You are on page 1of 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada dasarnya, Islam menyukai banyaknya keturunan di kalangan
umatnya. Namun, Islam pun mengizinkan kepada setiap muslim untuk
mengatur keturunan apabila didorong oleh alasan kuat. Hal yang masyhur
digunakan pada zaman rasulullah untuk mengatur kelahiran adalah dengan
azl. Sekarang lazim dikenal dengan pengaturan kelahiran atau Keluarga
Berencana (KB).
Ada berbagai pertimbangan yang harus diperhatikan dalam
berkeluarga termasuk mengenai perencanaan tentang pengaturan jumlah
anak (KB), agar dapat menghasilkan keturunan yang berkualitas,
diantaranya terpenuhi pendidikan, ekonomi dan mempertimbangkan
kesehatan si ibu, memelihara jiwa dan melindunginya dari berbagai
ancaman berarti memelihara eksistensi kehidupan umat manusia.
Namun adakalanya, tidak semua orang merasa senang dan bahagia
dengan setiap kelahiran yang tidak direncanakan, karena faktor
kemiskinan, hubungan di luar nikah dan alasan-alasan lainnya. Dan tidak
semua orang nyaman atau cocok dengan alat kontrasepsi yang telah
dibenarkan dalam Islam. Terkadang orang hanya memikirkan cara yang
instan yang dapat menghindarinya dari mempunyai keturunan. Sesuai
dengan kemajuan peradaban, ilmu pengetahuan dan teknologi, telah
banyak hadir alat yang dapat menghidari seseorang dari mempunyai
keturunan. Oleh sebab itu, penulis akan membahas “Sterilisasi dan IUD
dalam Perspektif Islam.”

1.2 Rumusan Masalah


1
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
makalah ini :
a. Apa itu sterilisasi?
b. Apa itu IUD?
c. Bagaiamana hukum dan pandangan islam menegenai sterilisasi dan
pemakaian IUD ?

1.3 Tujuan
Tujuan dari makalah ini selain memenuhi tugas Pendidikan Agama Islam
yaitu :
a. Untuk mengetahui pengertian sterilisasi
b. Untuk mengetahui pengertian IUD
c. Untuk mengetahui hukum dan pandangan islam menegenai sterilisasi
dan pemakaian IUD

BAB II

2
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Sterilisasi


Sterilisasi ialah memandulkan lelaki atau wanita dengan jalan
operasi (pada umumnya) agar tidak dapat menghasilkan keturunan.
Sterilisasi berbeda dengan cara-cara/alat-alat kontrasepsi lainnya yang
pada umumnya hanya bertujuan menghindari/menjarangkan kehamilan
untuk sementara waktu saja. Sekalipun secara teori orang yang
disterilisasikan masih bisa dipulihkan lagi (reversable), tetapi para ahli
kedokteran mengakui harapan tipis sekali untuk bisa berhasil.
Sterilisasi pada lelaki disebut vasektomi atau vas ligation. Caranya
ialah memotong saluran mani (vas deverens) kemudian kedua ujungnya
diikat, sehingga sel sperma tidak dapat mengalir keluar penis (urethra).
Sterilisasi lelaki termasuk operasi ringan tidak memerlukan perawatan di
rumah sakit dan tidak mengganggu kehidupan seksual. Lelaki tidak
kehilangan sifat kelakiannya karena operasi. Nafsu seks dan potensi lelaki
tetap, wan waktu melakukan koitus, terjadi pula ejakulasi, tetapi yang
terpancar hanya semacam lendir yang tidak mengandung sel sperma.
Lelaki yang disterilisasikan itu testis-nya masih tetap berfungsi,
sehingga lelaki masih mempunyai semua hormon yang diperlukan, juga
kepuasan seks tetap sebagaimana biasa, demikian pula kelenjar-kelenjar
yang membuat cairan putih tidak berubah sehingga pada waktu puncak
kenikmatan seks (orgasme), cairan putih masih keluar dari penis.
Sterilisasi pada wanita disebut tubektomi atau tubal ligation.
Caranya ialah dengan memotong kedua saluran sel telur (tuba palupii) dan
menutup kedua-duanya, sehingga sel telur tidak dapat keluar dan sel
sperma tidak dapat pula masuk bertemu dengan sel telur, sehingga tidak
terjadi kehamilan.

