaan atau hal berlakunya uu itu sudah tidak ada lagi
3. UU itu dengan tegas dicabut oleh instansi yang membuat
4. Telah ada uu yang baru yang sisinya bertentangan dengan yang dulu berlaku
Sebenamya pola dasar hubungan dokter dan pasien, terutama berdasarkan keadaan
sosial budaya dan penyakit pasien dapat dibedakan dalam tiga pola hubungan, yaitu:
a. Activity – passivity.
Pola hubungan orangtua-anak seperti ini merupakan pola klasik sejak profesi
kedokteran mulai mengenal kode etik, abad ke 5 Sebelum Masehi (SM). Di sini
dokter seolah-olah dapat sepenuhnya melaksanakan ilmunya tanpa campur
tangan pasien. Biasanya hubungan ini berlaku pada pasien yang keselamatan
jiwanya terancam, atau sedang tidak sadar, atau menderita gangguan mental
berat.
b. Guidance – Cooperation.
Hubungan membimbing-kerjasama, seperti halnya orang tua dengan remaja.
Pola ini ditemukan bila keadaan pasien tidak terlalu berat misalnya penyakit
infeksi baru atau penyakit akut lainnya. Meskipun sakit, pasien tetap sadar dan
memiliki perasaan serta kemauan sendiri. la berusaha mencari pertolongan
pengobatan dan bersedia bekerjasama. Walaupun dokter rnengetahui lebih
banyak, ia tidak semata-mata menjalankan kekuasaan, namun mengharapkan
kerjasama pasien yang diwujudkan dengan menuruti nasihat atau anjuran dokter.
c. Mutual participation.
Filosofi pola ini berdasarkan pemikiran bahwa setiap manusia memiliki martabat
dan hak yang sama. Pola ini terjadi pada mereka yang ingin memelihara
kesehatannya seperti medical check up atau pada pasien penyakit kronis.
Pasien secara sadar dan aktif berperan dalam pengobatan terhadap dirinya. Hal
ini tidak dapat diterapkan pada pasien dengan latar belakang pendidikan dan
sosial yang rendah, juga pada anak atau pasien dengan gangguan mental
tertentu.
Dalam kesepakatan harus memenujhi kriteria Pasal 1321 KUH Perdata, “tiada
sepakat yang sah apabila sepakat itu diberikan karena kekhilafan, atau diperolehnya
dengan paksaan atau penipuan”.
Jadi secara yuridis bahwa yang dimaksud dengan kesepakatan adalah tidak adanya
kekhilafan, paksaan, atau penipuan dari para pihak yang mengikatkan dirinya.
Sepakat ini merupakan persetujuan yang dilakukan oleh kedua belah pihak, dimana
kedua belah pihak mempunyai persesuaian kehendak yang dalam transaksi
terapetik pihak pasien setuju untuk diobati oleh dokter, dan dokter pun setuju untuk
mengobati pasiennya.
KESALAHAN dan KELALAIAN DALAM PERJANJIAN TERAPETIK
Pengertian kesalahan diartikan secara umum, yaitu perbuatan yang secara objektif
tidak patut dilakukan.
kesalahan dapat terjadi akibat :
1. kurangnya pengetahuan,
2. kurangnya pengalaman,
3. kurangnya pengertian, serta
4. mengabaikan suatu perbuatan yang seharusnya tidak dilakukan.
Ajaran mengenai wanprestasi atau cedera janji dalam hukum perdata dikatakan, bahwa
seseorang dianggap melakukan wanprestasi apabila (Subekti, 1985 : 45):
1) tidak melakukan apa yang disepakati untuk dilakukan;
2) melakukan apa yang dijanjikan, tetapi terlambat;
3) melakukan apa yang dijanjikan, tetapi tidak sebagaimana yang diperjanjikan;
4) melakukan sesuatu yang menurut hakikat perjanjian tidak boleh dilakukan.