You are on page 1of 17

LAPORAN PRAKTIKUM

ALAT DETEKSI DAN PENGUKURAN RADIASI


“Detektor HPGe”

DISUSUN OLEH :

NAMA : Ahmad Marzuki Ramadhan

NIM : 011400363

KELOMPOK : A2

REKAN KERJA : 1. Claudya Astrid W.

2. Erick Maulana

PROGRAM STUDI : D-IV Teknokimia Nuklir

SEMESTER : III

ASISTEN : Maria Christina,S.ST, M.Eng

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR


BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
YOGYAKARTA
2015

1. Detektor HPGe (Ahmad Marzuki Ramadhan)


I. TUJUAN

1. Menentukan FWHM
2. Menentukan efisiensi detektor
3. Menentukan resolusi detektor
4. Menentukan rasio peak to compton

II. DASAR TEORI

Pada prinsipnya detektor radiasi adalah sebagai media pengubah (tranducer) radiasi
menjadi pulsa listrik agar dapat diamati oleh panca indera manusia. Detektor germanium
kemurnian tinggi (High-Purity Germanium, HPGe) merupakan detektor zat padat dengan bahan
dasar semi-konduktor. Bahan semi konduktor adalah bahan yang mempunyai elektron terluar
(elektron valensi) berjumlah 4 buah . Detektor HPGe banyak dipergunakan dalam spektrometri
gamma karena mempunyai resolusi paling baik untuk periode saat ini. Detektor semi-
konduktor kemurnian tinggi seperti detektor HPGe mempunyai daerah depletion region (daerah
intrinsik).

Gambar1. Detektor HPGe


Resolusi detektor HPGe dapat selalu berada pada kondisi optimum apabila detektor
berada pada suhu yang rendah. Untuk menjaga hal tersebut detektor HPGe di letakan pada
sebuah tabung yang berisi nitrogin cair yang berfungsi untuk menjaga agar ditektor selalu pada
suhu yang rendah. Apabila terdapat radiasi gamma yang masuk ke dalam daerah intrinsik ini
maka akan terbentuk pasangan electron (ion negatif) dan hole (ion positif). Oleh karena
pengaruh medan listrik dari HVPS maka electron akan bergerak menuju ke elektroda positif dan
hole akan bergerak menuju ke elektroda negatif. Pada ujung-ujung elektroda akan terjadi
perubahan beda potensial yang menghasilkan pulsa listrik. Tinggi amplitudo pulsa yang
dihasilkan sebanding dengan tenaga foton gamma yang berinteraksi dengan detektor. Pulsa

2. Detektor HPGe (Ahmad Marzuki Ramadhan)


yang dihasilkan langsung diterima oleh penguat awal (Pre-Amplifier) jenis peka terhadap
muatan yang melekat pada detektor.
High Voltage Power Supply (HVPS) merupakan rangkaian elektronik yang menghasilkan
tegangan tinggi searah (Direct Current, DC) untuk memberikan (mensuplai) tegangan tinggi
pada detektor agar terjadi medan listrik (reserve biased) sehingga terbentuk daerah intrinsik
(depletion region) pada detektor. Pada prinsipnya modul elektronik HVPS terdiri dari bagian
osilator, driver, trafo tegangan tinggi, tegangan regulasi/tegangan referensi, penyearah,
pengganda tegangan, dan penguat arus untuk indikator penunjuk. Radiasi gamma yang
berinteraksi dengan detektor HPGe pada daerah intrinsik akan terbentuk electron dan hole (ion
negatif/electron dan ion posistif/hole). Oleh karena pengharuh medan listrik dari HVPS detektor
maka electron (ion negatif) akan bergerak menuju elektroda positif dan hole (ion positif) akan
bergerak menuju elektroda negatif sehingga dapat mengahsilkan beda potensial (pulsa listrik).
Luas daerah intrinsik pada detektor dipengaruhi oleh medan listrik yang berasal dari sumber
tegangan tinggi (HVPS). HVPS pada daerah kerja detektor merupakan daerah opersional HVPS
yang paling optimum, yaitu pada tegangan kerja yang jauh dari arus bocor (leakage curret) dan
menghasilkan resolusi detektor yang paling baik. Apabila detektor dioperasikan pada daerah
tegangan maksimum maka pada daerah intrinsik detektor akan terjadi arus bocor dan dapat
berakibat detektor tidak dapat lagi mendeteksi radiasi gamma atau dengan kata lain detektor
sudah tidak mempunyai daerah intriksik. Untuk menjaga daerah intrinsik pada detektor tetap
berada pada kondisi yang optimum maka perlakuan pemberian HVPS ke detektor harus selalu
terkendali. Sebagai fungsi waktu unjuk kerja detektor dapat menurun. Penurunan unjuk kerja
dapat dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu:
- Pada detektor terjadi perubahan suhu yang drastis misalnya kehabisan pendingin nitrogen
cair dan langsung diisi kembali
- Suplai tegangan tidak stabil biasanya berasal dari tegangan yang tidak stabil dari PLN
sementara sistem spektrometer tidak dilengkapi dengan peralatan penstabil tegangan
- Pemberian HVPS pada detektor dilakukan tidak secara bertahap atau dengan kata lain
menaikkan HVPS terlalu cepat.
- Suplai dari HVPS mati dan hidup secara mendadak sementara sistem spektrometer tidak
dilengkapi dengan peralatan pengaman tambahan, sehingga detektor dapat langsung
menerima HVPS yang tinggi. Hal tersebut dapat menurunkan unjuk kerja detektor HPGe
sehingga daerah kerja HVPS detektor tidak lagi pada daerah kerja yang semestinya dan
cenderung mengalami penurunan.

