You are on page 1of 8

NEUROTRANSMITTER GABBA

DESKRIPSI :

Neurontransmitter adalah suatu zat kimia yang dapat menyeberangkan impuls dari neuron
pre-sinapsis menuju neuron post-sinapsis. Neurontransmitter ada bermacam-macam,
misalnya asetilkolinyang terdapat di seluruh tubuh, noradrenalin terdapat di sistem saraf
simpatik, dan dopamin sertaserotonin yang terdapat di otak (Anonim, 2009).

GABA (Gamma Amino Butiric Acid)Merupakan neurotransmitter inhibitor, artinya akan


menghalangi penghantaran impuls di serabut saraf.GABA akan membuka gerbang ion
chlorine yang bermuatan negative sehingga serabut saraf akan bermuatan sangat negative.
Dengan begitu impuls sulit untuk dihantarkan melalui serabut saraf (Anonim, 2009).

Reseptor GABA terdapat dalam tiga tipe, yaitu reseptor GABAA, GABAB,GABAC. Reseptor
GABAA dan GABAC merupakan keluarga reseptor ionotropik, sedangkan GABAB adalah
reseptor metabotropik (terkairt engan protein G ) . Reseptor GABAA dan GABAC masing-
masing terkait dengan kanal Cl–, dan memperantai penghambatan sinaptik yang cepat.
Namun walaupun sama – sama ionotropik, Reseptor GABAA dan GABAC berbeda secara
biokimia, farmakologi, fisiologi. Reseptor GABAA secara selektif dapat dibolak – balik oleh
alkaloid bicuculin dan dimodulasi oleh obat golongan benzodiazepin, barbiturat, dan steroid ,
Sedangkan Reseptor GABAc tidak ( Ikawati,2008).

GABAA (gaba-aminobutyric acid) merupakan neurotransmitter inhibitor utama di system


saraf pusat mamalia dan terdapat pada hampir 40% saraf. GABA bekerja pada reseptornya
yaitu reseptor GABA( Ikawati,2008).

Reseptor GABAA merupakan kompleks protein heterooligomerik yang terdiri dari sebuah
tempat ikatan GABA ( GABA binding side) yang tergandeng dengan kanal ion Cl –
( Ikawati,2008).

Reseptor GABA tersebut terdiri dari lima sub unit yang dua alpha, dua beta dan satu sub-
unit gamma. Mengaktifkan molekul GABA dengan mengikat reseptornya pada bagian sub
unit alfa. Sekali diaktifkan reseptor tersebut memungkinkan bagian dari ion ke bermuatan
negatif sitoplasma, mana hasil dalam hiperpolarisasi dan inhibisi dari neurotransmission
(Anonim, 2009).

Proses neurotransmitter GABA :

1. GABA disintesis pada ujung saraf presinaptik, dan disimpan di dalam vesikel sebelum
di lepaskan

2. Sekali dilepaskan, GABA berdifusi menyebrangi celah sinap

3. Setelah GABA berdifusi, GABA akan menduduki tenmpatnya yaitu di GABA binding
side, dimana GABA jenis ini terkait ion Cl– sehingga memperantai ion Cl– untuk
masuk dan menyebabkan efek pada postsinaps.

4. GABA yang sudah terdisosiasi dari reseptornya akan diambil kembali sehingga
tertutupnya kanal Cl– , GABA yang diambil untuk di re-uptake kembali ke dalam
ujung presinaptik atau ke dalam sel gial dalam bentuk GABA dengan bantuan
Transportter GABA.

5. Reseptor GABAA juga memiliki tempat ikatan untuk obat – obat golongan barbiturat
yang disebut barbiturat binding site dan untuk golongan benzodiazepin disebut
benzodiazepin binding site atau sisi alosterik resptor. Suatu obat dapat bereaksi
dengan sisi alosterik menyebabkan efek agonis. Aktivitas GABA oleh
neurotransmitternya menyebabkan membukanya kanal Cl– dan lebih lanjut akan
memicu terjadinya hiperpolarisasi yang akan menghambat penghantaran potensial
aksi,inilah yg menyebabkan efek sedatif dan anestesi.

