You are on page 1of 21

MENINGKATKAN KONSUMSI SAYUR PADA ANAK MELALUI

METODE PROYEK COOKING CLASS

(Penelitian Tindakan Di KOBER – TK Ananda Cipadung)

PROPOSAL

Diajukan untuk penyusunan skripsi pada Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan
Anak Usia dini

Oleh

Linda Kusumawati (1403965)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


KAMPUS CIBIRU
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2017
A. Judul Penelitian
“Meningkatkan Konsumsi Sayur Pada Anak Melalui Metode Proyek
Cooking Classdi KOBER- TK Ananda Cipadung”
B. Latar Belakang
Anak usia dini merupakan anak yang sedang berada pada usia golden age.
Pada masa golden age ini, pertumbuhan dan perkembangan anak terjadi baik pada
fisik-motorik, kecerdasan, sosial-emosional, bahasa dan moral yang dapat
dikembangkan melalui stimulasi-stimulasi yang tepat bagi anak. Selain stimulasi,
anak juga memerlukan makanan yang baik untuk menunjang proses tumbuh dan
berkembangnya. Makanan-makanan yang baik dikonsumsi oleh anak adalah
makanan sehat. Makanan sehat adalah makanan yang mengandung zat-zat yang
dibutuhkan oleh tubuh seperti vitamin, mineral, karbohidrat, kalori dan protein.
Menurut Susanto (2014) menyatakan bahwa asupan makanan yang sehat dan
bergizi seperti mengandung kalori, protein, vitamin, mineral dan semua
kandungan tersebut ada pada sayuran. Sayuran merupakan salah satu makan yang
paling banyak mengandung mineral di bandingkan dengan buah-buahan
(Restianti, 2009 dalam Rosidi, Ali dkk, 2012). Sayuran merupakan salah satu
makanan yang wajib untuk di konsumsi oleh anak, karena banyak sekali manfaat
yang dirasakan oleh anak. Namun sayangnya, anak-anak kurang menyukai
sayuran karena rasa sayuran yang pahit dan tayan atau iklan yang ada di televisi
sehingga konsumsi sayuran pada anak masih rendah dan anak cenderung untuk
menolak mengkonsumsi sayuran (Fildes Van Jaarsveld, Wardle dan Cooke, 2014;
Istiany, Ari, dkk, 2013). Akibat dari kurangnya anak-anak mengkonsumsi sayur,
anak menjadi kekurangan vitamin yang mengakibatkan daya tahan tubuh
berkurang, kekurang mineral, anak mengalami gejala anemia seperti lemah, letih
dan lesu, sembelit dan susah buang air besar (Yuliarti, 2008; Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, 2017).
Dari data Survei Konsumsi Makanan Individu (2014) mengungkapkan 97,7%
anak Indonesia di bawah usia 5 tahun tidak mengkonsumsi buah-buhan dan sayur
dalam jumlah yang disarankan (www.cnnindonesia.com). Berdasarkan data di atas
kebanyakan anak yang berada di bawah usia 5 tahun sedang berada pada masa pra
sekolah yaitu KOBER atau TK, yang kebanyakan dari anak-anak tersebut
membawa bekal makanan ringan seperti ciki, biskuit, permen dan coklat. Di
KOBER – TK Ananda dari jumlah enam belas orang anak yang hadir pada hari
senin, 11 Desember 2017 (dua orang anak tidak hadir di karena sakit dan satu
orang karena izin), terdapat 57,89% anak membawa bekal makan ringan seperti
ciki, permen dan biskuit, 10,52% anak membawa bekal nasi putih dengan lauk
ayam dan nasi goreng, 10,52% orang anak membawa bekal mie goreng dan 5,26%
anak tidak membawa bekal, dari enam belas orang anak tidak terdapat satupun
anak yang membawa bekal sayur.
Dibutuhkan peran dari guru untuk dapat meningkatkan konsumsi sayur pada
anak dengan menggunakan metode yang menarik dan menyenangkan agar dapat
membuat anak ingin mengkonsumsi sayuran, salah satu metode yang tepat yaitu
menggunakan metode proyek. Metode proyek merupakan salah satu strategi yang
dapat dilakukan oleh guru untuk meningkan kualitas belajar mengajar pada anak
terutama pada anak usia dini yang dalam pembelajarannya masih pada tahap
konkrit. Metode proyek dapat memecahkan masalah dengan cara bekerjasama
dengan anak lain (Roopnarine dan Johson, 2011). Metode proyek yang tepat dan
dapat dilakukan oleh anak-anak adalah cooking class. Kegiatan Cooking class ini
sangat cocok untuk anak usia dini karena anak dapat bereksperimen dan berkreasi
dengan menggunakan bahan-bahan makanan yang dapat diolah dan hasilnya
dapat dinikmati oleh anak sendiri (Juniyanasari,dkk, 2015; Yuliani Nurani dan
Bambang Sujono, 2010 dalam Bakhti, Wida 2015). Dengan menggunakan
metode proyek cooking class ini sebagai salah satu solusi untuk meningkatakan
konsumsi sayur pada anak. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian dengan judul “Meningkatkan Konsumsi Sayur Pada Anak Melalui
Metode Proyek Cooking Class”
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh penerapan metode proyek cooking class terhadap
konsumsi sayur pada anak?
D. Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan yang dapat di rumuskan dalam penelitian ini yaitu “Metode
Proyek Cooking Class dapat meningkatkan Konsumsi Sayur pada Anak”.
E. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui tingkat konsumsi sayur pada anak.
2. Untuk mengetahui pengaruh penerapan metode proyek cooking class
terhadap konsumsi sayur pada anak.
F. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi dan
memperkaya khasanah ilmu pendidikan, khususnya mengenai konsumsi
sayur pada anak.
2. Secara Praktis
a. Bagi Sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan bahan evaluasi
bagi pihak sekolah dan guru dalam rangka meningkatkan konsumsi sayur
pada anak.
b. Bagi Penulis
Menambah wawasan mengenai ilmu kependidikan dan memberikan
pengalaman dengan terjun langsung ke lapangan serta merupakan temuan
awal untuk meningkatkan konsumsi sayur pada anak.
G. Kajian Teori
1. Meningkatakan Konsumsi sayur pada Anak
a. Pengertian Makan
Makan merupakan suatu kebutuhan pokok yang di perlukan untuk
menunjang keberlangsungan kehidupan manusia. Dengan makan dapat
memberikan tenaga, panas badan, memperbaiki sel-sel yang rusak, memberi rasa
kenyang, kepuasan, pertumbuhan dan makan juga dapat membentuk atau
mengganti jaringan pada tubuh (Ruslianti,dkk, 2015). Terdapat berbagai macam
jenis sayuran yang bisa di konsumsi oleh anak, menurut (Astawan, M, 2004;
Warsito, Heri dkk, 2015) sayuran di kelompokkan dalam tujuh kelompok yaitu :
1) Sayuran daun : kangkung, katuk, sawi, bayam, selada, kol, selada.
2) Sayuran bunga : kembang turi, brokoli atau kembang kol.
3) Sayuran batang : asparagus, rebung, jamur.
4) Sayuran akar : bit, lobak, wortel.
5) Sayuran umbi : kentang, bawang bombai, bawang merah.
6) Sayuran buah : tomat, mentimun, petai, dan kacang panjang.
7) Sayuran biji : kacang merah, kacang tanah, dan kacang kapri.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa makan merupakan
kebutuhan manusia yang paling penting, termasuk dalam konsumsi sayuran yang
dengan beraneka macam jenis sayuran yang dapat dikonsumsi oleh anak.
b. Pola Makan Pada Anak Usia Dini
Pola makan merupakan sejumlah asupan makanan yang dikonsumsi oleh
anak. Menurut Karjati,Sri (1985) menyatakan bahawa pola makan adalah
informasi atau gambaran tentang makanan dan jumlah bahan makanan yang di
konsumsi oleh anak. Terdapat pola makan pada anak usia dini menurut Istiany,
Ari, dkk (2013) yang ditandai dengan :
1) Jenis makanan
Jenis makanan yang harus di makan oleh anak haruslah bervarisi agar anak
tidak mudah bosan dalam mengkonkumsi makanan tersebut. Menurut
Rusilanti,dkk (2015) menyatakan bahwa terdapat berbagai kelompok makanan
yaitu makanan pokok sebagai sumber tenaga dan mengenyangkan, lauk pauk dari
heawani dan nabati sebgai zat pembangun, antibodi atau kekebelan tubuh, sayur
dan buah sebagai zat pengatur dan pelindung, kaya akan vitamin, mineral dan
serat. Jenis makan yang cocok untuk anak adalah dalam bentuk sup, telur dadar
atau ceplok agar lebih menarik bisa ditambahkan dengan menggunakan warna
yang berasal dari wortel dan tomat.
2) Kemudahan menangani
Anak-anak lebih suka dengan makanan yang mudah dipegang oleh dirinya
sendiri. Dalam menyajikan makanan untuk anak di usahan ukuran makanan pas
dengan gegangan anak seperti wortel rebus yang di potong menjadi empat.
Sebagian besar makanan hendaknya disajikan dalam bentuk potongan sekali gigit.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pola makan anak usia
dini adalah gambaran tentang makanan dan jumlah bahan makanan yang di
konsumsi oleh anak yang terdiri dari jenis makanan dan kemudahan menangani
makanan yang tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan
makanan pada anak.
c. Faktor-faktor yang memengaruhi pilihan makanan anak
Anak-anak sekarang sudah dapat memilih makanan yang akan di makan
oleh diri sendiri ataupun menolak untuk mengkonsumsi makan tersebut, adapun
faktor-faktor yang mempengaruhi pilihan makanan pada anak menurut Istiyani,
Ari, dkk, (2013) menyatakan bahwa :
1) Penerimaan makanan
Penerimaan makanan di pengaruhi oleh pemberian makan awal pada anak
yang akan berpengaruh hingga dewasa dan anak-anak juga kurang menyukai
makanan yang terasa pahit seperti brokoli, kacang buncis, pare daun papaya, daun
singkong.
2) Pengaruh orang tua
Orang tua secara tidak sadar sudah mempengaruhi perilaku makan pada anak
dengan menuntun anak pada kesukaan makanan dan juga membentuk gaya pada
anak yang berpengaruh terhadap di mana, bagaimana, dengan siapa dan berapa
