You are on page 1of 8

TUGAS MAKALAH IBADAH

TENTANG:1.MANDI BESAR
2.HADATS BESAR
3.NAJIS DAN CARA MENSUCIKANNYA
4.MACAM-MACAM AIR

DISUSUN OLEH: Nia Nuvita Sari

SMK MUHAMMADIYAH 3 GEMOLONG


TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Pengertian Mandi Wajib/Besar/Junub, Tata Cara Dan Hukum Dalam
Islam
A. Arti Definisi/Pengertian Mandi Wajib / Mandi Besar / Mandi Junub

Mandi besar, mandi junub atau mandi wajib adalah mandi dengan menggunakan air suci dan
bersih (air mutlak) yang mensucikan dengan mengalirkan air tersebut ke seluruh tubuh mulai
dari ujung rambut sampai ujung kaki. Tujuan mandi wajib adalah untuk menghilangkan hadas
besar yang harus dihilangkan sebelum melakukan ibadah sholat.

B. Sebab/Alasan Seseorang Harus Mandi Wajib/Mandi Besar/Mandi Junub :


1. Mengeluarkan air mani baik disengaja maupun tidak sengaja
2. Melakukan hubungan seks / hubungan intim / bersetubuh
3. Selesai haid / menstruasi
4. Melahirkan (wiladah) dan pasca melahirkan (nifas)
5. Meninggal dunia yang bukan mati syahid

Bagi mereka yang masuk dalam kategori di atas maka mereka berarti telah mendapat hadas besar
dengan najis yang harus dibersihkan. Jika tidak segera disucikan dengan mandi wajib maka
banyak ibadah orang tersebut yang tidak akan diterima Allah SWT.
C. Tata Cara Mandi Wajib / Mandi Besar / Mandi Junub (Janabat)
Berikut ini adalah hal-hal yang perlu diperhatikan selama mandi karena wajib untuk dilakukan ;
1. Membaca niat : "Nawaitul ghusla lirof'il hadatsil akbari fardlol lillaahi ta'aalaa" yang artinya
"Aku niat mandi wajib untuk menghilangkan hadas besar fardlu karena Allah".
2. Membilas/membasuh seluluh badan dengan air (air mutlak yang mensucikan) dari ujung kaki
ke ujung rambut secara merata.
3. Hilangkan najisnya bila ada.
D. Sunah/Sunnat Mandi Wajib / Mandi Junub / Mandi Besar
Berikut ini adalah hal-hal yang boleh-boleh saja dilakukan (tidak wajib hukum islamnya) :
1. Sebelum mandi membaca basmalah.
2. Membersihkan najis terebih dahulu.
3. Membasuh badan sebanyak tiga kali
4. Melakukan wudhu/wudlu sebelum mendi wajib
5. Mandi menghadap kiblat
6. Mendahulukan badan sebelah kanan daripada yang sebelah kiri
7. Membaca do'a setelah wudhu/wudlu
8. Dilakukan sekaligus selesai saat itu juga (muamalah)

Tambahan :
Orang yang sedang hadas besar tidak boleh melakukan shalat, membaca al'quran, thawaf,
berdiam di masjid, dan lain-lain.

Keterangan :
Diambil dari buku pelajaran agama islam sehingga belum ada dalil-dalilnya.
Pengertian Hadats

Hadats berasal dari kata "Al-Hadats" yang artinya suatu peristiwa, kotoran, atau tidak suci.
Menurut istilah syariat Islam ialah keadaan tidak suci seseorang sehingga menjadikan tidaknya
sahnya dalam melakukan suatu ibadah tertentu.

Macam-macam Hadats

1. Hadats Kecil, ialah keadaan seseorang tidak suci dan supaya ia menjadi suci maka ia harus
wudhu atau jika tidak air/berhalangan, maka dengan tayammum.

Hal-hal yang menyebabkan seseorang berhadats kecil ialah :

Keluar sesuatu dari dua lubang yakni qubul dan dubur. Firman Allah : "... atau kembali dari
tempat buang air (kakus) ..." (QS. Al-Maidah : 6).

Karena hilang akal sebab mabuk, gila atau sebab lain seperti tidur. Rasulullah SAW
bersabda : "Telah diangkat pena itu dari tiga perkara, yaitu dari anak-anak sehingga ia dewasa
(baligh), dari rang tidur sehingga ia bangun dan dari orang gila sehingga ia sehat kembali." (HR.
Abu Daud dan Ibnu Majah).

