Professional Documents
Culture Documents
240210140056
diinginkan dalam keadaan jernih, misalnya sari buah anggur dan apel (Koswara,
2009)
Pembuatan sari buah yang dilakukan pada praktikum kali ini dilakukan
dengan menggunakan 2 buah yang berbeda yaitu jeruk dan apel. Pembuatan sari
buah dimulai dengan melakukan sortasi terlebih dahulu. Buah yang digunakan
harus dipilih lebih dulu. Buah yang busuk, terlalu matang, atau ada ketidak
normalan lain harus disingkirkan. Hal ini dilakukan untuk memperoleh mutu
produk akhir yang baik dan seragam (Koswara, 2009). Setelah itu dilakukan
pengupasan dan pelepasan bagian yang tidak dapat seperti kulit dan biji kemudian
dilakukan pencucian untuk menghilangkan sebagian kotoran yang ada pada bahan.
Untuk pembuatan sari buah apel, apel yang akan diblender di blansing terlebih
dahulu dengan tujuan untuk menginaktivasi enzim dan mencegah terjadinya
pencoklatan enzimatis. Setelah itu jeruk maupun apel di hancurkan dengan
menggunakan blender dengan perbandingan antara buah : air, 1:4. Kemudian
dilakukan penyaringan dari bubur buah yang dihasilkan untuk memisahkan filtrat
dari ampasnya. Filtrat yang sudah didapatkan kemudian didiamkan selama 15
menit untuk melihat apakan ada endapan yang dihasilkan atau tidak. Kemudian
setelah diendapkan, pada bagian yang jernih ditambahkan gula sebanyak 100
gram/L. pada tahap ini juga ada sari buah yang ditambahkan dengan garam Na-
Benzoat 1 gram/L dan ada yang ditambahkan dengan asam sitrat sampai pH 4.
Mekanisme kerja natrium benzoat berdasarkan permeabilitas dari membran
sel mikroba terhadap molekul asam yang tidak terdisosiasi. Isi sel mikroba
mempunyai pH yang selalu netral. Bila sel mikroba menjadi asam atau basa
makan akan terjadi gangguan pada organ – organ sel sehingga metabolisme
terhambat sehingga sebagian sel mati (Pujiastuti, 2007)
Gula yang ditambahkan kali ini yaitu gula dengan jenis sukrosa. Rasa manis
sukrosa bersifat murni karena tidak ada after taste yaitu cita rasa kedua yang
timbul setelah cita rasa pertama. Konsentrasi gula yang ditambahkan pada
pembuatan sari buah berkisar antara 11-15%. Gula berpengaruh besar pada
penampakan dan cita rasa. Selain itu gula berperan sebagai pengikat flavor
(Buckle, 1987).
Rezsa Hanifah Fazaryasti
240210140056
Pemberian garam atau asam ini berfungsi sebagai pengawet sari buah yang
dihasilkan. Selain itu asam dan garam ini juga berfungsi untuk memperkaya
citarasa dari sari buah yang dihasilkan. Kemudian sari buah tersebut dipanasskan
pada suhu 90oC selama 15 menit. Dalam keadaan panas sari buah tersebut
kemudian dimasukkan ke dalam botol kaca yang sudah di sterilkan dan ditutup
dengan rapat. Setelah itu sari buah dalam kemasan kaca steril tersebut di sterilisasi
pada suhu 100oC selama 30 menit dan dilakukan penyimpanan selama 2 hari.
berikut adalaha hasil pengamatan sari buah apel dan sari buah jeruk yang
dihasilkan.
pekat dibandingkan dengan sari buah yang ditambahkan garam yaitu coklat
keabuan dan sari buah tanpa perlakuan yaitu coklat keruh. Pada sari buah tanpa
perlakuan penambahan asam atau garam, aroma yang dihasilkan sudah busuk dan
rasanya pahit yang menunjukan bahwa sari buah tersebut tidak tahan
penyimpanan selama 2 hari dan mudah rusak. Setelah di simpan selama 2 hari
ketiga sari buah tersebut menghasilkan endapan.
Rendemen yang dihasilkan menunjukan berapa persen bagian buah
tersebut yang masih tersisa dalam sari buah yang dihasilkan. Rendemen yang
paling tinggi dihasilkan dari sari buah yang ditambahkan dengan Na-Benzoat
yaitu sebesar 67%, untuk sari buah yang ditambahkan dengan asam 63,29% dan
tanpa perlakuan 37%. Semakin besar rendemen yang dihasilkan berarti semakin
banyak komponen buah yang ada dalam sari buah yang dihasilkan bergitupun
sebaliknya. Dilihat dari rendemennya sari buah yang ditambahkan dengan Na –
benzoat adalah sari buah yang memiliki rendemen paling baik diantara ketiga sari
buah tersebut.