6. Benzodiazepin dapat mempotensiasi penghambatan transmisi sinaptik GABAergik


dengan berikatan dengan reseptor GABAA. Obat golongan benzodiazepin berkerja
dengan meningkatkan afinitas reseptor GABA pada tempat ikatannya ( binding site)
sehingga meningkatkan frekuensi pembukaan kanal ion Cl dan memaksimalkan
kesempatan Cl– mengalir.

7. Cl– masuk, membuat efek pada postsinaps lebih lama, yaitu depresi CNS.

8. GABA yang sudah terdisosiasi dari reseptornya di ambil kembali untuk di re-uptake
ke dalam ujung presinaptik atau ke dalam sel gial melalui bantuan transporter GABA.

Daftar Pustaka

Ikawati, Zullies , 2008 ,Pengantar Farmakologi Molekuler ,Gadjah Mada University


Press;,Yogyakarta

Wikipedia , 2009 , Neurotransmitter , http://id.wikipedia.org/wiki/Neurotransmiter, Diakses


tangggal 12 desember 2012 , 20:15

Wikipedia , 2009 , Asam gamma-aminobutirat , http://id.wikipedia.org/wiki/GABA, Diakses


tangggal 12 desember 2012 , 20:15
Neuron dan sinaps

Elemen utama dalam transmisi sinaptik. Sebuah gelombang elektrokimia yang disebut potensial aksi
berjalan di sepanjang akson dari sebuah neuron. Ketika gelombang mencapai sebuah sinaps, ia akan
memicu pelepasan sejumlah kecil molekul neurotransmitter, yang berikatan dengan molekul reseptor
kimia yang terletak di membran sel sasaran.

Kebanyakan neuron mengirimkan sinyal melalui akson, walaupun beberapa jenis mampu
melakukan komunikasi dendrit ke dendrit. (faktanya, jenis-jenis neuron disebut sel amakrin
tidak memiliki akson, dan berkomunikasi hanya melalui dendrit mereka.) Sinyal neural
berpropagasi sepanjang sebuah akson dalam bentuk gelombang elektrokimia yang disebut
potensial aksi, yang menghasilkan sinyal sel ke sel di tempat terminal akson membentuk
kontak sinaptik dengan sel lain.[31]

Sinaps dapat berupa elektrik atau kimia. Sinaps elektrik membuat hubungan elektrik langsung
di antara neuron-neuron,[32] tetapi sinaps kimia lebih umum, dan lebih beragam dalam fungsi.
[33]
Di sebuah sinaps kimia, sel mengirimkan sinyal yang disebut presinaptik, dan sel yang
menerima sinyal disebut postsinaptik. Baik presinaptik dan postsinaptik penuh dengan mesin
molekular yang membawa proses sinyal. Daerah presinaptik mengandung sejumlah besar
vessel bulat yang sangat kecil yang disebut vesikel sinaptik, dipenuhi oleh bahan-bahan kimia
neurotransmitter.[31] Ketika terminal presinaptik terstimulasi secara elektrik, sebuah susunan
molekul yang melekat pada membran teraktivasi, dan menyebabkan isi dari vesikel
dilepaskan ke dalam celah sempit di antara membran presinaptik dan postsinaptik, yang
disebut celah sinaptik (synaptic cleft). Neurotransmitter kemudian berikatan dengan reseptor
yang melekat pada membran postsinaptik, menyebabkan neurotransmiter masuk ke dalam
status teraktivasi.[33] Tergantung pada tipe reseptor, efek yang dihasilkan pada sel postsinaptik
mungkin eksitasi, penghambatan, atau modulasi dalam berbagai cara yang lebih rumit.
Contohnya, pelepasan neurotransmitter asetilkolin pada kontak sinaptik di antara neuron
motorik dan sebuah sel otot menginduksi kontraksi cepat dari sel otot.[34] Seluruh proses
transmisi sinaptik memerlukan hanya sebuah fraksi dari sebuah milidetik, walaupun efek
pada sel postsinaptik mungkin berlangsung lebih lama (bahkan tidak terbatas, dalam kasus
ketika sinyal sipatik mengarah pada informasi sebuah jejak ingatan).[8]

