You are on page 1of 20

MAKALAH

“KELAINAN AIR KETUBAN”


(KPSW, POIHIDRAMNION DAN OLIGOIDRAMNION)
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan maternitas
Dosen pengampu: Dr. Teddy,s. SPoGK

Disusun Oleh :

1. AYU CITA LARASARI (P07220116085)


2. HELDA WURI C (P07220116098)
3. SRI BINTANG REGITA (P07220116117)
4. YULPIANTI ANNISA (P07220116120)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KALIMANTAN TIMUR


JURUSAN KEPERAWATAN PRODI DIII KEPERAWATAN
KELAS BALIKPAPAN
TAHUN AJARAN 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik, dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang
KELAINAN AIR KETUBAN (KPSW, POIHIDRAMNION DAN
OLIGOIDRAMNION). Meskipun masih banyak kekurangan didalamnya.
Dan juga berterima kasih atas beberapa pihak yang telah membantu dan
memberi tugas ini kepada kami. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna
dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai pengertian,
struktur, ciri-ciri kepribadian dan perilaku manusia dan beberapa hal yang
bersangkutan dengan materi tersebut. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa
didalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab
itu kami berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan makalah yang
telah kami buat dimasa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.

Balikpapan, 14 FEBRUARI 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

A. Latar Belakang ......................................................................................................... 1

B. Rumusan masalah ..................................................................................................... 2

C. Tujuan ....................................................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN TEORI .............................................................................................. 3

A. Kelainan air ketuban KPSW..................................................................................... 3

B. kelainan air ketuban polihdramnion ......................................................................... 7

C. kelainan air ketuban oligohidramnion .................................................................... 11

BAB III PENUTUP.......................................................................................................... 15

A. Kesimpulan ............................................................................................................. 15

B. Saran ....................................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... iii

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehamilan dapat berkembang menjadi masalah atau komplikasi setiap saat,


patologi kehamilan adalah penyulit atau gangguan atau komplikasi yang menyertai
ibu saat hamil. Sekarang ini secara umum sudah diterima bahwa setiap kehamilan
membawa resiko bagi ibu. WHO memperkirakan bahwa sekitar 15% dari wanita
yang hamil akan berkembang menjadi komplikasi yang berkaitan dengan
kehamilannya, serta dapat mengancam jiwanya. Sebagian besar wanita hamil di
indonesia mengalami komplikasi atau masalah yang menjadi fatal, sekitar 26&
wanita dengan kelahiran hidup mengalami komplikasi. Sebagai bidan akan
menemukan wanita hamil dengan komplikasi-komplikasi yang dapat mengancam
jiwanya.
Kelahiran bayi merupakan peristiwa penting bagi kehidupan ibu dan keluarga
kita sebagai bidan berada diposisi untuk meningkatkan kemampuan ibu untuk
melahirkan sebagaimana juga kemampuan menemani ibu dalam proses kelhiran
untuk memberikan dukungan dan dorongan.
Perlu diingat bahwa persalinan merupakan proses yang normal, serta
merupakan suatu kejadian yang sehat. Akan tetapi ;otensi komplikasi yang
mengancam nyawa juga akan selalu ada xsehingga bidan harus mengamati ibu dan
bayi dengan ketat sepanjang kehamilan dan kelahiran, sehingga sangan penting bagi
bidan untuk mengetahui bagaiman cara mendeteksi dini penyulit dan komplikasi
selama masa kehamilan dan masa persalinan, sebagai upaya menurunkan angka
mortalitas dan morbiditas pada ibu dan bayi.
Air ketuban berfungsi antara lain untuk:
- Sebagai pelindung yang akan menahan janin dari trauma akibat benturan.
- Melindungi dan mencegah tali pusat dari kekeringan, yang dapat
menyebabkannya mengerut sehingga menghambat penyaluran oksigen
melalui darah ibu ke janin.
- Berperan sebagai cadangan cairan dan sumber nutrien bagi janin untuk
sementara.
- Memungkinkan janin bergerak lebih bebas, membantu sistem pencernaan
janin, sistem otot dan tulang rangka, serta sistem pernapasan janin agar
berkembang dengan baik.
- Menjadi inkubator yang sangat istimewa dalam menjaga kehangatan di
sekitar janin.
Selaput ketuban dengan cairan ketuban di dalamnya merupakan penahan janin
dan rahim terhadap kemungkinan infeksi.

1
- Pada waktu persalinan, air ketuban dapat meratakan tekanan atau kontraksi di
dalam rahim, sehingga leher rahim membuka.
- Dan saat kantung ketuban pecah, air ketuban yang keluar sekaligus akan
membersihkan jalan lahir.
Pada saat kehamilan, air ketuban juga bisa digunakan untuk mendeteksi kelainan
yang dialami janin, khususnya yang berhubungan dengan kelainan kromosom.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana kelainan air ketuban KPSW?
2. Bagaimana kelainan air ketuban Poliihidramnion?
3. Bagaimana kelainan air ketuban Oligohidramnion?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui kelainan air ketuban KPSW
2. Untuk mengetahui kelainan air ketuban Polihidramnion
3. Untuk mengetahui kelainan air ketuban Oligohidramnion.

