You are on page 1of 52

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap wanita akan mengalami menopause dalam siklus kehidupannya dan

akan menghadapi berbagai resiko kesehatan. Ini merupakan proses penuaan yang

alamiah dan normal pada setiap wanita (Wiknjosatro, 2005).

Sebelum wanita mengalami menopause wanita tersebut akan mengalami

“premenopause” atau “klimakterik”. Premenopause merupakan Fase transisi

fluktuasi fungsi ovarium yang terjadi disekitar waktu perdarahan menstruasi terakhir

dari seorang wanita. Bagi sebagian besar wanita, fase ketidakteraturan menstruasi ini

berlangsung sekitar 2-3 tahun walaupun sebagian besar wanita menyadari bahwa

dimulainya gejala yang dikaitkan menopause terjadi jauh lebih dini. Wanita secara

universal menyebut fase klimakterium sebagai “mengalami menopause” (Glasier,

2005).

Kesiapan seorang wanita menghadapi masa menopause akan sangat

membantu ia menjalani masa ini dengan lebih baik, seperti mengkonsumsi makanan

bergizi, menghindari stres, berhenti merokok dan minum-minuman beralkohol,

olahraga secara teratur dan berkonsultasi dengan dokter (Kasdu, 2012).

Sesuatu yang berlebihan atau kurang akan mengakibatkan suatu reaksi. Pada

masa menopause reaksi nyata adalah berkurangnya hormon estrogen. Gejala

psikologis yang dialami wanita menjelang menopause meliputi mudah tersinggung,

depresi, cemas, suasana hati tidak menentu, sering lupa dan susah berkonsentrasi.

1
2

Gejala fisik yang timbul pada masa menopause adalah semburan rasa panas, keringat

pada malam hari, kelelahan, susah tidur,kriput, sakit kepala, ketidaknyamanan dalam

buang air kecil (Spencer, 2007).

Perubahan hormon-hormon dalam tubuh (estrogen, progesteron, dan androgen)

dan timbulnya gejala psikologis akan mempengaruhi ketidaknyamanan pada wanita

tersebut. Maka wanita atau ibu-ibu penting untuk mengetahui perubahan dan gejala-

gejala tersebut agar dapat mempersiapkan diri untuk menjelang masa menopause.

(Spencer, 2007).

Berdasarkan data WHO (Word Health Organitation) pada tahun 2000, total

populasi wanita yang mengalami menopause diseluruh dunia mencapai 645 juta orang.

Pada tahun 2010 mencapai 894 juta orang dan diperkirakan pada tahun 2030

mendatang jumlah perempuan di dunia yang memasuki menopause mencapai 1,2

milyar orang. Artinya sebanyak 1,2 milyar perempuan akan memasuki usia 50 tahun

dan angka itu merupakan tiga kali lipat dari angka sensus pada tahun 1990 jumlah

perempuan menopause (Mulyani, 2013).

Jumlah penduduk Indonesia menurut sensus penduduk tahun 2000 mencapai

205,1 juta dan terjadi peningkatan menjadi 237,5 juta pada tahun 2010 (sensus

penduduk tahun 2010). Menurut proyeksi penduduk Indonesia tahun 2000-2010 oleh

Badan Pusat Statistik, jumlah perempuan berusia di atas 50 tahun adalah 20,9 juta

orang. Pada tahun 2020 diperkirakan jumlah perempuan yang hidup dalam usia

menopause di Indonesia 30,3 juta orang. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada

tahun 2025 diperkirakan akan ada 60 juta wanita menopause (Baziad, 2013).
3

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) dengan proyeksi penduduk

pada tahun 2008 bahwa 5.320.000 wanita Indonesia memasuki masa menopause

setiap tahunnya, 68% menderita gejala klimaterik dan hanya 62% dari penderita

yang menghiraukan gejala tersebut. Sementara setiap tahunnya, sekitar 25 juta wanita

diseluruh dunia diperkirakan mengalami menopause (Notoatmodjo, 2010).

Pada saat ini Indonesia mempunya 14 juta wanita menopause. Terjadi

peningkatan angka harapan hidup di Indonesia dari tahun ke tahun. Tahun 1980 wanita

usia 48 sampai 49 tahun adalah 48,9 %. Pada tahun 1990, usia harapan hidup

masyarakat Indonesia mencapai 59,8 tahun dan ditahun 2000 angka ini bertambah

menjadi 64,5 tahun dan satu dekade kemudian yaitu tahun 2010 usia harapan hidup

Indonesia berada pada angka 67,4 tahun dan ditahun 2016 usia harapan hidup di

Indonesia mencapai 72 tahun. Dengan peningkatan usia harapan hidup, maka

dimungkinkan perempuan melewati premenopouse, menopause dan pasca menopause,

(Notoatmodjo, 2010)

Proyeksi usia harapan hidup penduduk Sulawesi Tenggara tahun 2016 adalah

70,9 tahun perempuan dan 66,9 tahun laki-laki (Dinkes Prov. Sultra, 2016). Jumlah

penduduk Kota Kendari Usia 45+ tahun adalah 265.949 jiwa sebesar 14% dari total

populasi. Usia harapan hidup yang panjang, karakteristik dan gambaran hidup baru

dengan berbagai corak gangguan kesehatan yang mengancam kualitas hidup

menyebabkan kompleksnya masalah kesehatan yang mungkin muncul, (Dinkes Prov.

Sultra, 2016).
4

Berdasarkan studi pendahuluan pada tanggal 17 Maret 2017 di Wilayah Kerja

Puskemas Motaha Kecamatan Angata Kabupaten Konawe Selatan terdapat 147

wanita premenopause. Hasil Wawancara Penulis terhadap 10 wanita

premenopause didapatkan hasil 6 d a r i 1 0 orang w a n i t a premenopouse tersebut

kurang mengerti tentang kejadian haid tidak teratur. Sedangkan 7 dari 10 ibu

premenopouse tersebut menyatakan tidak siap untuk menghadapi menopause.

Berdasarkan uraian di atas. Maka, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “Tingkat Pengetahuan dan Sikap Ibu Premenopause terhadap

kejadian haid tidak teratur di Wilayah Kerja Puskesmas Motaha Kecamatan Angata

Kabupaten Konawe Selatan tahun 2017”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah yang akan diteliti

adalah “Bagaimana Tingkat Pengetahuan dan Sikap Ibu Premenopause terhadap

kejadian Haid tidak teratur di Wilayah Kerja Puskesmas Motaha Kecamatan Angata

Kabupaten Konawe Selatan tahun 2017?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui t i n g k a t pengetahuan dan sikap ibu premenopause terhadap

kejadian haid tidak teratur di Wilayah Kerja Puskesmas Motaha Kecamatan

Angata Kabupaten Konawe Selatan tahun 2017.


5

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan ibu premenopause terhadap

kejadian haid tidak teratur di Wilayah Kerja Puskesmas Motaha Kecamatan

Angata Kabupaten Konawe Selatan tahun 2017.

b. Untuk mengidentifikasi s i k a p ibu premenopause terhadap kejadian haid

tidak teratur di Wilayah Kerja Puskesmas Motaha Kecamatan Angata

Kabupaten Konawe Selatan tahun 2017 dengan tingkat pengetahuan cukup.

c. Untuk mengetahui pengetahuan dan s i k a p ibu premenopause terhadap

kejadian haid tidak teratur di Wilayah Kerja Puskesmas Motaha Kecamatan

Angata Kabupaten Konawe Selatan tahun 2017 dengan tingkat pengetahuan

kurang.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Ilmu pengetahuan

Penelitian ini diharapkan dapat menambah perkembangan ilmu pengetahuan

tentang menopause.

2. Bagi diri sendiri

Dapat menambah wawasan penulis akan pengetahuan tentang menopause dan

dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dibangku kuliah dan pengalamanya

dalam melaksanakan penelitian.

