You are on page 1of 140

SKRIPSI

ANALISIS FAKTOR DOMINAN YANG BERHUBUNGAN


DENGAN RUTINITAS PELAKSANAAN HEMODIALISA
PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK DI RUANG
HEMODIALISA RSUD dr. M. YUNUS
BENGKULU 2016

Disusun Oleh :

TITIK LESTARI
NPM : 122426072 SP

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
DEHASEN BENGKULU
TAHUN 2016
SKRIPSI
ANALISIS FAKTOR DOMINAN YANG BERHUBUNGAN
DENGAN RUTINITAS PELAKSANAAN HEMODIALISA
PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK DI RUANG
HEMODIALISA RSUD dr. M. YUNUS
BENGKULU 2016

Diajukan sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan


pada Program Studi Ilmu Keperawatan (S-1) STIKes Dehasen
Bengkulu

Disusun Oleh :

TITIK LESTARI
NPM : 122426072 SP

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
DEHASEN BENGKULU

i
ii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“Islam mengutamakan ilmu karena ilmu adalah jalan memahami setiap sisi kehidupan dan
pendidikan bukanlah materi melainkan nutrisi bagi jiwa yang haus akan ilmu”
“..kaki yang akan berjalan lebih jauh, tangan yang akan berbuat lebih banyak, mata yang akan
menatap lebih lama, leher yang akan sering melihat ke atas, lapisan tekad yang seribu kali lebih
keras dari baja, dan hati yang akan bekerja lebih keras, serta mulut yang tidak akan pernah
berhenti untuk berdoa..”- 5 cm.
Sepercik ungkapan hati sebagai rasa terima kasihku
Alhammdulillah… Alhammdulillah.. Alhammdulillahirabbil’alamin..
Ya allah..puji syukurku tak henti hentinya aku hanturkan terhadapmu, atas setitik keberhasilan
yang telah aku raih ini, atas sebagian dari garis hidup yang telah aku dapatkan ini..
Ayah..ibu..terkasih, oksigenku, yang mampu memberikanku hidup, pendidikan tentang prinsip
hidup, kasih sayang dan cintanya,kesabarannya,perjuangannya yang begitu besar, serta terima
kasih untuk setiap doa doamu yang sampai saat ini masih terus aku harapkan. ini hadiah kecil
yang bisa aku berikan padamu
Teruntuk adikku (Eko Suryanto) terima kasih atas rasa sayangnya, terima kasih untuk doanya,
aku menyayangimu..
Teruntuk kedua pembimbingku dan pengujiku,. Terima kasih atas ilmunya, waktu dan sarannya.
Teruntuk kamu, yang memberiku kekuatan, yang tak pernah lelah untuk mensupport,yang telah
menjadi kawan setiaku untuk menaiki setiap pendakian tangga kehidupan.. terima kasih telah
selalu ada (Angga Dwi Syaputra).
Teruntuk sahabatku yang sudah banyak membantuku ( ratna, uci, mely, chun, baya) aku
menyayangimu selalu.
Teman-teman sealmamater terimakasih atas kebersamaannya
Almamaterku tercinta.
Akhir kata, semoga skripsi ini bisa bermanfaat, jika hidup bisa kuceritakan di atas kertas, entah
berapa banyak yang dibutuhkan hanya untuk kuucapkan terima kasih…
By: Titik Lestari

iii
STIKES DEHASEN BENGKULU
Jln. Merapi Raya No. 42 Kebun Tebeng Telp. (0736) 21977 ; Fax (0736) 22027

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Yang bertanda tangan dibawah ini


Nama : Titik Lestari
NPM : 122426072 SP
Program Studi : Ilmu Keperawatan
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Skripsi
Judul : Analisis Faktor Dominan yang Berhubungan dengan
Rutinitas Pelaksanaan Hemodialisa pada Pasien Gagal Ginjal
Kronik di ruang Hemodialisa RSUD dr. M. Yunus Bengkulu
Tahun 2016
Dosen Pembimbing : 1. Ns.Murwati,SKep,MKes
2. Ns.Mirawati,Skep
Adalah benar-benar hasil karya saya.
Di dalam Skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan maupun gagasan
peneliti lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk
rangkaian kalimat atau simbol yang saya akui dan seolah-olah sebagai tulisan saya
sendiri tanpa memberikan pengakuan pada peneliti aslinya.
Apabila dikemudian hari terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan tersebut,
maka saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan yang berlaku di Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Dehasen Bengkulu termasuk (pencabutan gelar kesarjanaan/sanksi)
yang telah saya peroleh.