banyak anak makan.
3) Pengetahuan gizi
Pentingnya orang tua terutama ibu untuk mengetahui gizi yang akan di
konsumsi baik untuk anaknya maupun untuk keluarganya karena dari tingkat
pengetahuan gizi yang ibu ketahui akan lebih mudah bagi ibu dalam mengolah
bahan makanan. Tingkat pengetahuan gizi pada ibu sebagai pengelola rumah
tangga terhadap bahan makanan yang akan dikonsumsi hal ini di pengaruh oleh:
a) Ketidak tahuan ibu tentang makanan sehat dan manfaat dari makanan bagi
kesehatan tubuh.
b) Kebiasaan atau pantangan makanan dalam suatu kebudayaan yang
memberikan kerugian. (Sjahmien Moehji, 2002; Suhardjo, 2003).
Yang mengakibatkan anak-anak menjadi sulit untuk menerima makanan
yang sebenarnya baik untuk kesehatan dan tumbuh kembangnya karena
ketidak tahaun pengetahuan gizi oleh ibu dan kebiasaan atau pantangan yang
di jalani oleh keluarganya yang akhirnya anak-anak mengikuti model yang
salah.
3) Model
Kebiasaan makan pada anak kebanyakan di pengaruhi oleh model yang
berada di sekitarnya seperti orang tua dan teman sebayanya.
4) Interaksi orang tua dan anak
Interaksi orang tua dan anak sangat berpengaruh terhadap pemilihan makanan
dan pola makan anak.Interaksi yang di lakukan oleh orang tua yaitu dengan
mendampingan saat makan, suasana rumah yang positif, dan perilaku terkait
makan anak.
5) Iklan televisi
Penayangan iklan yang ada di televisi cendurung kurang patut di tiru oleh
anak terutama dalam mengkomsumsi suatu makanan yang kebanyak mengandung
gula dan lemak yang tinggi seperti pizza, fried chicken, ice cream, donat, mi
instan, serta berbagai macam produk permen dan coklat. Ikalan di televisi telah
mempengaruhi keinginan anak untuk mengkonsumsi makanan tersebut sehingga
orang tua mau tidak mau membeli produk iklan tersebut. Menurut Ruslanti, dkk
(2015) menyataka bahwa salah satu cara yang efektif agar orag tua tidak
memenuhi keinganan anak untuk membeli produk ikan dengan cara orang tua
memindahkan ke saluran lain yang tidak menanyangkan iklan, ketika iklan yang
tidak ingin di lihat di layar televisi.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor
pemilihan makanan berasal dari orang tua sejak pertama kali anak dikenalkan
dengan makanan, adapaun upaya dalam mengatasi masalah makan pada anak.
d. Upaya Mengatasi Masalah Makan Pada Anak
Masalah makan pada anak terutama makan sayur ternyata berhubungan
dengan gizi anak.Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi kesulitan pada
anak adalah dengan mengatasi penyebab kesulitan untuk makan. Secara garis
beras dapat di lakukan upaya dietetik dan upaya psikologis (Boediman, Drajat,
2009 dalam Rusilanti, dkk, 2015).
1) Upaya Dietetik
Upaya yang dapat di lakukan untuk mengataur makanan dengan cara
merancang makanan. Berbagai faktor yang harus di perhatiakan dalam pengaturan
makanan seperti:
a) Umur dan berat badan anak;
b) Keadaan penyakit anak;
c) Keadaan alat penerima makanan: mulut, gigi, usus, dan sebagainya;
d) Kebiasaan makan, selera, kesukaan, aneka ragam atau variasi hidangan;
e) Penerimaan dan toleransi anak terhadap makan yang di berikan (Santoso
dkk, 1999 ; Rusilanti dkk, 2015).
2) Upaya Psikologik
Upaya yang di lakukan oleh orang tua dalam uapaya mengelola dan mengatur
makan anak dapat di lakukan dengan cara (Boediman, Drajat, 2009 dalam
Rusilanti, dkk, 2015) seperti :
a) Hubungan emosional antara anak dan ibu hendaknya baik. Menjadi
seorang ibu haruslah sabar, tenang dan tekun dalam menghadapi anak.
b) Buatlah suasana makan yang menyenangkan, bersih dan berikan pujian
pada anak bila anak melakukan cara makan yang baik.
c) Orang tua hendaknya memperhatikan porsi makan yang pas untuk anak,
bila anak tersebut menghabiskan makanannya berikalah pujian pada anak.
d) Memberikan makanan ketika anak sedang lapar untuk meningkatkan
variasi selera makannya.
e) Jangan terlalu memaksakan satu jenis makanaan yang anak tidak suka.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa upaya mengatasi
masalah makan pada anak usia prasekolah adalah pengaturan makan yang
terjadwal dengan baik dan hubungan antara orag tua dan anak yang yang dibuat
lebih harmonis dan komunikasi yang baik selain itu, terdapat syarat makanan pada
anak sesuai dengan kebutuhan pada anak.
e. Syarat makanan pada anak
Terdapat beberapa syarat makanan pada anak yang perlu di penuhi menurut
Santoso, Soegeng dan Ranti, Anne Lies, (1999) menyatakan bahwa :
a) Mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan anak.
b) Higienis dan tidak membahayakan anak.
c) Dibuat sama jenis hidangan (bisa beberapa jenis) dan porsi yang standar