2.2 Pengertian IUD


3
IUD adalah bahan plastik/logam yang ditanam dirahim guna
mencegah kehamilan. Generasi mutakhir dari IUD mengandung kawat
tembaga yang melepaskan ion-ion tembaga pembunuh sperma, atau
mengandung hormone progesterone yang mempertebal lender di saluran
rahim sehingga tidak dapat dilewati sperma. Kedua cara itu menempatkan
IUD dalam kategori kontrasepsi dan bukan aborsi, karena sperma belum
membuahi sel telur(ovum).
IUD dipasang 2 atau 3 hari sesudah haid atau 3 bulan sesudah
melahirkan dan pemasangannya harus dilakukan oleh tenaga yang telah
terlatih, serta perlu adanya kontrol sesudah pemasangan. Dengan alat IUD
ini bisa timbul side effect atau komplikasi, seperti pendarahan, mules-
mules. Alat keluar spontan, tetapi tidak bahaya.
Pada masa lalu, cara pemakaian IUD cukup populer apabila orang-
orang arab berniat untuk bepergian dalam perjalanan yang memakan waktu
panjang, mereka akan meletakkan batu kecil yang halus(licin) pada saluran
rahim dengan menggunakan kayu yang dilubangi. Batu ini membuat
seperti orang yang sedang hamil sehingga ia tidak siap untuk dimasuki
penis. Sedangkan para wanita india yang bermukim dipinggiran pantai
secra turun temurun meletakkan benang/serat yang elastis untuk
mengehntikan kehamilan. Fungsinya adalah membatasi keturunan
sehingga tidak bertambah lagi. Lalu untuk jepang meletakkan bola kecil
yang terbuat dari meas seukuran biji tumbahan chick-pea yang diikat
dengan yang panjang hingga mencapai luar mulut rahim. Akan tetapi, alat
kontrasepsi modern sekarang telah banyak digunakan yang diawali kira-
kira sejak setengah abad yang lalu, dan semua yang kita sebutkan diatas
sebagai awal dari ini semua.Ada beberapa dampak negatif dalam
menggunakan alat kontrasepsi (spiral) ini. Diantaranya gesekan
berkelanjutan yang diciptakan oleh spiral sehingga dapat menimbulkan
terjadinya indikasi dan gejala kanker.
BAB III

