Professional Documents
Culture Documents
“mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang palingbaik akhlaknya.” (H.R. al-Bukhari,
[muslim: 2553]).
“Sesungguhnya orang yang paling aku cintai di antara kalian dan paling dekat denganku
kedudukannya pada hari kiamat adalah orang yang paling baik akhlaknya diantara kalian.”
(H.R. at-Tirmidzi [2018]).
Rasulullah SAW ditanya amal apa yang paling utama? Beliau menjawab,”Akhlak yang
baik” [H.R. Ahmad: 17358] juga ditanya tentang apa yang paling banyak memasukan kedalam
surga. Beliau menjawab, “yaitu takwa kepada Allah dan akhlak yang baik.” (H.R. at-Tirmidzi
[2004, dan dihasankannya])
Dan sesungguhnya akhlak yang terpuji mempunyai hasil yaitu tanda-tanda yang
menunjukkan keberadaan akhlak yang terpuji tersebut. Ada yang mengatakan : Bahwa akhlak
yang terpuji adalah dengan wajah yang berseri-seri, bermurah hati, menghalau setiap gangguan,
dan memberi bantuan . Ada yang mengatakan : Akhlak yang terpuji adalah dengan tidak
memusuhi siapa saja yang memusuhinya disebabkan kuatnya ma’rifah dia kepada kepada Allah.
Ada yang mengatakan : Bahwa akhlak yang terpuji adalah dengan dekat kepada setiap
manusia namun sebagai seorang yang asing jika berada ditengah-tengah mereka.
Ada yang mengatakan bahwa akhlak yang terpuji adalah dengan menjadikan setiap
makhluk ridha baik dalam keadaan lapang atau dalam keadaan sempit. Ada yang berpendapat
bahwa akhlak yang terpuji adalah keridhaan dari Allah ta’ala. Ada yang mengatakan : Bahwa
akhlak yang terpuji yang paling rendah adalah dengan kesanggupan menanggung cobaan, tidak
mengharapkan ganjaran perbuatan, pengasih terhadap yang berlaku dhalim kepadanya,
memintakannya ampunan, dan menyayanginya.
Ada yang mengatakan bahwa yang dimaksud dengan akhlak terpuji adalah dengan tidak
menuduh al-Haq – Allah – dalam pembeian rizki-Nya, percaya kepada-Nya, merasa tenang akan
penunaian janji-Nya sehingga diapun mentaatinya dan tidak bermaksiat kepada-Nya dalam setiap
perkara antara dirinya dan Allah, dan antara dirinya dan semua manusia.
4. Sabar dan Tahan Uji
Di antara keindahan akhlak orang-orang islam dalam berhias adalah sabar dan tahan uji
karena Allah. Kesabaran adalah menahan jiwa atas hal-hal yang tidak disukai, atau menanggung
yang tidak disukai dengan rela dan pasrah.
Seorang muslim menahan jiwanya atas hal yang tidak dia sukai seperti bersusah payah
melaksanakan ibadah dan taat kepada Allah, terus berdisiplin dalam menjalankannya, menahan
diri jangan sampai bermaksiat kepada Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Luhur dan sama sekali
enggan mendekatinya, meskipun secara naluri nafsunya menginginkan dan tergiur olehnya.
Ia juga menahan jiwanya atas cobaan yang menimpanya, sehingga tidak membiarkan
bersedih atau membenci, karena kata ahli hikmah (orang bijak), “kesedihan atas hal yang telah
berlalu adalah penyakit, sedangkan kesedihan atas hal yang sedang terjadi akan melemahkan
akal”, dan benci kepada takdir adalah mencela Alah Dzat Yang Maha Esa, Yang Maha Kuasa
lagi Maha Perkasa.
Karena kesabaran tanpa keluh kesah itu termasuk akhlak yang diusahakan dan diperoleh melalui
berbagai macam latihan dan perjuangan, maka seorang muslim selalu amat membutuhkan
pertolongan Allah, agar dianugerahi rizki berupa kesabaran dan juga memohon diilhami
kesabaran dengan mengingat perintah-perintah yang ada dan pahala yang dijanjikan baginya.
Seperti firman Allah:
“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah
bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu
beruntung.” (Al-Imran: 200).
“Sangatlah menakjubkan perkara orang beriman itu, sesungguhnya urusannya semuanya baik
baginya, dan tidak ada yang demikian itu, kecuali bagi orang yang beriman, yaitu bila bencana
menimpanya dia bersabar maka itu sangat baik baginya, bila kebahagiaan menghampirinya dia
bersyukur, maka itu adalah sangat baik baginya.” (H.R. Muslim [2999]).
Hujjatul Islam Imam al Ghaszali ketika membicarakan tentang akhlak membaginya dalam
dua hubungan. Yang pertama, akhlak seorang hamba ketika berhubungan dengan Tuhannya
(hablun minallah). Akhlak yang pertama ini akan bumi dengan kesadaran sebagai seorang abdi
atau hamba Allah SWT. Yang kedua adalah akhlak seorang hamba ketika berhubungan dengan
sesama manusia (hablun minannas).
Secara sederhana, akhlak yang diadopsi dari bahasa Arab khulq diartikan sebagai perangai,
tingkah laku, atau sikap seseorang. Adapun kebanyakan ulama mendefinisikannya sebagai sikap
dan tingkah loaku yang menyatu pada diri manusia dan membentuk kepribadiannya. Akhlak
biasanya terbentuk dalam jangka waktu panujang, melalui proses yang berulang-ulang.
Akhlak terpuji seperti jujur, berani, tegas, ramah, sabar, kasih sayang, dan dermawan tidak
mungkin secara tiba-tiba dimiliki oleh seseorang. Sifat-sifat tersebut melekat dan menjadi
karakteristik karena proses penanam nilai serta pembiasaan yang terus menerus dari kecil hingga
dewasa. Begitupun akhlak tercela.
Bila orang-orang yang berakhlak terpuji berkumpul dan menjadi suatu masyarakat, maka
mereka disebut sebagai masyarakat yang berakhlak atau berkarakter terpuji. Jika masyarakat
berakhlak terpuji itu bersatu menjadi suatu bangsa, bangsa itupun akan dikenal sebagai bangsa
yang berakhlak terpuji.
Demikian juga sebaliknya, jika seseorang berperilaku curang, korup, tidak disiplin,
sombong, malas dan boros, maka ia akan dikenal sebagai seseorang berakhlak tercela.
Kerja besar, seperti membangun bangsa, selalu dimulai dari yang kecil. Mari selamatkan
bangsa dengan memulai dari rumah kita.
DAFTAR PUSTAKA
http://alislamu.com/index.php?option=com_content&task=view&id=683&Itemid=4
http://almalanji.wordpress.com/2007/03/20/makna-dan-peran-aqidah-dalam-islam/
http://www.dakwatuna.com/2008/mengenal-syariat-islam-bagian-1/
http://organisasi.org/isi_kandungan_alquran_aqidah_ibadah_akhlak_hukum_sejarah_dorongan_
untuk_berfikir_garis_besar_inti_sari_al_quran
http://www.republika.co.id/berita/25260/Keutamaan_Akhlak
http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-tugas-makalah/akhlak-tasawuf/akhlak-terpuji-dan-
tercela
http://hikmah08.multiply.com/journal/item/1