You are on page 1of 21

TUGAS MATERNITAS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN


ADNEXITIS

DISUSUN OLEH
SEMESTER II A
1. BAGUS MAULANA. Y. (10.010)
2. KIKI EMALIYA (10.027)
3. SUSANTI YULIANI (10.051)

AKADEMI KEPERAWATAN GRESIK


2011-2012

Page | 3
Page | 4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Aktivitas seksual merupakan kebutuhan biologis setiap manusia untuk mendapatkan
keturunan. Namun, masalah seksual dalam kehidupan rumah tangga seringkali mengalami
hambatan atau gangguan karena salah satu pihak (suami atau isteri) atau bahkan keduanya,
mengalami gangguan seksual. Jika tidak segera diobati, masalah tersebut dapat saja
menyebabkan terjadinya keretakan dalam rumah tangga. Oleh karena itu, alangkah baiknya
apabila kita dapat mengenal organ reproduksi dengan baik sehingga kita dapat melakukan
deteksi dini apabila terdapat gangguan pada organ reproduksi.
Organ reproduksi pada wanita dibedakan menjadi dua, yaitu organ kelamin dalam dan
organ kelamin luar. Organ kelamin luar memiliki dua fungsi, yaitu sebagai jalan masuk sperma
ke dalam tubuh wanita dan sebagai pelindung organ kelamin dalam dari organisme penyebab
infeksi. Saluran kelamin wanita memiliki lubang yang berhubungan dengan dunia luar, sehingga
mikroorganisme penyebab penyakit bisa masuk dan menyebabkan infeksi kandungan salah
satunya adalah radang yang terjadi akibat infeksi yang menjalar keatas dari uterus dan bisa
datang dari tempat ekstra vaginal lewat jalan darah, atau menjalar dari jaringan-jaringan
sekitarnya dan biasa disebut dengan adneksitis.
Menurut (Winkjosastro,Hanifa.Hal.396,2007) prevalensi adneksitis di Indonesia sebesar
1 : 1000 wanita dan rata-rata terjadi pada wanita yang sudah pernah melakukan hubungan
seksual.Adneksitis bila tidak ditangani dengan baik akan menyebar keorgan lain disekitarnya
seperti misalnya ruptur piosalping atau abses ovarium,dan terjadinya gejala-gejala ileus karena
perlekatan, serta terjadinya appendisitis akuta dan salpingo ooforitis akuta. Maka dari itu sangat
diperlukan peran tenaga kesehatan dalam membantu perawatan klien adneksitis dengan baik agar
radangnya tidak menyebar ke organ lain dan para tenaga kesehatan dapat memberikan asuhan
keperawatan yang komprehensif.

1.2. RUMUSAN MASALAH


1. Apakah pengertian dari adnexitis?
2. Apa saja klasifikasi dari adnexitis?
3. Apa sajakah etiologi dari adnexitis?
4. Bagaimana tanda dan gejala dari adnexitis?
5. Bagaimana patofis terjadinya adnexitis?
6. Apa saja pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien dengan adnexitis/
Page | 5
7. Apa saja diagnose banding dari adnexitis?
8. Bagaimanakah cara pencegahan dari adnexitis?
9. Bagaimanakah terapi/pengobatan dari adnexitis?

1.3. TUJUAN
1. Menjelaskan pengertian dari adnexitis
2. Menyebutkan kalsifikasi dari adnexitis
3. Menyebutkan etiologi dari adnexitis
4. Menjelaskan tanda dan gejala dari adnexitis
5. Menjelaskan patofisiologi dari adnexitis
6. Menyebutkan pemeriksaan penunjang dari adnexitis
7. Menjelaskan diagnose banding dari adnexitis
8. Menjelaskan cara pencegahan adnexitis
9. Menjelaskan terapi atau pengobatan dari adnexitis