3. Detektor HPGe (Ahmad Marzuki Ramadhan)


2.1. Resolusi Detektor

Resolusi detektor adalah kemampuan detektor untuk membedakan dua puncak energi
radiasi gamma yang berdekatan. Ukuran resolusi detektor dinyatakan dengan lebar setengah
tinggi maksimum spektrum yang sering ditulis sebagai FWHM (Full Width Half Maximum).
Ilustrasi FWHM ditunjukkan pada Gambar 2 di bawah ini.

Gambar 2. Ilustrasi penentuan FWHM CABDEFGCACAHTENAGA

Apabila sebuah spektrum puncak energi gamma ditarik garis vertikal pada ujung puncak
(C) memotong garis yang menghubungkan kedua kaki spektrum (AB) di D maka CD adalah
tinggi maksimum. Jika E adalah titik pertengan CD dan garis FG adalah garis horizontal yang
melalui titik E maka panjang garis FG dinamakan FWHM. Biasanya FWHM dinyatakan dalam
satuan keV. Resolusi suatu detektor adalah fungsi energi sinar gamma. Makin tinggi energi sinar
gamma makin rendah resolusi detektor atau semakin lebar FWHM. Ukuran FWHM detektor
secara konvensi internasional di tentukan pada energi 1332,5 keV dari sumber Co-60. Sebagian
besar program pengolah data dari sistem spektrometer telah dapat menampilkan nilai FWHM
ini secara otomatis di dalam layar monitor.
2.2. Efisiensi
Efisiensi adalah suatu parameter yang sangat penting dalam pencacahan karena nilai
inilah yang menunjukkan perbandingan antara jumlah pulsa listrik yang dihasilkan sistem
pencacah (cacahan) terhadap radiasi yang diterima detektor. Sebagaimana telah dibahas
sebelumnya bahwa secara ideal, setiap radiasi yang mengenai detektor akan diubah menjadi
sebuah pulsa listrik dan akan dicatat sebagai sebuah cacahan. Bila hal itu terjadi maka sistem
pencacah mempunyai efisiensi 100%.

4. Detektor HPGe (Ahmad Marzuki Ramadhan)


Standard Electrode Coaxial Ge Detektor (Sege) Konvensional detektor germanium
koaksial sering disebut sebagai PureGe, HPGe, IntrinsicGe, atau hyperpureGe. Terlepas dari
digunakan superlatif, detektor pada dasarnya adalah berbentuk silinder dari germanium
dengan kontak tipe-n pada permukaan luar, dan kontak tipe-p pada permukaan aksial.
Germanium memiliki tingkat pengotor bersih sekitar 1010atom/cc sehingga dengan reverse
bias moderat, seluruh volume antara elektroda habis, dan medan listrik meluas di daerah aktif
ini. Interaksi foton di kawasan ini menghasilkan pembawa muatan yang tersapu oleh medan
listrik dengan elektroda mengumpulkan mereka, dimana preamplifier sensitif biaya
mengkonversi biaya ini menjadi pulsa tegangan sebanding dengan energi yang disimpan
dalam detektor. KontakNdanp, atau elektroda, biasanya menyebarkan lithium dan
menanamkan boron masing-masing. Kontak luar n-tipe disebarkan lithium adalah sekitar
0,5mm. Kontak dalam adalah sekitar 0,3 m tebal. Sebuah penghalang permukaan bisa diganti
untuk boron ditanamkan dengan hasil yang sama
Fitur Detektor HPGe :
1. Rentang energi dari 40 keVsampai >10MeV
2. Resolusi tinggi-kondisi puncak yang baik
3. Resolusi waktunya baik
4. Kemampuan tingkat energi yang tinggi
5. Perlindungan dioda FET