2
BAB II

PEMBAHASAN TEORI

A. KELAINAN AIR KETUBAN KPSW ( KETUBAN PECAH SEBELUM


WAKTUNYA)
1. Pengertian
KPSW adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda-tanda persalinan
mulai dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu (kapita selekta
penatalaksanaan rutin Obstetri Ginekologi dan KB).
KPSW adalah pecahnya ketuban sebelum mulainya persalinan yaitu bila
pada primipara pembukaan < 3 cm dan pada multipara < 5 cm (Mochtar, 1998).
KPSW adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya tanpa disertai tanda
inpartu dan setelah satu jam tetap tidak diikuti dengan proses inpartu
sebagaimana mestinya. Sebahagian pecahnya ketuban secara dini terjadi sekitar
usia kehamilan 37 minggu ( Manuaba, Ida Bagus Gde. 2007).
Ketuban dinyatakan pecah dini bila terjadi sebelum proses persalinan
berlangsung. KPSW disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan membrane
atau meningkatnya tekanan intar uterin atau oleh kedua factor tersebut.
Berkurangnya kekuatan membrane disebabkan adanya infeksi yang dapat
berasal dari vagina serviks. ( Sarwono Prawiroharjo,2002)
Hakimi (2003) mendefinisikan KPSW sebagai ketuban yang pecah
spontan 1 jam atau lebih sebelum dimulainya persalinan. (PROM):
a. Ada teori yang menghitung berapa jam sebelum in partu, misalnya 2 atau
4 atau 6 jam sebelum in partu.
b. Ada juga yang menyatakan dalam ukuran pembukaan serviks/leher rahim
pada kala I, misalnya ketuban yang pecah sebelum pembukaan serviks 3
cm atau 5 cm, dan sebagainya.
c. Prinsipnya adalah ketuban yang pecah “sebelum waktunya”.
d. Normalnya selaput ketuban pecah pada akhir kala I atau awal kala II
persalinan. Bisa juga belum pecah sampai saat mengedan, sehingga
kadang perlu dipecahkan (amniotomi).
e. Bila periode laten terlalu panjang dan ketuban sudah pecah, maka dapat
terjadi infeksi yang dapat meninggikan angka kematian ibu dan anak.

Selaput janin dapat robek dalam kehamilan :


a. spontan karna selaputnya lemah atau kurang terlindung karna servik
terbuka.
b. Karena trauma, karna jatuh, coitus atau alat-alat
c. Insiden menurut Eastman kira-kira 12% dari semua kehamilan

3
2. Faktor penyebab atau etiologi
Etiologi terjadinya KPSW tetap tidak jelas, tetapi berbagai jenis faktor
yang menimbulkan terjadinya KPSW yaitu infeksi vagina dan serviks, fisiologi
selaput ketuban yang abnormal, inkompetensi serviks, dan devisiensi gizi dari
tembaga atau asam askorbat (vitamin c). (manuaba, Ida Bagus Gde. 2007)

Faktor yang berhubungan dengan meningkatnya insidensi KPD antara lain


a. Fisiologi selaput amnion/ketuban yang abnormal
b. Inkompetensi serviks
c. Infeksi vagina/serviks
d. Kehamilan ganda
e. Polihidramnion
f. Trauma
g. Distensi uteri
h. Stress maternal
i. Stress fetal
j. Infeksi
k. Serviks yang pendek

Selain itu menurut (Taufan, Nugroho 2010), penyebab lainnya adalah sebagai
berikut :
a. Serviks inkompeten, kanalis servikalis yang selalu terbuka oleh karena
kelainan pada serviks uteri (akibat persalinan, curetage)
b. Ketegangan rahim berlebihan : kehamilan ganda, hidrmion sehingga
mengakibatkan tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara
berlebihan (overdistensi uterus)
c. Kelainan letak janin dan rahim : letak sungsang, letak lintang sehingga tidak
ada bagian terendah yng menutupi PAP yang dapat menghalangi tekanan
terhadap membran bagian bawah.
d. Kemungkinan kesempitan panggul : bagian terendah belum masuk PAP
(sepalo pelvic disproporsi)
e. Infeksi yang menyebabkan terjadinya biomekanik pada selaput ketuban
dalam bentuk preteolitik sel sehingga memudahkan ketuban pecah. (
Amnionitis/Korioamnionitis).
f. Faktor keturunan (ion Cu srum rendah, vitamin c rendah, kelainan genetik)
g. Masa interval sejak ketuban pecah sampai terjadi kontraksi disebut fase laten:
1) Makin panjang fase laten, makin tinggi kemungkianan infeksi
2) Makin muda kehamilan,makin sulit upaya pemecahannya tanpa
menimbulkan morbiditas janin

4
h. Trauma yang didapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan dalam,
maupun amnosintesis menyebabkan terjadinya KPSW karena biasanya
disertai infeksi.
i. Faktor golongan darah
Akibat golongan darah ibu dan anak yang tidak sesuai dapat menimbulkan
kelemahan bawaan termasuk kelemahan jaringan kulit ketuban.