Karena persentuhan antara kulit laki-laki dengan perempuan yang bukan mahram tanpa
batas yang menghalanginya. Allah SWT berfirman :
" ....atau kamu menyentuh perempuan (yang bukan mahram)..." (Al-Maidah : 6).

Karena menyentuh kemaluan, baik kemaluan orang lain maupun kemaluan sendiri dengan
telapk tangan atau jari. Jika yang mengenai kemaluan selain telapak tangan dan jari maka tidak
termasuk yang mengharuskan bersuci dari hadats kecil.

Dari Basrah bin Shafwan sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda : "Siapa yang menyentuh
kemaluannya hendaklah ia bersudhu." (HR. Lima Ahli Hadits).

2) Hadat Besar, adalah keadaan seseorang tidak suci dan supay suci maka ia harus mandi atau
jika tidak ada air/berhalangan maka denga tayammum.

Hal-hal yang menyebabkan seseorang berhadats besar ialah :

Bertemunya kelamin laki-laki dengan perempuan (bersetubuh) baik keluar mani maupun
tidak.
"Apabila bertemu dua khitan maka sungguh ia wajib mandi meskipun tidak keluar mani." (HR.
Muslim).
Keluar mani, baik karena mimpi atau sebab lain.
Dari Abu Said Al-Khudri ra, ia berkata : Rasulullah SAW besabda : "Air itu dari air." --
maksudnya wajib mandi karena keluar air mani -- (HR. Muslim).

Meninggal dunia.
Dari Ibnu Abbas ra, sesungguhnya Nabi SAW bersabda tentang orang yang meninggal karena
terjatuh darikendaraannya, mandikanlah dengan air dan bidara dan kafanilah dengan dua
kainnya." (HR. Al-Bukhori dan Muslim).

Haid (menstruasi), yaitu darah yang keluar dari kemaluan wanita yang telah dewasa pada setiap
bulannya.

Nifas, yaitu darah yang keluar dari kemaluan wanita sehabis melahirkan.

Wiladah, yaitu melahirkan anak.

Hal-hal yang Terlarang Bagi Orang yang Berhadats


Orang yang berhadats kecil dilarang :

Sholat
Thowaf
Menyentuh dan membawa mushaf Al-Qur'an. Sebagian ulama ada yang membolehkan
menyentuh dan membawa mushaf bagi orang yang berhadats kecil.

I'tikaf
Dari Aisyah ra. berkata : Hadapkan rumah-rumah ini ke lain masjid, sebab sesungguhnya aku
tidak menghalalkan masjid untuk ditempati orang yang haidh dan junub. (HR. Annasai)

Orang yang berhadats besar karena haid, nifas dan wiladah dilarang :

Sholat
Thowaf
Membaca Al-Qur'an
Dari Ibnu Umar ra. berkata : Seorang yang junub dan wanita yang haidh tidak diperbolehkan
membaca Al-Qur'an. (HR. Ibnu Majah dan Tirmidzi).

Menyentuh dan membawa mushaf Al-Qur'an


Dari Abdullah bin Abu Bakar : bahwa dalam surat yang ditulis oleh Rasulullah SAW untuk
Amar bin Hazem, terdapat keterangan bahwa tidak boleh menyentuh Al-Qur'an kecuali olrang
yang suci. (Diriwayatkan oleh Imam Malik dalam keadaan mursal; Nasai dan Ibnu Hibban
dengan maushul tapi ma'lul).

Berpuasa
Beri'tikaf dan dan berhenti di dalam masjid
Dari Aisyah ra. berkata : Hadapkan rumah-rumah ini ke lain masjid, sebab sesungguhnya aku
tidak menghalalkan masjid untuk ditempati orang yang haidh dan junub. (HR. Annasai)
Berhubungan sumi istri (bersenggama)
Dari Abu Hurairah ra, berkata : Rasulullah SAW bersabda : Barang siapa yang bersetubuh
melalui farji istri yang sedang haidh atau menggauli istri melewati jalan belakangnya atau
mendatangi tukang tenung (untuk minta diramal lalu percaya) maka sungguh telah kufur/ingkar
terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad. (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi).

Najis dan Cara Mensucikannya


Writen By: Yusuf Amin Nugroho On 7/27/2013 with No comments

Bersih adalah kebutuhan dan bagian pokok dari kehidupan kita, baik bersih badan,
pakaian tempat tinggal. Bahkan menjadi prasyarat dari beberapa macam ibadah.oleh
karenanya bersuci menjadi masalah yang penting dalam islam. Sehingga kita harus
memahami secara benar masalah ini.