Page | 6
BAB II

PEMBAHASAN
2.1. PENGERTIAN

Adnexitis adalah infeksi pada adnexa rahim. Adnexa adalah jaringan yang berada
disekitar rahim termasuk tuba fallopi dan ovarium. (www.tiki-index.php.htm..com.2007)
Adnexitis adalah radang pada tuba fallopi dan ovarium yang biasanya terjadi bersamaan.
(Sarwono, 1999:287).
Adneksitis atau Salpingo-ooforitis adalah radang pada tuba falopi dan radang ovarium
yang terjadi secara bersamaan, biasa terjadi karena infeksi yang menjalar ke atas sampai uterus,
atau akibat tindakan post kuretase maupun post pemasangan alat kontrasepsi (IUD)
(Sarwono.Winkjosastro, Hanifa.Hal 287.2007).
Adnexitis adalah infeksi / radang pada adneksa rahim. Adneksa adalah jaringan yang
berada di sekitar rahim. Ini termasuk tuba fallopi dan ovarium alias indung telur, tempat dimana
sel telur diproduksi. Istilah lain yang sering digunakan untuk menyebut adnexitis adalah PID
(Pelvic Inflammatory Disease), salpingitis parametritis atau salpingo-oophoritis.
Adnexitis merupakan penyakit yang akut, kronis, dan umum terjadi di masyarakat
walaupun sangat sedikit yang mengetahuinya. Penyakit ini kadang memunculkan gejala pada
penderitanya dan kadang pula tidak, sehingga banyak sekali wanita yang tidak menyadari bahwa
dirinya menderita adnexitis. Adnexitis sering diasosiasikan dengan Penyakit Menular Seksual
(PMS) atau Sexually Transmitted Disease (STD), termasuk Chlamydia dan Gonorrhea.
Di Amerika Serikat sendiri, lebih dari satu juta wanita terinfeksi adnexitis setiap
tahunnya, dan penderita terbanyak adalah remaja. Kurang lebih sebanyak 50.000 wanita
mengalami kemandulan akibat penyakit ini.
Dari pengertian tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa adnexitis hanya menyerang
kaum wanita, karena merekalah yang memiliki rahim, sedangkan pria tidak. Penyakit ini dapat
membawa dampak yang serius jika tidak segera ditangani, seperti kemandulan, kehamilan diluar
rahim, keluarnya nanah dari vagina, dan nyeri panggul kronis.

Page | 7
2.2. KLASIFIKASI ADNEXITIS

1. Salpingo Ooporitis Akuta


Salpingo ooporitis akuta yang disebabkan oleh gonorroe sampai ke tuba dari uterus
sampai ke mukosa. Pada gonoroe ada kecenderungan perlekatan fimbria pada ostium tuba
abdominalis yang menyebabkan penutupan ostium itu. Nanah yang terkumpul dalam tuba
menyebabkan terjadi piosalping. Pada salpingitis gonoroika ada kecenderungan bahwa
gonokokus menghilang dalam waktu yang singkat, biasanya 10 hari sehingga pembiakan
negative.
Salpingitis akut banyak ditemukan pada infeksi puerperal atau pada abortus septic ada
juga disebabkan oleh berbagai tierti kerokan. Infeksi dapat disebabkan oleh bermacam kuman
seperti streptokokus ( aerobic dan anaaerobic ), stafilokokus, e. choli, clostridium wechii, dan
lain-lain.
Infeksi ini menjalar dari servik uteri atau kavum uteri dengan jalan darah atau limfe ke
parametrium terus ke tuba dan dapat pula ke peritoneum pelvic. Disini timbul salpingitis
interstitial akuta ; mesosalping dan dinding tuba menebal dan menunjukkan infiltrasi leukosit,
tetapi mukosa sering kali normal. Hal ini merupakan perbedaan yang nyata dengan salpingitis
gonoroika, dimana radang terutama terdapat pada mukosa dengan sering terjadi penyumbatan
lumen tuba.( Sarwono. Winkjosastro, Hanifa.Hal 287.2007).
2. Salpingo Ooporotis Kronika
Dapat dibedakan pembagian antara:
a. Hidrosalping
Pada hidrosalping terdapat penutupan ostium tuba abdominalis. Sebagian dari epitel
mukosa tuba masih berfungsi dan mengeluarkan cairan akibat retensi cairan tersebut dalam
tuba. Hidrosalping sering kali ditemukan bilateral, berbentuk seperti pipa tembakau dan
dapat menjadi sebesar jeruk keprok. Hidrosalping dapat berupa hidrosalping simpleks dan
hidrosalping follikularis. Pada hidrosalping simpleks terdapat satu ruangan berdinding tipis,
sedang hidrosalping follikularis terbagi dalam ruangan kecil.(Sarwono.Winkjosastro,
Hanifa.Hal 289.2007).

