Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
DISTRIBUSI :
lain dengan mudah menembus sel-sel membran dan menyebar keseluruhan tubuh.
Sebagai tambahan, beberapa toksikan-toksikan menumpuk dalam berbagai bagian
bagian tubuh sebagai satu akibat pengikatan, pengangkutan aktif atau kelarutan
yang tinggi dalam lemak.
Sedangkan tempat penumpukkan dari satu toksikan boleh merupakan tempat
tempat kerja daya racunnya yang besar, tetapi lebih sering dia bukan merupakan
tempat daya racunnya.
Apabila satu toksikan telah menumpuk pada satu tempat selain dari tempat dimana
dia menghasilkan kerja toksisnya, penumpukan itu bisa menyajikan sebagai
sebagai satu gudang penyimpanan, yang dapat menjaga konsentrasi toksikan
diorgan sasaran pada konsentrasi yang lebih rendah.
Dalam hal ini, zat kimia digudang penyimpangan secara toksikologis adalah inaktif :
bagaimanapun, karena zat kimia dalam gundang penimbunan ada dalam
kesetimbangan dengan toksikan bebas, dia secara perlahan-perlahan dilepaskan
kedalam sirkulasi ketika bebas disingkirkan.
VOLUME DISTRIBUSI :
Extra cellular water (= air diluar sel) terdiri dari air plasma ditambah air celah.
Konsentrasi yang akan dikembangkan oleh toksikan dalam darah sesudah satu
pemaparan tertentu akan sangat tergantung atas volume distribusinya (Vd ) yang
nyata. Untuk contoh : jika 1 gram zat kimia diinjeksikan langsung kedalam aliran
darah manusia dengan berat 70 kg, perbedaan yang nyata dalam konsentrasi
plasmanya akan dilihat tergantung atas distribusinya.
Satu konsentrasi yang tinggi akan dilihat dalam plasma jika dia hanya menyebar
dalam air plasma, dan satu konsentrasi yang sangat rendah akan dicapai apabila
dia menyebar dalam satu genangan yang sangat besar seperti air tubuh total.
Distribusi toksikan biasanya tidak sesederhana seperti distribusi kedalam satu dari
ruang-ruang terpisah dari air dalam tubuh tetapi dipersulit oleh pengikatan
kepelbagai tempat-tempat penimbunan dalam tubuh, seperti lemak, liver, atau
tulang.
Satu jaringan yang relatif lembam seperti tulang dapat juga melayani sebagai
satu gudang senyawa-senyawa seperti Fluorida, timah dan Strontium.
Tulang sebagai tempat yang besar untuk bebrapa toksikan-toksikan. Untuk contoh
90% dari timah hitam dijumpai dalam kerangka tubuh.
Peristiwa pengambilan bahan-bahan asing oleh kerangka dapat difikirkan terutama
berupa satu peristiwa kimia permukaan, dimana pertukaran terjadi diantara
permukaan tulang dn cairan yang berhubungan dengannya.
Cairan itu adalah cairan ekstra selluler dan permukaan dimana peristiwa pertukaran
itu terjadi adalah dari Krista 1 2 hydroksi apatite dari mineral tulang. Beberapa dari
kristal-kristal ini kecil dan pada ukuran-ukuran demikian permukaan itu besar
dibandingkan ke massanya.
Karena dibawa oleh cairan extra cellular kesatu krsital tulang, toksikan memasuki
kulit pengairan dari kristal dan menembus ke permukaan kristal.
Berdasarkan kemiripan-kemiripan dalam ukuran dan bentuk F dengan mudah
menggantikan OH dan Pb atau Sr dapat menggantikan Ca didalam struktur kisi
hidroksi apatite melalui satu pertukaran reaksi adsorpsi.
Pengendapan dan penimbunan toksikan-toksikan dalam tulang bisa toksis dan bisa
tidak toksis. Timah hitam tidak toksis ketulang, tetapi effek-effek krosnis dari
pengendapan fluorida (Fluorosis kerangka) dan Sr radioaktif (osteosarcom dn
neoplasma-neoplasma lain) dikenal dengan baik.
Senyawa-senyawa asing yang diendapkan ditulang, tidak diasingkan secra
irreversible oleh jaringan ini. Toksiikan-toksikan dapat dilepaskan oleh pertukaran
ion pada permukaan kristal dan oleh pelarutan kristal-kristal oleh pertukaran kerja
osteoklast.
Satu kerja osteoklast, seperti sesudah parathormon, mengarah ke peningkatan
pengarahan dari toksikan, yang akan digambarkan oleh satu peningkatan
konsentrasi plasma dari toksikan tersebut.
BBB bukalnlah satu rintangan mutlak bagi perjalanan bahan-bahan toksis kedalam
CNS, tetapi lebih menampilkan satu tempat yang kurang permeable dari
kebanyakan daerah-daerah lain dari tubuh. Beberapa racun-racun dalam jumlah
yang cukup besar tidak memasuki otak.