Secara harfiah ada beratus-ratus jenis sinaps. Faktanya, ada lebih dari seratus
neurotransmitter yang diketahui, dan banyak di antara mereka memiliki jenis reseptor ganda.
[35]
Banyak sinaps menggunakan lebih dari 1 neurotransmitter—sebuah pengaturan umum
untuk sebuah sinaps adalah menggunakan sebuah molekul neurotransmiter kecil yang bekerja
cepat seperti glutamat atau GABA, sejalan dengan 1 atau lebih neurotransmiter peptida yang
memainkan peran modulatoris yang lebih lambat. Ahli saraf molekular biasanya membagi
reseptor menjadi 2 kelompok besar: kanal ion berpagar kimia (chemically gated ion channels)
dan sistem pengantar pesan kedua (second messenger system). Ketika sebuah kanal ion
berpagar kimia teraktivasi, kanal tersebut akan membentuk sebuah tempat untuk dapat dilalui
yang mengizinkan jenis ion tertentu yang spesifik untuk mengalir melalui membran.
Tergantung jenis ion, efek pada sel sasaran mungkin eksitasi atau penghambatan. Ketika
sebuah sistem pengantar pesan kedua teraktivasi, sistem ini akan memulai kaskade interaksi
molekular di dalam sel sasaran, yang pada akhirnya akan memproduksi berbagai macam efek
rumit/kompleks, seperti peningkatan atau penurunan sensitivitas sel terhadap stimuli, atau
bahkan mengubah transkripsi gen.

Menurut hukum yang disebut prinsip Dale, yang hanya memiliki beberapa pengecualian,
sebuah neuron melepaskan neurotransmiter yang sama pada semua sinapsnya.[36] Walaupun
demikian, bukan berarti bahwa sebuah neuron mengeluarkan efek yang sama pada semua
sasarannya, sebab efek sebuah sinaps tergantung tidak hanya pada neurotransmitter, tetapi
pada reseptor yang diaktivasinya.[33] Karena sasaran yang berbeda dapat (dan umumnya
memang) menggunakan berbagai jenis reseptor, hal ini memungkinkan neuron untuk
memiliki efek eksitatori pada 1 set sel sasaran, efek penghambatan pada yang lain, dan efek
modulasi rumit/kompleks pada yang lain. Walaupun demikian, 2 neurotransmitter yang
paling sering digunakan, glutamat dan GABA, masing-masing memiliki efek konsisten.
Glutamat memiliki beberapa jenis reseptor yang umum ada, tetapi semuanya adalah eksitatori
atau modulatori. Dengan cara yang sama, GABA memiliki jenis reseptor yang umum ada,
tetapi semuanya adalah penghambatan.[37] Karena konsistensi ini, sel glutamanergik kerapkali
disebut sebagai "neuron eksitatori", dan sel GABAergik sebagai "neuron penghambat". Ini
adalah penyimpangan terminologi — reseptornyalah yang merupakan eksitatori dan
penghambat, bukan neuronnya — tetapi hal ini umum terlihat bahkan dalam publikasi ilmiah.