b. Piosalping
Page | 8
Piosalping dalam stadium menahun merupakan kantong dengan dinding tebal yang
berisi nanah. Pada piosalping biasanya terdapat perlekatan dengan jaringan disekitarnya.
Pada salpingitis interstialis kronika dinding tuba menebal dan tampak fibrosis dan dapat
pula ditemukan pengumpulan nanah sedikit di tengah - tengah jaringan otot.
(Sarwono.Winkjosastro, Hanifa.Hal 289.2007).
c. Salpingitis Intertitialis Kronika
Pada salpingitis interstialis kronika dinding tuba menebal dan tampak fibrosis dan
dapat pula ditemukan pengumpulan nanah sedikit ditengah-tengah jaringan otot.Terdapat
pula perlekatan dengan-dengan jaringan-jaringan disekitarnya, seperti ovarium, uterus, dan
usus.(Sarwono. Winkjosastro, Hanifa.Hal 289.2007).
d. Kista Tubo Ovarial, Abses Tubo Ovarial
Pada kista tubo ovarial, hidrosalping bersatu dengan kista folikel ovarium, sedang
pada abses tubo ovarial piosalping bersatu dengan abses ovarium.Abses ovarium yang
jarang terdapat sendiri,dari stadium akut dapat memasuki stadium menahun.
(Sarwono.Winkjosastro, Hanifa.Hal 289.2007).
e. Salpingitis Tuberkulosa
Salpingitis tuberkulosa merupakan bagian penting dari tuberkulosis genetalis.
(Sarwono.Winkjosastro, Hanifa.Hal 289,2007).

2.3. ETIOLOGI
Beberapa faktor yang dapat meningkatkan resiko terkena adnexitis antara lain:
 Melakukan aktifitas seks tanpa menggunakan kondom
 Ganti-ganti pasangan seks
 Pasangan seksnya menderita infeksi Chlamidia ataupun gonorrhea (kencing nanah)
 Sebelumnya sudah pernah terkena pelvic inflammatory disease
 Dengan demikian penyakit ini termasuk penyakit yang ditularkan melalui aktifitas
seksual. Meskipun tidak tertutup kemungkinan penderitanya terinfeksi lewat cara lain.
Etiologi Adnexitis Akut
 Infeksi oleh Neisseria gonorhoe dan Chlamydia trachomatis.
 Melakukan aktifitas seks tanpa kondom.

Page | 9
 Radang atau infeksi yang menjalar ke atas dari uterus, bisa juga datang dari tempat ekstra
vaginal lewat jalan darah.
 Infeksi setelah aborsi atau infeksi masa nifas.
 Akibat tindakan kerokan (kurretage) laparatomi, pemasangan IUD
 Perluasan radang dari alat atau organ yang letaknya tidak jauh seperti appendiks.
 Melahirkan dengan alat yang tidak steril
 Ganti-ganti pasangan seks
 Sebelumnya sudah pernah terkena pelvic inflamatory disease
Etiologi Adnexitis Kronik
a) Terjadi sebagai lanjutan dari adnexitis akut
b) Dari permulaan sifatnya kronis seperti adnexitis tuberculosa

Pada wanita rongga perut langsung berhubungan dengan dunia luar dengan perantara
traktus genetalia. Radang atau infeksi rongga perut disebabkan oleh :
 Sifat bactericide dari vagina yang mempunyai pH rendah.
 Lendir yang kental dan liat pada canalis servicalis yang menghalangi naiknya kuman-kuman.
Menurut (Djuanda Adhi,Hal 358-364,1987) Radang alat genetalia mungkin lebih sering
terjadi di negara tropis, karena:
1. Hygiene belum sempurna.
2. Perawatan persalinan dan abortus belum memenuhi syarat-syarat.
3. Infeksi veneris belum terkendali.
Infeksi alat kandungan/genetalia dapat menurunkan fertilitas, mempengaruhi keadaan
umum dan mengganggu keadaan sex. Sebab yang paling banyak terdapat adalah infeksi gonorroe
dan infeksi puerperal dan postabortum. Kira-kira 10% infeksi disebabkan oleh tuberculosis.
Selanjutnya bisa timbul radang adnexa yang paling sering disebabkan oleh gonococcus,
disamping itu oleh stapylococus, streptococcus, E.Coli, clostridoium welchi dan bakteri sebagai
akibat tindakan kerokan, laparotomi, pemasangan IUD serta perluasan radang dari alat yang
letaknya tidak jauh seperti appendiks (Sarwono.Wiknjosastro, Hanifa, Hal 287.2007). Ditemukan
1:1000 kasus operasi ginekologik abdominal,dapat dijumpai pada semua umur (dari 19-80
tahun),dengan rata-rata puncaknya pada usia 52 tahun dan terjadi pada wanita yang sudah pernah
melakukan hubungan seksual (Sarwono Winkjosastro, Hanifa. Hal 396. 2007).