3. Bagi Institusi

a) Bagi Lahan Penelitian


6

Menambah wawasan bagi ibu premenopause tentang menopause terhadap

kejadian haid tidak teratur di Wilayah Kerja Puskesmas Motaha Kecamatan

Angata Kabupaten Konawe Selatan tahun 2017.

b) Bagi Institusi Pendidikan

Menambah masukan dan sumber bacaan diperpustakaan khususnya tentang

menopause.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian yang serupa tentang menopause pernah dilakukan oleh:

1. Mira Febriyanti (2012). “Pengetahuan wanita premenopause tentang menopause

di RW 25 Kelurahan Mojosongo Kecamatan Jebres Kota Surakarta”. Penelitian

ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif, pengambilan sampel dengan

purposive sampling. Hasil tentang menopause secara umum adalah 24 responden

atau 37,5% memiliki pengetahuan berkategori baik 41,67% dalam kategori cukup

baik 20,83% dalam kategori kurang baik sedangkan dalam kategori tidak baik

tidak ditemukan.

2. Nur (2012). “Pengetahuan Wanita Premenopause tentang Perubahan Fisik pada

Wanita Menopause di RW 06 Desa Pucungsari Kecamatan Plupuh Kabupaten

Sragen”. Penelitian ini adalah penelitian survei deskriptif kuantitatif dengan teknik

pengambilan sampel purposive sampling. Hasil tentang menopause secara umum

adalah 42 responden atau 78,57% memiliki pengetahuan berkategori cukup,

14,29% dalam kategori kurang, 7,14% dalam kategori baik. Perbedaan keaslian

penelitian di atas dengan penelitian ini terletak pada tempat, waktu penelitian,
7

teknik pengambilan sampel dan hasil penelitian, sedangkan persamaan dengan

penelitian ini terletak pada variabel yang diteliti yaitu pada tingkat pengetahuan

wanita premenopause tentang menopause.


8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Menopause.

1. Pengertian Menopouse

Menopause adalah suatu fase alamiah yang akan dialami oleh setiap wanita

yang biasanya terjadi diatas usia 40 tahun. Ini merupakan suatu akhir

proses biologis dari siklus menstruasi yang terjadi karena penurunan produksi

hormon estrogen yang dihasilkan indung telur. Berhentinya haid akan membawa

dampak pada konsekuensi kesehatan baik fisik maupun psikis (Yudomustopo,

2009).

Menopause adalah titik dimana menstruasi berhenti, usia rata-rata

menopause adalah 51,4 tahun tetapi 10% wanita berhenti menstruasi pada usia 40

tahun dan 5% tidak berhenti sampai usia 60 tahun. Menopause bedah terjadi

akibat histerektomi dan ooforektomi bilateral (Bobak, 2005).

Menopause adalah periode peralihan dari fase reproduksi menuju fase usia

tua yang terjadi akibat menurunnya fungsi generatif atau endokrinologi dari

ovarium (Baziad A, 2008). Menopause adalah berhentinya haid yang dialami

oleh wanita yang dipengaruhi oleh Hormon Reproduksi (Levina S, 2010).

Menopause digambarkan sebagai penghentian fisiologis haid berhubungan

dengan kegagalan fungsi ovarium, selama fungsi reproduktif menurun dan

berakhir (Smeltzer, 2012). Menopause adalah berhentinya siklus perdarahan

8
9

uterus yang teratur, merupakan satu peristiwa dalam klimakterium. Menopause

biasanya terjadi antara usia 45-52 tahun (Price, 2009).

Menopause terjadi pada wanita sewaktu ovariumnya tidak lagi berespon

terhadap LH (Luteinizing Hormon) dan FSH (Folicle Stimulating Hormon)

dengan membentuk estrogen dan progesterone. Menopause biasanya terjadi antara

usia 40 dan 50 tahun dan dapat berlangsung selama 8-10 tahun (Corwin, 2011).

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan menopause adalah suatu

fase dari kehidupan wanita yang ditandai dengan berhentinya menstruasi,

berhentinya produksi sel telur, hilangnya kemampuan melahirkan anak, dan

membawa perubahan dan kemunduran baik secara fisik maupun psikis. Istilah

menopause seringkali disalah artikan dengan klimakterium.

a. Klimakterium adalah masa peralihan dalam kehidupan normal seorang

wanita sebelum mencapai senium, yang mulai dari akhir masa reproduktif

dari kehidupan sampai masa non reproduktif.

b. Masa klimakterium meliputi pramenopause, menopause, dan pascamenopause.

Pada wanita terjadi antara umur 40-65 tahun.

c. Klimakterium prekoks adalah klimakterium yang terjadi pada wanita umur

kurang dari 40 tahun.

d. Pramenopause adalah masa 4-5 tahun sebelum menopause, keluhan

klimakterik sudah mulai timbul, hormon estrogen masih dibentuk. Bila kadar

estrogen menurun maka akan terjadi perdarahan tak teratur


10

e. Menopause adalah henti haid yang terakhir yang terjadi dalam masa

klimakterium dan hormon estrogen tidak dibentuk lagi, jadi merupakan satu

titik waktu dalam masa tersebut. Umumnya terjadi pada umur 45-55 tahun.

f. Pascamenopause adalah masa 3-5 tahun setelah menopause, dijumpai

hipergonadotropin (FSH dan LH), dan kadang-kadang hipertiroid.

g. Sindrom klimakterik klinis adalah keluhan-keluhan yang timbul pada masa

pramenopause, menopause, dan pascamenopause.

h. Sindrom klimakterik endokrinologis adalah penurunan kadar estrogen,

peningkatan kadar gonadotropin (FSH dan LH). Disebut juga sebagai sindrom

defisiensi estrogen. (Mulyani, 2013)

2. Tahap-Tahap Menopause

Menurut Baziad A ( 2013), fase-fase dalam menopause adalah sebagai berikut:

a. Premenopause adalah masa sebelum menopause yang dapat ditandai dengan

timbulnya keluhan-keluhan klimakterium dan periode pendarahan uterus

yang bersifat tidak teratur. Dimulai sekitar usia 40 tahun. Pendarahan terjadi

karena menurunnya kadar estrogen, insufisiensi korpus luteum dan

kegagalan proses ovulasi. Sehingga bentuk kelainan haid dapat

bermanifestasi seperti amenorrhoe, polimenorrhoe, serta hipermenorrhoe.

b. Perimenopause adalah masa menjelang dan setelah menopause sekitar usia

50 tahun. Keluhan sistematik berkaitan dengan vasomotor. Keluhan yang

sering dijumpai adalah berupa gejolak panas (hot flushes), berkeringat

banyak, insomnia, depresi, serta perasaan mudah tersinggung.


11

c. Pascamenopause adalah masa yang berlangsung kurang lebih 3-5 tahun setelah

menopause. Keluhan lokal pada sistem urogenital bagian bawah, atrofi

vulva dan vagina menimbulkan berkurangnya produksi lendir/timbulnya nyeri

senggama (Baziad, 2013).

3. Manifestasi Klinis

Turunnya fungsi ovarium (sel telur) mengakibatkan hormon terutama

estrogen dan progesteron sangat berkurang di dalam tubuh kita. Kekurangan

hormon estrogen ini menyebabkan keluhan-keluhan:

a. Fisik

Beberapa keluhan fisik yang merupakan tanda dan gejala dari

menopause yaitu:

1) Tidak teraturnya Siklus Haid

Tanda paling umum adalah fluktuasi dalam siklus haid, kadang

kala haid muncul tepat waktu, tetapi tidak pada siklus berikutnya.