4
PEMBAHASAN

3.1 Pengkajian Sterilisasi


Mekanisme kerjanya adalah memotong atau mengikat saluran tuba
valopi untuk menghambat pembuahan. Motivasi atau tujuannya adalah
pemutusan keturunan secara permanent. Untuk pembunuhan ta’qil yaitu
tidak ada, unsur pembatasan ta’ dit yaitu ada. Biasanya dilakukan untuk
tujuan permanent. Meskipun sebenarnya sterilisasi wanita
dipertimbangkan secara irefersibel, namun hal ini sangat tergantung usia
wanita dan teknik yang digunakan. Pengembalian kesuburan untuk hamil
kembali adalah 50% dan 90% tergantung teknik yang digunakan. Metode
sterilisasi yang paling mudah dikembalikan adalah pemasangan bulka atau
klip filshie karena alat ini mendatarkan tuba valopi yang kemudian dapat
dikembangkan lagi. Kuter dan diatermi adalah yang paling sulit
dikembalikan cincin valopi dpat menyebabkan sebagian tuba valopi
mengalami nekrosis yang membuat pengembalian kesuburan lebih sulit
dilakukan.
Faktor yang mendorong orang melakukan sterilisasi, yaitu :
a. Faktor kesehatan, ialah semua gangguan kesehatan, baik rohani
maupun jasmani, yang akan mengancam jiwa atau keselamatan
seorang ibu bila ia hamil. Misalnya, karena penyakit jantung, penyakit
ginjal, hipertensi, dan lain sebagainya. Pada keadaan gangguan-
gangguan kesehatan semacam ini, seorang wanita tidak diizinkan
hamil untuk selamanya, Sehingga cara yang paling tepat untuk
mengatasi ini ialah dengan sterilisasi.
b. Faktor sosio-ekonomis, ialah keadaan tertentu dari suatu keluarga
yang mempunyai masalah-masalah kehidupan dalam rumah tangga
dan masyarakat, di mana penambahan jumlah anak akan roemperberat
masalah-masalah yang sedang dihadapi.
c. Atas permintaan, di negara-negara lain ada anggapan bahwa suami
istrilah yang berhak menentukan jumlah anak yang diinginkan, Ada
pula pasangan-pasangan yang sama sekali tidak ingin mempunyai
anak.

Efek samping dan bahayanya dari sterilisasi adalah kontrasepsi yang


cukup efektif, tetapi jika gagal ada peningkatan resiko kehamilan

5
ektopik atau diluar rahim. Sebagian wanita akan merasa berduka
karena kehilangan, nyeri menstruasi, dan nyeri bahu yang bersifat
sementara pasca operasi. Risiko lain yang mungkin ditimbulkan
antara. lain perdarahan, infeksi karena luka yang tidak sembuh secara
sempurna, dan cedera pada bagian perut. Ada beberapa komplikasi
yang mungkin meningkatkan risiko antara lain penyakit diabetes,
obesitas, dan radang panggul. Kemudian cara pemakaian sterilisasi
wanita biasanya dilakukan pembedahan dengan anestesi umum.

3.2 Pengkajian IUD atau Intra Uterine Divice


Mekanisme kerjanya ialah menciptakan lingkungan yang tidak
kondusif karena adanya reaksi benda asing. Kondisi ini menyebabkan
penyerbukan leukosit yang dapat menghancurkan sperma, ovum bahkan
blastocysta.
Motivasinya adalah mengatur kelahiran, unsur pembunuhan atau
ta’qil ialah mengarah terjadinya abortus atau setelah calon janin berada
dalam tahap awal, unsur pembatasan atau ta’dit ialah bersifat semi
permanent. Pemakaian IUD bervariasi waktunya antara tiga tahun, lima
tahun, dan delapan tahun. Jika pemakaiannya minimal lima tahun keatas
dan tidak ada pertimbangan kondisi darurat maka penggunaan IUD dengan
tujuan mengatur jarak kelahiran bisa menjadi pembatasan keturunan. Ini
tidak sesuai dengan jarak yang diperintahkan dalam Al-Qur’an yaitu dua
tahun.
Efek samping bisa ditemukan pada beberapa orang biasanya
berupa rasa nyeri, kejang di perut, menorargie (perdarahan), infeksi,
perforasi rahim, kehamilan ektopik (kehamilan diluar rahim), dan abortus
atau keguguran. Selain itu suami merasakan adanya gangguan saat
bersenggama. Berdasarkan efek samping diatas perdarahan dalam artian
secara berketerusan tetapi tidak berkepanjangan. Rasa sakit atau rasa nyeri
pada dua bulan pertama setelah digunakan oleh karena itu mengonsumsi
tablet. Menurut DR. Ahmad Amar, penggunaan alat sangat berbahaya
karena dapat menimbulkan penyakit persendian dan peradangan pada
rahim.