Page | 10
2.4. TANDA DAN GEJALA
Tanda dan Gejala Umum Adnexitis
1. Demam tinggi dan menggigil
2. Nyeri perut bagian kiri dan kanan terutama apabila dilakukan penekanan.
3. Setelah lewat bebrapa hari dijumpai pula tumor dengan batas yang tidak jelas dan nyeri
ketika ditekan.
4. Pada pemeriksaan dalam dapat diketahui : nyeri apabila portio digoyangkan, Nyeri sebelah
kanan atau kiri uterus, Kadang-kadang ada penebalan tidak dapat diraba.

Tanda dan Gejala Adnexitis Akut


Adnexitis kadang memunculkan gejala kadang pula tidak.
1. Demam terjadi secara tiba-tiba dan parah terutama akibat Gonnorhoe
2. Sakit pada perut bagian bawah atau kram yang tidak berhubungan dengan haid (bukan
premenstuasi syndrom)
3. Nyeri tekan kanan dan kiri di perut bagian bawah
4. Nyeri saat berhubungan seksual
5. Nyeri BAK
6. Keluarnya cairan berbau dan berwarna kekuningan dari vagina
7. Menstruasi tidak teratur yaitu perdarahan bercak atau spoting sampai perdarahan irreguler
8. Nyeri punggung
9. Dismenore
10. Mennoraghie
11. Mual muntah
Tanda dan Gejala Adnexitis Kronik
1. Anamnesis telah menderita adnexitis akut
2. Nyeri di perut bagian bawah, nyeri ini bertambah sebelum dan sewaktu haid, kadang-kadang
nyeri di pinggang atau waktu buang air besar
3. Disminorea
4. Mennoragia
5. Infertilitas

2.5. PATOFISIOLOGI
1. Radang tuba fallopii dan radang ovarium biasanya terjadi bersamaan. Radang itu kebanyakan
akibat infeksi yang menjalar ke atas dari uterus, walaupun infeksi ini juga bisa datang dari
tempat ekstra vaginal lewat jalan darah, atau menjalar dari jaringan – jaringan sekitarnya.
(Sarwono.Winkjosastro, Hanifa. Hal 287.2007).
Page | 11
2. Pada salpingo ooforitis akuta gonorea ke tuba dari uterus melalui mukosa. Pada endosalping
tampak edema serta hiperemi dan infiltrasi leukosit, pada infeksi yang ringan epitel masih
utuh, tetapi pada infeksi yang lebih berat kelihatan degenarasi epitel yang kemudian
menghilang pada daerah yang agak luas dan ikut juga terlihat lapisan otot dan serosa.Dalam
hal yang akhir ini dijumpai eksudat purulen yang dapat keluar melalui ostium tuba
abdominalis dan menyebabkan peradangan di sekitarnya.(Sarwono.Winkjosastro, Hanifa.Hal
287.2007).
3. Infeksi ini menjalar dari serviks uteri atau kavum uteri dengan jalan darah atau limfe ke
parametrium terus ke tuba dan dapat pula ke peritonium pelvik. Disini timbul salpingitis
interstialis akuta, mesosalping dan dinding tuba menebal menunjukkan infiltrasi leukosit,
tetapi mukosa seringkali normal. (Sarwono.Winkjosastro, Hanifa Hal 287. 2007).

2.6. PEMERIKSAAN PENUNJANG


 Pemeriksaan darah lengkap : Hb, Leukosit, LED
 Pewarnaan Gram Endoservik dan Biakan
 Kecepatan sedimentasi eritrosit
 Kuldosintesis
 Tes kahamilan dengan beta HCG
 Foto abdomen
 Urinalisis
 Laparoskopi
2.7. DIAGNOSA BANDING
 Appendicitis : tempat nyeri tekan lebih tinggi. ( Mc. Burney ). Pada appendicitis rangkaian
gejala awalnya yang klasik yaitu nyeri periumbilikalis, diikuti dengan anoreksia, nausea atau
vomitus atau keduanya, dan pergeseran rasa nyeri ke kuadran kanan bawah.
 Kehamilan ektopik : biasanya tidak ada demam, LED tidak meninggi dan lekositose tidak
seberapa, kalau tes kehamilan positif maka adnexitis dapat dikesampingkan tapi kalau
negative keduanya mungkin.
 Divertikulitis : dapat sulit dibedakan dari adnexitis sisi kiri. Serangan khas divertikulitis
ditandai dengan nyeri pada kuadran kiri bawah, menggigil, demam dan tanda-tanda
peritonium. Masa yang nyeri dapt terpalpasi di atas sigmoid. Pasien dapat memberikan
riwayat serangan divertikulitis.
Page | 12
2.8. PENCEGAHAN
a. Selama kehamilan
Diet yang baik, karena anemia anemia merupakan factor predisposisi infeksi nifas. Koitus
pada akhir kehamilan sebaiknya dilarang karena memicu pecahnya ketuban dan terjadi
infeksi.
b. Selama persalinan
Petugas dalam kamar bersalin harus memakai masker, bagi yang menderita infeksi pernafasan
tidak boleh masuk ke kamar bersalin, alat yang dipakai harus suci hama. Pemeriksaan dalam
atas indikasi, dan cegah perdarahan. Usaha pencegahan untuk masuknya kuman dalam jalan
lahir cegah terjadinya persalinan lama dan menyelesaikan persalinan dengan trauma sedikit
mungkin.
c. Selama nifas
Penderita dengan tanda infeksi jangan dirawat bersama wanita yang sehat, pengunjun pada
hari pertama dibatasi, dan semua alat yang berhubungan dengan genitalia harus suci hama.

