You are on page 1of 9

BAB I

KONSEP DASAR MEDIK

A. Pengertian
Hematometra adalah istilah klinis yang mengambarkan akumulasi

darah didalam rahim. Ada sejumlah penyebab potensial untuk kondisi dan

pengobatan ini tergantung pada menemuakan sumber darah. Pasien

mungkin memperhatikan adanya hematometra dalam bent betuk

perdarahan uterus yang tidak normal atau bercak , serta perasaan kenyang

dan nyeri tekan diperut bagian bawah. (Prawirohardjo, 2009)


Bila keadaan ini dibiarkan berlanjut maka darah haid akan

mengakibatkan over distensi vagina dan kanalis servikalis, sehingga terjadi

dilatasi dan darah haid akan mengisi kavum uteri (Derek, 2011)

B. Proses Terjadinya Masalah


1. Faktor presipitasi dan Faktor Presiposisi
a. Presipitasi

b. Predisposisi

1) Proksimal transversal septum vagina

Ini adalah cacat bawaan karena kelainan embriologis yang berarti

bahwa itu timbul selama selama perkembangan janin.

2) Stenosis serviks atau atresia

Stenosis menyempit kanalis endoserviks yang bisa disebabkan oleh

sejumlah penyebab termasuk trauma, infeksi vagina berulang


(vaginitis), kanker serviks, menopause atau paparan radiasi. Ini

juga bisa bawaan - hadir sejak lahir. Dengan atresiaSaluran serviks

tidak ada dan harus direkonstruksi secara operasi.

2. Patofiologis

3. Manifestasi klinik
Keluhan yang timbul pada pasien adalah rasa nyeri, kram pada

perut selama menstruasi dan haid tidak keluar. Bila keadaan ini

dibiarkan berlanjut maka darah haid akan mengakibatkan over distensi

vagina dan kanalis servikalis, sehingga terjadi dilatasi dan darah haid

akan mengisi kavum uteri (Hematometra).Tekanan intra uterin

mengakibatkan darah dari kavum uteri juga dapat memasuki

tubafallopi dan menyebabkan hemotosalfing karena terbentuknya

adhesi (perlengketan) pada fimbriae dan ujung tuba, sehingga darah

tidak masuk atau hanya sedikit yang dapat masuk ke kavum

peritoneum membentuk hematoperitoneum. Gejala yang paling sering

terjadi akibat over distensi vagina, diantaranya rasa sakit perut

bagian bawah, nyeri pelvis dan sakit di punggung bagian belakang.

Gangguan buang air kecil terjadi karena penekanan dari vagina

yang distensi ke uretra dan menghambat pengosongan kandung kemih.

Rasa sakit pada daerah supra pubik bersamaan dengan gangguan air

kecil menimbulkan disuria, urgensi, inkontinensia over flow, selain itu

juga dapat disertai penekanan pada rectum yang menimbulkan

gangguan defekasi. Gejala teraba massa di daerah supra pubik karena


terjadinya pembesaran uterus,hematometra, distensi kandung kemih,

hematoperitoneum, bahkan dapat terjadi iritasi menyebabkan

peritonitis (Wiknjosastro, 2009)

4. Pemeriksaan diagnostik

a. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium yang perlu dilakukan pemeriksaan darah

rutin, dan urinalisa.

b. USG

Pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis himen

imperforata dapat dilakukan pemeriksaan USG untuk menentukan

ada dan luasnya perdarahan di uterus, tuba, dan rongga perut.

c. Magnetic Resonance Imaging (MRI)

MRI dapat memberikan pencitraan yang terbaik dari jaringan

seperfisial dan jaringan yang lebih dalam. MRI dapat

mengklarifikasi hasil pemeriksaan USG mengenai cavum uterus,

dan dapat memeriksa struktur subperitoneal serta dapat mendeteksi

adanya serviks uteri.

d. Laparoskopi direkomendasikan pada beberapa kasusu untuk

mengevaluasi menstruasi retrograde yang memasuki rongga pelvik

dan inra abdominal . prosedur ini diharapkan dapat meminallisir

potensi terjadinya endometriosis sekunder pada usia dewasa.

5. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada hematometra yaitu :
a. Timbunan darah sampai cavum peritonii
b. Terjadi perlekatan dan menimbulkan infeksi
6. Pentalaksanaan Medik
a. Tindakan Pembedahan
Apabila hymen imperforata dijumpai sebelum pubertas,

membran hymen dilakukan insisi/ hymenotomi dengan cara

sederhana dengan melakukan insisi silang (gambar 1) atau

dilakukan pada posisi 2, 4, 8 dan 10 arah jarum jam disebut insisi

stellate.
Pendapat lain mengatakan, bila dijumpai hymen

imperforata pada anak kecil/ balita tanpa menimbulkan gejala,

maka keadaan diawasi sampai anak lebih besar dan keadaan

anatomi lebih jelas, dengan demikian dapat diketahui apakah yang

terjadi hymen imperforata atau aplasia vagina.


