Professional Documents
Culture Documents
Kelompok B (2)
KUPANG
2015
BAB I
PENDAHULUAN
Helminthes atau cacing secara garis besar terbagi menjadi Nematoda dan Cestoda
serta Trematoda, masing-masing mempunyai morfologi yang spesifik. Helminthes secara
garis besar terdiri atas cacing pipih dan gilik yang mempunyai sistem organ yang
berbeda. Sebagian masih bersifat hemaphrodite terutama pada Cestoda dan Trematoda,
sedangkan pada Nematode pada umumnya sudah mempunyai jenis kelamin yang terpisah
dan berbeda antara jantan dan betina.
Hal yang dapat dilakukan untuk mengetahui adanya infeksi helmintes pada ternak
dapat diduga melalui pemeriksaan feses ternak. Setiap jenis cacing dewasa mempunyai
organ predileksi pada hospes, baik definitive maupun sementara. Pada Praktikum ini
mahasiswa di tugaskan melakukan koleksi feses segar pada hospes sapi, kambing, ayam
dan babi. Untuk dilakukan determinasi jenis di laboratorium.
1.2 Tujuan
1.2.1 Praktikum ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan membandingkan jenis telur
cacing pada hospes sapi, kambing, ayam dan babi
1.2.2 Hasil praktikum ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai informasi ilmiah dalam
pengembangan ilmu pengetahuan.
BAB II
METODOLOGI PENELITIAN
Alat :
1. Sampel feses ditimbang sebanyak 3 gram dan dimasukan kedalam gelas ukur.
2. Gelas ukur tersebut diisi 30 ml aquades, diaduk lalu disaring menggunakan
saringan teh.
3. Larutan yang disaring diambil dengan pipet tetes dan di tetesi pada objek
glass, kemudian ditutupi dengan cover glass dan diamati dibawah mikroskop.
1. Sampel feses ditimbang sebanyak 3 gram dan dimasukan ke dalam gelas ukur.
2. Gelas ukur tersebut diisi 30 ml aquades, diaduk lalu disaring menggunakan
saringan teh.
3. Larutan yang disaring dimasukan ke dalam tabung reaksi sebanyak ¾ tabung
4. Disentrifuge dengan kecepatan 1500 rpm selama 3-5 menit.
5. Bagian supernatant dibuang, prosedur selanjutnya diulang dengan cara yang
sama.
6. Setelah supernatant terakhir dibuang kemudian ditambahkan larutan gula ¾
tabung dan disentrifuge dengan kecepatan 1500 rpm selama 3 menit.
7. Kemudian ditambahkan larutan gula jenuh sampai cembung.
8. Diamkan selama 5 menit, lalu pada mulut tabung ditutup dengan cover glass
dan segera diletakkan di atas objek glass kemudian diamati dibawah
mikroskop
3.1. Ayam
Phylum : Nemathelminthes
Subclass : Aphasmida
Order : Enoplida
Superfamily : Trichuroidea
Family : Trichuridae
Genus : Trichuris
Siklus Hidup Trichuris trichiura Telur yang keluar bersama feses hospes
berada dalam keadaan belum matang (belum membelah), atau tidak infektif. Telur
memerlukan pematangan pada tanah selama 3-5 minggu sampai terbentuk telur
infektif yang berisi embrio di dalamnya. Hospes terkena infeksi jika telur yang
infektif tertelan dari makanan atau minuman yang terkontaminasi, selanjutnya di
bagian atas usus halus, dinding telur pecah,sehingga larva infektif keluar dan menetap
selama 3-10 hari (Hamer 1996: 473). Larva infektif setelah menjadi cacing dewasa
akan turun ke usus besar terutama sekum dan menetap dalam beberapa tahun. Waktu
yang diperlukan sejak telur infektif tertelan sampai cacing betina menghasilkan telur
yaitu 30-90 hari (Natadisastra & Agoes 2009: 78-79).