Selain IUD teknik modern dalam kedokteran dengan cara :


a. Obat-obatan yang dioleskan di dalam vagina beberapa saat
sebelum melakukan hubungan seksual, agar sperma tidak sampai
pada leher rahim, seperti jelly, tablet busa, dan foam. Namun obat
6
tersebut terkadang dapat menimbulkan peradangan dan rasa sakit
yang sangat bagi perempuan.
b. Selain obat-obatan, kondom juga sebagai dapat menghambat
kehamilan dengan melakukan teknik penyumbatan atau penutup
yang melindungi. Kelebihan dari alat ini yang digunakan laki-laki
saat mengalami ejakulasi dini. Disamping itu bermanfaat untuk
mencegah berpindahnya peradangan ringan serta penularan virus.
Sedangkan bahayanya adalah alat ini dapat menghilangkan
kenikmatan saat bersentuhan, dapat mengakibatkan pengendoran
alat vital lelaki, terkadang terjadi sobekan yang menyebabkan
keluar dari sela-selanya.

3.3 Pandangan Islam Mengenai Sterilisasi dan Pemakain IUD


a. Dasar Hukum
 Al-Qur’an

Artinya : “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak


mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran,
penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan
jawabnya.” (QS. Al-Isra’: 36)

Artinya : “Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena


takut kemiskinan. Kamilah yang akan memberi rezeki kepada
mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka
adalah suatu dosa yang besar.” (QS. Al Isra’ : 31)

7
Artinya : “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang
seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang
lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh
sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah
mereka mengucapkan Perkataan yang benar.” (QS. An-Nisa ayat 9)

 Hadist

ُ‫يلييرنظللر الررلجلل إةيلىَ يعرويرةة الررلجةل يويلتيرنظللر ارليمررأيةل إةيلىَ يعرويرةة ارليمررأيةة يويلييلغجج ض‬
‫ض الررلجججلل‬
.‫ب ارليواةحةد‬
‫ض ارليمررأيةل ةإليىَ ارليمررأيةة ةفىَ الثررو ة‬
ُ‫يويلتيلغ ض‬,‫ب ارليواةحةد‬
‫إةيلىَ الررلجةل فةىَ الثررو ة‬
Bersabda Rasulullah SAW, “Janganlah laki-laki melihat aurat laki-
laki lain dan janganlah bersentuhan seorang laki-laki dengan laki-
laki lain di bawah sehelai selimut, dan tidak pula seorang wanita
dengan wanita lain di bawah satu kain (selimut).” (Hadits riwayat
Ahmad, Muslim, Abu Daud, dan Tirmidzi).

1. Sterilisasi
Sterilisasi baik untuk lelaki (vasektomi) maupun untuk wanita
(tubektomi) sama dengan abortus, bisa berakibat kemandulan,
sehingga yang bersangkutan tidak lagi mempunyai keturunan. Karena
itu, International Planned Parenthood Federation (IPPF) tidak
menganjurkan kepada negara-negara anggotanya termasuk Indonesia
untuk melaksanakan sterilisasi sebagai alat/cara kontrasepsi, IPPF
hanya menyerahkan kepada negara-negara anggotanya untuk memilih
cara/alat kontrasepsi mana yang dianggap cocok dan baik untuk
masing-masing.