Faktor resiko dari ketuban Pecah Sebelum Waktunya, antara lain :


a. Kehamilan multiple : kembar dua (50%), kembar tiga (90%)
b. Riwayat persalinan preterm sebelum : resiko 2-4 kali
c. Tindakan senggama tidak berpengaruh kepada resiko, kecuali jika perdarahan
pervaginam : trimester I (resiko 2x), trimester II / III (20x) hygiene buruk,
beresiko terhadap infeksi.
d. Bakteriuria : resiko 2x (prevalensi 7%)
e. Ph vagina diatas 4,5 : resiko 32%
f. Serviks tipis/kurang dari 39 mm : resiko 25%

3. Pathofisiologis
KPSW biasanya terjadi karna berkurangnya kekuatan membran atau
penambahan tekanan intra uterin ataupun sebaliknya. Kemungkinan tekanan
intra uterin yang kuat adalah penyebab independen dari KPSW dan selaput
ketuban yang tidak kuat akibat kurangnya jaringan ikat dan vaskularisasi akan
mudah pecah dengan mengeluarkan air ketuban.

Menurut Taylor, dkk terjadinya KPSW ternyata ada hubungannya dengan hal-hal
berikut :
a. Adanya hipermotilitas rahim yang sudah lama terjadi sebelum ketuban pecah.
Selaput ketuban selalu tipis (kelainan ketuban).
b. Infeksi (amnionitis atau korioamnionitis)
c. Faktor-faktor lain yang merupakan predisposisi,disproporsi,serviks
incompeten, dll.
d. KPSW artifisial (amniotomi), damana ketuban dipecahkan terlalu dini
e. Hidramnion
f. Hamil ganda
g. Letak lintang
h. Letak sungsang
i. Vitamin c rendah

4. Manifestasi dan penatalaksanaan medis


a. Tanda dan Gejala
- Keluar air ketuban warna putih keruh, jernih, kuning, hijau atau kecoklatan
sedikit-sedikit atau sekaligus banyak.
- Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi

5
- Janin mudah diraba
- Pada pemeriksaan dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban kering
- Inspekulo : tanpa air ketuban mengalir atau selaput ketuban tidak ada dan air
ketuban sudah kering.
b. Penatalaksanaan ketuban pecah dini tergantung pada umur kehamilan dan
tanda infeksi intrauterin
- Pada umumnya lebih baik untuk membawa semua pasien dengan KPD ke RS
dan melahirkan bayi yang berumur > 37 minggu dalam 24 jam dari pecahnya
ketuban untuk memperkecil resiko infeksi intrauterin
- Tindakan konservatif (mempertahankan kehamilan) diantaranya pemberian
antibiotik dan cegah infeksi (tidak melakukan pemeriksaan dalam), tokolisis,
pematangan paru, amnioinfusi, epitelisasi (vit C dan trace element, masih
kontroversi), fetal and maternal monitoring. Tindakan aktif
(terminasi/mengakhiri kehamilan) yaitu dengan sectio caesarea (SC) atau pun
partus pervagina
- Dalam penetapan langkah penatalaksanaan tindakan yang dilakukan apakah
langkah konservatif ataukah aktif, sebaiknya perlu mempertimbangkan usia
kehamilan, kondisi ibu dan janin, fasilitas perawatan intensif, kondisi, waktu
dan tempat perawatan, fasilitas/kemampuan monitoring, kondisi/status
imunologi ibu dan kemampuan finansial keluarga.
- Untuk usia kehamilan <37 minggu dilakukan penanganan konservatif dengan
mempertahankan kehamilan sampai usia kehamilan matur.
- Untuk usia kehamilan 37 minggu atau lebih lakukan terminasi dan pemberian
profilaksis streptokokkus grup B. Untuk kehamilan 34-36 minggu lakukan
penatalaksanaan sama halnya dengan aterm
- Untuk usia kehamilan 32-33 minggu lengkap lakukan tindakan
konservatif/expectant management kecuali jika paru-paru sudah matur (maka
perlu dilakukan tes pematangan paru), profilaksis streptokokkus grup B,
pemberian kortikosteroid (belum ada konsensus namun direkomendasikan
oleh para ahli), pemberian antibiotik selama fase laten.
- Untuk previable preterm (usia kehamilan 24-31 minggu lengkap) lakukan
tindakan konservatif, pemberian profilaksis streptokokkus grup B, single-
course kortikosteroid, tokolisis (belum ada konsensus) dan pemberian
antibiotik selama fase laten (jika tidak ada kontraindikasi)
- Untuk non viable preterm (usia kehamilan <24 minggu), lakukan koseling
pasien dan keluarga, lakukan tindakan konservatif atau induksi persalinan,
tidak direkomendasikan profilaksis streptokokkus grup B dan kortikosteroid,
pemberian antibiotik tidak dianjurkan karena belum ada data untuk
pemberian yang lama)
- Rekomendasi klinik untuk PROM, yaitu pemberian antibiotik karena periode
fase laten yang panjang, kortikosteroid harus diberikan antara 24-32 minggu
(untuk mencegah terjadinya resiko perdarahan intraventrikuler, respiratory
distress syndrome dan necrotizing examinations),tidak boleh dilakukan
digital cervical examinations jadi pilihannya adalah dengan spekulum,
tokolisis untuk jangka waktu yang lama tidak diindikasikan sedangkan untuk
jangka pendek dapat dipertimbangkan untuk memungkinkan pemberian
kortikosteroid, antibiotik dan transportasi maternal, pemberian kortikosteroid
setelah 34 minggu dan pemberian multiple course tidak direkomendasikan