Satu subset sinaps yang paling penting mampu membentuk jejak ingatan dengan cara
perubahan dalam kekuatan sinaptik tergantung aktivitas yang bertahan lama.[38] Ingatan neural
yang paling dikenal adalah sebuah proses yang disebut potensiasi jangka panjang (long-term
potentiation, disingkat LTP), yang beroperasi pada sinaps yang menggunakan
neurotransmitter glutamat yang bekerja pada sebuah jenis reseptor khusus yang dikenal
sebagai reseptor NMDA.[39] Reseptor NMDA memiliki sifat "assosiasi" : jika 2 sel terlibat
dalam sinaps yang terkavitasi keduanya pada kurang lebih waktu yang sama, sebuah kanal
terbuka sehingga mengizinkan kalsium untuk mengalir menuju sel sasaran.[40] Pemasukan
kalsium memicu sebuah kaskade pengantar pesan kedua yang pada akhirnya mengarah pada
peningkatan sejumlah reseptor glutamat dalam sel sasaran, sehingga meningkatkan kekuatan
efektif sinaps. Perubahan kekuatan ini dapat berlangsung beberapa minggu atau lebih
panjang. Sejak penemuan LTP pada tahun 1973, banyak jenis jejak ingatan sinaptik
ditemukan, termasuk peningkatan atau penurunan dalam kekuatan sinaptik yang diinduksi
oleh berbagai kondisi, dan berlangsung dalam berbagai periode yang beragam.[39]
Pembelajaran pahala (reward learning), contohnya, bergantung pada bentuk variasi dari LTP
yang dikondisikan pada sebuah ekstra masukan yang berasal dari jalur pensinyalan pahala
(reward-signalling pathway) menggunakan dopamin sebagai neurotransmitter.[41] Semua
bentuk modifikasi sinaptik ini, secara kolektif, menimbulkan neuroplastisitas, yaitu
kemampuan sebuah sistem saraf untuk beradaptasi pada variasi dalam lingkungan.

pengertian celah sinaptik adalah ruang


antara satu neuron dengan neuron berikutnya (organ
efektor).

Reseptor Serotonin
September 5, 2012 · by farmol · in Reseptor Kanal Ion · 1 Comment

Prozac adalah merek terkenal yang isinya fluoxetin bikinan Ely Lili. Merupakan satu dari 10
obat paling laris di dunia. Tahukah Anda obat apa ini? Kemarin, saya merasa penasaran
dengan obat ini, cek di MIMS ternyata dia masuk kategori obat antidepresan. Bagaimanakah
aksi kerjanya? Btw, di sini saya mau sharing tentang mekanisme aksi obat Fluoxetin,
tentunya dalam ranah molekuler. Semoga ini bisa bermanfaat bagi Anda.

Obat depresi berarti hubungannya dengan sistem saraf. Nah, kalau sudah ngomongin saraf,
berarti tidak bisa lepas dari namanya “neurotransmitter”. Sebelumnya, apa itu
neurotransmitter? Secara sederhana, bisa dikatakan semacam hormon, dia yang bisa
memberikan impuls dari saraf satu ke saraf yang lain. Bedanya dengan hormon, yang
distribusinya lewat pembuluh darah, kalau neurotransmitter adalah dari sel saraf satu loncat
ke saraf yang lain dan akhirnya sampailah ke reseptor. Ada berbagai macam neurotransmitter
seperti serotonin, GABA, nor-epinefrin, nor-adrenalin, dll. Perlu diketahui, sedikit ada
persamaan antara hormon dan neurotransmitter, begitu juga penamaannya. Kalau hormon
tidak pakai kata NOR, misal adrenalin adalah suatu (hormon), nor-adrenalin adalah suatu
(neurotransmitter). Ngomongin fluoxetin, neurotransmitter yang berperan adalah serotonin
dan reseptornya tentunya reseptor serotonin.

Sebelum jauh membahas tentang reseptor ini, ada baiknya saya jelaskan dulu tentang
pembagian target aksi obat. Jadi, ada beberapa tempat yang bisa menjadi target aksi obat
yaitu kanal ion, transporter, atau pada reseptor. Dari sekian banyak tadi, reseptor merupakan
yang paling banyak sebagai target aksi obat. Reseptor yaitu suatu makromelekul seluler yang
secara spesifik dan langsung berikatan dengan ligan, ligan disini bisa obat, homon, atau
neurotransmitter.