2.3. Interaksi Sinar Gamma dengan Materi


2.3.1.Efek Fotolistrik
Efek fotolistrik yaitu terlepasnya elektron dari permukaan logam karena logam
tersebut disinari cahaya. Untuk menguji teori kuantum yang dikemukakan oleh Max Planck,
kemudian Albert Einstein mengadakan suatu penelitian yang bertujuan untuk menyelidiki
bahwa cahaya merupakan pancaran paket-paket energi yang kemudian disebut foton yang
memiliki energi sebesar hf. Percobaan yang dilakukan Einstein lebih dikenal dengan
sebutan efek fotolistrik.

5. Detektor HPGe (Ahmad Marzuki Ramadhan)


Percobaan Efek Fotolistrik

Gambar3. Skema alat untuk menyelidiki efek fotolistrik


Gambar diatas menggambarkan skema alat yang digunakan Einstein untuk
mengadakan percobaan. Alat tersebut terdiri atas tabung hampa udara yang dilengkapi
dengan dua elektroda A dan B dan dihubungkan dengan sumber tegangan arus searah (DC).
Pada saat alat tersebut dibawa ke dalam ruang gelap, maka amperemeter tidak menunjukkan
adanya arus listrik. Akan tetapi pada saat permukaan Katoda (A) dijatuhkan sinar
amperemeter menunjukkan adanya arus listrik. Hal ini menunjukkan adanya aliran arus
listrik. Aliran arus ini terjadi karena adanya elektron yang terlepas dari permukaan (yang
selanjutnya disebut elektron foto) A bergerak menuju B. Apabila tegangan baterai diperkecil
sedikit demi sedikit, ternyata arus listrik juga semakin mengecil dan jika tegangan terus
diperkecil sampai nilainya negatif, ternyata pada saat tegangan mencapai nilai tertentu (-Vo),
amperemeter menunjuk angka nol yang berarti tidak ada arus listrik yang mengalir atau tidak
ada elektron yang keluar dari keping A. Potensial Vo ini disebut potensial henti, yang nilainya
tidak tergantung pada intensitas cahaya yang dijatuhkan. Hal ini menunjukkan bahwa energi
kinetik maksimum elektron yang keluar dari permukaan adalah sebesar :

Grafik hubungan antara intensitas dengan potensial henti

6. Detektor HPGe (Ahmad Marzuki Ramadhan)


dengan :

Ek = energi kinetik elektron foto (J atau eV)


m = massa elektron (kg)
v = kecepatan elektron (m/s)
e = muatan elektron (C)
Vo = potensial henti (volt)
Berdasarkan hasil percobaan ini ternyata tidak semua cahaya (foton) yang dijatuhkan
pada keping akan menimbulkan efek fotolistrik. Efek fotolistrik akan timbul jika
frekuensinya lebih besar dari frekuensi tertentu. Demikian juga frekuensi minimal yang
mampu menimbulkan efek fotolistrik tergantung pada jenis logam yang dipakai.

Teori Kuantum Tentang Efek Fotolistrik

Teori kuantum mampu menjelaskan peristiwa ini karena menurut teori kuantum
bahwa foton memiliki energi yang sama, yaitu sebesar hf, sehingga menaikkan intensitas
foton berarti hanya menambah banyaknya foton, tidak menambah energi foton selama
frekuensi foton tetap.