sehingga cukup mengenyangkan.
Selain itu terdapat juga syarat khusus makanan pada anak menurut Santoso,
Soegeng, dkk (1999) menyatakan bahwa :
a) Porsi makanan tidak terlalu besar.
b) Makanan cukup basah (berkuah) agar lebih mudah untuk melan.
c) Potongan makanan dan ukuran makanan sebaiknya lebih kecil, agar anak
mudah untuk memasukan makanan kedalam mulut dan mudah untuk di
kunyah.
d) Cukup bervariasi bahan dan jenis hidangannya agar anak tidak mudah
bosan dan anak juga dapat belajar untuk menngenal berbagai jenis
makanan.
Sedangkan untuk syarat mengkonsumsi sayur yang di anjurkan untuk anak-
anak adalah mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan 300 - 400 gram per orang
per hari. Sebaiknya diberikan 3-5 porsi dalam sehari. Satu porsi setara dengan
satu gelas sayuran daun dan setengah gelas sayuran potong. (Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, 2017 ; Rizki, Farah 2013).
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa syarat makan untuk
anak adalah bervariasi, dan mengandung zat-zat yang dibutuhkan oleh tubuh
seperti sayuran. Sayuran yang diperlukan di konsumsi oleh anak adalah sebanyak
300 - 400 gram atau setara dengan 3 - 5 porsi dalam satu hari. Untuk
mengkonsumsi sayuran, sayuran haruslah dimasak. Cara untuk memasak yang
dapat di lakukan oleh anak dengan menggunakan metode proyek cooking class.
2. Metode Proyek Cooking Class
a. Pengertian Metode Proyek Cooking Class
Metode proyek merupakan pembelajaran yang dilakukan oleh anak untuk
melakukan pendalaman tentang satu topik pembelajaran yang diminati satu atau
beberapa anak (Katz,1991 dalam Mursid, 2016). Metode proyek berasal dari
gagasan John Dewet tentang konsep “Learning by Doing” yaitu proses perolehan
hasil belajar dengan mengerjakan tindakan tertentu sesuai dengan tujuannya.
Sependapat dengan John Dewet, menurut Piaget mengatakan bahwa pendidik dan
orang tua tidak dapat mengejarkan tentang suatu konsep pada anak secara verbal,
namun pendidik dan orang tua dapat mengajarkannya jika menggunakan metode
yang disarkan pada aktivitas anak (Sava, 1975 dalam Mursid, 2016 ). Metode
proyek adalah metode pembelajaran yang di lakukan oleh guru kepada anak
dengan menghapkan permasalahan sehari-hari yang dihadapi oleh anak yang
harus dapat di pecahkan baik secara individu maupun berkelompok untuk
mencapai tujuan bersama (Moeslihatoen, 2004 dalam Mursid, 2016 ; Gordon,
1985; Bossing, 1952 dalam Moeslihatoen, 2004; Roopnarine dan Johnson, 2011).
Metode proyekpun memiliki manfaat yang dapat di rasakan secara langsung
kepada anak menurut Menurut Moeslichatoen (2004) yaitu :
1) Anak dapat memecahakan permasalahan yang di hadapidalam kehidupan
sehari-hari.
2) Anak juga di ajarkan untuk mengembangkan dan membina sikap kerja
samadan anak dapat berinteraksi dalam kegiatan proyek.
3) Anak juga diajarkan untuk mengembangakn etos kerja baik secara
individu maupun kelompok.
4) Anak mendapat kesempatan untuk menggunakan kebebasan secara fisik
maupun secara intelektual untuk menyelesaikan permasalahan yang di
hadapinya dengan cara yang dikuasi dan tidak harus duduk tenang di
bangkunya masing-masing.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode proyek
merupakan aktivitas yang di lakukan secara berkelompok untuk memecahkan
permasalahan yang dihadapi oleh anak baik secara individu maupun berkelompok.
b. Pengertian cooking class
Cooking class merupakan aktivitas yang dapat di lakukan oleh anak untuk
mengolah bahan makanan yang sesungguhnya, yang terdiri dari bahan mentah
yang di olah menjadi makanan siap santap. Tujuan dari cooking class adalah
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tentang seni memasak, melatih
mengolah makanan dengan berbagai teknik, dan mengetahui cara membuat
makanan yang aman untuk dikonsumsi oleh anak. Sebelum memasak perlu
mempersiapan diri terlebih dahulu terutama pada guru maupun anak dan perlu
mempersiapkan bahan-bahan makanan yang akan di olah. (Hanifa dan Luthfeni,
2006; Minantyo, 2011; Sukerti, 2008 dalam Juniyanasari,Luh,Putu, dkk, 2015).
Dalam melakukan kegiatan memasak bersama dengan anak-anak akan lebih sulit
dibandingkan dengan orang dewasa untuk itu ada beberapa tips memasak bersama
anak-anak menurut Johnson, Chwen (2012) yaitu:
a) Tunjukkan dan beritahu. Tunjukkan dan jelaskan kepada anak-anak semua
hal yang anda lakukan dan mengapa.
b) Beri mereka tugas. Buatlah apa yang perlu dilakukan dan tetapkan tugas.
c) Pujilah mereka. Berilah semangat dan banggakanlah usaha mereka