A. NAJIS

1. Pengertian

Najis adalah sesuatu yang kotor atau dianggap kotor oleh syara’, sehingga
menyebabkan tidak syahnya ibadah.

2. Macam-macam najis dan cara mensucikannya.

Dalam hukum Islam, najis dibagi menjadi 3 macam, yaitu :

a. Najis Mughalladzah (Najis Berat)

Najis mughaladhah adalah najis berat yang disebabkan oleh air liur anjing dan babi
yang mengenai barang. Cara mensucikannya adalah dengan menghilangkan wujud
najis tersebut kemudian dicuci dengan air bersih sebanyak tujuh kali dan salah satunya
dicampur dengan debu.

Cara ini berdasarkan Hadits Nabi Muhammad SAW sebagai berikut :

ِ ‫ت ا َ ْوالَ ُه َّن بِالت ُّ َرا‬


‫ب (رواه‬ ٍ ‫س ْب َع َم َّرا‬ ُ ‫َاء ا َ َح ِد ُك ْم اِ َذا َولَ َغ فِ ْي ِه ْال َك ْل‬
َ ُ‫ب ا َ ْن يَ ْغ ِسلَه‬ َ
ِ ‫ط ُه ْو ُر اِن‬
‫مسلم‬
Artinya : “Cara mensucikan bejana seseorang diantara kamu apabila dijilat anjing
hendaklah dibasuh tujuh kali dam salah satunya dicampur dengan debu” (HR. Muslim)
b. Najis Mutawassithah (Najis Menengah)

Najis mutawassitah adalah najis menengah. Najis mutawassitah dibagi menjadi dua
macam, yaitu :

1. Mutawassitah hukmiyah, yaitu najis yang diyakini adanya, tetapi tidak ada bau, rasa
maupun wujudnya, seperti air kencing yang sudah kering. Cara mensucikannya cukup
disiram dengan air di atasnya.

2. Mutawassitah `Ainiyyah, adalah najis mutawassitah yang masih ada wujud, bau
ataupun rasanya. Cara mensucikannya adalah dibasuh dengan air sampai hilang
wujud, bau dan rasanya (kecuali jika wujudnya sangat sulit dihilangkan).

Benda-benda yang termasuk najis mutawassithah adalah :

a. Bangkai binatang darat.

b. Segala macam darah kecuali hati dan limpa. Darah yang dimaksud di sini adalah
darah yang dapat mengalir ketika disembelih sehingga darah belalang dan laron tidak
termasuk najis. Hukum memakan benda najis adalah haram.

c. Nanah, yaitu darah yang sudah membusuk.

d. Semua benda yang keluar dari dua jalan kotoran manusia, yaitu hubul (jalan depan)
dan dubur (jalan belakang), baik benda cair maupun benda padat.

e. Segala macam minuman keras.

Hadis nabi Muhammad SAW. :

‫ان فَ ْال َكبِ ُد‬


ِ ‫ان فَ ْال ُح ْوتُ َو ْال َج َرا ُد فَا َ َّم ال َّد َم‬
ِ َ ‫ فَا َ َّم ْال َم ْيتَت‬: ‫ان‬ ْ َّ‫أ ُ َحل‬
ِ َ ‫ت لَ ُك ْم َم ْيتَت‬
ِ ‫ان َو َد َم‬
ْ ‫والط َحا ُل (رواه ابن ماجه‬
‫واح َمد‬ ِ
Artinya : “Dihalalkan bagi kamu semua dua bangkai dan dua macam darah, yaitu
bangkai ikan dan bangkai belalang serta hati dan limpa (HR. Ibnu Majah dan Ahmad)

c. Najis Mukhaffafah (Najis Ringan)

Najis mukhaffafah adalah najis ringan seperti air kencing anak laki-laki yang belum
makan apa-apa kecuali ASI dan berumur kurang dari dua tahun. Cara mensucikan najis
ini cukup dengan memercikkan air pada benda yang terkena najis. Sedangkan air
kencing bayi perempuan pada umur yang sama cara mensucikannya dengan air yang
mengalir pada benda yang terkena najis sehingga akan hilang bau, warna dan rasanya.
Hadits nabi Muhammad SAW:
‫ش ِم ْن بَ ْو ِل ْالغُالَ ِم (رواه النساء‬ َ ‫يُ ْغ‬
ِ ‫س ُل ِم ْن بَ ْو ِل ال َج‬
ُّ ‫اريَّ ِة َويُ َر‬
Artinya : “cucilah apa-apa yang terkena air kencing anak perempuan, sedangkan jika
terkena air kencing anak laki-laki cukup dengan memercikkan air padanya” (HR. an-
Nasa`i dan Abu Dawud)