Dalam hal ini, pemerintah Indonesia secara resmi tidak pernah


menganjurkan rakyat Indonesia untuk melaksanakan KB, karena
melihat akibat sterilisasi (pemandulan seterusnya) dan menghormati
aspirasi umat Islam di Indonesia.
8
Islam hanya membolehkan sterilisasi lelaki/wanita karena
semata-mata alasan medis. Selain alasan medis, seperti banyak anak
atau kemiskinan tidak dapat dijadikan alasan untuk sterilisasi. Tetapi
ia dapat menggunakan cara-cara/alat-alat kontrasepsi yang diizinkan
oleh Islam, seperti kondom, oral pill, vagina tablet, vagina pasta, dan
sebagainya.
Sterilisasi baik untuk lelaku (vasektomi), maupun untuk wanita
(tubektomi) menurut Islam pada dasarnya haram (dilarang),
karena ada beberapa hal yang prinsipal, ialah :
a. Sterilisasi (vasektomi/tubektomi) berakibat pemandulan tetap. Hal
ini bertentangan dengan tujuan pokok perkawinan menurut Islam,
yakni perkawinan lelaki dan wanita selain bertujuan untuk
mendapatkan kebahagiaan suami istri dalam hidupnya di dunia dan
di akhirat, juga untuk mendapatkan keturunan yang sah yang
diharapkan menjadi anak yang sholeh sebagai penerus cita-citanya.
b. Mengubah ciptaan Tuhan dengan jalan memotong dan
menghilangkan sebagian tubuh yang sehat dan berfungsi (saluran
mani/telur).
c. Melihat aurat orang lain (aurat besar)
Pada prinsipnya Islam melarang orang melihat aurat orang
lain, meskipun sama jenis kelaminnya. Tetapi apabila suami isteri
dalam keadaan yang sangat terpaksa (darurat/emergency), seperti
untuk menghindari penurunan penyakit dari bapak/ibu terhadap
anak keturunannya yang bakal lahir, atau terancamnya jiwa si ibu
bla ia mengandung atau melahirkan bayi, maka sterilisasi
diperbolehkan oleh Islam.
Apabila melihat aurat itu diperlukan untuk kepentingan
medis (pemeriksaan kesehatan, pengobatan, operasi, dan
sebagainya), maka sudah tentu Islam membolehkan, karena
keadaan semacam ini sudah sampai ke tingkat darurat, sehingga

9
tanpa ada pembatasan aurat kecil atau besar, asal benar-benar
diperlukan untuk kepentingan medis dan melihat sekadarnya saja
atau seminimal mungkin.
2. IUD
IUD menurut pandangan Islam fatwa hukum dari ulama
dan cendikiawan muslim di Indonesia dalam Musyawarah ulama
terbatas mengenai “KB dipandang dari hukum syariat islam” pada
bulan juni 1972 yang memutuskan bahwa, “pemakaian IUD dan
sejenisnya tidak dapat dibenarkan, selama masih ada obat-obat dan
alat-alata lain, karena untuk pemasanaganya atau pengontrolanya
harus dilakukan dengan melihat aurat besar wanita, hal ini diharamkan
dalam syariat islam, kecuali dalam keadaan dorurot”.
Kemudian musyawarah ulama nasional tentang
kependudukan, kesehatan, dan pembangunan memutuskan antara lain
“penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim (IUD) dalam pelaksanaan
KB dapat dibenarkan jika pemasangan dan pengontrolanya dilakukan
oleh tenaga medis atau para medis wanita, atau jika terpaksa dapat
juga dilakukan oleh tenaga medis pria dengan didampingi oleh suami
atau wanita lain”.
Menghadapi hal-hal tersebut, yang kesemuanya masih
bersifat subhat atau mutasyabihat artinya yang masih belum jelas
hukumnya, kita harus bersikap hati-hati selama cara kerja IUD belum
jelas. Sepenuhnya ditandai dengan adanya perbedaan pendapat
dikalangna ahli kedokteran yang tidak bisa dikompromikan hingga
sekarang.
Tentang mekanisme IUD dan sifatnya apakah abortif atau
kontraseptif. maka IUD sebagai alat kontraseptif tidak digunakan oleh
islam kecuali benar-benar dalam keadaan darurat.
Berdasarkan Sidang Hai’ah Kibaril ulama periode ke 8 di
kota Riyadh pada Robiul Awal 1396 H tentang pengharamn

10
pembatasan keturunan secara mutlak karena bertentangan dengan
fitroh manusia normal yang telah dijadikan Allah dan bertentangan
dengan tujuan dasar syariat islam yang sangat menganjurkan lahirnya
keturunan juga terkandung didalamnya upaya melemahkan eksistensi
kaum muslimin disebabkan jumlah mereka yang menjadi sedikit
membatasi keturunan itu serupa dengan kebiasaan jahilliah, sekaligus
bentuk berburuk sangka kepada Allah mencegah kehamilan itu tidak
diperbolehkan dengan cara apapun, apabila dilandasi khawatir akan
jatuh miskin.