walaupun besar atau kecil usaha yang mereka lakukan.
d) Mengawasi mereka. Jangan pernah meninggalkan mereka tanpa pengawan
saat mereka memasak.
e) Ajari mereka kecakapan hidup. Jelaskan kepada anak-anak bagaimana cara
membeli buah dan sayuran segar. Menurut Warsito dkk, (2015)
menyatakan bahwa terdapat beberapa cara dalam memilih sayuran yang
berkulitas yaitu:
1) Sayuran daun, seperti bayam, sawi, kangkung dan daun singkong
a) Daun dipilih yang berwarna cerah, tidak buram dan belum
menguning.
b) Daun tidak sobek dan berlubang.
c) Tulang daun terlihat jelas.
d) Batang daun mudah dipatahkan.
e) Daun tidak terlalu tua.
2) Sayur buah seperti tomat, cabai, terung dan labu siam.
a) Buah tidak pecah atau memar.
b) Buah tidak berair, tidak lunak, dan tidak berbau busuk.
c) Untuk cabai atau tomat sebaiknya dipilih yang sudah tua atau masak.
d) Sayuran untuk lalap, seperti terung, mentimun, dan labu siam dipilih
yang masih muda.
3) Sayuran polong, misalnya buncis dan kacang panjang.
a) Polong sayuran dipilih yang masih muda.
b) Batas antara biji belum jelas.
c) Bentuk polong silindris.
d) Polong mudah dipatahkan.
Tips-tips di atas dapat membantu guru dalam melakukan kegiatan aktivitas
cooking class. Aktivitas cooking class yang di rencanakan oleh guru dapat berupa
aktivitas memasak dengan menggunakan peralatan elektronik.
Aktivitas cooking class Menurut Nielsen (2006) Jika guru merencanakan
aktivitas memasak yang menggunakan peralatan eletronik, guru harus memikirkan
lokasi untuk kebutuhan listik saat memasak tidak membahayakan kesalamatan
bagi anak. Oleh karena itu guru harus memperhatiakan stop kontak listrik harus
berada di sekitar kelas anak, untuk menghindari anak agar tidak memainkan kabel
listrik maka guru harus menutup stop kontak dengan menggunakan meja. Jika
stop kontak berada di tempat yang jauh maka guru harus membalut kabel listrik
dengan menggunakan pita dan membuat perjanjian dengan anak-anak terlebih
dahulu agar anak-anak tidak menyentuh dan memainkan kabel listrik. Untuk
bagian di area meja guru dapat menggunakan pita merah dan menambahkan tanda
bahaya agar anak tidak menyentuh, untuk membiarkan anak-anak tahu bahwa alat
elektronik hanya digunakan saat bersama guru didalam kelas. Peralatan elektorik
dapat membantu guru dalam kegaiatan cooking class agar pembelajaran tidak
membahayakan bagi anak. Untuk melakukan aktivitas cooking class ada beberapa
peraturan yang harus di patuhi oleh anak.
Beberapa petunjuk peraturan saat melakukan kegiatan cooking class
menurut Alberta Healty sevices, (2014); Garden-Enhanced Nutrition Education
(GENE), (2012) yaitu:
a) Mencuci tangan sebelum menyentuh makanan.
b) Menjaga kebersihan kuku dan memotong kuku.
c) Anak memiliki rambut yang panjang sebaiknya diikat selamat kegiatan
cooking class.
d) Tutup semua luka di tangan dengan menggunakan perban atau sarung
tangan saat memasak.
e) Pertimbangkan untuk tidak mengikut sertakan siswa yang sendang sakit
dalam kegiatan memasak.
Dengan mengikuti peraturan yang berlaku maka aktivitas cooking class
akan berjalan dengan lancar dan anak-anak tidak anak tertular penyakit dari
temannya maka pengolahan bahan makanan yang dapat dilakukan oleh anak.
Pengolahan bahan makanan merupakan tindakan dalam mengolah bahan
pangan atau makanan dengan menggunakan teknik memasak yang tepat menurut
Ruslianti (2015) terdapat beberapa cara dalam mengolah makanan adalah
menggoreng, mengukus, merebus dan menumis.
Jadi metode proyek cooking class merupakan suatu proyek yang di
lakukan untuk menghasilkan suatu produk makanan dari hasil karya anak yang
akan di santap oleh anak sendiri.
H. Prosedur Penelitian
1. Metode penelitian
Penelitian tindakan menurut Menurut John W. Creswell (2015) dalam
penelitian tindakan pendidikan dimaksudkan untuk memperbaiki praktik
pendidikan dengancara mengkaji isu-isu atau masalah-masalah yang hadapi.
Pendidik dapat merefleksikan tentang masalah-masalah yang terjadi,
mengumpulkan dan menganalisi data, serta mengimplementasikan perubahan
berdasarkan temuan yang mereka dapatkan. Senada dengan pendapat di atas
bahwa penelitian tindakan menurut Muhammad Yaumi (2014) mengungkapkan
bahwa prosedur sistematik yang di lakukan oleh guru (atau individu lain dalam
pelaksaan pendidikan) adalah untuk mengumpulkan informasi yang berguna
untukmemperbaiki cara penyelengara pendidikan, baik dari segi belajar yang di
lakukan oleh peserta didik maupun dari sisi pembelajaran yang disajikan oleh
pendidik. Penelitian tindakan dilakukan untuk mengumpulkan data secara