Ketidakteraturan ini sering disertai dengan jumlah darah yang sangat

banyak, tidak seperti volume pendarahan haid yang normal. Keadaan ini

sering mengesalkan wanita karena ia harus beberapa kali mengganti

pembalut yang dipakainya. Normalnya haid akan berakhir setelah tiga

sampai empat hari, namun pada keadaan ini haid baru dapat berakhir setelah

satu minggu atau lebih, (Baziad, 2013)


12

2) Gejolak Rasa Panas

Arus panas biasanya timbul pada saat darah haid mulai

berkurang dan berlangsung sampai haid benar-benar berhenti. Arus panas

ini disertai oleh rasa menggelitik disekitar jari-jari, kaki maupun tangan

serta pada kepala, atau bahkan timbul secara menyeluruh. Munculnya hot

flashes ini sering diawali pada daerah dada, leher atau wajah dan menjalar

ke beberapa daerah tubuh yang lain. Hal ini berlangsung selama dua

sampai tiga menit yang disertai pula oleh keringat yang banyak, (Baziad,

2013)

Ketika terjadi pada malam hari, keringat ini dapat menggangu tidur

dan bila hal ini sering terjadi akan menimbulkan rasa letih yang serius

bahkan menjadi depresi, (Baziad, 2013).

3) Kekeringan Vagina

Kekeringan vagina terjadi karena leher rahim sedikit sekali

mensekresikan lendir. Penyebabnya adalah kekurangan estrogen yang

menyebabkan liang vagina menjadi lebih tipis, lebih kering dan kurang

elastis. Alat kelamin mulai mengerut, liang senggama kering sehingga

menimbulkan nyeri pada saat senggama, keputihan, rasa sakit pada saat

kencing. Keadaan ini membuat hubungan seksual akan terasa sakit. Keadaan

ini sering kali menimbulkan keluhan pada wanita bahwa frekuensi buang air

kecilnya meningkat dan tidak dapat menahan kencing terutama pada saat

batuk, bersin, tertawa atau orgasme, (Baziad, 2013).


13

4) Perubahan Kulit

Estrogen berperan dalam menjaga elastisitas kulit, ketika

menstruasi berhenti maka kulit akan terasa lebih tipis, kurang elastis

terutama pada daerah sekitar wajah, leher dan lengan. Kulit di bagian bawah

mata menjadi mengembung seperti kantong, dan lingkaran hitam dibagian

ini menjadi lebih permanen dan jelas, (Baziad, 2013).

5) Keringat di Malam Hari

Berkeringat malam hari tidak saja menggangu tidur melainkan juga

teman atau pasangan tidur. Akibatnya diantara keduanya merasa lelah

dan lebih mudah tersinggung, karena tidak dapat tidur nyenyak, (Baziad,

2013).

6) Sulit Tidur

Insomnia (sulit tidur) lazim terjadi pada waktu menopause, tetapi

hal ini mungkin ada kaitannya dengan rasa tegang akibat berkeringat

malam hari, wajah memerah dan perubahan yang lain, (Baziad, 2013).

7) Perubahan Pada Mulut

Pada saat ini kemampuan mengecap pada wanita berubah

menjadi kurang peka, sementara yang lain mengalami gangguan gusi dan

gigi menjadi lebih mudah tanggal.

8) Kerapuhan Tulang
14

Rendahnya kadar estrogen merupakan penyebab proses

osteoporosis (kerapuhan tulang). Menurunnya kadar estrogen akan diikuti

dengan penurunan penyerapan kalsium yang terdapat dalam makanan

Kekurangan kalsium ini oleh tubuh diatasi dengan menyerap

kembali kalsium yang terdapat dalam tulang, dan akibatnya tulang

menjadi keropos dan rapuh. (Baziad, 2013).

9) Badan Menjadi Gemuk

Banyak wanita yang bertambah berat badannya pada masa

menopause, hal ini disebabkan oleh faktor makanan ditambah lagi karena

kurang berolahraga, (Baziad, 2013).

10) Penyakit

Ada beberapa penyakit yang seringkali dialami oleh wanita

menopause. Dari sudut pandang medik ada 2 (dua) perubahan paling

penting yang terjadi pada waktu menopause yaitu meningkatnya

kemungkinan terjadi penyakit jantung, pembuluh darah serta hilangnya

mineral dan protein di dalam tulang (osteoporosis). Penyakit jantung dan

pembuluh darah dapat menimbulkan gangguan seperti stroke atau

serangan jantung. Selain itu penyakit kanker juga lebih sering terjadi pada

orang yang berusia lanjut. Semakin lama kehidupan maka semakin besar

kemungkinan penyakit itu menyerang. Misalnya kanker payudara, kanker

rahim dan kanker ovarium. Kanker payudara lebih umum terjadi pada

wanita yang telah melampaui masa menopause, (Baziad, 2013).


15

11) Psikologis

Beberapa gejala psikologis yang menonjol ketika menopause adalah

mudah tersinggung, sukar tidur, tertekan, gugup, kesepian, tidak sabar,

tegang, cemas dan depresi. Ada juga lansia yang kehilangan harga

diri karena menurunnya daya tarik fisik dan seksual, mereka merasa tidak

dibutuhkan oleh suami dan anak-anak mereka, serta merasa kehilangan

femininitas karena fungsi reproduksi yang hilang, (Baziad, 2013).

4. Faktor - Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Gejala-Gejala Menopause

a. Faktor psikis.

Perubahan-perubahan psikologis maupun fisik ini berhubungan dengan

kadar estrogen, gejala yang menonjol adalah berkurangnya tenaga dan

gairah, berkurangnya konsentrasi dan kemampuan akademik, timbulnya

perubahan emosi seperti mudah tersinggung, susah tidur, rasa kekurangan,

rasa kesunyian, ketakutan keganasan, tidak sabar lagi. Perubahan psikis ini

berbeda-beda tergantung dari kemampuan wanita untuk menyesuaikan diri,

(Baziad, 2013).

b. Sosial ekonomi

Keadaan sosial ekonomi mempengaruhi faktor fisik, kesehatan dan

pendidikan. Apabila faktor-faktor di atas cukup baik, akan mengurangi

beban fisiologis, psikologis. Kesehatan akan faktor klimakterium sebagai

faktor fisiologis, (Baziad, 2013).


16

c. Budaya dan lingkungan

Pengaruh budaya dan lingkungan sudah dibuktikan sangat

mempengaruhi wanita untuk dapat atau tidak dapat menyesuaikan diri

dengan fase klimakterium dini, (Baziad, 2013)

d. Faktor Lain

Wanita yang belum menikah, wanita karier baik yang sudah atau

belum berumah tangga, menarche yang terlambat berpengaruh terhadap

keluhan-keluhan klimakterium yang ringan.

5. Patofisiologi Menopause

Sebelum seorang wanita mengalami menopause, telah terjadi perubahan

anatomis pada ovarium berupa sclerosis vaskuler, pengurangan jumlah folikel

primordial, serta penurunan aktivitas sintesa hormon steroid. Penurunan

hormon estrogen akan berlangsung dimulai pada awal masa klimakterium dan

makin menurun pada menopause, serta mencapai kadar terendah pada saat

pascamenopause (Deborah, 2014). Penurunan ini menyebabkan berkurangnya

reaksi umpan balik negative terhadap hypothalamus, yang pada gilirannya

menyebabkan peningkatan produksi gonadotropin sehingga membuat pola

hormonal wanita klimakterium menjadi hipergonadotropin, hipogonadisme,

(Deborah, 2014).

Dengan menurunnya kadar estrogen di dalam tubuh maka fungsi fisiologis

hormone tersebut akan menjadi terganggu. Perubahan fisiologik sindroma

kekurangan estrogen akan menampilkan gambaran klinis berupa gangguan


17

neurovegetatif, gangguan psikis, gangguan somatic, dan gangguan siklus haid

(Baziad, 2013).