Perubahan karakteristik inderawi setelah penyimpanan dapat disebabkan
oleh beberapa faktor seperti, tumbuhnya mikroorganisme pembusuk yang dapat
menyebabkan sampel menjadi busuk. Pada sari buah yang ditambahkan dengan
asam atau garam juga tumbuh mikroorganisme yang tahan garam dan tahan asam
sehingga karakteristiknya mengalami penurunan dari hari pertama. Selain itu
kemungkinan enzim kembali aktif saat penyimpanan sehingga terjadi perubahan
warna pada sari buah yang dihasilkan.
yang baik ialah transparan, mudah dioleskan dan mempunyai aroma dan rasa buah
asli (Koswara, 2009).
Praktikum kali ini pembuatan selai dari buah melon dan pepaya, prosedur
pembuatan pertama-tama melon dibesihkan dan dipisahkan dari bagian – bagian
yang tidak dapat dimakan kemudian buah di cuci. Buah yang telah bersih
kemudian dipotong dan dihancurkan menggunakan blender. Bubur buah
kemudian disaring dan filtratnya kemudian ditambahkan dengan gula dengan
perbandingan buah : gula adalah 3 : 2 dan asam sitrat sampai pH 3. Gula berfungsi
sebagai bahan yang membantu pembentukan jaringan pektin dalam selai. Selain
itu, berperan juga sebagai pemanis, pengawet, dan bahan yang memperkuat cita
rasa. Asam diperlukan untuk rasa dan penjedalan. Penjedalan dapat berlangsung
antara pH 2,5-3,4 , tetapi pH optimum biasanya berkisar antara 3,2-3,3. Pada pH
di luar kisaran pH tersebut diatas tidak akan terjadi penjedalan sedangkan di luar
batas-batas pH optimum gel yang terbentuk menunjukan gejalan sinerensis. Pektin
digunakan untuk membuat tekstur lengket (Tjahjadi, 2014). Setelah itu kemudian
dilakukan pemanasan sampai selai menjadi kental, setelah kental selai dikemas
dengan menggunakan botol kaca yang sudah di sterilkan. Berikut adalah hasil
pengamatan pembuatan selain melon dan selai pepaya.
pengkristalan gula. Semakin lama proses pemanasan maka rasa yang dihasilkan
akan semakin pahit y ng dipengaruhi dari rasa asli melon dan gula. Selai melon
yang dihasilkan tidak dapat dioleskan ke dalam roti karena teksturnya sangat
keras seperti karamel gula. Selain karena proses pemasakan yang tidak sesuai
penggunaan alat saat pemasakan juga berpengaruh terhadap karakteristik selai
yang dihasilkan.
Selai pepaya yang dihasilkan dari praktikum kali ini memiliki warna
orange, rasanya asam, beraroma khas karamel, sangat kental dan mudah dioles.
Warna orange ini dihasilkan dari warna asli pepaya dan rasa asam yang dihasilkan
kemungkinan disebabkan oleh penambahan asam sitrat yang dilakukan. Aroma
khas karamel dari selai disebabkan oleh gula yang ditambahkan saat pemasakan.
Selai pepaya yang dihasilkan memiliki kekentalan yang jauh lebih rendah
dibandingkan selai melon. Kekentalannya inilah yang berpengaruh terhadap daya
olesnya. Daya oles selai pepaya lebih bagus dibandingkan dengan selai melon.
Rendemen dari kedua selai tersebut tidak dapat dihitung karena setelah proses
pemanasan tidak dilakukan penimbangan kembali berat selai yang dihasilkan,
sehingga tidak dapat diketahui berapa persen bagian buah yang masih ada dalam
selai.
Pektin ialah senyawa karbohidrat yang berguna untuk membentuk gel
(bentuk seperti bubur sangat kental) jika bereaksi dengan gula dan asam (Koswara,
2009). Buah melon dan pepaya yang digunakan sudah mengandung cukup banyak
pektin yang digunakan untuk pembuatan selai, selain memenuhi syarat kandungan
pektinnya, buah melon dan pepayan juga memiliki flavor yang baik untuk
pembuatan selai. Pembuatan selai pada praktikum kali ini tidak menggunakan
tambahan pektin tetap dilakukan penambahan asam. Hal ini disebabkan oleh jenis
buah yang digunakan, melon dan pepaya sudah memilikikandungan pektin yang
cukup banyak tetapi kandungan asam dalam kedua buah tersebut kurang sehingga
perlu ditambahkan asam.
pendidihan biasa maupun dengan cara lain seperti penguapan dengan hampa udara,
dan lain-lain. Sirup ini tidak dapat langsung diminum, tetapi harus diencerkan
dulu dengan air (1 bagian sirup dengan 5 bagian air).
Pembuatan sirup pada praktikum ini dimulai dengan pengupasan bahan
terlebih dahulu, kemudian pemisahan bahan yang dapat dimakan dan tidak dapat
dimakan. Bahan yang akan dijadikan sari buah di blansing terlebih dahulu selama
2 menit dengan perbanding air : buah adalah 1 : 2. Blansing ini berfungsi untuk
menginaktifkan enzim dan mencegah terjadinya pencoklatan pada bahan.