2.9. TERAPI/PEGOBATAN
Pengobatan penyakit ini disesuaikan dengan penyebabnya. Misalnya akibat chlamydia,
maka pengobatannya pun ditujukan untuk membasmi chlamydia. Secara umum, pengobatan
adnexitis ini umumnya berupa terapi antibiotik. Jika dengan terapi ini tidak terjadi kemajuan,
maka penderita perlu dibawa ke rumah sakit untuk diberikan terapi lainnya. Rawat inap menjadi
sangat diperlukan apabila:
 Keluar nanah dari tuba fallopi
 Kesakitan yang amat sangat (seperti: mual, muntah, dan demam tinggi)
 Penurunan daya tahan tubuh
 Kehamilan
Siapapun yang terdiagnosis terkena adnexitis dalam 2 bulan pertama, perlu melakukan
pengobatan untuk menghentikan infeksi. Bagi wanita yang merasa takut setelah positif
terdiagnosis adnexitis, dianjurkan untuk menjalani psikoterapi, agar selama masa penyembuhan,
mereka tidak takut lagi akan adanya kekambuhan. Selain itu, pasien juga harus disiplin dan rajin
mengunjungi dokter, terutama dokter spesialis seperti dokter spesialis kandungan.
Antibiotika terutama kalau dapat ditemukan genecoccus dalam secret.
Page | 13
 Kalau serviks tidak spesifik dapat diobati dalam argentetas netrta menyebabkan dengan epitel
slindris, dengan harapan bahwa kamudian diganti dan epitel gepeng berlapis banyak.
 Kauterisasi-radikal dengan termokauter, atau dengan krioterapi. Sesudah kauterisasi terjadi
nekrosis. Jaringan yang meradang terlepas dalam kira-kira 2 minggu dan diganti tambahan
oleh jaringan menahun mencapai endoserviks jauh kedalam kanalis crevikalis. Perlu
dilakukan konisasi dengan menganggkat sebagian besar mukosa endocerviks. Jia sobekan
dan infeksi sangat luas, maka dilakukan amputasi serviks.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
ADNEXITIS

3.1. PENGKAJIAN
1. Data Umum
a. Identitas klien
Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Agama :

Page | 14
Suku Bangsa :

Status Perkawinan :

Pendidikan Terakhir :

Pekerjaan :

Alamat :

Tanggal MRS :

Tanggal Pengkajian :

Golongan darah :

b. Penanggung Jawab/Pengantar

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Pendidikan Terakhir :

Pekerjaan :

Alamat :

Hubungan dengan klien :

2. Data biologis/fisiologi

 Keluhan utama: Nyeri

 Riwayat keluhan utama : Dipaparkan tentang awal terjadinya tumor adneksa sampai
keadaan setelah operasi (keluhan yang lazim ditemukan pada klien post operasi adalah
nyei)

 Riwayat kesehatan masa lalu : Yang dikaji adalah riwayat penyakit yang pernah diderita
klien, riwayat operasi, pernahkah dirawat di rumah sakit.

 Riwayat kesehatan keluarga: Di sini dikaji tiga generasi dengan mencantumkan


genogram dimana klien berada di generasi ketiga, apakah ada anggota keluarga yang

Page | 15
menderita penyakit tumor adneksa atau ada penyakit keturunan seperti DM, hipertensi
dan kanker.

3. Pola kegiatan sehari-hari sebelum dan pada saat sakit.

 Makanan: Jenis makanan, frekuensi makan, nafsu makan, makanan pantangan dan
makanan kesukaan.