6. Klimakterium (Premenopouse)

Premenopause adalah kondisi fisiologis pada wanita yang telah memasuki

proses penuaan (eging) yang ditandai dengan menurunnya kadar hormon estrogen

ovarium yang sangat berperan dalam hal sexualitas. Premenopause sering

menimpa wanita yang berusia menjelang 40 tahun ke atas (Purnobasuki, 2009).

Wanita yang mendekati menopause, produksi hormon estrogen, hormon

progesterone dan hormon seks lainnya mulai menurun. Keadaan ini

menyebabkan jarang terjadi ovulasi dan menstruasi tidak teratur, sedikit dengan

jarak yang panjang. Menopause berhubungan dengan perubahan hormonal

sehingga wanita mengalami perubahan status fisik dan emosional (Purwantyastuti,

2008).

7. Masalah Psikologis

Semua gejala psikologis yang timbul pada masa pubertas maupun pada

masa klimakterik seperti rasa takut, tegang, rasa sedih, mudah tersinggung dan

depresi sebenarnya sangat bergantung pada perubahan hormonal tubuh wanita itu

sendiri. Kondisi dan simptom psikologis wanita di masa klimakterium sangat

dipengaruhi oleh banyak faktor baik faktor internal maupun eksternal.

8. Kesiapan dalam Menghadapi Menopause

Dampak yang timbul pada ibu yang mulai menghadapi masa menopause

adalah kurang istirahat karena sering terbangun dari tidur pada malam hari, mudah
18

tersinggung, mudah marah. Semua gejala yang mengganggu pada umumnya

diiringi suasana hati yang cepat berganti atau berubah. Ibu menjadi sangat sulit,

banyak menuntut, jadi rewel, gelisah dan cerewet. Semuanya sangat tergantung

dari pandangan hidup dan eksistensi dirinya. Jika tidak bisa menemukan harmoni

dan keseimbangan, maka terjadilah trauma biologis dan trauma psikis. Terjadi pula

perasaan degradasi diri, perilaku yang aneh, tidak rasional dan binal (Kartono,

2012).

Menurut Kemenkes RI (2014), beberapa gambaran terhadap kesiapan

dalam menghadapi menopause antara lain :

a. Menerima apa adanya dan tetap merawat diri

b. Mencari informasi melalui teman, keluarga atau petugas kesehatan. Media

cetak dan elektronik. Informasi dan pertolongan mengenai menopause dapat

diperoleh di pondok bersalin, puskesmas, rumah sakit, bidan/dokter.

c. Berkomunikasi dan bersosialisasi dengan teman, keluarga, kelompok-

kelompok sosial.

d. Meningkatkan aktifitas fisik dan olahraga.

Aktifitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang meningkatkan pengeluaran

tenaga dan energi. Olahraga adalah bentuk aktivitas fisik dari otot tubuh

yang bila dilaksanakan dengan baik, benar, terukur dan teratur akan

meningkatkan kebugaran jasmani.

e. Mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang sejak dini


19

Gizi seimbang adalah makanan sehari-hari yang terdiri dari beraneka ragam

bahan makanan yang mengandung unsur-unsur zat gizi yang diperlukan oleh

tubuh baik jenis dan jumlahnya, yaitu sumber tenaga, misalnya beras, jagung

dan gandum. Sumber zat pembangun, misalnya kacang-kacangan, tempe, tahu,

telor, ikan dan susu. Sumber zat pengatur, misalnya sayuran, buah-buahan,

(Kartono, 2012).

9. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan menghadapi menopause

Menurut Notoatmodjo (2010) bahwa perilaku sescorang sangat tergantung

karakteristik individu yang tcrgolong dalam faktor internal (jenis kelamin umur,

pengetahuan, tingkat kecerdasan, tingkat pendidikan, sikap dan sebagainya) dan

faktor eksternal (sosial budaya, lingkungan fisik, ekonomi, politik dan sebagainya).

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan wanita dalam

menghadai menopause adalah sebagai berikut:

a. Pengetahuan ( Knowledge )

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah

seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia

itu diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2010).

Dari pengalaman dan penelitian terjadi perilaku yang didasari oleh

pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang


20

mengadopsi perilaku baru, di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang

berurutan, yakni :

1) Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui stimulasi (objek) terlebih dahulu.

2) Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus

3) Evaluation, (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi

dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

4) Trial, orang telah mulai mencoba prilaku baru.

5) Adaption, subjek telah berprilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui

proses seperti ini didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang

positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting).

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang

menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau

responden (Notoatmodjo, 2010 ).

Masih banyak orang yang tidak terbuka pada pasangannya, Alasan

yang selalu muncul adalah tidak mau menyakiti dan sangat mencintai

pasangan, karena hubungan seksual bukan hanya kerja satu orang,tetapi

merupakan hasil kerja sama dua orang. Jadi baik suami maupun istri harus

mengerti dan memahami bahwa hubungan seksual yang dilakukan belum

tentu memberikan rangsangan seksual yang cukup. Hal ini menyebabkan


21

suami istri menjadi tidak bersemangat untuk melakukan hubungan tersebut,

karena suami kurang memahami keluhan yang dialami oleh para istri yang

Menopause di mana ketidakseimbangan hormon yang memegang peranan

penting (Sarwono Prawiraharjo, 2013 ).

b. Sikap

Sikap adalah kesiapan seseorang untuk bertindak, Sikap adalah

keadaan mental syarat dari kesiapan yang diatur melalui pengalaman yang

memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap respon individu pada

semua objek dan situasi yang berkaitan dengannya. Sikap itu dinamis

tidak statis (Widayatun (1999) dalam Hidayat, 2012).

Untuk membedakan dari aspek-aspek seperti motif, kebiasaan, dan

pengetahuan perlu dikemukakan ciri- ciri sikap sebagai berikut :

1) Dalam sikap selalu terdapat objek-objek, tidak ada sikap tanpa objek,

objek dapat berupa benda, orang, kelompok orang, nilai sosial, pandangan

hidup, hukum, dan lembaga kemasyarakatan.

2) Sikap tidak dibawa sejak lahir, melainkan dipelajari dan dibentuk melalui

pengalamanyang didapat

3) Karena sikap dipelajari, maka sikap dapat berubah-ubah sesuai dengan

keadaan lingkungan sekitar individu yang bersangkutan pada saat berbeda-

beda.

4) Dalam sikap tersangkut juga faktor motivasi dan perasaan. Inilah yang

membedakan dari pengetahuan.


22

5) Sikap tidak menghilang walaupun kebutuhan sudah dipenuhi, jadi

berbeda dengan reflek atau dorongan.

6) Sikap tidak hanya satu macam saja, melainkan sangat bermacam-

macam sesuai dengan banyaknya objek yang dapat menjadi perhatian orang

yang bersangkutan. Gejala perubahan fisik yang diraskan ibu menoupouse

dapat memicu munculnya masalah psikis sehingga terjadi perubahan sikap.