Menurut Einstein energi yang dibawa foton adalah dalam bentuk paket, sehingga
energi ini jika diberikan pada elektron akan diberikan seluruhnya, sehingga foton tersebut
lenyap. Oleh karena elektron terikat pada energi ikat tertentu, maka diperlukan energi
minimal sebesar energi ikat elektron tersebut. Besarnya energi minimal yang diperlukan
untuk melepaskan elektron dari energi ikatnya disebut fungsi kerja (Wo) atau energi ambang.
Besarnya Wo tergantung pada jenis logam yang digunakan. Apabila energi foton yang
diberikan pada elektron lebih besar dari fungsi kerjanya, maka kelebihan energi tersebut akan
berubah menjadi energi kinetik elektron. Akan tetapi jika energi foton lebih kecil dari energi
ambangnya (hf < Wo) tidak akan menyebabkan elektron foto. Frekuensi foton terkecil yang
mampu menimbulkan elektron foto disebut frekuensi ambang. Sebaliknya panjang
gelombang terbesar yang mampu menimbulkan elektron foto disebut panjang gelombang
ambang. Sehingga hubungan antara energi foton, fungsi kerja dan energi kinetik elektron foto
dapat dinyatakan dalam persamaan :
E = Wo + Ek atau Ek = E – Wo
sehingga Ek = hf – hfo = h (f – fo)

7. Detektor HPGe (Ahmad Marzuki Ramadhan)


Grafik hubungan antara Ek dengan f

dengan :

Ek = energi kinetik maksimum elektron foto


h = konstanta Planck
f = frekuensi foton
fo = frekuensi ambang

2.3.2. Efek Compton


Compton menganggap bahwa cahaya sebagai partikel sehingga mempunyai momentum :

E hf h
P  mc , atau P  atau P  atau P 
c c 

E  pc  mc2

Gambar4. Hamburan Compton

8. Detektor HPGe (Ahmad Marzuki Ramadhan)


Gambar diatas merupakan gambar penghamburan foton oleh electron disebut efek
Compton. Energi dan momentum adalah kekal dalam keadaan seperti itu, dan sebagai foton
hambur kehilangan energi (panjang gelombang hasilnya lebih panjang) dibandingkan foton
datang.

Momentum foton semula ialah hv c , momentum foton hambur ialah hv' c , dan
momentum electron awal sector ialah, berurutan, 0 dan p. Dalam arah foton semula.
Momentum awal = Momentum akhir

hv hv
 0  cos  p cos
c c

Dan tegak lurus pada arah ini. Momentum awal = Momentum akhir

hv'
0 = sin   p sin 
c

Sudut  menyatakan sudut antara arah mula-mula dan arah foton hambur, dan  ialah
sudut antara arah foton mula dan arah electron yang tertumbuk. Persamaan (3.10) dan 3.11)
sama-sama dikali c, sehingga diperoleh

pc cos  hv  hv' cos


pc sin   hv' sin 

Dengan mengkuadratkan masing-masing persamaan ini dan menambahkannya, sudut


 dapat dieliminasi sehinga menjadi

p 2c 2  hv  2hvhv'cos  hv'


2 2

Kemudian kita samakan kedua rumus untuk energi total partikel

E  K  moc 2
E  mo c 2  p 2c 2
2

9. Detektor HPGe (Ahmad Marzuki Ramadhan)


III. ALAT DAN BAHAN

1.1 Alat
1. Detektor HPGe
2. Sumber tegangan tinggi
1.2 Bahan
Sumber Co-60

IV. LANGKAH KERJA

1. Sistem dihubungkan seperti gambar berikut:

2. Sumber standar C0-60 diletakkan dengan jarak + 1 cm di depan jendela detektor HPGe.
3. Accuspec, modul power supply dan amplifier model PX2T dihidupkan
4. Keluaran amplifier dengan CRO diamati, kemudian tinggi pulsa sesuai diatur
kebutuhan dengan memutar knop gain.
5. Waktu cacah (livetime preset atau realtime preset) diatur sebesar 100 sekon pada live
time.
6. Accuspec dijalankan dengan menekan tombol GO , ditunggu hingga proses selesai.
7. Hasil cacahan dicatat.