6
- Pematangan paru dilakukan dengan pemberian kortikosteroid yaitu
deksametason 2×6 mg (2 hari) atau betametason 1×12 mg (2 hari)
- Agentokolisis yaitu B2 agonis (terbutalin, ritodrine), calsium antagonis
(nifedipine), prostaglandin sintase inhibitor (indometasin), magnesium sulfat,
oksitosin antagonis (atosiban)
- Tindakan epitelisasi masih kotroversial, walaupun vitamin C dan trace
element terbukti berhubungan dengan terjadinya ketuban pecah terutama
dalam metabolisme kolagen untuk maintenance integritas membran korio-
amniotik, namun tidak terbukti menimbulkan epitelisasi lagi setelah terjadi
PROM
- Tindakan terminasi dilakukan jika terdapat tanda-tanda chorioamnionitis,
terdapat tanda-tanda kompresi tali pusat/janin (fetal distress) dan
pertimbangan antara usia kehamilan, lamanya ketuban pecah dan resiko
menunda persalinan
- KPD pada kehamilan < 37 minggu tanpa infeksi, berikan antibiotik
eritromisin 3×250 mg, amoksisillin 3×500 mg dan kortikosteroid
- KPD pada kehamilan > 37 minggu tanpa infeksi (ketuban pecah >6 jam)
berikan ampisillin 2×1 gr IV dan penisillin G 4×2 juta IU, jika serviks matang
lakukan induksi persalinan dengan oksitosin, jika serviks tidak matang
lakukan SC
- KPD dengan infeksi (kehamilan <37 ataupun > 37 minggu), berikan
antibiotik ampisillin 4×2 gr IV, gentamisin 5 mg/KgBB, jika serviks matang
lakukan induksi persalinan dengan oksitosin, jika serviks tidak matang
lakukan SC

B. KELAINAN AIR KETUBAN POLIHIDRAMNION


1. Pengertian
Polihidramnion atau disebut juga dengan hidramnion adalah
keadaan dimana air ketuban melebihi 2000 ml. Hidramnion akut adalah
penambahan air ketuban secara mendadak dan cept dalam beberapa hari,
biasanya terdapat pada kehamilan yang agak muda, bulan ke 5 dan ke 6.
Hidramnion kronis adalah penambahan air ketuban secara perlahan-lahan,
biasanya terjadi pada kehamilan lanjut. Diagnosis pasti bisa didapatkan dari
pemeriksaan ultrasonografi (USG). Insidensi hidramnion adalah 1% dari semua
kehamilan. Biggio dkk (1999) melaporkan dari Alabama, insisden hidramnion
1% diantara lebih dari 36.000 kehamilan.
2. Faktor penyebab atau etiologi
Sampai sekarang penyebab hidramnion masih belum jelas. Pada
banyak kasus hidramnion berhubungan dengan kelainan malformasi janin,
khususnya kelainan sistem syaraf pusat dan traktus gastrointestinal. Namun
secara teori, hidramnion bisa terjadi karena :
a. Produksi air ketuban bertambah
Diduga air ketuban dibentuk oleh sel-sel amnion, tetapi air ketuban dapat
bertambah cairan lain masuk kedalam ruangan amnion, misalnya air kencing
janin dan cairan otak anensefalus.
Naeye dan Blanc (1972) mengidentifikasi dilatasi tubulus ginjal, bladder
(vesica urinaria) ukuran besar, akan meningkatkan output urine pada awal