3. Praktek bersuci dari najis

1 Siapkan air untuk mensucikan najis

2.Menyiapkan benda yang terkena najis

3 Basuhlah benda yang tekena najis tersebut dengan air sehingga hilang bau warna
dan rasanya khusus najis mugholadhoh bagian yang terkena najis disiram air tujuh kali
dengan debu.

Taharah: Macam-macam Air Untuk Bersuci


Thaharah artinya bersih atau suci. Sedangkan menurut istilah, thaharah mempunyai banyak
pengertian yang antara lain ialah suatu perkara yang menyebabkan seseorang diperbolehkan
mengerjakan Shalat. Contohnya seperti wudhu, mandi, tayamum, dan menghilangkan najis.

Macam-macam air

Air yang sah untuk bersuci dari hadas dan najis itu ada tujuh macam, yaitu :
1. Air hujan
2. Air laut
3. Air sungai
4. Air sumur
5. Sumber mata air
6. Air es ( burd, salju )
7. Air embun

Ketujuh macam air di atas, kemudian diringkas menjadi dua, yaitu air yang turun dari langit dan
yang bersumber dari bumi, demikian itu bila di lhat dari ke’adaan yang wujudnya. Sedangkan
hakikatnya semua air itu berasal dari langit, sebagaimana di jelaskan Allah SWT dalam Al-
Qur’an yang artinya ;

“…dan Allah menurunkan kepadamu hujan dari langit untuk menyucikan kamu ( dengan hujan
itu ) dan menghilangkan darimu gangguan-gangguan Syaitan dan untuk menguatkan hatimu dan
memperteguh ( denganya ) telapak kakimu”.

Ketujuh jenis air tersebut kemudian di bagi menjadi lima kriteria, yaitu ;

1. Air Mutlaq, yaitu air yang suci dan dapat mensucikan, tidak dihukumi makruh
menggunakanya serta tidak terikat oleh sebutan atau penamaan.

2. Air suci dan mensucikan, akan tetapi makruh menggunakanya untuk keperluan tubuh.
Sedangkan untuk mensucikan pakaian tidak terbilang makruh, yaitu air yang panas akibat
sengatan sinar matahari. Alasan dimakruhkanya memakai untuk keperluan tubuh, dikarenakan
dapat membahayakan kulit. Namun ketika sudah dingin, hukumnya tidak makruh lagi.

3. Air suci yang tidak dapat mensucikan selainya, terdapat tiga macam;

¤ Air musta’mal, yaitu sisa air yang telah digunakan untuk menghilangkan hadas atau najis
sekiranya tidak berubah dan tidak bertambah dari ukuran semula. Air ini hanya bisa digunakan
untuk kebutuhan selain bersuci, seperti minum, memasak dan lain sebagainya. Maka dari itu,
seumpama melakukan wudhu dan airnya kurang dari dua kullah maka diharapkan menggunakan
alat ciduk, tidak mengambil air secara langsung. Hal itu untuk menjaga kemurnian air.

¤ Air yang berubah salah satu dari tiga sifatnya akibat bercampur dengan benda-benda suci,
sehingga hilang kemutlakan namanya. seperti air teh, air kopi, air jeruk dan sejenisnya.

¤ Air buah-buahan , seperti air kelapa dan sejenisnya. air tersebut suci akan tetapi tidak dapat
mensucikan.

4. Air suci mensucikan, akan tetapi haram memakainya, yaitu air yang husus dsediakan untuk
minum, tidak untuk keperluan lain.

5. Air yang terkena najis atau air mutanajjis , yaitu air suci yang terkena najis. Air ini ada dua
jenis;
¤ Air yang sedikit ( kurang dari dua qullah, 270 liter, Menurut Imam Nawawi dua qullah =
174,580 liter (ukuran wadah persegi empat = 55,9cm3) ), jika terkena najis baik berubah maupun
tidak tetap di hukumi najis.

¤ Air yang banyak ( lebih dari dua qullah ), akan tetapi berubah warna, rasa, dan baunya akibat
kemasukan najis, baik berubahnya banyak maupun sedikit tetap dihukumi najis

You might also like