3.2. Babi
strongiloides
esofagustonum
Moniezia
3.2.1. Strongiloides
3.2.2. Oesophagustomum
Siklus Hidup
Telur yang keluar bersama tinja akan menetas dalam waktu 20 jam,
larva infektif dicapai dalam waktu 5-6 hari. Infeksi terjadi pada waktu makan
rumput, minum atau ketika menjilati bulunya yang mengandung larva infektif.
Larva infektif yang tertelan itu ekdisis dalam usus kecil, terutama ileum dan
masuk dalam mucosa usus kecil atau sekum serta tinggal didalam mukosa
selama 10 hari membentuk nodul. Selama itu larva tumbuh menjadi larva ke
empat. Larva kembali kedalam lumen usus dan menjadi dewasa serta tinggal
dalam kolon. Telur ditemukan dalam tinja 37-41 hari sesudah infeksi.
Patogenesis Larva yang tertelan masuk dalam mucosa sampai submukosa
ileum dan sekum membentuk nodul dengan garis tengah 1.0 mm. Sepuluh
hari sesudah infeksi nodul tersebut besarnya mnejadi dua kali lipat. Beberapa
nodul pecah dan berdarah, yang menunjukan bahwa larva kembali ke lumen
usus menjadi dewasa. Sebagian dari nodul berisi nanah.
3.2.3. Moniezia
Phyllum : Platyhelminthes
Class : Cestoda
Ordo : Anoplocephalidea
Family : Anoplocephalidae
Genus : Moniezia
3.3. Kambing
Kingdom : Animalia
Phylum : Nematoda
Genus : Trichostrongylus
- Ukuran 40 x 90 mikron,
- Bentuk ellipsoidal, ujung agak
runcing
- Warna hyaline,
- Tanpa operculum,
- Dinding telur tipis dan memiliki
lapisan ganda
- Mengandung morula pada sediaan
segar.
Cacing ini ukurannya sangat kecil dan hidup di dalam usus kambing dan
domba. Dinamakan cacing rambut karena tebalnya kurang lebih sama dengan rambut,
sedangkan panjangnya kurang dari 10 mm. telur cacingnya keluar bersama tinja akan
berkembang menjadi larva apabila kelembaban, suhu, oksigen cukup menguntungkan
bagi kehidupannya misalnya adanya tumpukan feses. Pada keadaan tersebut larva
akan berkembang menjadi infektif. Di tempat penggembalaan, larva dapat hidup
sampai 6 bulan.
Gejala klinis yang bisa diamati adalah ternak muda terlihat pertumbuhan
terhambat, mencret dengan warna tinja hijau kehitaman, kurus dan diakhiri kematian.
Ternak bisa tertular cacing ini dengan cara menelan telur berembrio yang ada di
rumput atau dengan cara menelan larva infektif atau larva menembus kulit.
Patogenesis
Menyebabkan radang mukosa usus halus hingga radang kantong empedu pada
infeksi berat, anemia, eosinofilia. Walaupun begitu cacing ini sering menginfeksi
tanpa menimbulkan gejala.
Kingdom : Animalia
Phylum : Nematoda
Class : Secernentea
Ordo : Rhabditida
Family : Strongyloididae
Genus : Strongyloides
Larva Rabditiform Panjangnya ± 225 mikron, ruang mulut terbuka, pendek dan
lebar. Esophagus dengan 2 bulbus, ekor runcing, larva filariform. Bentuk infektif,
panjangnya ± 700 mikron, langsing, tanpa sarung, ruang mulut tertutup, esophagus
menempati setengah panjang badan, bagian ekor berujung tumpul berlekuk. Cacing
dewasa betina yang hidup bebas panjangnya ± 1 mm, esophagus pendek dengan 2
bulbus, uterus berisi telur dengan ekor runcing. Cacing dewasa jantan yang hidup
bebas panjangnya ± 1 mm, esophagus pendek dengan 2 bulbus, ekor melingkar
dengan spikulum (Hillyer, 2005).
BAB III
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
https://www.scribd.com/doc/258259006/Pembahasan-Diagnostik-Ayam
LAMPIRAN