10. Detektor HPGe (Ahmad Marzuki Ramadhan)


V. DATA PENGAMATAN
 Sumber : Co-60
 Aktivitas Awal : 1µCi (November 2011)
 T1/2 : 5,27 tahun
 Waktu Cacah : 100 detik

5.1. Menentukan FWHM


Nett Gross
No Nama Puncak Energi FWHM E1 E2
Area Area
1 Photopeak 1 1173,66 1,86 9441 13855 1170,07 1177,99
2 Photopeak 2 1332,90 1,89 8303 11515 1329,60 1338,84

5.2. Menentukan Rasio Compton to Photopeak

No Energi (keV) Cacahan


1 1040,53 21
2 1045,15 19
3 1050,43 17
4 1055,61 11
5 1060,23 15
6 1065,51 17
7 1070,13 15
8 1075,41 19
9 1080,03 17
10 1085,31 15
11 1090,59 16
12 1095,87 17

VI. PERHITUNGAN

6.1. FWHM
FWHM ditentukan secara otomatis menggunakan aplikasi yang tersedia, yaitu:
- FWHM pada E = 1173,44 keV adalah 1,86 keV
- FWHM pada E = 1332,75 keV adalah 1,89 keV
6.2. Resolusi Detektor
Menurut konvensi Internasional, penetuan resolusi dilakukan pada sumber
standar Co-60 di Energi 1332,5 keV
- Pada E = 1332,90 keV
FWHM = 1,89 keV

11. Detektor HPGe (Ahmad Marzuki Ramadhan)


- Pada E = 1173,44 keV
FWHM = 1,89 keV

6.3. Efisiensi Detektor


Ao sumber = 1 µCi

= 1. 10-6Ci x

= 3,7 x 104Bq

= 37000 dps

 Aktivitas saat praktikum (Desember 2015)


t = 4 tahun 2 bulan = 4,13 tahun

At = 3,7. 104 Bq x e-(ln2/5,27 thn) x 4,13 tahun

At = 3,7. 104 Bq x 0,543206424

At = 20098,6377 Bq(dps)

12. Detektor HPGe (Ahmad Marzuki Ramadhan)


Kita ambil pada E = 1173,44 keV , cacahannya adalah 94,41 cps.
Efisiensi ()

= 0,43 % cps/dps
Jadi, efisiensi detektor HPGe adalah 0,43 % cps/dps

6.4. Perhitungan Peak to Compton


Diambil dari data E = 1173,44 keV, dapat diketahui bahwa:
Net Area pada E 1173,44 keV = 9441
Cacahan pada E 1040,5 keV= 21
Peak to Compton

Peak to compton

Peak to compton = 449,57 : 1


Dengan langkah dan cara yang sama, maka diadapat data seperti pada tabel berikut:

Rasio Peak
Energi
No Cacahan to
(keV)
Compton
1 1040,5 21 449,57
2 1045,2 19 496,89
3 1050,4 17 555,35
4 1055,6 11 858,27
5 1060,2 15 629,40
6 1065,5 17 555,35
7 1070,1 15 629,40
8 1075,4 19 496,89
9 1080 17 555,35
10 1085,3 15 629,40
11 1090,6 16 590,06
12 1095,9 17 555,35

Maka dari data-data diatas, rata-rata untuk rasio Peak To Compton adalah 583,44: 1.