Artinya : “Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezeki Yang


mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh” (QS. Az-Dzariyat : 58)

AnArtinya : ”Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi


melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui
tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya
tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh)” (QS. Hud : 6 )

Adapun jika mencegah kehamilan karena darurat, seperti halnya


bila sang ibu tidak bisa melahirkan secara normal bahkan terpaksa
melalui operasi untuk mengeluarkan bayinya (operasi sesar misalnya)
maka hukumnya diperbolehkan.

Sedangkan mengkonsumsi obat, pil semisalnya untuk menunda


kehamilan beberapa waktu demi kemaslahatan sang istri, contohnya
karena fisiknya lemah yang membuatnya tak berdaya hamil, walaupun
11
besar kemungkinan kehamilan terus beruntun, bahkan membahayakan
dirinya, maka tidak mengapa untuk melakukannya. Langkah untuk
menunda hamil beberapa waktu memang harus ditempuh, sampai
keadaanya pulih kembali. Atau bahkan mencegah kehamilannya
secara permanen jika memang benar-benar berbahaya. Syariat islam
sendiri mendatangkan kebaikan dan menolak keburukan, serta lebih
mendahulukan yang lebih dominan diantara 2 kebaikan yang ada,
serta mengambil yang paling ringan diantara 2 bahaya yang ada.
Selain itu ada hadits yang menerangkan bahwa menggunakan alat-alat
kontrasepsi atau sarana lain yang memgakibatkan tidak berfungsinya
atau tidak dapat menghasilkan keturunan dengan persetujuan atau
tidak dengan motivasi agama atau lainnya maka hukumnya haram dan
ulama sepakat mengharamkannya.

Allah berfirman,

Artinya : “Yang dilaknati Allah dan syaitan itu mengatakan: "Saya


benar-benar akan mengambil dari hamba-hamba Engkau bahagian
yang sudah ditentukan (untuk saya),” (QS. An-Nisa ayat 118)

12
Artinya : “dan aku benar-benar akan menyesatkan mereka, dan akan
membangkitkan angan-angan kosong pada mereka dan menyuruh
mereka (memotong telinga-telinga binatang ternak), lalu mereka
benar-benar memotongnya, dan akan aku suruh mereka (mengubah
ciptaan Allah), lalu benar-benar mereka meubahnya". Barangsiapa
yang menjadikan syaitan menjadi pelindung selain Allah, maka
sesungguhnya ia menderita kerugian yang nyata.” (QS. An-Nisa ayat
119)

Jika tujuan memakai kontrasepsi untuk membatasi jumlah anak,


haram hukumnya. Hal itu tidak sesuai dengan tuntunan nabi, padahal
nabi menghendaki jumlah yang banyak pada pengikutnya.

Sedangkan pandangan ulama mengenai IUD :


a. Mengenai permasalahan KB, kebanyakan ulama/sarjana muslim
sejak dahulu seperti Amr bin Ash (sahabat nabi), Imam Syafi’i,
dan Imam Ghazali sampai abad XX ini seperti Dr. Muhammad
Abd. Salam Madkur, dan Dr. Mahmud Shalthoet, Rektor
Universitas Al-Azhar berpendapat bahwa Islam tidak melarang
Keluarga Berencana.
b. Syekh Syalthut memberikan pendapat bahwa tidak diizinkanya
sterilisasi permanen, kecuali untuk alasan-alasan serius
menyangkut penyakit keturunan atau yang mungkin menular.
c. Dr. H. Ali Akbar yang dikenal mempunyai keahlian dalam bidang
(kedokteran dan agama) membuat kesimpulan sebagai berikut,
“Maka saya berpihak kepada yang mengharamkan pengguguran,
juga mengharamkan pemakaian spiral ini, karena sifatnya
bukan contraseptif, abortif”