Perasaan yang muncul pada fase ini antara lain rapuh, sedih dan

tertekan,akibatnya wanita menoupose menjadi depresi yang akhirnya tidak

berkonsentrasi dalam bekerja. (Hidayat, 2012)

B. Tinjauan Tentang Haid

Haid (menstruasi) ialah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus,

disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium. Panjang siklus haid ialah jarak

antara tanggal mulainya haid yang lalu dan mulainya haid yang baru. Hari mulainya

perdarahan dinamakan hari pertama siklus. Panjang siklus haid yang normal atau

siklus dianggap sebagai siklus yang klasik ialah 28 hari, tetapi variasinya cukup luas,

bukan saja antara beberapa wanita tetapi juga pada wanita yang sama. Juga pada

kakak beradik bahkan saudara kembar, siklusnya selalu tidak sama. Panjang siklus

yang biasa pada manusia berkisar antara 25-32 hari, dan kira-kira 97% wanita yang

berovulasi siklus haidnya berkisar antara 18-42 hari. Jika siklusnya kurang dari 18

hari atau lebih dari 42 hari dan tidak teratur, biasanya siklusnya tidak berovulasi

(anovulatoar). (Riwidikdo, 2009)


23

Lama haid biasanya antara 3–5 hari, ada yang 1–2 hari dan diikuti darah

sedikit sedikit kemudian, dan ada yang sampai 7–8 hari. Pada setiap wanita biasanya

lama haid itu tetap. Jumlah darah yang keluar rata-rata 33,2 ± 16 cc. Jumlah darah

haid lebih dari 80 cc dianggap patologik. Kurang lebih 50% darah menstruasi

dikeluarkan dalam 24 jam pertama. Cairan menstruasi terdiri dari utamanya adalah

darah arterial, 25% darah vena, debris jaringan, prostaglandin dan jumlah yang

relatif besar dari fibrinolisin dari jaringan endometrial yang menyebabkan darah

haid tidak membeku. Siklus menstruasi normal pada manusia dapat dibagi menjadi

dua

1. Siklus ovarium

Pada siklus ovarium terdiri dari 3 fase, yaitu:

a) Fase folikuler

b) Fase ovulasi

c) Fase luteal

1) Fase Folikuler

Dimulai dari hari pertama menstruasi sampai terjadinya ovulasi (14

hari). Fase ini bekerja pada separuh pertama siklus untuk menghasilkan

folikuler matang dan sebuah telur matang yang siap berovulasi di

pertengahan siklus. Kurang lebih panjang fase folikuler antara 10

sampai 14 hari, (Riwidikdo, 2009).

Ketika lahir atau masa pre-pubertas, masing-masing ovum

dikelilingi oleh selapis sel-sel granulosa yang dinamakan folikel


24

primordial. Sel-sel granulosa berfungsi memberi makanan untuk ovum

dan untuk mensekresi suatu faktor penghambat oosit sehingga ovum tetap

tertahan dalam keadaan primordial, dalam fase profase meiosis. Pada

masa pubertas, FSH dan LH mulai disekresikan dalam jumlah cukup oleh

hipofisis anterior yang menyebabkan pertumbuhan folikel dimulai,

membentuk folikel primer, folikel sekunder, dan folikel de-Graaf.

Hipotalamus mensekresikan GnRH untuk merangsang hipofisis

anterior mensekresikan FSH dan LH. Peningkatan FSH dan LH

mempercepat pertumbuhan folikel primer. Lapisan tersebut membentuk

sel teka eksterna untuk melindungi dan teka interna yang dapat mensekresi

estrogen dan progesteron. FSH dan estrogen meningkatkan reseptor LH

untuk memproduksi progesteron. Massa sel granulosa mensekresi cairan

folikular, produksi estrogen semakin banyak. Pengumpulan cairan ini

menyebabkan munculnya antrum (folikel sekunder), (Riwidikdo, 2009).

Selanjutnya estrogen dari satu folikel yang tumbuh paling cepat

memberikan umpan balik negatif ke hipotalamus untuk lebih menekan

kecepatan sekresi FSH oleh hipofisis anterior sehingga menghambat

pertumbuhan folikel-folikel yang kurang berkembang dan pada akhirnya

mengalami atresia. Pada 15 jam sebelum ovulasi terjadi FSH dan LH surge

sehingga terbentuklah folikel de Graaf, (Riwidikdo, 2009).


25

2) Fase Ovulasi

Ovulasi terjadi ketika LH mencapai kadar puncak sehingga enzim

proteolitik yang terdapat di folikel akan menyebabkan dinding folikel

menjadi lemah dan ruptur sehingga terjadilah ovulasi (pelepasan oosit

sekunder dari folikel matur).

3) Fase Luteal

Pada fase luteal, sel folikuler yang tersisa akan membentuk korpus

rubrum kemudian menjadi korpus luteum yang berfungsi mensekresikan

progesteron dan estrogen. Jika tidak terjadi konsepsi maka korpus luteum

tersebut akan berubah menjadi korpus albikan. Hal ini menyebabkan

penurunan kadar progesteron dan estrogen sehingga memulai siklus

menstruasi baru

2. Siklus uterus (endometrium)

Pada masa reproduksi dan dalam keadaan tidak hamil, selaput lendir

uterus mengalami perubahan-perubahan siklik yang berkaitan erat dengan

aktivitas ovarium terhadap produksi berulang dari estrogen dan progesterone.

Pada siklus uterus terdiri dari 3 fase, yaitu:

a. Fase proliferasi

b. Fase sekretori

c. Fase menstruasi
26

1) Fase Proliferasi (fase estrogen)

Pada permulaan setiap siklus seksual bulanan, sebagian besar

endometrium akan berdeskumuasi akibat menstruasi. Sesudah

menstruasi, hanya selapis tipis stroma endometrium yang tertinggal

pada bagian dasar endometrium semula, dan sel-sel epitel yang

tertinggal adalah yang terletak pada bagian dalam kelenjar yang tersisa

serta pada kripta endometrium. (Yudomustopo, 2009).

Di bawah pengaruh estrogen, yang disekresi dalam jumlah

lebih banyak oleh ovarium selama bagian pertama siklus ovarium, sel-

sel stroma dan sel-sel epitel berfroliferasi dengan cepat. Permukaan

endometrium akan mengalami epithelisasi kembali dalam waktu 4

sampai 7 hari setelah terjadinya menstruasi. Kemudian selama satu

setengah minggu berikutnya yaitu sebelum ovulasi, ketebalan

endometrium sangat meningkat karena jumlah sel stroma bertambah

banyak dan karena pertumbuhan kelenjar endometrium serta pembuluh

darah baru yang progresif ke dalam endometrium. Pada saat ovulasi,

endometrium mempunyai ketebalan sekitar 3 sampai 4 milimeter,

(Yudomustopo, 2009).

2) Fase Sekretorik (fase progesteron)

Selama sebagian besar separuh akhir siklus bulanan, setelah

ovulasi terjadi, estrogen dan proesteron disekresi dalam jumlah yang

besar oleh korpus luteum. Estrogen menyebabkan sedikit proliferasi


27

sel tambahan pada endometrium selama fase siklus endometrium ini,

sedangkan progesterone menyebabkan pembengkakan yang nyata dan

perkembangan sekretorik dari endometrium. Kelebihan substansi

sekresinya bertumpuk di dalam sel epitel kelenjar. Juga, sitoplasma

dari sel stroma bertambah banyak, deposit lipid dan glikogen sangat

meningkat dalam sel stroma, dan suplai darah ke dalam endometrium

lebih lanjut akan meningkat sebanding dengan peningkatan

perkembangan aktivitas sekresi, sedangkan pembuluh darah menjadi

sangat berkelok-kelok. Pada puncak fase ini, sekitar 1 minggu setelah

ovulasi, ketebalan endometrium sudah menjadi 5 sampai 6 milimeter.

Maksud dari keseluruhan perubahan tersebut adalah untuk

mempersiapkan endometrium dalam menghadapi implantasi dari

ovum yang telah dibuahi, (Yudomustopo, 2009).

3) Fase Menstruasi

Jika ovum tidak dibuahi, kira-kira 2 hari sebelum berakhirnya

siklus bulanan, korpus luteum tiba-tiba akan mengalami involusi, dan

hormone ovarium (estrogen dan progesterone) sekresinya menurun ke

level yang sangat rendah

Menstruasi disebabkan oleh penekanan terhadap estrogen dan

progesterone, terutama progesterone di akhir siklus bulanan ovarium.