 Minuman: Jenis minuman, jumlah minuman.

 Eliminasi : BAK: frekuensi, jumlah, warna bau.

BAB: frekuensi, warna, konsistensi

 Istirahat/tidur: Waktu dan jumlah jam tidur malam dan jam tidur siang.

 Kebersihan diri : Dikaji tentang penampilan diri, mandi, sikat, gigi, cuci rambut, dan
ganti pakaian.

 Olah raga/aktivitas: Kegiatan olah raga dan aktivitas yang dilakukan.

4. Pemeriksaan fisik meliputi :

 Tanda-tanda vital: Mencakup tekanan darah, nadi, suhu, pernapasan.

 Sistem indera: Biasanya pada pasien post operasi tumor adneksia tidak ditemukan
kelainan.

 Sistem pernapasan: Biasanya pada pasien adnexitis itemukan kelainan.

 Sistem pencernaan : Biasanya pada pasien adnexitis kadang-kadang mengalami


gangguan seperti adanya konstipasi berhubung tirah baring dan kadang-kadang terjadi
mual sampai muntah.

 Sistem kardiovaskuler : Di sini tidak ditemukan adanya kelainan.

 Sistem perkemihan : Biasanya pada pasien mengalami gangguan eliminasi urin

 Sistem endokrin : Biasanya pada pasien adnexitis tidak ditemukan kelainan.

 Sistem muskuloskeletal : Pada sistem muskuloskeletal didapatkan pergerakan


ekstremitas bawah kurang karena dapat menimbulkan rasa nyeri pada luka operasi.

 Sistem neurologis : Tingkat kesadaran baik, kadang-kadang keluhan pusing.

 Sistem reproduksi : Pola reproduksi yang dikaji adalah menarche, siklus haid, lamanya,
banyaknya, sifat darah dan apakah ada dismenorhoe. Riwayat kehamilan, pemeriksaan
Page | 16
abdomen di mana terdapat luka operasi, keadaan fisik luka, jahitan, balutan dan jenis
tumor yang dikeluarkan.

5. Data psikologis :

Pada klien dengan tumor adneksa biasanya ditemukan adanya cemas sebelum dan
sesudah operasi. Di sini dijelaskan tentang pola emosional serta pola interaksi, perasaan-
perasaan klien selama dirawat dan pembedahan yang dialami.

6. Data sosial : Dibahas tentang hubungan klien dengan orang lain.

7. Data spiritual : Membahas tentang hubungan klien dngan penciptanya.

8. Data penunjang :

Di sini di bahas tentang pemeriksaan-pemeriksaan yang diperlukan untuk pemeriksaan


selanjutnya meliputi pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan radiologi serta pengobatan
yang telah diberikan.

3.2. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Nyeri behubungan dengan inflamasi jaringan
2. Perubahan pola eliminasi uri berhubungan dengan adanya edema jaringan lokal
3. peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan adanya infeksi
4. Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi

3.3. INTERVENSI KEPERAWATAN


Diagnose 1
1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi pada jaringan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam nyeri berkurang
Kriteria Hasil :
- Mengekspresikan penurunan nyeri / ketidaknyamanan
- Tampak rileks, mampu tidur / istirahat dengan tepat
Intervensi / Tindakan Mandiri
1. Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi, lamanya, dan intensitas (skala 0-10). Perhatikan
petunjuk verbal dan non verbal