Disana ada tiga alasan besar secara anatomis dan fisiologis kenapa bebrapa racun
racun mengalami kesulitan memasuki CNS :
1. Sel-sel endothel kapillair CNS bergabung ketat dan meyisakan sedikit atau
tidak ada pori-pori diantara sel-sel.
2. Kapiller-kapiller CNS banyak dikelilingi oleh tonjolan-tonjolan jaringan
penghubung glia
3. Penghimpun protein dalam cairan intersisial CNS kurang banyak dari tempat
lain dalam tubuh.
Jadi, berlawanan dengan tempat lain, toksikan mempunyai kesulitan bepergian
diantara capillair-capillair dan harus melewati tidak hanya endotel cappilair sendiri
tetapi juga membran-membran dari sel glia untuk mendapatkan jalan masuk ke
cairan intersitial.
Karena cairan sela adalah rendah protein, dia tidak dapat menggunakan pengikatan
protein untuk meningkatkan penyebaran k eCNS.
Gambaran-gambaran ini bersama-sama bekerja sebagai satu mekansime
perlindungan untuk mengurangi penyebaran-penyebaran toksikan ke CNS dan jadi
daya racunnya.
Kegunaan BBB ber-ubah-ubah dari satu daerah otak ke yang lain.
Untuk contoh, korteks, lateral nuclei hypothalamus, area postrema,pineal body dan
lobus posterior hypophyse lebih permeable dari daerah-daerah lain dari otak.
Tak jelas apakah ini dikarenakan bertambahnya aliran darah atau keperitng yang
lebih permeable atau keduanya.
Masuknya toksikan-toksikan kedalam otak, umumnya, mengikuti prinsip yang sama
seperti yang dikerjakan pengiriman melalui sel-sel lain tubuh.
Hanya toksikan bebas, yang tak terikat pada protein-protein plasma, yang bebas
memasuki otak.
Kelarutan dalam lemak dari satu persenyawaan memainkan satu peran yang besar
dalam penentuan kecepatannya memasuki CNS. Jika satu agent terionisir, dia tidak
akan mudah memasuki CNS sebab dia tidak larut dalam lemak. Jika dia tidak
terionisir, dia akan memasuki otak pada satu kecepatan yang sebanding ke
koeffisien partisi lemak/air.
Karena itu,s satu senyawa yang sangat larut lipid, mudah memasuki CNS dan satu
senyawa yang kurang larut lipid sulit memasuki otak. Jadi methyl mercuri
memasuki
otak jauh lebih mudah dari mercuri inorganic juga, karena 2 PAM adalah satu
turunan nitrogen kwaternair, dia tidak mudah menembus otak dan sangat tidak
effektif dalam mengembalikan hambatan dari cholim esterase otak.
BBB tidak sempurna berkembanga pada bayi, dan ini adalah satu sebab mengapa
beberapa zat kimia lebih toksis pada bayi dari pada dewasa.
Untuk contoh, MORFIN adalah 10x lebih toxis pada bayi tikus dari yang pada
dewasa
karena permeabilitas otak tikus bayi ke morfin ini lebih tinggi. (KUFFERBERG & WAY
1963).
Timah hitam menghasilkan Encephalo Myelo pathy pada tikus-tikus bayi tetapi tidak
pada yang dewasa, juga jelas disebabkan dari perbedaan dalam perkembangan
BBB.
(PENTSCHEW & GARRO, 1966).
Penyebaran satu bahan toksis dalam tubuh dapat berubah dengan waktu.
Tempat permulaan yang ditempati satu zat kimia tergantung atas aliran darah
kedaerah itu, permeabilitas jaringan ke toksikan, dan tempat-tempat pengikatan
yang segera diperoleh. Satu zat kimia belakangan dapat disebarkan kembali ke
jaringan-jaringan yang kurang baik melebur ketika lebih banyakk contoh dari
penyebaran kembali dilihat dengan Pb inorganic. Segera sesudah penyebaran,
timah hitam ditempatkan di eritrosit, liver dan ginjal. Kira-kira 50% dari Pb
ditempatkan diliver 2 jam sesudah pemberian (HAMMOND, 1969, KLASSEN &
SHOEMAN, 1972).
Belakangan Pb disebar kembali ke tulang dan mensubstitusi Ca dalam kisi kristal.
Satu bulan sesudah pemberian, 90% Pb yang tersisa dalam tulang.
KEPUSTAKAAN :
1. ROBERT K MURRAY, MD,PhD dkk Toronto Univesity : Harper’s Biochemistry Edisi
ke 22. Alih Bahasa : dr. Andry hartono,EGC
2. JHON DOULL, M.D, PhD : Toxicology : The basic Science of Poisons, Second
Edition, Mc Millan Publising Co, New York 1980.
3. B.G. KATZUNG : Farmakologi dasar Klinik Alih bahasa : dr.Binawaty dkk : EGC
1986.
4. GILBERT W CASTELLAN Univ.of Maryland : PHYSICAL CHEMISTRY, second
Edition. Addison Wesley Publishing Company 1971