sistematik tentang praktik keseharian yang di lakukan anak dan menganalisisnya
untuk membuat keputusan-keputusan yang tepat tentang praktik yang seharusnya
dilakukan di masa mendatang (Wallace, 1998 dalam Suarsih Madya, 2011).
2. Desain Penelitian
Dalam penelitian tindakan terdapat beberapa desain penelitian yang dapat
di gunakan. Desain penelitian yang akan digunakan oleh peneliti yaitu
menggunakan model penelitian tindakan yang dikembangkan oleh Pelton.
Penelitian Tindakan model Pelton (2011) ini terdiri dari lima langkah yaitu:
a. Langkah satu : Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah merupakan pemilihan permasalahan yang akan
diselidiki. Pemilihan permasalahan ini berawal dari sebuah isu yang harus di
tangani dengan pemilihan kata-kata yang tepat dalam merumusakan suatu
permasalahan.Dalam mengidentifikasi suatu masalah bila terdapat kesulitan dapat
berkonsultasi ataupun berdiskusi dengan teman sejawat ataupun ahli yang dapat
memecahkan permasalahan yang di hadapi dalam mengidentifikasi masalah.
b. Langkah dua : Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data penelitian tindakan bukan hanya mengumpulkan
tetapi juga mengatur dan merenungkan data di mulai dari tahap awal penelitian
dan di lanjutkan sampai keseluruhan proses. Data ini berfungsi untuk menunjukan
dan memvalidasi tindakan saat ini, serta menilai hasil akhir dari peneliti. Data bisa
di dapatkan melalui hasil pekerjaan siswa, kuis, tanya jawab, profil siswa, dan
pembelajaran yang terjadi pada siswa. Dengan memperhatiakan berbagai data
yang ada, akan membawa keakuratan yang lebih besar dalam merancang suatu
perubahan.
c. Langkah tiga : Perencanaan Tindakan
Dalam perencanaan tindakan, perlu di renungi kembali menganai
permasalah yang ada pada langkah satu, saat merencanakan tindakan, harus
merenungi dan juga menggunakan masukan dari ahli.Di langkah tiga ini perlu
adanya kolaboratif dan berdiskusidengan ahli tentang teori dan strategi yang
terkait dengan topik yang di teliti oleh peneliti.
d. Langkah empat : Merencanakan Aktivitas
Dalam merancang aktivitas peneliti perlumendiskusikan dengan guru
dalam mengembangkan aktivitas yang akan di lakukannya akan merujuk pada
kajian teori yang ada ataukah disesuaikan dengan pengetahuan dari guru tersebut.
Peneliti dan guru perlu mengetahui batasan dan bila peneliti membutuhkan
bantuan minta bantuan dari guru dalam memecahkan permasalahan.
e. Langkah lima : Hasil Penilaian
Peneliti merenungkan kembali semua yang telah di alaminya mulai dari
langkah satu dan sampai peneliti memiliki data baru yang di hasilkan sebagai hasil
dari tindakan.Peneliti juga memiliki berbagai teknik pengumpulan data mulai dari
observasi, dan catatan- catatan kecil yang dibutuhkan oleh peneliti. Dari data yang
di dapatkan peneliti dapat mengubahnya menjadi subjektif, objektif, kuantitatif
ataupun kualitatif.Pertama data yang di dapatkan untuk mengetahui dampak dari
tindakan yang di lakukan oleh peneliti kepada anak-anak.Bila penelitian yang di
lakukan oleh peneliti di mengahsilkan peningkatan baik dalam keterampilan,
perilaku anak-anak, ataupun fungsi lain dalam lingkungan belajar. peneliti akan
menggunakan data untuk membuat beberapa kesimpulan. Kesimpulan yang di
buat haruslah berdasarkan kepada hasil penelitian. Sebagai penelitian tindakan hal
yang paling terpenting yaitu peneliti akan mengembangkan pengetahuan praktis
baru. Pengetahuan praktis ini merupakan keahlian dan keterampilan yang dimiliki
oleh peneliti yang di dapatkan sebagai hasil dari pengalamannya sendiri.Dari data
yang telah di peroleh peneliti dapat mengetahui keberhasilan dan ketidak
berhasilan dari penelitian tindakan yang di lakukannnya dan peneliti sebaiknya
mempertimbangkan kembali. Pada langkah lima ini, peneliti dapat berhenti
sejenak untuk merenungi dan mempertimbangkan kembali implikasi dari
pengtahuan yang baru.
3. Sumber data Penelitian
Penelitian tindakan ini akan dilaksanakan di KOBER- TK Ananda
Komplek Manglayamg Sari Kelurahan Palasari, Kecamatan Cibiru, Kota
Bandung.Subjek penelitian sebanyak 19 orang siswa.Peneliti memilih PAUD
tersebut dengan jenjang KOBER dan TK sebagai tempat penelitian karena di
PAUD tersebut terdapat pemasalahan yang dihadapi oleh siswa, khusunya dalam
masalah konsumsi sayur pada anak.
4. Instrumen Penelitian
Intrumen penelitian menurut W, Gulo (2002) Menyatakan bahwa
dibutuhkan alat untuk mengumpulkan data. Alat tersebut yang disebut dengan
instrument penelitian. Di dalam instrument penelitian merupakan pedoman tertulis
tentang wawancara, atau pengamatan atau daftar pertanyaan yang di persiapakan