Bengkulu, - -2016
Yang Membuat Pernyataan

Titik Lestari
NPM : 122426072 SP

iv
Program Studi Ilmu Keperawatan (S-1)
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Dehasen Bengkulu
Skripsi, Juli 2016

Abstrak
Titik Lestari
Analisis Faktor Dominan yang Berhubungan dengan Rutinitas Pelaksanaan
Hemodialisa pada Pasien Gagal Ginjal Kronik di ruang Hemodialisa RSUD dr. M.
Yunus Bengkulu Tahun 2016 (Dibimbing Oleh Murwati, Mirawati).
XII + 87 halaman+4 bagan+8 tabel+2 gambar+5 lampiran
Banyak pasien GGK yang tidak rutin melaksanakan hemodialisa, padahal
hemodialisa tidak bisa dihentikan kecuali jika menjalani pencangkokan ginjal.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi keteraturan pasien dalam menjalani
hemodialisa yaitu : tingkat pengetahuan, sikap, tingkat ekonomi, usia, dukungan
keluarga, motivasi dan jarak dengan pusat hemodialisa. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui faktor dominan yang berhubungan dengan rutinitas
pelaksanaan hemodialisa pada pasien gagal ginjal kronik di ruang hemodialisa RSUD
dr. M. Yunus Bengkulu tahun 2016.
Metode penelitian menggunakan rancangan cross sectional. Penelitian dilaksanakan
di ruang hemodialisa RSUD dr. M. Yunus Bengkulu.sampel dalam penelitian ini
berjumlah 67 orang diambil dengan teknik accidental sampling.
Hasil penelitian ini menunjukkan hampir sebagian dari responden (44,8%)
dengan pengetahuan kurang, lebih dari sebagian responden (59,7 %) dengan sikap
unfavourable, lebih dari sebagian responden (53,7 %) memiliki tingkat ekonomi yang
rendah, lebih dari sebagian responden (55,2 %) memiliki dukungan keluarga yang
rendah, sebagian besar dari responden ( 76,1 % ) memiliki motivasi yang rendah,
lebih dari sebagian responden (64,2 %) tidak rutin dalam pelaksanaan hemodialisa,
dan hasil uji statistik chi-square pengetahuan nilai  = 0,011, sikap nilai  = 0,000,
tingkat ekonomi nilai  = 0,006, dukungan keluarga nilai  = 0,000, motivasi yaitu
nilai  = 0,035.
Kesimpulannya adalah terdapat hubungan yang signifikan antara
pengetahuan, sikap, tingkat ekonomi, dukungan keluarga, motivasi klien dengan
rutinitas pelaksanaan hemodialisa pada pasien gagal ginjal kronik di ruang
hemodialisa RSUD dr. M. Yunus Bengkulu tahun 2016 dan diharapkan pihak rumah
sakit dapat meningkatkan program pelayanan kesehatan dibagian hemodialisa karena
penyakit GGK terus mengalami peningkatan.

Kata kunci : pengetahuan, sikap, tingkat ekonomi, dukungan keluarga, motivasi


Kepustakaan : 26 (2006-2015)

v
Nursing Science Study Program
Institute of Health Sciences Dehasen Bengkulu
Thesis, July 2016