Pada insisi silang tidak dilakukan eksisi membrane hymen,

sementara pada insisistellate setelah insisi dilakukan eksisi pada

kuadran hymen dan pinggir mukosa hymendi aproksimasi dengan

jahitan mempergunakan benang delayed-absorbable. Tindakan

insisi saja tanpa disertai eksisi dapat mengakibatkan membrane

hymen menyatu kembali dan obstruksi membrane hymen terjadi

kembali.
Untuk mencegah terjadinya jaringan parut dan stenosis

yang mengakibatkan dispareunia, eksisi jaringan jangan dilakukan

terlalu dekat dengan mukosa vagina. Setelah dilakukan insisi akan

keluar darah berwarna merah tua kehitaman yang kental.

Sebaiknya posisi pasien dibaringkan dengan posisi fowler. Selama

2-3 hari darah tetap akan mengalir, disertai dengan pengecilan


vagina dan uterus. Selain itu, pemberian antibiotik profilaksis juga

diperlukan.
Evaluasi vagina dan uterus perlu dilakukan sampai 4-6

minggu paska pembedahan, bila uterus tidak mengecil, perlu

dilakukan pemeriksaan inspeksi dan dilatasi serviks untuk

memastikan drainase uterus berjalan dengan lancar. Bila

hematokolpos belum keluar, instrumen intrauterine jangan

dipergunakan karena bahaya perforasi dapat terjadi akibat

peregangan uterus yang berlebihan


C. Diagnosa Pada Postpartum

Menurut Heardman dan Shigemi dalam NANDA

(2015) fokus intervensi keperawatan pada post partum

spontan adalah sebagai berikut:

a. Nyeri Akut berhubungan dengan agen cidera fisik;

episiotomi

b. Resiko pendarahan dengan faktor resiko postpartum

c. Resiko infeksi dengan faktor resiko prosedur invasif;

episiotomi

D. Intervensi
Menurut Heardman dalam NANDA (2015) fokus intervensi

keperawatan pada post partum spontan adalah sebagai berikut:


a. Nyeri Akut berhubungan dengan agen cidera fisik
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri dapat

berkurang
Kriteria hasil:
1) Wajah pasien tampak rileks
2) Tanda-tanda vital dalam batas normal

Tabel 2 Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis


Intervensi Rasional
1. Kaji karakteristik nyeri 1. Untuk menentukan jenis
2. Kaji faktor-faktor yang skala dan tempat terasa nyeri
mempengaruhi reaksi 2. Sebagai salah satu dasar
klien terhadap nyeri untuk memberikan tindakan
3. Ajarkan pasien tekhik atau asuhan keperawatan
relaksasi nafas dalam sesuai dengan respon klien
4. Kolaborasi pemberian 3. Membantu klien rilaks dan
analgesic mengurangi nyeri
4. Untuk menekan atau
mengurangi rasa nyeri

b. Resiko perdarahan

Tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan diharapkan resiko

pendarahan dapat teratasi

kriteri hasil:

1) Tidak ada perdarahan pervagina yg upnormal >500cc

2) Hemoglobin dan hematokrit dalam baras normal

3) TTV dalam batas normal

Tabel 3 Resiko Perdarahan

Intervensi Rasional
1. Monitor tanda-tanda 1. Untuk mengetahui adanya
perdarahan perdarahan
2. Monitor nilai Hb dan Ht 2. Untuh mengetahui perubahan
3. Ajarkan pasien dan nilai kadar darah dalam
keluarga tentang tanda- tubuh
tanda perdarahan 3. Untuk mengetahui dini tanda
perdrahan
c. Resiko infeksi dengan faktor resiko prosedur invasif

Tujuan : setelah dilakukan perawatan diharapkan masalah resiko infeksi

dapat teratasi

Kriteria hasil :

1) Tidak ada tanda-tanda infeksi

2) Pasien mampu mencegah penularan infeksi dengan cuci tangan

3) Jumlah leukosit dalam batas normal

Tabel 4 Resiko Infeksi dengan Faktor Resiko Prosedur Invasif

Intervensi Rasional
1. Monitor tanda gejala 1. Untuk mengetahui
infeksi adanya infeksi
2. Ajarkan pasien dan 2. Untuk mencegah
keluarga cara cuci penularan infeksi
tangan 6 langkah 3. untuk mengetahui tanda
3. Berikan penjelasan infeksi sejak dini
tentang tanda gejala 4. meminimalisir resiko
infeksi infeksi dengan
4. Kelola pemberian farmakologi
antibiotik
DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo, Sarwono.2009. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Sarwono

Derek,Llewellyn.20011.Obstetri dan Ginekologi.edisi 6.Jakarta:Hipokrates

Wiknjosastro,Hanifa prof.dr. 2009. Ilmu Kandungan. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka

Sarwono

Chin Med Assoc Journal:Tahun: 2007/volume70/edisi(12)/ halaman559-561.

Hong Kong.Emerg. Med Journal.Tahun 2009/Vol. 17/edisi 5/hal 371 - 373

You might also like