7
periode pertumbuhan fetus, hal inilah yang meningkatkan produksi urine
fetus yang mengakibatkan hidramnion.
b. Pengaliran air ketuban terganggu
Air ketuban yang dibentuk, secara rutin dikeluarkan dan diganti dengan yang
baru. Salah satu cara pengeluaran adalah ditelan oleh janin, diabsorpsi oleh
usus kemudian dialirkan ke plasenta untuk akhirnya masuk kedalam
peredaran darah ibu. Ekskresi air ketuban ini akan terganggu bila janin tidak
bisa menelan seperti pada atresia esofagus dan anensefalus.
Damato dan koleganya (1993) melaporkan bahwa dari 105 wanita yang
diteliti cairan amnionnya, ditemukan hampir 65% dinyatakan hidramnion.
Ada 47 orang hamil tunggal dengan satu atau lebih mengalami kelainan
kongenital. Diantaranya kelainan gastrointestinal, sistem syaraf pusat, thorax,
skeletal, kelainan kromosom (2 janin mempunyai trisomi 18—Edward
syndrome dan dua janin dengan trisomi 21—Down syndrome), dan kelainan
jantung. 19 orang wanita hamil kembar. Hidramnion berhubungan dengan
kehamilan kembar monozigotik, hipotesis telah dibuktikan bahwa salah satu
fetus menguasai satu bagian sirkulasi dari janin lainnya, dimana fetus yang
satu ini mengalami cardiac hypertrofi dan produksi output urine yang
meningkat.
3. Pathofisiologis
Pada awal kehamilan, rongga amnion terisi oleh cairan yang
komposisinya sangat mirip dengan cairan ektrasel. Selama paruh pertama
kehamilan, pemindahan air dan molekul kecil lainnya berlangsung tidak saja
melalui amnion, tapi juga menembus kulit janin. Selama trimester kedua, janin
mulai berkemih, menelan dan menghirup cairan amnion. Hampir pasti proses ini
secara bermakna mengatur pengendalian volume cairan amnion. karena dalam
keadaan normal janin menelan cairan amnion, diperkirakan bahwa mekanisme
ini adalah salah satu cara pengaturan volume cairan amnion.
Teori ini dibenarkan dengan kenyataan bahwa hidramnion hampir
selalu terjadi bila janin tidak dapat menelan, seperti pada kasus atresia esofagus.
Proses menelan ini jelas bukan satu-satunya mekanisme untuk mencegah
hidramnion. Pritchard dan Abramovich mengukur hal ini dan menemukan bahwa
pada beberapa kasus hidramnion berat, janin menelan air ketuban dalam jumlah
yang cukup banyak.Pada kasus anesefalus dan spina bifida, faktor etiologinya
mungkin adalah meningkatnya transudasi cairan dari meningen yang terpajan ke
dalam rongga amnion. Penjelasan lain yang mungkin pasca anensefalus, apabila
tidak terjadi gangguan menelan, adalah peningkatan berkemih akibat stimulasi
pusat-pusat di serebrospinal yang tidak terlindung atau berkurangnya efek
antidiuretik akibat gangguan sekresi arginin vasopressin.
Hal sebaliknya telah jelas dibuktikan bahwa kelainan janin yang
menyebabkan anuria hampir selalu menyebabkan oligohidramnion. Pada
hidramnion yang terjadi pada kehamilan kembar monozigot, diajukan
hipotesis bahwa salah satu janin merampas sebagian besar sirkulasi bersama dan
mengalami hipertropi jantung, yang pada gilirannya menyebabkan peningkatan
luaran urin pada masa neonates dini, yang mengisyaratkan bahwa hidramnion
disebabkan oleh meningkatnya produksi urin janin. Hidramnion yang sering

8
terjadi pada diabetes ibu selama trimester ketiga masih belum dapat diterangkan.
Salah satu penjelasannya adalah bahwa hiperglikemia janin yangmenimbulkan
diuresis osmotik.
Bar Hava dan kawan kawan (1994) membuktikan bahwa volumeair
ketuban trimester ketiga pada 399 diabetes gestasional mencerminkan status
glikemik terakhir. Yasuhi dan kawan kawan (1994) melaporkan peningkatan
produksi urin janin padawanita diabetik yang puasa dibandingkan dengan kontrol
nondiabetik. Yang menarik, produksiurin janin meningkat pada wanita
nondiabetik setelah makan, tetapi hal ini tidak dijumpai padawanita diabetes.
4. Manifestasi dan penatalaksanaan medis
a. Gejala
1) Perut Ibu hamil sangat besar. Misalnya saja pada usia kehamilan enam
minggu,besar perut Ibu seperti telah menginjak usia kehamilan delapan
hingga sembilan bulan
2) Tulang punggung Ibu semasa hamil terasa nyeri.
3) Perut terasa kembung dan lebih kencang.
4) Kulit perut tampak mengkilap.
5) Terkadang Ibu merasakan sakit pada perut ketika berjalan.
6) Rahim Ibu tumbuh lebih cepat daripada yang seharusnya. Tekanan pada
diafragma menyebabkan ibu mengalami sesak nafas.
7) Denyut jantung janin sulit dipantau. Bagian-bagian tubuh janin sulit
diraba.
Gejala utama yang menyertai Polihidramnion terjadi semata-mata karena
faktor mekanis dan terutama disebabkan oleh tekanan di dalam sekitar uterus
yang mengalami overdistensi terhadap organ-organ di dekatnya.
Apabila peregangannya berlebihan, ibu dapat mengalami dispnea dan
pada kasus ekstrim, mungkin hanya dapat bernafas bila dalam posisi tegak.
Sering terjadi edema akibat penekanan sistem vena besar oleh uterus yang sangat
besar, terutama di ekstremitas bawah, vulva, dan dinding abdomen. Walaupun
jarang, dapat terjadi oligouria berat akibat obstruksi ureter oleh uterus yang
sangat besar.
Pada hidramnion kronik, penimbunan cairan berlangsung secara bertahap
dan wanita yang bersangkutan mungkin mentoleransi distensi abdomen yang
berlebihan tanpa banyak mengalami rasa tidak nyaman. Namun pada hidramnion
akut, distensi abdomen dapat menyebabkan gangguan yang cukup serius dan
mengancam. Hidramnion akut cenderung muncul
pada kehamilan dini dibandingkan dengan bentuk kronik dan dapat
dengan cepat memperbesar uterus. Hidramnion akut biasanya akan menyebabkan
persalinan sebelum usia gestasi 28 minggu, atau gejala dapat menjadi demikian
parah sehingga harus dilakukan intervensi.
Pada sebagian besar kasus hidramnion kronik, tekanan cairan amnion
tidak terlalu tinggi dibandingkan dengan pada kehamilan normal.
Gejala klinis utama pada hidramnion adalah pembesaran uterus disertai
kesulitan dalam meraba bagian-bagian kecil janin dan mendengar denyut jantung