Kemudian bahan dihancurkan dengan menggunkan blender dan bubur buah yang
dihasilkan ditambahkan dengan gula perbandingan 1 : 1. Setelah itu bubur buah
tersebut dipanaskan sampai kental dan dikemas dengan menggunakan kemasan
botol kaca yang sudah di sterilkan. Berikut adalah hasil pengamatan pembuatan
sirup buah mangga dan sirup buah naga.
dihasilkan lebih besar dari buah naga, artinya jumlah buah mangga dalam produk
sirup yang dihasilkan tidak mengalami kehilangan yang banyak setelah
pemasakan.
Daya pengawet dari bahan-bahan tersebut sangat bergantung dari
konsentrasi, komposisi bahan pangan, serta jenis mikroorganisme yang akan
dicegah pertumbuhannya. Garam berperan sebagai penghambat selektif pada
mikroorganisme pembusuk atau proteolitik dan juga pembentuk spora. Garam
dapat mempengaruhi aktivitas air (aw) dari bahan pangan, jadi garam dapat
mengendalikan pertumbuhan mikroorganisme. Garam digunakan secara luas
dalam pengawetan produk sayuran, ikan, daging, dan bahan pangan lainnya
dengan konsentrasi 5-20% (Desrosier, 1988).
Asam sebagai pengawet mempunyai pengaruh sebagai
antimikroorganisme. Asam yang digunakan sebagai bahan pengawet adalah asam
sorbat, asam propinat, asam benzoat, asam aseta, dan asam laktat. Asam terutama
asam asetat dan asam laktat berada dalam bahan pangan awet sebagai akibat dari
penambahan asam pada bahan pangan yang tidak terfermentasi, atau sebagai hasil
fermentasi dari mikroorganisme pada jaringan bahan pangan yang mengandung
karbohidrat. Asam sorbat dapat mencegah pertumbuhan mikroorganisme jenis
kapang dan bakteri pada pH diatas 6,5. Asam propionat efektif terhadap kapang
dan beberapa khamir pada pH diatas 5. Asam benzoat merupakan bahan pengawet
yang luas penggunaanya, asam ini digunakn untuk mencegah pertumbuhan
khamir dan bakteri pada pH 2,5-4,0. Sedangkan asam asetat mencegah
pertumbuhan kapang pada pH 3-4 (Desrosier, 1988).
Gula sebagai bahan pengawet dapat mencegah pertumbuhan
mikroorganisme dengan cara memengaruhi aktivitas air (aw) danbahan pangan.
Konsentrasi gula yang digunakan untuk mengawetkan bahan pangan cukup tinggi
yaitu sekitar 65-70%. (Desrosier, 1988).
Rezsa Hanifah Fazaryasti
240210140056
V. KESIMPULAN
Kesimpulan yang didapatkan dari praktikum kali ini adalah :
1. Pengolahan bahan pangan dengan tujuan untuk mengawekan bahan dapat
dilakukan dengan penambahan gula, garam, dan asam.
2. Sari buah apel dengan penambahan asam sitrat adalah sari buah apel yang
memiliki karakteristik paling baik dari semua perlakuan.
3. Sari buah jeruk dengan penambahan garam Na-benzoat adalah sari buah
yang memiliki karakteristik paling baik dari semua perlakuan.
4. Rendemen sari buah yang paling tinggi adalah sari buah jeruk dengan
penambahan garam Na-benzoat, yang menunjukan bahwa susut bobot
pada sari buah tersebut sangat kecil.
5. Selai melon yang dihasilkan sangat keras dan tidak dapat dioleskan, hal ini
disebabkan oleh proses pemasakan yang terlalu lama sehingga
karamelisasi gula lebih cepat dan menyebabkan bahan sangat kental.
6. Selai pepaya yang dihasilkan memiliki daya oles yang cukup bagus
dibandingkan dengan selai melon.
7. Sirup buah naga dan sirup mangga memiliki rasa manis yang dihsilkan
dari penambahan gula. Rasa asli pada sirup buah naga hilang setelah
penamanasan dan penambahan gula.
Rezsa Hanifah Fazaryasti
240210140056
DAFTAR PUSTAKA
Buckle, K.A., Edwards, G.H. Fleet, dan H. Wooton. 1987. Ilmu Pangan
(Terjemahan). Universitas Indonesia : Jakarta
JAWABAN PERTANYAAN
3. Mengapa asam sorbat, asam benzoat, asam sitrat, dapat berfungsi sebagai
zat antimikroorganisme?
Jawab :
Karena kandungan asam yang ada pada asam sorbat, asam benzoat, dan
asam sitrat dapat menurunkan pH pada bahan makanan dan mencegah
pertumbuhan mikroorganisme, sehingga bahan menjadi lebih tahan dan tidak
mudah busuk karena mikroorganisme.
Rezsa Hanifah Fazaryasti
240210140056