Abstract
Titik Lestari
An Analysis of Dominant Factors Related to the Implementation of Routines
Hemodialysis on Patients with Chronic Renal Failure (CRF) in Hemodialysis Room
of dr. M. Yunus Hospital in Bengkulu 2016 (Supervised by Murwati, Mirawati).
XII + 87 pages + 4 charts + 8 tables + 2 images + 5 attachments
Many patients with CRF who do not routinely perform hemodialysis, whereas
hemodialysis cannot be stopped unless undergoing a kidney transplant. There are
several factors that affect the regularity of the patients undergoing hemodialysis are:
the level of knowledge, attitudes, economic levels, age, family support, motivation
and the distance to the hemodialysis center. The purpose of this study was to
determine the dominant factor related to the implementation of routine hemodialysis
on patients with chronic renal failure in hemodialysis room of dr. M. Yunus hospital
in Bengkulu 2016.
This study used a cross sectional design method. This study was conducted in
the hemodialysis room of dr. M. Yunus hospital Bengkulu. While the samples in this
study amounted to 67 people were taken by accidental sampling technique.
The results showed almost half of respondents (44.8%) with less knowledge,
more than the majority of respondents (59.7%) with unfavorable attitude, more than
the majority of respondents (53.7%) had a low economic level, more than the
majority of respondents (55.2%) had low family support, the majority of respondents
(76.1%) had low motivation, more than the majority of respondents (64.2%) were not
routinely perform hemodialysis and the results of statistical tests chi -Square
knowledge  = 0.011 values, attitudes  value = 0,000, the level of economic value 
= 0.006, the value of family support  = 0.000, motivational value  = 0.035.
The conclusion is that there is a significant relationship between knowledge,
attitudes, economic level, family support, motivation of patients with the
implementation of routine hemodialysis on patients with chronic renal failure in
hemodialysis room of dr. M. Yunus hospital Bengkulu in 2016 and it is expected that
the hospital could improve health care programs for CRF hemodialysis section due to
this disease is constantly increasing.

Keywords: knowledge, attitudes, economic level, family support, motivation


References: 26 (2006-2015)

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat

dan karunia-Nya, sehingga penulis dapa menyelesaikan Skripsi penelitian ini dengan

judul “Analisis Faktor Dominan yang Berhubungan dengan Rutinitas Pelaksanaan

Hemodialisa pada Pasien Gagal Ginjal Kronik di Ruang Hemodialisa RSUD dr. M.

Yunus Bengkulu Tahun 2016”.

Tujuan penulisan Skripsi penelitian adalah sebagai persyaratan untuk

memperoleh gelar Sarjana Keperawatan pada Program Studi Ilmu Keperawatan (S-1)

STIKes Dehasen Bengkulu

Dalam penyelesaian Skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan baik materi

maupun moril dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih

kepada :

1. Ibu Dr. Ida Samidah, S. Kp, M. Kes, selaku Ketua STIKes Dehasen Bengkulu

serta pelaku penguji I yang telah memberikan masukan dan saran dalam

menyelesaikan Skripsi penelitian ini

2. Ibu Ns. Berlian Kando Sianipar, S. Kep, M. Kes, selaku Pembantu Ketua I

STIKes Dehasen Bengkulu

3. Ibu Dr. Hj. Rita Prima Bendriyanti, SE, MSi, selaku Pembantu Ketua II STIKes

Dehasen Bengkulu

vii
4. Ibu Dessy Sundari, S. Kp, M. Pd, selaku Pembantu Ketua III STIKes Dehasen

Bengkulu

5. Ibu Ns. Murwati, S. Kep, M. Kes, selaku Ketua Program Studi Ilmu

Keperawatan (S-I) STIKes Dehasen Bengkulu serta selaku pembimbing I yang

telah memberikan bimbingan dan arahan dalam menyelesaikan Skripsi penelitian

ini

6. Ibu Ns. Mirawati, S. Kep, selaku pembimbing II yang telah banyak memberikan

bimbingan dan arahan dalam menyelesaikan Skripsi penelitian ini

7. Bapak Ns. Hengki Tranado, S.Kep, selaku penguji II yang telah banyak

memberikan masukan dan saran dalam menyelesaikan Skripsi penelitian ini

8. Seluruh staf dosen pengajar yang telah banyak memberikan ilmu kesehatan

khususnya keperawatan selama perkuliahan

9. Ayahanda Sutikman dan ibunda Satiyem serta saudaraku Eko Suryanto yang

telah memberikan doa dan semangat untuk menyelesaikan Skripsi penelitian ini

10. Teman-teman se almamater di STIKes Dehasen Bengkulu

11. Dan lain-lain yang tidak dapat disebut satu persatu.

Demikianlah Skripsi penelitian ini dibuat semoga dapat memberikan manfaat

dan mendapatkan masukan dan kritikan yang membangun. Terimakasih.