9
janin. Pada kasus berat, dinding uterus sangat tegang. Membedakan antara
hidramnion, asites, atau kista ovarium yang besar biasanya mudah dilakukan
dengan evaluasi ultrasonografi. Cairan amnion dalam jumlah besar hampir selalu
mudah diketahui sebagai ruang bebas-echo yang sangat besar di antara janin dan
dinding uterus atau plasenta. Kadang mungkin ditemui kelainan janin
misalnya anensefalus atau defek tabung syaraf lain, atau anomali saluran cerna.
Penyulit tersering pada ibu yang disebabkan oleh hidramnion adalah
solusio plasenta, disfungsi uterus dan perdarahan pasca persalinan. Pemisahan
dini plasenta yang luas kadang-kadang terjadi setelah air ketuban keluar dalam
jumlah yang besar karena berkurangnya luas permukaan uterus di bawah
plasenta. Disfungsi uterus dan perdarahan pasca persalinan terjadi akibat atonia
uteri karena overdistensi.

b. Penatalaksanaan
Terapi hidromnion dibagi dalam tiga fase:
1) Waktu hamil
a) Hidromnion ringan jarang diberi terapi klinis, cukup diobservasi dan
berikan terapi simptomatis.
b) Pada hidromnion yang berat dengan keluhan-keluhan, harus dirawat
dirumah sakit untuk istirahat sempurna. Berikan diet rendah garam.
Obat-obatan yang dipakai adalah sedativa dan obat duresisi. Bila
sesak hebat sekali disertai sianosis dan perut tengah, lakukan pungsi
abdominal pada bawah umbilikus. Dalam satu hari dikeluarkan
500cc perjam sampai keluhan berkurang. Jika cairan dikeluarkan
dikhawatirkan terjadi his dan solutio placenta, apalagi bila anak
belum viable.
c) Komplikasi pungsi dapat berupa :
- Timbul his
- Trauma pada janin
- Terkenanya rongga-rongga dalam perut oleh tusukan
- Infeksi serta syok

2) Waktu bersalin
a) Bila tidak ada hal-hal yang mendesak, maka sikap kita menunggu
b) Bila keluhan hebat, seperti sesak dan sianosis maka lakukan pungsi
transvaginal melalui serviks bila sudah ada pembukaan. Dengan
memakai jarum pungsi tusuklah ketuban pada beberapa tempat, lalu
air ketuban akan keluar pelan-pelan
c) Bila sewaktu pemeriksaan dalam, ketuban tiba-tiba pecah, maka untuk
menghalangi air ketuban mengalir keluar dengan deras, masukan tinju
kedalam vagina sebagai tampon beberapa lama supaya air ketuban
keluar pelan-pelan. Maksud semua ini adalah supaya tidak terjadi
solutio placenta, syok karena tiba-tiba perut menjadi kosong atau
perdarahan post partum karena atonia uteri.

10
3) Post partum
a) Harus hati-hati akan terjadinya perdarahan post partum, jadi
sebaiknya lakukan pemeriksaan golongan dan transfusi darah serta
sediakan obat uterotonika
b) Untuk berjaga-jaga pasanglah infus untuk pertolongan perdarahan
post partum
c) Jika perdarahan banyak, dan keadaan ibu setelah partus lemah, maka
untuk menghindari infeksi berikan antibiotika yang cukup.
C. KELAINAN AIR KETUBAN OLIGOHIDRAMNION
1. Pengertian
Oligohidramnion adalah suatu keadaan dimana air ketuban kurang dari
normal, yaitu kurang dari 500 cc. VAK (Volume Air Ketuban) meningkat secara
stabil saat kehamilan, volumenya sekitar 30 cc pada 10 minggu dan mencapai
puncaknya 1 Liter pada 34-36 minggu, yang selanjutnya berkurang. Rata-rata
sekitar 800 cc pada akhir trisemester pertama sampai pada minggu ke-40.
Berkurang lagi menjadi 350 ml pada kehamilan 42 minggu, dan 250 ml pada
kehamilan 43 minggu. Tingkat penurunan sekitar 150 ml/minggu pada kehamilan
38-43 minggu.
Oligohidramnion adalah terjadinya kekurangan atau penurunan cairan
amnion (ketuban) yang mengelilingi janin dalam rahim. Air ketuban berperan
penting dalam perkembangan fetus (janin), sehingga kekurangan cairan ini bisa
menyebabkan sindrom oligohidramnios atau sindrom Potter yang ditandai
dengan tampilan fisik janin atau bayi yang tidak biasa seperti hidung melebar,
dagu rendah, telinga tampak lebih rendah dari bayi normal serta gangguan
lainnya. Awal terjadinya oligohidramnion umumnya selama masa akhir trimester
tiga, seringnya ketika sudah lewat bulan lahirnya. Kebalikan dari
oligohidramnion adalah polihidramnion dimana jumlah cairan amnion berlebih.
Jika air ketuban kurang 500cc, disebut oligohidramnion. Oligohidramnion
kurang baik untuk pertumbuhan janin karena pertumbuhan dapat terganggu oleh
perlekatan antara kulit janin dan amnion atau karena janin mengalami tekanan
dinding rahim.
Gambaran Klinis
A) Rahim lebih kecil sesuai dengan tuanya kehamilan
B) Bunyi jantung anak sudah terdengar sebelum bulan ke-5 dan terdengar lebih
jelas dengan stetoskop.
C) Pergerakan anak dirasakan nyeri oleh ibu dan sering berakhir dengan partus
prematurus.
D) Ibu merasa nyeri diperut pada tiap pergerakan anak
E) Persalinan lebih lama dari biasanya
F) Sewaktu his akan terasa sakit sekali
G) Bila ketuban pecah, air ketuban sedikit sekali, bahkan tidak ada yang keluar