13. Detektor HPGe (Ahmad Marzuki Ramadhan)


VII.PEMBAHASAN
Pada praktikum ADPR kali ini, dilakukan percobaan spektrometri gamma menggunakan
Detektor High Purity Germanium atau HPGe. Detektor ini merupakan contoh detektor
semikonduktor yang bahannya menggunakan Germanium dengan kemurnian yang tinggi.
Percobaan kali bertuuan untuk menentukakan FWHM, resolusi detektor , efisiensi detektor dan
juga rasio peak to compton.
Pada prinsipnya detektor radiasi berfungsi sebagai media pengubah (transducer)
radiasi menjadi pulsa listrik yang kemudian diolah datanya sehingga dapat diamati/dipahami
oleh manusia. Detektor HPGE merupakan detektor zat padat dengan bahan dasar
semikonduktor. Berdasarkan teori , biasanya bahan semikonduktor merupakan unsur dalam
golongan IV A pada sistem periodik yang mempunyai elektron valensi 4 buah. Dan dari
golongan tersebut, bahan dengan elektron valensi 4 dan dapat digunakan sebagai detektor
adalah Germanium dan Silikon. Detektor HPGE banyak dipergunakan dalam spektrometri
gamma karena mempunyai resolusi paling baik untuk periode saat ini.
Resolusi detektor HPGE dapat selalu pada kondisi optimum apabila detektor berada
pada suhu yang rendah. Untuk menjaga hal tersebut, maka detektor HPGe diletakkan pada
sebuah tabung yang berisi nitrogen cair yang berfungsi untuk menjaga agar detektor selalu
pada suhu rendah.
Percobaan pertama adalah menentukan resolusi Detektor. Resolusi Detektor adalah
kemampuan detektor untuk membedakan dua puncak energi radiasi gamma yang berdekatan.
Hal ini menjadi hal yang mutlak dibutuhkan pada teknik spektrometri karena hasilnya
tergantung pada kualitas spektrum gamma yang dihasilkan. Ukuran resolusi detektor
dinyatakan dengan lebar setengah tinggi maksimum spektrum yang sering ditulis sebagai
FWHM ( Full Width Half Maximum). Pada praktikum ini, yang digunakan adalah Co-60 dan
dalam penentuan FWHM ini dilakukan secara otomatis dengan aplikasi yang ada Berdasarkan
sumber yang praktikan peroleh, ukuran FWHM detekor secara konvensi Internasional
ditentukan pada energi 1332,5 keV dari sumber Co-60. Resolusi HPGe dikatakan baik ketika
pada E 1332,5 keV tersebut, FWHMnya berkisar antara 1,8 keV sampai 2,2 keV. Dan pada
praktikum ini, pada tinggat energi tersebut, FWHM yang diperoleh adalah 1,89 keV. Ini
menunjukkan bahwa Detektor HPGe yang digunakan masih pada kondisi yang baik.. Dan untuk
penentuan resolusi , resolusi detektor HPGe yang digunakan adalah sebesar 0,14% pada E
1332,9 keV. Dan untuk perbandingan juga dihitung untuk E=1173,44 keV, dan diperoleh
Resolusi sebesar 0,15 %. Kita mengetahui bahwa Resolusi suatu detektor adalah fungsi energi

14. Detektor HPGe (Ahmad Marzuki Ramadhan)


sinar gamma. Semakin tinggi energi gamma, maka makin rendah resolusi detektor (semakin
lebar FWHM). Dan ini telah terbukti dari praktikum ini.
Percobaan kedua adalah menentukan efisiensi detektor. Efisiensi detektor adalah
suatu nilai yang menunjukkan perbandingan antara jumlah pulsa listrik yang dihasilkan
detektor terhadap jumlah radiasi yang diterimanya. Nilai efisiensi dipengaruhi bentuk
geometri, densitas bahan detektor dan juga sumber radiasinya. Untuk menentukan
efisiensi detektor HPGE ini , digunakan sumber Co-60 dengan aktivitas yang telah
diketahui. Dan dari bab perhitungan , diperoleh efisiensi detektor HPGe yang
digunakan adalah 0,43 % cps/dps. Berdasarkan teori, detektor HPGe memang memiliki
efisiesnsi yang lebih rendah dibandingkan dengan detektor lain. Namun detektor ini masih
tetap digunakan karena memiliki resolusi yang sangat baik.
Percobaan ketiga adalah penentuan rasio peak to compton. Diketahui bahwa, sinar
gamma yang berinteraksi dengan detektor akan mengalami tiga proses utama, yaitu efek
fotolistrik, hamburan compton dan pembentukan pasangan ( E> 1,022 MeV). Maka, melalui
ketiga proses inilah sinar gamma akan menyerahkan sebagian atau seluruh energinya. Sinar
Gamma yang mengalami efek fotolistrik dalam interaksinya dengan detektor akan
menyerahkan seluruh tenaganya pada elekton kulit K detektor dan diubah menjadi pulsa
pulsa yang tingginya sebanding dengan energi yang diserap. Hal ini ditunjukkan dengan
munculnya puncak berbentuk fungsi gauss pada nomor salur yang bersesuaian dengan tenaga
yang diserap tersebut. Puncak semacam ini dinamakan sebagai puncak fotolistrik atau yang
kita kenal sebagai photopeak. Dan pada praktikum ini, puncak inilah yang kita harapkan
banyak terjadi, karena ini menunjukkan karakteristik dari tiap-tiap unsur yang digunakan.
Namun selain itu, ada interaksi lain antara sinar gamma dan detektor, yaitu hamburan
Comptono, dimana dalam hal ini sinar gamma akan menyerahkan sebagian tenaganya pada
elektron dan sebagian lagi sinar gamma dihamburkan. Jika sinar gamma itu meloloskan diri,
maka akan timbul pulsa yang tingginya setara dengan Energi elektron compton (E). Jika sinar
gamma terhambur tersebut berinteraksi lebih lanjut dengan detektor dan menghasilkan
elektron Coompton dengan energi E’ , dan sinar gamma kemudian meloloskan diri, maka
timbul pulsa yang tingginya setara E+E’. Proses ini dapat berlangsung terus menerus sampai
seluruh tenaga gamma diserahkan pada detektor. Interaksi yang berurutan ini terjadi
sedemikian cepat sehingga efeknya sama dengan interaksi satu langkah. Sebagai hasilnya