Bengkulu, 25 Juli 2016

( Titik Lestari )

viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN.…………………………………………………. ii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN………………………………. iii
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN .……………………………….. iv
ABSTRAK ……………………………………………………………………… v
ABSTRACT…………………………………………………………………….. vi
KATA PENGANTAR …………………………………………………………. vii
DAFTAR ISI…….. ……………………………………………………………... xi
DAFTAR TABEL... …………………………………………………………….. xiii
DAFTAR BAGAN….………………………………………………………….... xv
DAFTAR GAMBAR…. ………………………………………………………… xvi
DAFTAR LAMPIRAN………………...……………………………………… . xvii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang………………………................................................ 1
B. Rumusan Masalah ……………………………………...................... 5
C. Tujuan Penelitian ………………………………………................... 6
D. Manfaat Penelitian ………………………......................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Dasar Gagal Ginjal Kronik
1. Defenisi ……………………………………………… ……….. 9
2. Anatomi fisiologi ……………………………………………… 10
3. Etiologi ……………………………………………………. ..... 16
4. Manifestasi klinis ………………………………….................... 17
5. Klasifikasi …………………………………………………….. 18
6. Patofisiologi …………………………………………...……..... 18
7. Pemeriksaan penunjang ……………………………………….. 20
8. Penatalaksanaan ……………………………………………….. 22
9. Komplikasi Gagal Ginjal Kronik………………...……………. 23

ix
B. Konsep Hemodialisa
1. Defenisi Hemodialisa………………………………………….. 23
2. Tujuan Hemodialisa………………………...……………......... 24
3. Indikasi dan kontra indikasi Hemodialisa………………..……. 25
4. Proses hemodialisa………………………..…………………… 26
5. Alasan dilakukan hemodialisa……………………………….... 26
6. Komplikasi pada hemodialisa…………………………………. 27
C. Rutinitas…...…………...…………………………………………… 30
D. Rutinitas Pelaksanaan hemodialisa ………………………...………. 31
E. Faktor faktor yang Mempengaruhi HD…………………………...... 31
F. Konsep Pengetahuan
1. Defenisi ………………………….…………………………….. 33
2. Tingkat pengetahuan …………………………………...…….. 34
G. Hubungan Pengetahuan dengan Rutinitas Pelaksanaan HD ………. 36
H. Konsep Sikap
1. Defenisi ………………………………...……………………… 38
2. Proses terjadinya sikap…………………………...……………. 39
3. Komponen pokok sikap ………………………………...…….. 39
4. Tingkat sikap ………………………………………………..… 40
5. Ciri-ciri sikap ………………………………………………….. 41
6. Cara pengukuran sikap ………………………………………... 41
7. Skala pengukuran sikap ……………………………………….. 42
8. Faktor yang mempengaruhi sikap ………………………..…… 44
I. Hubungan Sikap dengan Rutinitas Pelaksanaan HD …………...….. 45
J. Tingkat Ekonomi……………………………………………...……. 48
K. Hubungan Tingkat Ekonomi dengan Rutinitas Pelaksanaan HD...… 49
L. Dukungan Keluarga…………………………………………...……. 50
M. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Rutinitas Pelaksanaan HD… 51
N. Motivasi…………………...………………………………………... 51

x
O. Hubungan Motivasi dengan Rutinitas Pelaksanaan HD……………. 52
P. Kerangka Teori…………………………………………………...… 53

BAB III KERANGKA KONSEP,DO DAN HIPOTESIS

A. Keranga Konsep……………………………………………………. 54
B. Defenisi Operasional……………………………………………….. 55
C. Hipotesis……………………………………………………………. 57