Berdasarkan transduksi sinyalnya, maka reseptor dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat)


yaitu:
1. Ligand-gated ion chanel receptor (reseptor kanal ion)

2. G-protein coupled receptor (reseptor yang tergandeng dengan protein-G)

3. Tyrosine kinase-linked receptor (reseptor yang terkait dengan aktivitas kinase)

4. Nuclear receptor (reseptor inti).

Kita bahas point 1, karena fuoxetin masuk dalam kelompok ini. Reseptor kanal ion disebut
juga reseptor ionotropik. Golongan reseptor ini merupakan suatu reseptor membran yang
langsung terhubung oleh suatu kanal ion dan memperantarai aksi sinaptik yang cepat, lebih
cepat jika dibandingkan dengan transmisi sinaptik melalui reseptor yang tergandeng protein-
G. Contohnya adalah reseptor asetilkolin nikotinik, reseptor GABA-A, reseptor glutamat, dan
reseptor serotonin.

Nah, sekarang baru bahas reseptor serotonin. Reseptor serotonin nama lainnya adalah 5-
hydroxytriptamine (5-HT3). Sedangkan serotonin merupakan neurotransmitter monoamin
yang terlibat dalam berbagai penyakit yang cukup luas cakupannya, meliputi penyakit
psikiatrik: depresi, kecemasan, skizoprenia, dan gangguan obsesif konfulsif; sampai migrain.
Serotonin dijumpai di jaringan kardiovaskuler, sistem saraf perifer, sel darah, dan SSP.

Serotonin disintesis dari prekursornya triptofan dengan bantuan enzim triptofan hidroksilase
dan asam amino aromatik dekaroksilase. Serotonin yang terbentuk akan disimpan di dalam
vesikel penyimpanan prasinaptik dengan bantuan transporter monoamine vesicular (VMAT =
vesicular monoamine transporter). Selanjutnya, jika ada picuan maka serotonin akan
dilepaskan menuju celah sinaptik.
Serotonin yang terlepas dapat mengalami beberapa peristiwa antara lain:

1. Berdifusi menjauh dari sinaps

2. Dimetabolisme oleh MAO (monoamine oksidase)

3. Mengaktivasi reseptor presinaptik (reseptor 5-HT1A dan 5-HT1D, suatu autoreseptor

4. Mengaktivasireseptor post-sinaptik

5. Mengalami re-uptake dengan bantuan transporter serotonin presinaptik (SERT =


serotonin transporter).

Pengambilan kembali serotonin ke dalam ujung pre-sinaptik oleh SERT (peristiwa re-uptake)
merupakan mekanisme utama penghentian transmisi signal serotonin. Karena itu, obat yang
dapat mengikat SERT dan menghambat re-uptake serotonin dapat memperpanjang aksi
serotonin. Penyakit tertentu di mana kekurangan neurotransmitter serotonin, seperti depresi
dapat diatasi dengan meningkatkan ketersediaan serotonin di tempat aksinya dengan cara
menghambat re-uptake-nya.

Obat yang dimaksud tak lain adalah obat antidepresan golongan SSRI (selective serotonin re-
uptake inhibitor). Fluoxetin masuk golongan obat ini, disamping fluvoksamin, paroksetin,
dan sertralin. Ada juga sih obat anidepresan lain yang kerjanya hambat re-uptake serotonin,
tapi kerjanya tidak selektif, dia juga menghambat re-uptake nor-epinefrin. Contoh obatnya
yaitu golongan TCA (tricyclic antidepresan: amitriptriptilin, imipramin, nortriptilin, dan
despiramin).

Sumber:

Ikawati, Z., 2005, Pengantar Farmakologi Molekuler, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta

You might also like