15. Detektor HPGe (Ahmad Marzuki Ramadhan)


akan muncul pulsa yang tingginya setara dengan pulsa yang dihasilkan efek fotolistrik
(photopeak). Dengan kata lain, hamburan Compton memberi sumbangan pada intensitas
photopeak. Maka dari itu, harapannya perbandingan (rasio) antara photopeak dan compton
adalah sebesar-besarnya. Dalam penentuaannya, Hamburan Compton ditentukan pada suatu
area Compton yang terbentang dari tenaga nol sampai suatu tenaga maksimum. Batas
maksikmum sering disebut sebagai tepi Compton (Compton Edge). Adapun area compton
yang digunakan adalah pada rentang 1040,5 keV – 1095,9 keV. Dan dari bab perhitungan,
rasio peak to compton dihitung dengan membandingkan nilai cacahan hasil efek fotolistrik
(photopeak) dengan nilai cacahan yang disebabkan oleh hamburan compton. Dari
perhitungan tersebut diperoleh rata-rata rasio Peak to Compton adalah 583,44: 1.

VIII. KESIMPULAN

1. Detektor HPGe merupakan detektor semikonduktor yang terbuat dari bahan


Germainium dengan kemurnian yang tinggi.
2. Resolusi Detektor adalah kemampuan detektor untuk membedakan dua puncak energi
radiasi yang berdekatan dan menjadi hal yang sangat mutlak dibutuhkan untuk teknik
spektrometri. Ukuran resolusi detektor dinyatakan dengan lebar setengah tinggi
maksimum spektrum yang sering ditulis sebagai FWHM ( Full Width Half Maximum).
3. Dari percobaan yang dilakukan diperoleh FWHM untuk E 1332,9 keV sebesar 1,89
resolusi detektor sebesar 0,15 %. Dan ini menunjukkan bahwa detektor tersebut masih
dalam keadaan baik (1,8keV-1,22 keV)
4. Efisiensi detektor adalah suatu nilai yang menunjukkan perbandingan antara
jumlah pulsa listrik yang dihasilkan detektor terhadap jumlah radiasi yang
diterimanya. Dari percobaan, diperoleh efisiensi dari detektor HPGe ini adalah
0,43 % cps/dps.
5. Rasio Peak to Compton adalah suatu nilai yang menunjukkan perbandingan antara
pulsa yang dihasilkan karena efek fotolistik dengan pulsa yang dihasilkan karena
hamburan Compton. Dan untuk teknik spektrometri, rasio peak to compton ini
diharapkan sebesar-besarnya. Dari percobaan, diperoleh rasio Peak to Compton
adalah 583,44 : 1.

16. Detektor HPGe (Ahmad Marzuki Ramadhan)


IX. DAFTAR PUSTAKA

 Christina P., Maria. 2015. Petunjuk Praktikum ADPR (Detektor HPGe). Yogyakarta:
STTN-BATAN
 Susetyo, Wisnu. 1988. Spektrometri Gamma. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
 Rasito, dkk. Simulasi Kalibrasi Efisiensi pada Detektor HPGe Dengan Metode Monte
Carlo MCNP5. Bandung: PTNBR-BATAN
 Nugraha, dkk.2013. Kajian Tegangan Kerja Detektro HPGe Terhadap Resolusi
Detektro Sistem Spektrometer Gamma. Serpong: PRSG-BATAN
 Hermawan,dkk.2010. Pengaruh Efek Geometeri pada Kalibrasi Efisiensi Detektor
Semikonduktor HPGe Menggunakan Spektormeter Gamma. PTKMR-BATAN.

Yogyakarta , 2 Januari 2016

Pembimbing Praktikan

(Maria Christina Prihatiningsih, S.ST, M.Eng) Ahmad Marzuki Ramadhan

17. Detektor HPGe (Ahmad Marzuki Ramadhan)

You might also like