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian………………………...………………………… 59
B. Tempat dan waktu penelitian……………………………………….. 60
C. Populasi dan Sampel………………………………………………... 60
D. Instrumen Penelitian………………………………………...……… 62
E. Tehnik Pengumpulan, Pengolahan dan Analisa Data………...…….. 62
F. Etika Penelitian……………………………………………...……… 66

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Tempat Penelitian…….…………………….............. 67
2. Jalannya Penelitian………………………….………………...... 67
3. Analisis Univariat…………………………………….………… 68
4. Analisis Bivariat………………………………………………... 70
5. Analisis Multivariat ……………………………………………. 74
B. Pembahasan
1. Analisis Univariat………………………………..……………… 76
2. Analisis Bivariat…………………………………………..…….. 82

xi
3. Analisis Multivariat …………………………………………….. 89
BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan………………………………………………………… 90
B. Saran ………………………………………………………………. 91

DAFTAR PUSTAKA

Lampiran

xii
DAFTAR TABEL

Nomor Judul Tabel Halaman


2.1 Klasifikasi Penyakit Gagal Ginjal Kronik atas Dasar 17
Derajat Penyakit

3.1 Defenisi operasional 54


5.1 Distribusi Frekuensi Pengetahuan, Sikap, Tingkat 67
Ekonomi, Dukungan Keluarga dan Motivasi Pasien
dengan Rutinitas Pelaksanaan Hemodialisa pada
Pasien Gagal Ginjal Kronik di Ruang Hemodialisa
RSUD dr. M. Yunus Bengkulu Tahun 2016

5.2 Hubungan Pengetahuan Pasien Gagal Ginjal Kronik 68


dengan Rutinitas Pelaksanaan Hemodialisa di Ruang
Hemodialisa RSUD dr. M. Yunus Bengkulu Tahun
2016

5.3 Hubungan Sikap Pasien Gagal Ginjal Kronik dengan 69


Rutinitas Pelaksanaan Hemodialisa di Ruang
Hemodialisa RSUD dr. M. Yunus Bengkulu Tahun
2016

5.4 Hubungan Tingkat Ekonomi Pasien Gagal Ginjal 70


Kronik dengan Rutinitas Pelaksanaan Hemodialisa di
Ruang Hemodialisa RSUD dr. M. Yunus Bengkulu
Tahun 2016

5.5 Hubungan Dukungan Keluarga Pasien Gagal Ginjal 71


Kronik dengan Rutinitas Pelaksanaan Hemodialisa di
Ruang Hemodialisa RSUD dr. M. Yunus Bengkulu
Tahun 2016

xiii
5.6 Hubungan Motivasi Pasien Gagal Ginjal Kronik 72
dengan Rutinitas Pelaksanaan Hemodialisa di Ruang
Hemodialisa RSUD dr. M. Yunus Bengkulu Tahun
2016

5.7 Analisis Faktor Dominan yang Berhubungan dengan 75


Rutinitas Pelaksanaan Hemodialisa di Ruang
Hemodialisa RSUD dr. M. Yunus Bengkulu Tahun
2016.

xiv
DAFTAR BAGAN

Nomor Judul Bagan Halaman


2.1 Proses Terjadinya Sikap 38
2.2 Kerangka Teori 52
3.1 Kerangka Konsep Penelitian 53
4.1 Desain Penelitian 57

xv
DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Gambar Halaman


2.1 Ginjal Tampak dari Depan 9
2.2 Anatomi Nefron 10

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Lampiran
1 Lembar konsultasi proposal
2 Kuisioner
3 Tabulasi data
4 Hasil olahan data
5 Surat penelitian
6 Surat izin dari KP2T
7 Surat izin penelitian dari RS
8 Surat izin selesai penelitian
9 Jadwal penelitian

xvii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa dampak

terhadap kompleksnya permasalahan kesehatan. Sejalan dengan hal tersebut

pelayanan kesehatan di rumah sakit juga mengalami perkembangan akibat

meningkatnya tuntutan kebutuhan masyarakat. Apalagi dengan adanya

pergeseran budaya yang menyebabkan perubahan pola hidup yang berdampak

terhadap munculnya berbagai penyakit terminal. Penyakit terminal adalah suatu

keadaan yang menurut akal sehat tidak ada harapan lagi untuk sembuh antaranya

carsinoma hati, carsinoma paru, carsinoma mammae, diabetes mellitus, miocard

infark dan gagal ginjal kronik (GGK) (Nugroho, 2005).