untuk mendapatkan informasi dari responden.
a. Lembar Observasi
Lemabar observasi yang di pergunakan untuk mengetahui aktivitas siswa
selama mengikuti proses belajar mengajar. Observasi ialah mengamati objek
secara langsung melalui beberapa indera untuk mendapatkan data (Hatimah,
I,dkk, 2007). Observasi kualitatif berupa garais-garis besar atau butir-butir umum
kegiatan yang akan diobservasi (Sudaryono, dkk 2013). Dalam pembuatan
pedoman observasi atau lembar observasi terdapat skala yang harus dibuat oleh
peneliti yaitu berupa butiran kegiatan atau perilaku yang diamati oleh peneliti.
Menurut Sudaryono, dkk (2013) menyatakan bahwa skala dapat berbentuk
deskriptif seperti baik sekali – baik - cukup – kurang - kurang sekali atau sering
sekali – sering – jarang – jarang sekali. Lembar observasi dimaksudkan untuk
mengetahui kesesuaian tindakan dengan rencana pelaksanaaan pembelajaran.
b. Dokumentasi
Dokumentasi dapat menggunakan rekaman video dan foto yang
memudahkan peneliti dalam menganalisis tindakan yang telah di lakukan.Video
dan foto Menurut Madya (2011) adalah rekaman yang dapat di operasikan oleh
peneliti untuk merekam satuan kegiatan atau peristiwa untuk di analisis sedangkan
foto berguna untuk mendukung bentuk rekaman lain. Dokumentasi di maksudkan
untuk memudah peneliti dalam melihat kejadian yang telah terjadi dan sebagai
bukti untuk di lampirakan pada laporan.
c. Wawancara
Wawancara dilakukan secara lisan dan tatap muka secara individual.
Wawancara adalah suatu bentuk komunikasi verbal atau percakapan yang
bertujuan untuk memperoleh informasi (Nasution 2011 dalam Sudaryono, dkk
2013). Dalam menggunakan wawancara terdapat pedoman wawancara terstuktur
yang di gunakan salah satunya yaitu pemodan wawancara terstuktur adalah
wawancara yang disusun secara rinci sehingga menyerupai checklist.
Pewawancara tinggal membubuhkan tanda V pada nomor yang sesuai (Arikunto
,2010 dalam Sudaryono, dkk 2013). Wawancara memiliki metode yang dapat di
gunakan yaitu metode sarasehan (round table). Menurut Arikunto, Suharsimi
(2010) metode yang dilakukan dalam kelompok. Responden diminta untuk duduk
melingkar dan pewawancara yang bertindak sebagai fasilitator merupakan salah
satu dari anggota lingkaran.
5. Teknik Pengumpulan data
Terdapat beberapa teknik dalam pengumpulan data yang digunakan dapat
digunakan oleh penelitian yaitu :
a. Observasi
Observasi menurut Riduwan (2012) menyatakan bahwa pengamatan yaitu
pengamatan secara langsung dengan melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan
oleh siswa. Penelitian tindakan yang akan di lakukan dalam pelaksanannya yaitu
mengidentifikasi masalah, pengumpulan data, perencanaan tindakan, merencakan
aktivitas, dan hasil penilaian.
b. Dokumentasi
Dokumentasi menurut Riduwan (2012) menyatakan bahwa dokumentasi di
tunjukan untuk memperoleh data secara langsung dari tempat penelitian, yang
meliputi buku-buku yang relevan, peraturan-peraturan, laporan kegiatan, foto-
foto, video dan data yang relevan bagi peneliti. Dokumentasi juga di maksudkan
sebagai bukti nyata bahwa telah melaksanakan penelitian.
c. Wawancara
Wawancara adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang
dilaksankan dengan tanya jawab baik secara lisan, sepihak, berhdapan muka,
maupun denganarah serta tujuan yang telah di tentukan (Djaali dan Muljono, 2004
dalam Yaumi, Muhammad, dkk,2014). Wawancara juga dipandang sebagai
percakapan karena pewawancara mengajukan pertanyaan kepda partisipan
(Schmuck, 1996 dalam Yaumi, Muhammad, dkk, 2014). Wawancara langsung
adalah wawancara dengan seseorang yang menjadi sumber data bagi peneliti dan
dilakukan tanpa perantara untuk mengumpulkan data yang di perlukan (Mohamad
Ali, 2013).
6. Teknik Analisis data
Teknik analisis data yang di yaitu dengan teknik data kualitatif dengen
menggunakan model teknik interaktif yang dikembangkan oleh (Miles dan
Huberman, 1984 dalam Madya 2011). Analisis interaktif yang terdiri dari tiga
komponen kegiatan yang saling terkait antara satu dengan yang lainnya seperti
reduksi data, beberan (display) data, dan penarikan kesimpulan. Reduksi data
adalah proses menyeleksi, menentukan fokus, menyederhakan, meringkas dan
mengubah bentuk data yang ada kedalam catatan lapangan.
7. Jadwal Penelitian
No. Kegiatan Pelaksanaan
Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei
A. PERSIAPAN
1. Penyusunan
Proposal
2. Seminar Proposal
3. Perbaikan
Proposal
B.
PELAKSANAAN
4. Siklus I
5. Siklus II
C. LAPORAN
6. Penyusunan
laporan
7. Penyerahan
laporan