Efek utamanya adalah menurunkan rangsangan terhadap sel

endometrium akibat kedua hormon ini, sehingga menyebabkan


28

involusi pada endometrium itu sendiri kira-kira 65% dari

ketebalannya. Kemudian selama 24 jam berikutnya dari onset

menstruasi, pembuluh darah menjadi berkelok-kelok yang

menyebabkan lapisan mukosa endometrium menjadi vasospastik,

agaknya hal ini disebabkan karena efek dari involusi seperti pelepasan

material vasikonstriktor yang salah satunya mungkin adalah

prostaglandin yang dihasilkan berlimpah pada saat ini, (Yudomustopo,

2009).

Vasospasme menurunkan nutrisi endometrium, dan hilangnya

rangsangan hormonal menginisiasi nekrosis pada endomerium,

terutama pembuluh darah. Sebagai hasilnya darah akan merembes ke

dalam lapisan vaskular endometrium, dan area hemoragik tumbuh

dengan cepat dalam waktu 24 sampai 36 jam. Kemudian secara

berangsur-angsur, lapisan luar endometrium terpisah dari uterus

sebagai bagian hemoragik sampai kira-kira 48 jam setelah onset

menstruasi, semua lapisan superficial endometrium akan mengalami

deskuamasi, (Yudomustopo, 2009)..

C. Tinjauan Tentang Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010), pengetahuan adalah hasil pengindraan

manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui yang dimilikinya (mata,

hidung telinga, dan seabagainya). Dengan seandirinya pada waktu pengindraan

sehingga menghasilkan pengertahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas


29

perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang

dipengaruhi oleh indra pendengaran (telinga), dan indra pengelihatan (mata).

Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang

berbeda-beda. Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan,yakni:

1. Tahu (know)

Tahu hanya diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang

telah ada sebelumnya setelah mengalami sesuatu. Misalnya : tahu bahwa sebuah

tomat banyak mengandung vitamin C, jamban adalah tempat membuang air besar,

penyakit demam berdarah di sebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes Agepti, dan

sebagainya.untuk mengetahui dan mengukur bahwa seseorang tahu sesuatu dapat

mengunakan pertanyaan-pertanyaan misalnya : apa tanda-tanda anak kurang gizi,

apa menyebab penyakit TBC, bagaimana cara melakukan PSN (pemberantasan

sarang nyamuk), dan sebagainya, (Notoatmodjo, 2010).

2. Memahami (comprehsension)

Memahami suatu objek bukan hanya sekedar tahu terhadap suatu objek

tersebut, tidak hanya sekedar menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat

mengintrepretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut. Misalnya

orang yang mengetahui cara pemberantasan penyakit demam berdarah, bukan

hanya sekedar menyebutkan 3 M (mengubur,menutup, dan menguras), tetapi

harus dapat menjelaskan mengapa harus menutup,menguras dan sebagainya,

tempat-tempat penampungan air tersebut. (Notoatmodjo, 2010).


30

3. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang di

maksuddapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut

pada situasi yang lain. Misalnya seseorang yang telah paham tentang proses

perencanaan, ia harus dapat mebuat perencanaan program kesehatan ditempat ia

bekerja atau dimana saja, orang yang telah pahan metedologi penelitian, ia

akan lebih mudah membuat proposal penelitian dimana saja, dan seterusnya

(Notoatmodjo, 2010).

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau

memisahkan, dan kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang

terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa

pengetahuan seseorang sudah sampai pada tingkat analisis adalah apabila orang

tersebut dapat membedakan, atau memisahkan, mengelompokkan, membuat

diagrainya (bagan) terhadap pengetahuan atas objek tersebut. Misalnya, dapat

membedakan antara nyamuk Aedes Agepty dengan nyamuk biasa, dapat membuat

diagram (flow chart) siklus hidup cacing kremi, dan sebagainya. (Notoatmodjo,

2010).

5. Sintesis (syinthesis)

Sintesis menunjukan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau

meletakkan dalam suatu hubungan yang logis dari komponen-komponen

pengetahuan yang di miliki dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan
31

untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada misalnya

dapat meringkas atau merangkum kata atau kalimat sendiri tentang hal-hal yang

telah dibaca atau didengar, dan dapat membuat kesimpulan tentang artikel yang

telah di baca. (Notoatmodjo, 2010).

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi dapat berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan

sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiriatau norma-

norma yang telah berlaku dimasyarakat. Misalnya seorang ibu dapat menilai dan

menentukan seorang anak menderita malnutrisi atau tidak, seorang dapat menilai

manfaat ikut keluarga berencana bagi keluarga, dan sebagainya (Notoatmodjo,

2010).

7. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

a. Umur

Umur/usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang.

Semakin bertambah usia makaakan semakin berkembang pula daya tangkap

dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik

(PRO HEALT,17 maret 2012)

b. Lingkungan

Lingkungan adalah sesuatu yang ada disekitar idividu, baik langkungan fisik,

biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya


32

pengetahuan kedalam individu yang berada didalam lingkungan tersebut (PRO

HEALT, 17 maret 2012)

c. Informasi

Informasi yang diperoleh dari pendidikan formal dan non formal dapat

memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasil

perubahan atau peningkatan pengetahuan (PRO HEALT, 17 maret 2012)

d. Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain

terhadap suatu hal agar mereka dapat memahami. Tidak dapat di pungkiri

bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah pula mereka

menerima informasi (Mubarak, 2007)

e. Minat

Minat sebagai suatu kencenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap

sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal

yang pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam (Mubarak,

2007)

8. Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket

yang menanyakan tentang isi materi yang ingin di ukur disubjek penelitian atau

responden (Notoatmodjo, 2010). Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan

memberikan seperangkat alat tes/ kuesioner tentang object pengetahuan yang mau

diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalam pengetahuan yang ingin kita
33

ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan. selanjutnya dilakukan penilaian dimana

setiap jawaban benar dari masing-masing pertanyaan di beri nilai 1 dan jika salah

diberi nilai 0.

Penilaian dilakukan dengan cara membandingkan jumlah skor jawaban

dengan skor yang diharapkan (tertimggi) kemudian dikalikan 100% dan hasilnya

berupa prosentase dengan rumusan yang di gunakan sebagai berikut. .


𝑆𝑝
Nilai : N= 𝑆𝑚 x100%

Keterangan :

N = Nilai pengetahuan

Sp = Skor yang didapat

Sm = Skor tertinggi maksimum

Selanjutnya persentase jawaban diinterprestasikan dalam kalimat kualitatif

dengan acuan sebagai berikut :

1) Baik : Nilai = 76- 100%

2) Cukup : Nilai = 56-75%

3) Kurang : Nilai = ≤ 40 – 55 %. (Notoatmodjo, 2010)

D. Tinjauan Umum Tentang Sikap (Attitude)

Menurut Saifuddin Azwar (2012), Sikap merupakan reaksi atau respon yang

masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek.

Newcomb dalam Saifudin Azwar (2012), salah seorang ahli psikologi sosial,

menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan

bukan merupakan pelaksana motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan
34

atau aktivitas, akan tetapi adalah merupakan pre-disposisi tindakan suatu perilaku.

Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan reaksi terbuka tau tingkah laku yang

terbuka. Sikap ini memiliki 3 komponen pokok yaitu :

1. Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu obyek.

2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap obyek.

3. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).

Ketiga komponen ini secara bersamaan membentuk sikap yang utuh (total attitude).

Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, berpikir, keyakinan, dan

emosional memegang peranan penting. Menurut Saifuddin (2012) bahwa sikap juga

dipengaruhi oleh faktor eksteren dan intern salah satunya pengalaman. Apa yang telah

dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan kita

terhadap stimulus. Pendapat Azwar (2012) menyatakan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi sikap dari adanya interaksi sosial yang dialami oleh individu yaitu :

a. Pengalaman pribadi

Apa yang telah dan sedang dialami seseorang akan ikut membentuk dan

mempengaruhi penghayatan terhadap suatu stimulus sosial. Tanggapan akan

menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap, untuk mempunyai tanggapan dan

penghayatan, seseorang harus mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan

obyek psikologi. Apakah penghayatan itu kemudian akan membentuk sikap yang

positip atau yang negatip, akan tergantung pada berbagai faktor lain.

b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting


35

Orang lain merupakan salah satu diantara komponen sosial yang ikut

mempengaruhi sikap seseorang. Pada umumnya individu cenderung untuk

memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap

penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi

dan keinginan untuk menghindar konflik dengan orang lain yang dianggap penting.

c. Pengaruh kebudayaan

Kebudayaan dimana seseorang hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh

besar terhadap pembentukan sikap seseorang (Azwar, 2012).

d. Media massa

Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi,

radio, surat kabar, majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh besar dalam

pembentukan opini dan kepercayaan seseorang. Adanya informasi mengenai

sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap

hal tersebut, apabila cukup kuat, akan memberi dasar afektif dalam menilai sesuatu

hal sehingga terbentuklah kecenderungan untuk bertindak (konotatif). (Azwar,

2012).

e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai

pengaruh dalam pembentukan sikap, dikarenakan keduanya meletakkan dasar

pengertian dan konsep moral dalam diri individu, (Azwar, 2012).

f. Pengaruh faktor emosional


36

Suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang

berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme

pertahanan ego.

Dari teori sikap ada yang dinamakan pernyataan yang ditulis mengikuti

kaidah yang benar melalui penskalaan dan seleksi item, akan menjadi isi suatu

skala sikap. Pernyataan sikap mungkin berisi atau mengatakan hal-hal yang positif

mengenai objek sikap, yaitu kalimatnya bersifat mendukung atau memihak pada

objek sikap. Pernyataan seperti ini disebut sebagai pernyataan yang favorable

(Azwar, 2012)..

Sebaliknya, pernyataan sikap mungkin pula berisi hal-hal yang negatif

mengenai objek sikap, yaitu yang bersifat tidak mendukung ataupun kontra

terhadap objek sikap yang hendak diungkapkan. Pernyataan seperti ini disebut

sebagai pernyataan yang unfavorable. Suatu skala sikap sedapat mungkin

diusahakan agar terdiri atas pernyataan favorable dan pernyataan unfavorable

dalam jumlah yang kurang lebih seimbang. Dengan demikian pernyataan yang

disajikan tidak semua positif atau semua negatif yang dapat mendatangkan kesan

seakan-akan isi skala yang bersangkutan seluruhnya memihak atau sebaliknya

seluruhnya tidak mendukung objek sikap. Variasi pernyataan favorable dan

unfavorable akan membuat responden memikir lebih hati-hati isi pernyataannya

sebelumnya memberikan respon sehingga stereotipe responden dalam menjawab

dapat dihindari (Azwar, 2012).


37

E. Kerangka Konsep

Variabel Independen Varibel Dependen

PENGETAHUAN
IBU PREMENOPOUSE
KEJADIAN HAID TIDAK
TERATUR
SIKAP IBU
PREMENOPAUSE

Gambar. 2.1 Kerangka Konsep Penelitian


38

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini menggunakan jenis deskriptif kuantitatif.

Deskriptif adalah penelitian yang diarahkan untuk mendeskriptifkan atau menguraikan

suatu keadaan di dalam suatu komunitas atau masyarakat berdasarkan penelitian

(Notoatmodjo, 2010). Kuantitatif adalah data yang dipaparkan dalam bentuk angka-

angka (Riwidikdo, 2009).

Penelitian ini menggambarkan tentang Tingkat Pengetahuan dan Sikap Ibu

Premenopause terhadap kejadian haid tidak teratur di Wilayah Kerja Puskesmas

Motaha Kecamatan Angata Kabupaten Konawe Selatan tahun 2017

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan dilaksanakan pada bulan Oktober sampai bulan

November. Sedangkan tempat penelitian ini dilakukan di Wilayah kerja Puskesmas

Motaha Kecamatan Angata Kabupaten Konawe Selatan.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang akan di teliti

(Notoatmodjo, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu berusia

antara 40 sampai 50 tahun yang berada di Wilayah Kerja Puskesmas Motaha

Kecamatan Angata Kabupaten Konawe Selatan pada bulan Januari-Maret 2017

sebanyak 147 orang.

38
39

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu

hingga dianggap mewakili populasinya (Notoatmodjo, 2010). Pada penelitian ini

sampel diambil dari sebagian ibu yang bertempat tinggal di wilayah kerja

Puskesmas Motaha. Teknik pengambilan sampel dengan cara Purposive Sampling.

Pengambilan sampel secara purposive di dasarkan pada suatu pertimbangan-

pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri berdasarkan ciri atau sifat-

sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Dengan rumus perhitungan

sampel menurut Notoatmodjo (2010), sebagai berikut:

N
n =
1  N (d 2 )

Keterangan :

n = Besar sampel

N = Besar populasi

d = Tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan

Perhitungan sampel:

147
n =
1  147( d 2 )

147
n =
1  (147.0,01)

147
n = = 59,5
2,47

n = 60

Jadi besar sampel dalam penelitian ini adalah 60 orang.


40

D. Definisi Operasional dan kriteria Objektif

3.1 Tabel Definisi Operasional

Definisi Kriteria Skala


Variabel Hasil Ukur
Operasional Objektif Ukur
Kondisi fisiologis
pada wanita yang 1. Mendapatkan:
telah memasuki jika ibu
proses penuaan mengalami
(eging) yang kejadian Haid
Dependent ditandai dengan tidak teratur
Kejadian Haid menurunnya kadar
Kuisioner 2. Tidak Nominal
Tidak teratur hormon estrogen
ovarium yang mendapatkan;
sangat berperan jika ibu
dalam hal sexualitas mengalami
(Yudomustopo, kejadian Haid
2009) teratur

Independent
Segala sesuatu yang 1. Kurang jika
diketahui ibu jawaban benar ≤
tentang Kejadian 40-55%.
Haid tidak teratur: 2. cukup jika Ordinal
Pengetahuan Ibu - Pengertian Kuisioner jawaban benar
Premenopouse - Klasifikasi 56-75%.
- Tanda-tanda, dll. 3. baik jika
(Notoatmodjo, jawaban benar
2010) 76-100%.

Prilaku kesehatan 1. Tidak siap jika


ibu dalam jawaban ya <
60%
menghadapi
Sikap Ibu 2. Siap jika Nominal
Kejadian Haid Kuisioner
Premenopouse jawaban ya >
tidak teratur, 60%
(Azwar, 2012).
41

E. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mewawancarai

responden dengan menggunakan kuisioner untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan

dan sikap Ibu premenopouse terhadap kejadian haid tidak teratur Di Wilayah Kerja

Puskesmas Motaha Kecamatan Angata Kabupaten Konawe Selatan.

F. Teknik Pengolahan Data

1. Editing

Menilai setiap lembar format pengumpulan data untuk memastikan data yang

diperoleh benar-benar relevan dan sesuai dengan yang diinginkan. Dari kuisioner

yang disebarkan semuanya kembali dan data lengkap.

2. Coding

Setiap lembar yang memenuhi kriteria sampel dan telah terisi semua, dilakukan

pengkodean data untuk mempermudah pengelompokan data. Coding dilakukan

sendiri oleh peneliti, yaitu jika responden menjawab benar diberi coding: 1, jika

salah: 0.