2. Faktor penyebab atau etiologi

11
Penyebab pasti terjadinya oligohidramnion masih belum diketahui.
Beberapa keadaan berhubungan dengan oligohidramnion hampir selalu
berhubungan dengan obstruksi saluran traktus urinarius janin atau renal
agenesis.
Adapun penyebab terjadinya oligohidramnion menurut beberapa ahli
yaitu:
Fetal: Maternal :
Kromosom Dehidrasi
Congenital Insufisiensi uteroplasental
Hambatan pertumbuhan janin Preeklamsia
Kehamilan poster Diabetes

Faktor yang berkontribusi terhadap terjadinya oligohidramnion antara lain:

A) Faktor Janin
1) Bocornya membran amnion.
Terkadang cairan amnion keluar melalui lubang kecil pada membran
amnion sehingga menyebabkan air ketuban sedikit. Hal ini terjadi pada
tahap akhir kehamilan namun kebanyakan terjadi saat mendekati masa
persalinan.
2) Ketidaknormalan janin.
Tidak adanya ginjal atau ginjal yang abnormal (agenesis ginjal, ginjal
polikistik) pada janin juga bisa menurunkan produksi urine yang pada
akhirnya berdampak pada seikitnya cairan ketuban.
3) Faktor genetik.
Adanya pewarisan gen abnormal.
B) Faktor Plasenta

1) Abrupsio plasenta.
Ketikdanormalan plasenta yang menyebabkan plasenta terlepas dari
dinding rahim bagian dalam sehingga mengakibatkan terjadinya
defisiensi cairan amnion. Ketidakteraturan pada darah plasenta dan
suplai nutrisi bisa mencegah bayi menghasilkan urine sehingga
menyebabkan komplikasi serius.
2) Anak kembar.
wanita hamil dengan janin kembar memiliki risiko lebih tinggi
terjadinya defisiensi cairan amnion.
3) Obat – obatan.
Penggunaan obat anti inflamasi non steroid (OAINS) dan beberapa
inhibitor ACE (angiotensin-converting enzyme) bisa menyebabkan air
ketuban sedikit.
Kondisi ibu berikut ini bisa menyebabkan meningkatnya risiko terjadinya
oligohidramnion:
1) Tekanan darah tinggi kronik

12
2) Dehidrasi
3) Diabetes (kencing manis)
4) Preeklampsia (tekanan darah tinggi saat hamil lebih dari 20 minggu)
5) Lupus.

3. Pathofisiologis
Sindroma Potter dan Fenotip Potter adalah suatu keadaan kompleks yang
berhubungan dengan gagal ginjal bawaan dan berhubungan dengan
oligohidramnion (cairan ketuban yang sedikit).
Fenotip Potter digambarkan sebagai suatu keadaan khas pada bayi baru
lahir, dimana cairan ketubannya sangat sedikit atau tidak ada. Oligohidramnion
menyebabkan bayi tidak memiliki bantalan terhadap dinding rahim. Tekanan
dari dinding rahim menyebabkan gambaran wajah yang khas (wajah Potter).
Selain itu, karena ruang di dalam rahim sempit, maka anggota gerak tubuh
menjadi abnormal atau mengalami kontraktur dan terpaku pada posisi abnormal.
Oligohidramnion juga menyebabkan terhentinya perkembangan paru-
paru (paru-paru hipoplastik), sehingga pada saat lahir, paru-paru tidak berfungsi
sebagaimana mestinya.
Pada sindroma Potter, kelainan yang utama adalah gagal ginjal bawaan,
baik karena kegagalan pembentukan ginjal (agenesis ginjal bilateral) maupun
karena penyakit lain pada ginjal yang menyebabkan ginjal gagal berfungsi.
Dalam keadaan normal, ginjal membentuk cairan ketuban (sebagai air
kemih) dan tidak adanya cairan ketuban menyebabkan gambaran yang khas dari
sindroma Potter.
Gejala Sindroma Potter berupa :
- Wajah Potter (kedua mata terpisah jauh, terdapat lipatan epikantus, pangkal
hidung yang lebar, telinga yang rendah dan dagu yang tertarik ke belakang).
- Tidak terbentuk air kemih
- Gawat pernafasan,

4. Manifestasi dan penatalaksanaan medis


Beberapa gejala klinis yang timbul pada kasus oligoidramnion yaitu:
1. Uterus tampak lebi kecil dari usia kehamilan dan tidak ada ballotemen.
2. Ibu merasa nyeri di perut pada setiap pergerakan anak
3. Sering berakir dengan partus premarturus.
4. Bunyi jantung anak sudah terdengar mulai bulan kelima san terdengar jelas.
5. Persalinan lebih lama dari biasanya.
6. Sewaktu his akan sakit sekali.
7. Bila ketuban pecah, air ketuban sedikit sekali bahkan tidak ada yang keluar.
Selain itu, terdapat beberapa faktor- faktor yang sangat beresiko pada wanita
yang dapat meningkatkan insidensi kasus oligohidramnion yaitu:
1. Anomali kongenita (misalnya: agenosis ginjal, sindrom potter).
2. Retardasi pertumbuhan intra uterin.
3. Ketuban pecah dini (24-26 minggu)
4. Sindrom paska maturitas.