Kalau dengan ‘azl (mengeluarkan air mani di luar rahim) atau


dengan alat yang mencegah sampainya mani ke rahim seperti
kopacis/kondom, maka hukumnya makruh. Begitu juga makruh
hukumnya kalau dengan meminum obat untuk menjarangkan
kehamilan. Tetapi kalau dengan sesuatu yang memutuskan kehamilan
sama sekali, maka hukumnya haram, kecuali kalau ada bahaya.
Umpamanya saja karena terlalu banyak melahirkan anak yang

13
menurut pendapat orang yang ahli tentang hal ini bisa menjadikan
bahaya, maka hukumnya boleh dengan jalan apa saja yang ada.

Keterangan dalam kitab Asnal Mathalib 186, Fatawi Ibnul Ziyad


249, al-Bajuri II/93, Ahkamul Fuqaha’ II/231:

‫ل‬ ‫والوع نزلل لت نرزا لم نن الوولنلد موك نروه وإلون أللذنلن ل ل‬


‫ت ألوو أللم ن ة للننهه‬
‫ت فوي نه الولموع نهزووهل لعونَنلهنناَ هح ننرة لكنناَنل و‬
‫و‬ ‫ل ل و ل ة ل ل ل هو ه ل‬
(‫طللريوهق اللل قلطولع نَالنلسلل )أسن الطم لب‬
Artinya : Adapun al-azl (mengeluarkan air mani di luar rahim)
adalah makruh walaupun pihak wanita mengizinkan, baik sebagai
wanita merdeka maupun budak karena al-azl tersebut merupakan
cara memutuskan keturunan.

‫ص نللله فلنيهوك نلرهه لف ن اوللنولل‬ ‫ل‬ ‫ل ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬


‫لولك نلذا إلوس نتوعلماَهل الولم نورألة النش نويءل الننذوي ينهوبط نهئ اوللوب نلل لويلنوقطلعه نهه م نون أل و‬
‫ت الولموفلسلدلتاَلن‬ ‫ل ل ل ل‬ ‫ِ لولعونَلد هوهجوولد ال ن‬.‫لولويهرهم لف النثاَلن‬
‫ضو‬ ‫ِ إلذا تلنلعاَلر ل‬.‫ضهروولرلة فلنلعللىَ الولقاَ علدة الوفوقلهينة‬
‫ب اللخفلهلمنناَ لموفلس نلدة )البنناَ جننوري علننىَ فتننح القريننب ف ن‬ ‫ض نرارا لباَرتللكنناَ ل‬ ‫ل‬
‫هرووع نلي ألوعظلهمههلمنناَ ل ل ة و‬
(۲/٩۳ ‫كتاَب النَكاَح‬
Artinya : Demikian halnya wanita ynag mempergunakan sesuatu
(seperti alat kontrasepsi) yang dapat memperlambat kehamilan. Hal
ini hukumnya makruh. Sedang memutus keturunan hukumnya haram.
Dan ketika darurat maka sesuai dengan kaidah fiqhiyah; jika ada dua
bahaya saling mengancam maka diwaspadai yang lebih besar
bahayanya dengan melaksanakan yang paling ringan bahayanya.