Page | 17
Rasional : Membantu dalam mengidentifikasi derajat ketidaknyaman dan kebutuhan untuk
/ keefektifan analgesik. Jumlah jaringan, otot, dan sistem limfatik diangkat
dapat mempengaruhi jumlah nyeri yang dialami. Kerusakan saraf pada regio
skapula, yang dapat lebih ditoleransi daripada nyeri pembedahan. Catatan :
nyeri pada dinding dada dapat terjadi dari tegangan otot, dipengaruhi oleh panas
atau dingin ekstrem, dan berlanjut selama beberapa bulan
2. Diskusikan sensasi masih adanya nyeri pada perut bagian bawah
Rasional : Memberikan keyakinan bahwa sensasi bukan imajinasi dan penghilangannya
dapat dilakukan
3. Bantu pasien menentukan posisi nyaman
Rasional : Peninggian lengan, ukuran baju, dan adanya drain mempengaruhi kemampuan
pasien untuk rileks dan tidur / istirahat secara efektif.
4. Berikan tindakan kenyamanan dasar (contoh, perubahan posisi pada punggung atau sisi yang
tak sakit, pijatan punggung) dan aktivitas terapeutik. Dorong ambulasi dini dan penggunaan
teknik relaksasi, bimbingan imajinasi, sentuhan terapeutik.
Rasional : Meningkatkan relaksasi, membantu untuk memfokuskan perhatian, dan dapat
meningkatkan kemampuan koping
5. Tekan / sokong dada saat latihan batuk / nafas dalam
Rasional : Memudahkan partisipasi pada aktivitas tanpa timbul ketidaknyaman
Kolaborasi
6. Berikan analgesik sesuai indikasi
Rasional : Memberikan penglihatan ketidaknyamanan / nyeri dan memfasilitasi tidur,
partisipasi pada terapi pascaoperasi.
Diagnose 2
2. Perubahan pola eliminasi uri berhubungan dengan adanya edema jaringan local
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan masalah pasien teratasi
Kriteria Hasil :
- pasien dapat mengosongkan kandung kemih secara teratur dan tuntas
Intervensi / Tindakan
1) Perhatikan pola berkemih dan awasi keluaran urine.

Page | 18
Rasional : Dapat mengindikasikan retensi urine bila berkemih dengan sering dalam
jumlah sedikit / kurang (< 100 ml)
2) Palpasi kandung kemih, selidiki keluhan ketidaknyamanan, penuh, ketidakmampuan
berkemih
Rasional : Persepsi kandung kemih penuh, distensi kandung kemih diatas simpisis pubis
menunjukkan retensi urine.
3) Berikan tindakan berkemih rutin, contoh privasi, posisi normal, aliran air pada baskom,
penyiraman air hangat pada perineum
Rasional : Meningkatkan relaksasi otot perineal dan dapat mempermudah upaya berkemih
4) Berikan perawatan kebersihan perineal dan perawatan kateter (bila ada)
Rasional : Meningkatkan kebersihan menurunkan risiko ISK asenden
5) Kaji karakteristik urine, perhatikan warna, kejernihan, bau
Rasional : Retensi urine, drainase vaginal dan kemjungkinan adanya kateter intermiten /
tak menetap meningkatkan risiko ninfeksi, khususnya bila pasien mempunyai
jahitan perineal
Kolaborasi
6) Pemasangan kateter bila diindikasikan / per protokol bila pasien tidak mampu berkemih atau
tidak nyaman
Rasional : Edema atau pengaruh suplai saraf dapat menyebabkan atoni kandung kemih /
retensi kandung kemih memerlukan dekompresi kandung kemih. Catatan :
Kateter uretral tak menetap atau suprapubik dapat dipasang secara intraoperasi
bila komplikasi diantisipasi
7) Pertahankan patensi kateter tak menetap; pertahankan drainase selang bebas lipatan
Rasional : Meningkatkan drainase bebas urine, menurunkan risiko statis urine / retensi
dan infeksi
8) Periksa residu volume urine setelah berkemih bila diindikasi
Rasional : Tidak dapat mengosongkan kandung kemih secara lengkap; retensi urine
meningkatkan kemungkinan untuk infeksi dan ketidaknyamanan

Diagnose 3
3. peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan adanya infeksi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi peningkatan suhu tubuh
Page | 19
Kriteria Hasil : suhu tubuh dalam batas normal 36,5-37,2 C.
Intervensi Keperawatan :
1. observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam
rasional : tanda-tanda vital dapat mengindikasikan penyimpangan secara dini
2. berikan kompres dingin
rasional : menurunkan panas tubuh secara konveksi
3. berikan cairan 2000-2500
rasional : karena pada pasien peningkatan suhu tubuh cairan banyak hilang lewat panas
tubuh
4. anjurkan pasian memakai pakaian yang tipis
rasional : menurunkan panas secara evaporasi

5. atur sirkulasi ruangan


rasional : menciptakan lingkungan yang nyaman bagi pasien
6. mengukur intek dan output cairan
rasional : untuk mengukur balance cairan pasien
7. kaloborasi dengan tim medis dalam memberikan antipiuretik
rasional : menurunkan panas dengan medikamentosa

Diagnose 4
4. Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien tidak cemas
Kriteria Hasil :
 pasien tidak gelisah
 pasien tampak tenang
 pasien tidak banyak bertanya tentang kondisinya
Intervensi Keperawatan :
1) Yakinkan informasi pasien tentang diagnosis, harapan intervensi pembedahan, dan terapi yang
akan datang. Perhatikan adanya penolakan atau ansietas ekstrem
Rasional : Memberikan dasar pengetahuan perawat untuk menguatkan kebutuhan
informasi dan membantu untuk mengidentifikasi pasien dengan ansietas tinggi,
dan kebutuhan akan perhatian khusus
2) Jelaskan tujuan dan persiapan untuk tes diagnostik