13
Penanganan oligohidramnion bergantung pada situasi klinik dan
dilakukan pada fasilitas kesehatan yang lebih lengkap mengingat prognosis janin
yang tidak baik. Kompresi tali pusat selama proses persalinan biasa terjadi pada
oligohidramnion, oleh karena itu persalinan dengan section caesarea merupakan
pilihan terbaik pada kasus oligohidramnion. Selain itu, pertimbangan untuk
melakukan sc karena:
1. Index kantung amnion (ICA) 5cm atau kurang
2. Deselarasi frekuensi detak jantung janin
3. Kemungkinan aspirasi mekonium pada kehamilan postterm

14
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Kehamilan dapat berkembang menjadi masalah atau komplikasi setiap saat,
patologi kehamilan adalah penyulit atau gangguan atau komplikasi yang menyertai
ibu saat hamil. Sekarang ini secara umum sudah diterima bahwa setiap kehamilan
membawa resiko bagi ibu. WHO memperkirakan bahwa sekitar 15% dari wanita
yang hamil akan berkembang menjadi komplikasi yang berkaitan dengan
kehamilannya, serta dapat mengancam jiwanya. Sebagian besar wanita hamil di
indonesia mengalami komplikasi atau masalah yang menjadi fatal, sekitar 26 &
wanita dengan kelahiran hidup mengalami komplikasi. Sebagai bidan akan
menemukan wanita hamil dengan komplikasi-komplikasi yang dapat mengancam
jiwanya.
Kelahiran bayi merupakan peristiwa penting bagi kehidupan ibu dan keluarga
kita sebagai bidan berada diposisi untuk meningkatkan kemampuan ibu untuk
melahirkan sebagaimana juga kemampuan menemani ibu dalam proses kelhiran
untuk memberikan dukungan dan dorongan.
Perlu diingat bahwa persalinan merupakan proses yang normal, serta
merupakan suatu kejadian yang sehat. Akan tetapi ;otensi komplikasi yang
mengancam nyawa juga akan selalu ada xsehingga bidan harus mengamati ibu dan
bayi dengan ketat sepanjang kehamilan dan kelahiran, sehingga sangan penting bagi
bidan untuk mengetahui bagaiman cara mendeteksi dini penyulit dan komplikasi
selama masa kehamilan dan masa persalinan, sebagai upaya menurunkan angka
mortalitas dan morbiditas pada ibu dan bayi.
Air ketuban berfungsi antara lain untuk:
- Sebagai pelindung yang akan menahan janin dari trauma akibat benturan.
- Melindungi dan mencegah tali pusat dari kekeringan, yang dapat
menyebabkannya mengerut sehingga menghambat penyaluran oksigen
melalui darah ibu ke janin.
- Berperan sebagai cadangan cairan dan sumber nutrien bagi janin untuk
sementara.
- Memungkinkan janin bergerak lebih bebas, membantu sistem pencernaan
janin, sistem otot dan tulang rangka, serta sistem pernapasan janin agar
berkembang dengan baik.
- Menjadi inkubator yang sangat istimewa dalam menjaga kehangatan di
sekitar janin.
Selaput ketuban dengan cairan ketuban di dalamnya merupakan penahan janin
dan rahim terhadap kemungkinan infeksi.
- Pada waktu persalinan, air ketuban dapat meratakan tekanan atau kontraksi di
dalam rahim, sehingga leher rahim membuka.
- Dan saat kantung ketuban pecah, air ketuban yang keluar sekaligus akan
membersihkan jalan lahir.

15
Pada saat kehamilan, air ketuban juga bisa digunakan untuk mendeteksi kelainan
yang dialami janin, khususnya yang berhubungan dengan kelainan kromosom.

B. Saran
Semoga makalah sederhana ini dapat menjadi ilmu yang bermanfaat
bagi pembacamakalah ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi pembaca
terutama perawat dalam membuat asuhan keperawatan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Titin novia sastra. 2013. Ketuban pecah sebelum waktunya.


http://titinnoviasastra93.blogspot.co.id/2013/07/ketuban-pecah-sebelum-waktu-nya-
kpsw.html (diakses pada tanggal 14 februari 2018 pukul 11.45WIB)

blogspot.2014. kelainan air ketuban


http://blogspot.oligohidramnion.2014.kelainan-air-ketuban.html (diakses pada
tanggal 14 februari 2018 pukul 12.00WIB)

blogspot.2015. gejala, penyebab, pengobatan mediskus.


http://blogspot.Oligohidramnion.2015.Gejala-Penyebab-Pengobatan-Mediskus.htm
(diakses pada tanggal 14 februari 2018 pukul 13.15WIB)

blogspot. 2014. Kelainan air ketuban.


http://blogspot.ASKEB.20I4.PATOLOGI-KEBIDANAN-DianHusada.KELAINAN-
AIR-KETUBAN.htm (diakses pada tanggal 14 februari 2018 pukul 13.35WIB)

iii

You might also like