I. Daftar Pustaka

Alberta Healty sevices, (2014). Cooking Club Manual for Children and
Youth Nutrision Servis. [Online]. Diakses dari
https://www.albertahealthservices.ca/assets/info/nutrition/if-nfs-cooking-
club.pdf

Ali, Mohamad. (2013). Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi.


Bandung : CV ANGKASA

Arikunto. (2010). Proseder Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


PT RINEKA CIPTA

Astawan, M. (2004).Tetap Sehat dengan Produk Makanan Olahan. Solo: Tiga


Serangkai

Darmayana, Hizkia.(2017, 10 Maret). “Orang Tua Jadi Penyebab Anak Susah


Makan Sayur dan Buah”. CNN Indonesia
Fildes, A., van Jaarsveld, C. H. M., Wardle, J., & Cooke, L. (2014).Parent-
Administered Exposure to Increase Children's Vegetable Acceptance: A
Randomized Controlled Trial. Journal : Journal of the Academy of Nutrition &
Dietetics, 114(6), 881-888. doi: 10.1016/j.jand.2013.07.040

Garden-Enhanced Nutrition Education (GENE). (2012). Cooking with Kids.


[Online]. Diakses dari asi.ucdavis.edu/programs/sf/publications/children-and-
youth/cooking-with-kids.pdf

Gulo, W. (2002). Metodelogi Penelitian. Jakarta: PT. Grasindo

Hanifa dkk.(2006). Makanan yang Sehat.Bandung : Azka Press

Hatimah, I. dkk.(2007). Penelitian Pendidikan.Bandung : UPI Press

Istiyani, Ari, dkk. (2013). Gizi Terapan. Bandung: PT. REMAJA


ROSDAKARYA

Johnson, Chwen. (2012). Healthy Cooking, Healthy Living The Beginner’s


Cooking Manual. [Online]. Diakses dari
https://straightouttamykitchen2016.files.wordpress.com/2017/06/the-beginners-
cooking-manual.pdf

Juniyanasari, dkk. (2015). Penerapan Pembelajaran Kontekstual Melalui


Cooking Class Untuk Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Pada Anak.
Journal : Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 3,1-10.
doi: https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPAUD/article/view/5883

Karjati, Sri. (1985). Pola Makan Di Indonesia Aspek Kesehatan dan Gizi Anak
Balita. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.(2017). Hari Gizi Nasional 2017:


Ayo Makan Sayur dan Buah Setiap Hari. Jakarta : Depkes.

Madya. (2011). Penelitian Tindakan Action Research.Bandung : ALFABETA,


cv
Minayanto, Hari. (2011). Dasar-Dasar Pengolahan Makanan (Food Product
Fundamental ). Yogyakarta : Graha Ilmu

Moeslihatoen.(2004). Metode Pengajaran Di Taman Kanak-Kanak. Jakarta:


PT RINEKA CIPTA

Mursid.(2016). Pengembangan Pembelajaran. Bandung: PT. REMAJA


ROSDAKARYA

Nielsen, Miller, Dianne. (2006). Teaching Young Children : A Guide to


Planning Your Curriculum Teaching Through Learning Centers, and Just About
Everything Else. California : Corwin Press

Riduwan.(2012). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru- Karyawan dan


Peneliti Pemula.Bandung : ALFABETA, cv

Rizki, Farah. (2013). The Miracle Of Vegetables. Jakarta selatan : PT.


AgroMedia Pustaka

Roopnarine dan Johnshon.(2011). Pendidikan Anak Usia Dini Dalam


Berbagai Pendekatan. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.

Rosidi, Ali dkk. (2012). Peran Pendidikan Dan Pekerjaan Ibu Dalam
Konsumsi Sayur Anak Prasekolah. Journal : Jurnal Gizi Universitas
Muhammadiyah Semarang, 1, 1-8, doi: http://Jurnal.Unimus.Ac.Id

NOVEMBER 2012, VOLUME 1, NOMOR 1

Rusilanti, dkk.(2015). Gizi dan Kesehatan Anak Prasekolah. Bandung: PT.


REMAJA ROSDAKARYA

Santoso, dkk.(1999). Kesehatan dan Gizi. Jakarta: PT RINEKA CIPTA

Sudaryono, dkk. (2013). Pengembangan Instrumen Penelitian Pendidikan.


Yogyakarta : GRAHA ILMU

Suhardjo. (2003). Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Jakarta : Bumi Aksara


Sinar Grafika Offset
Susanto, Budhi. (2014). Fakta Buah Dan Sayur Beracun. Cemerlang
Publishing,Yogyakarta.

Pelton, Robert P. (2010). Action Research for Teacher Candidates :Using


Classroom Data to Enhance Instruction. United States of America :Library of
Congress Cataloging-in-Publication Data

Warsito, Heri dkk.(2015). Ilmu Bahan Makanan Dasar.Yogyakarta : Nuha


Medika

Yaumi, dkk. (2014). Action Research : Teori, Model dan Aplikasi. Jakarta :
KENCANA

Yuliarti, N. (2008). Hidup Sehat Dengan Sayuran.Yogyakarta : Cakrawala.

You might also like