3. Tabulating

Setelah dilakukan coding kemudian dilakukan tabulasi data dari skor jawaban yang

diperoleh

G. Teknik Analisis Data

Analisis pemberian skor dengan menggunakan skala ordinal, dimana jika

responden memilih jawaban benar diberi nilai 1, sedangkan jika jawaban responden
42

salah di beri nilai 0. Setelah jawaban terkumpul kemudian dinilai, dianalisis dan

dipersentase.
𝑆𝑝
N= 𝑆𝑚 x100%

Keterangan:

N : Nilai pengetahuan

Sm : Skor tertinggi maksimum

Sp : Skor yang didapat

Selanjutnya presentasi jawaban kemudian diinterpretasikan dalam kalimat kualitatif

dengan acuan sebagai berikut :

1. Baik : Nilai = 76 – 100 %

2. Cukup : Nilai = 56 – 75 %

3. Kurang : Nilai = ≤ 56 % (Notoatmodjo, 2010)

H. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti memandang perlu adanya rekomendasi

pihak institusi atas pihak lain dengan mengajukan permohonan izin kepada instansi

tempat penelitian dalam hal ini pihak Puskesmas Motaha. Setelah mendapat

persetujuan, barulah dilakukan penelitian dengan menekankan masalah etika penelitian

yang meliputi.

1. Confidentiality (Kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dan hanya kelompok data

tertentu saja yang dilaporkan sebagai hasil penelitian.


43

2. Anonymity (Tanpa Nama)

Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak mencantumkan nama responden pada

kuisioner, tetapi pada kuisioner tersebut diberikan kode responden

3. Benefience (Bermanfaat Bagi Pasien)

Segala instrumen penelitian yang diisi oleh responden dalam hal ini pengetahuan

akan bermanfaat bagi pasien.

4. Informed Concent

Lembar persetujuan diberikan kepada responden yang akan diteliti disertai judul

penelitian dan manfaat penelitian, bila subjek menolak maka peneliti tidak akan

memaksakan kehendak dan tetap menghormati hak-hak subyek (Nursalam, 2009).


44

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, H. 2003. Tata Bahasa baku bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta.

Baziad, A. 2003. Menopause Dan andropause. Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawiraharjo. Jakarta.

Bobak, dkk. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Edisi 4.EGC. Jakarta

Corwin, Elizabeth. 2001. Buku Saku Patofisiologi. EGC, Jakarta.

Cowlley, Deborah S. 2004. Curent care of women diagnostic & Treatmen. Mc Grow-
Hill Companies. United State.

Dacey, J. S., & Travers, J. F. 2002. Human development : across the life span. Fifth
Edition. Mc.Graw Hill. United State.

Glasier, 2005. Konsep Klinis Monopouse. ECG. Jakarta

Ibrahim, Z. 2002. Psikologi wanita. Pustaka Hidayah. Jakarta..

Kartono, K. 2002. Psikologi wanita. Jilid 2. CV. Mandar Maju. Bandung.

Kasdu, P. 2002. Kiat sehat dan bahagia di usia menopause. Puspa Swara. Jakarta.

Levina Pakasi. 2000. Menopause : Masalah dan Penanggulangannya. Balai Penerbit


FKUI. Jakarta.

Mira Febriyanti, 2012. Pengetahuan Wanita Premenopouse tentag Menopouse di RW 25


Kelurahan Mojosongo Kecamatan Jebres Kota Surakarta. KTI Akbid Surakarta.
Surakarta

Mustopo, S. 2005. Perawatan kesehatan menopause alami. Penerbit Harapan Baru.


Jakarta.

Nur, 2012. Pengetahuan Wanita Prenopouse Tentang Perubahan Fisik Pada Wanita
Menopouse di RW 06 Desa Pucungsari Kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen.
KTI Akbid YAPPI Sragen. Jawa Tengah.

Notoatmodjo, s. 2010. Metotologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.

Notoatmodjo, s. 2010. Ilmu Prilaku Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.

44
45

Papalia, F. 2003. Human development : A life span approach. Boston. Mc Graw Hill.
USA

Price, Sylvia A. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Edisi 6.


Volume 2. EGC. Jakarta.

Reitz, R. 1993. Menopause : suatu pendekatan positif. Bumi Aksara. Jakarta.

Rostiana, T. 2004. Kecemasan pada wanita yang menghadapi Menopause. Fakultas


Psikologi Universitas Gunadarma.

Smeltzer, Suzanne C. 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal-bedah Brunner dan


Suddarth Edisi 8. EGC. Jakarta.

Spencer, RF & Brown, P. 2007. Kehamilan dan Menopause. Erlangga. Jakarta.

Yudomustopo, B, dkk., 1999. Problema Wanita Menghadapi Menopause. Kumpulan


Makalah Ilmiah Populer, Penerbit Rumah Sakit Pertamina, Jakarta.
46

PROPOSAL PENELITIAN

TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU PREMENOPOUSE


TERHADAP KEJADIAN HAID TIDAK TERATUR DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS MOTAHA KEC. ANGATA
KAB. KONAWE SELATAN

OLEH

SITTI MARDITA
AK 214. 087

YAYASAN PENDIDIKAN KONAWE


AKADEMI KEBIDANAN
2017
47

PROPOSAL DENGAN JUDUL

TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU PREMENOPOUSE


TERHADAP KEJADIAN HAID TIDAK TERATUR DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS MOTAHA KEC. ANGATA
KABUPATEN KONAWE SELATAN
TAHUN 2017

Telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan dan diseminarkan pada ruang seminar
Yayasan Pendidikan Konawe Akademi Kebidanan

Pembimbing,

FRENI OKTIANI, S. ST., M. Kes.

Direktur,
Yayasan Pendidikan Konawe
Akademi Kebidanan

Dr. YAYAT HIDAYATULLAH SAPRUL PATONGAI


NUP. 9909926006

ii
48

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal

penelitian ini dengan judul “Tingkat Pengetahuan dan Sikap Ibu Premonopouse terhadap

kejadian Haid tidak teratur di Wilayah Kerja Puskesmas Motaha Kecamatan Angata

Kabupaten Konawe Selatan”. Proposal Penelitian ini disusun sebagai salah satu

persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan di Yayasan Pendidikan Konawe Akademi

Kebidanan Tahun 2017.

Penyusunan Proposal Penelitian ini tidak terlepas dari keterlibatan berbagai pihak

yang telah memberikan semangat dan masukan yang sangat berarti bagi penulis. Ucapan

terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat

Ibu Freni Oktiani Banda, S. ST., M. Kes., Selaku pembimbing penulis dalam

menyelesaikan Proposal Penelitian ini

Penulis menyadarai sepenuhnya bahwa penulisan Proposal Peneitian ini masih jauh

dari sempurna, untuk penulis mengharapkan masukan dan kritik yang sifatnya

membangun demi kesempurnaan Proposal Penelitian ini.

Unaaha, Oktober 2017

Penulis
49

HALAMAN PENGESAHAN

Proposal penelitian ini telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan dalam Ujian
Proposal dihadapan Tim Penguji Ujian Proposal Akademi Kebidanan Yayasan Pendidikan
Konawe yang dilaksanakan pada tanggal 20 Oktober 2017

TIM PENGUJI

1. Murti Wuryani, S. Si. T., M. Kes. (………………………)

2. Rizky Amaliah, S. ST., M. Kes. (………………………)

Disahkan Oleh :
Pembimbing

Freni Oktiani Banda, S. ST., M. Kes.

Direktur,
Yayasan Pendidikan Konawe
Akademi Kebidanan

dr. Yayat Hidayatullah Saprul


NUP. 9909926006

ii
50

DAFTAR TABEL
Halaman

Gambar 1 : Kerangka Konsep………………………………………………………… 37

x
51

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 :Planning Of Action (POA)


Lampiran 2 : Surat Izin Pengambilan Data Awal Dari Akademi Kebidanan Konawe
Lampiran 3 : Surat Izin Menjadi Reponden
Lampiran 4 :Surat Pernyataan Persetujuan Menjadi Reponden
Lampiran 5 : Kuisioner

vi
52

You might also like