Page | 20
Rasional : Pemahaman jelas akan prosedur dan apa yang terjadi meningkatkan perasaan
kontrol dan mengurangi ansietas.
3) Berikan lingkungan perhatian, keterbukaan dan penerimaan juga privasi untuk pasien / oarng
terdekat. Anjurkan bahwa orang terdekat ada kapan pun diinginkan
Rasional : Waktu dan privasi diperlukan untuk memberikan dukungan, diskusi perasaan
tentang antisipasi kehilangan dan masalah lain. Komunikasi terapeutik,
pertanyaan terbuka, mendengarkan, dan sebagainya, memudahkan proses ini.
4) Kaji tersedianya dukungan pada pasien. Berikan informasi tentang sumber komunikasi bila
ada.
Rasional : Menjadi sumber yang membantu bila pasien siap. Kelompok sebaya yang
mengalami pengalaman serupa bertindak sebagai model peran dan memberikan
keyakinan terhadap pernyataan.

Diagnose 5
Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien dapat mengetahui tentang penyakitnya
Kriteria Hasil
- Menyatakan pemahaman proses penyakit dan pengobatan
- Melakukan prosedur yang perlu dengan benar dan menjelaskan alasan tindakan
- Melakukan perubahan pola hidup dan berpartisipasi pada program pengobatan
Intervesi Keperawatan
1) Kaji proses penyakit, proses pembedahan, dan harapan yang akan datang
Rasional : Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pilihan
berdasarkan informasi termasuk berpartisipasi dalam radiasi / program
kemoterapi
2) Diskusikan perlunya keseimbangan kesehatan, nutrisi, makan dan pemasukan cairan yang
adekuat
Rasional : Memberikan nutrisi optimal dan mempertahankan volume sirkulasi untuk
meningkatkan regenerasi jaringan / proses penyembuhan
3) Anjurkan pilihan jadwal istirahat sering dan periode aktivitas khususnya situasi saat duduk
lama

Page | 21
Rasional : Mencegah / membatasi kelelahan, meningkatkan penyembuhan, dan
meningkatkan perasaan sehat.
4) Anjurkan menggunkan alat Waspada-Medik
Rasional : Mencegah trauma yang tidsk diinginkan (contoh, mengukur TD, infeksi)
5) Tekankan pentingnya evaluasi medik teratur
Rasional : Pengobatan lain mungkin diperlukan sebagai terapi tambahan, seperti radiasi.

BAB IV
KESIMPULAN

4.1. KESIMPULAN
Adnexitis adalah suatu radang pada tuba fallopi dan radang ovarium yang biasanya
terjadi bersamaan. Radang ini kebanyakan akibat infeksi yang menjalar keatas dari uterus,
walaupun infeksi ini bisa datang dari tempat ekstra vaginal lewat jalan darah atau menjalar dari
jaringan sekitarnya. Dan adnexitis juga terbagi atas :
a. Salpingo ooporitis akuta
b. Salpingo ooporitis akuta yang disebabkan oleh gonorroe sampai ke tuba dari uterus sampai
ke mukosa.
Salpingo ooporitis kronika
Terbagi atas :
 Hidrosalping
 Piosalping
 Salpingits interstitial tuba
 Kista tuba ovarial
 Abses tuba ovarial
 Salpingitis tuberkulosa
Prognosis keduanya ada yang bisa sembuh tanpa bekas atau bisa kambuh.

4.2. SARAN
Diharapkan wanita terutama yang beresiko tinggi terkena penyakit tersebut memahami
dan mengerti mengenai penyakit tersebut sehingga bisa dilakukan penanganan lebih awal dan

Page | 22
menghindar terjadinya kegawatan. Wanita yang tidak beresiko juga menghindari terjangkitnya
penyakit ini.

DAFTAR PUSTAKA

Perkumpulan Obstetri Ginekologi Indonesia. 2007. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : JNPK-KR.

Prawirohardjo, Sarwono. 1991. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.

Pusat Pendidikan Nakes Depkes RI. Asuhan Kebidanan Pada Ibu dengan Gangguan Sistem Reproduksi.

Jakarta : Departemen Kesehatan.

Syaifuddin, Abdul Bari. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.

Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.

Page | 23

You might also like