3.4 Analisis Sterilisasi


Pada keluarga A terdiri dari suami, istri, dan satu anak. Dimana
suami itu mengidap penyakit tumor yang berada disaluran mani, sehingga
ahli medik menyarankan untuk melakukan vasektomi supaya menghindari
penyebaran tumor yang berada pada alat kelamin tersebut. Pada saat itu,
suami merasa bahwa sterilisasi hukumnya haram. Namun setelah dia
merasa sudah tidak kuat lagi dengan rasa nyeri dari tumor tersebut, dia
mengambil jalan untuk melakukan operasi pada vas deferens atau saluran

14
maninya. Dia berniat untuk kesembuhannya dan menjaga kualitas dalam
melakukan hubungan.
Pada kasus diatas, menurut Islam hal itu diperbolehkan karena
mengandung unsur medis atau untuk penyembuhan suami dan harus
dilakukan operasi yang disebut vasektomi supaya tumor tersebut tidak
menyebar keseluruh jaringan tubuh. Jika sterilisasi itu hanya bersifat
karena mengurangi jumlah keturunan dan takut miskin Islam
mengharamkan hal tersebut. Allah SWT berfirman,

Artinya : Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut


kemiskinan. Kamilah yang akan memberi rezeki kepada mereka dan juga
kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang
besar (QS. Al Isra : 31)

Sehingga Allah SWT hanya membolehkan vasektomi ataupun


tubektomi jika alasannya mengandung unsur medis. Lelaki yang
disterilisasi testisnya masih tetap berfungsi, sehingga lelaki masih
mempunyai semua hormon yang diperlukan, juga kepuasan seks tetap
sebagaimana biasa demikian pula kelenjar-kelenjar yang membuat cairan
putih tidak berubah sehingga pada waktu puncak kenikmatan seks
(orgasme), cairan putih masih keluar dari penis.

BAB VI
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

15
Pada makalah ini, mengenai sterilisasi terdiri dari vasektomi dan
tubektomi. Dimana keduanya memiliki efek samping jika digunakan umat
manusia. Halal haramnya sterilisasi tergantung seberapa besar
kemungkinan pemulihannya ke kondisi semula. Saat ini kemungkinan
hanya sebesar 40% jadi sterilisasi adalah haram hukumnya.
Sedangkan IUD menurut musyawarah ulama nasional penggunaan
alat kontrasepsi dalam pelaksanaan KB dapat dibenarkan jika
pemasangannya dilakukan oleh tenaga medis wanita. Jika terpaksa tenaga
medis pria harus didampingi suami atau wanita lain. Oleh karena itu, IUD
belum jelas hukumnya dan kita harus bersikap hati-hati dengan pemakaina
IUD atau alat kontrasepsi

4.2 Saran
Demikianlah makalah ini dibuat. Makalah ini jauh dari
kesempurnaan baik dari segi pemahaman terhadap ayat-ayat serta buku-
buku yang amat terbatas. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritikan
dan saran yang membangun. Atas perhatian pembaca kami ucapkan
terimakasih.

DAFTAR PUSTAKA

2013. Al-Quran dan Terjemahanya. Bandung: Diponegoro.

1991. Al-Quran dan Tafsir VII. Yogyakarta: UII Press.


16
Hadits riwayat Ahmad, Muslim, Abu Daud, dan Tirmidzi.

Ahmad, Abu. 2008. Fiqih Pengobatan Islami. Solo: Al-Qowam.

Yudi. 2007. Seks Islami. Jakarta: Tim Zahra.

Thariq. 2010. KB Cara Islam. Bandung: Aqwam.

Dwi, Anton. 2011. Memilih Kontrasepsi Alami dan Halal. Jakarta: Aqwa

Medika.

Aziz, Abdul. 2013. Terjemahan Fathkhulmu’in Jilid 2. Bandung: Sinar Baru

Algen Sindo.

Abdul. Sterilisasai dan Hukum. from:


http://www.abdulhelim.com/2012/06/sterilisasi-dalam-perspektif-
hukum.html. 2012
Ani. Tunda Kehamilan. from:
http://www.tundakehamilan.com/product_iud.html. 2015

LAMPIRAN

17
Tubektomi

Vasektomi

Kondom

Pil KB

18
IUD

Cervical Clap

Diafragma

Ring

19
Subdermal Implan

Tubal Implan

Sponge

Alat-Alat Kontrasepsi

20

You might also like