Gagal Ginjal Kronik (GGK) atau penyakit ginjal tahap akhir adalah

gangguan fungsi ginjal yang menahun bersifat progresif dan irreversibel.

Dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan

keseimbangan cairan dan elektrolik, menyebabkan uremia (retensi urea dan

sampah nitrogen lain dalam darah) (Brunner dan Suddarth, 2005).

Gagal ginjal kronik perlu mendapatkan perawatan serius karena dengan

penurunan fungsi ginjal yang menahun, secara patofisiologis dapat menimbulkan

masalah keperawatan aktual maupun resiko yang berdampak pada penyimpangan

1
2

kebutuhan dasar manusia seperti kelebihan volume cairan, potensial kekurangan

volume cairan, perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan, perubahan integritas

kulit, intoleransi aktifitas, potensial terhadap infeksi, berduka dan kekurangan

pengetahuan (Fitriani, 2010).

Pada pasien gagal ginjal kronik terdapat tiga pilihan terapi pengganti

untuk mengatasi masalah yang ada yaitu ; tidak diobati, dialisis kronis (dialisis

peritoneal/ hemodialisa), serta transplantasi. Terapi pengganti yang menjadi

pilihan utama dan merupakan metode perawatan umum untuk pasien gagal ginjal

adalah hemodialisa. Hemodialisa merupakan suatu proses yang digunakan pada

pasien dalam keadaan sakit akut maupun kronik dan memerlukan terapi dialisis

jangka pendek atau terapi jangka panjang atau terapi permanen (Bare &

Smeltzer, 2006).

Hemodialisa harus dilakukan secara teratur tanpa boleh dilewatkan satu

haripun. Biasanya hemodialisa dilakukan 2-3 kali dalam satu minggu yang

membutuhkan waktu 3-6 jam setiap kali melakukan hemodialisa. Hemodialisa

tidak bisa dihentikan kecuali jika menjalani pencangkokan ginjal, kegiatan

hemodialisa akan berlangsung terus menerus selama hidupnya (Lubis, 2006).

Apabila hemodialisa tidak dilakukan atau dilewatkan satu kali maka pasien akan

mengalami penurunan kesehatan dan akan jatuh kembali ke Gagal Ginjal Kronik

(GGK) yang hebat sehingga dapat mengakibatkan kematian (Rubin, 2006).

Banyak faktor yang mempengaruhi keteraturan atau rutinitas pelaksanaan

hemodialisa. Faktor-faktor tersebut antara lain, tingkat pengetahuan penderita,

2
3

tingkat ekonomi, sikap, usia, dukungan keluarga, jarak dengan pusat

hemodialisa, nilai dan keyakinan tentang kesehatan, derajat penyakit, lama

menjalani hemodialisa, motivasi dan keterlibatan tenaga kesehatan, kepatuhan

pasien dalam menjalani hemodialisa dapat memperpanjang umur dan

mendapatkan kesehatan yang lebih baik (Fitriani, 2010).

Menurut Notoatmodjo (2010) faktor yang mempengaruhi pemanfaatan

pelayanan kesehatan adalah faktor predisposisi (predisposing factor)yang

terwujud dalam pengetahuan, sikap, keyakinan dan lain sebagainya. Serta faktor

pendorong (refording factor) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas

kesehatan, motivasi klien, dorongan dari keluarga dan sebagainya.

Pengetahuan seseorang sangatlah mempengaruhi sikap seseorang untuk

melakukan suatu hal. Orang yang tahu tentang pentingnya hemodialisa akan taat

menjalani hemodialisa karena tahu akibatnya apabila hemodialisa tidak

dilaksanakan dengan rutin. Begitu juga sebaliknya, orang yang tidak tahu apa

dampak dari tidak melaksanakan hemodialisa secara rutin, biasanya tidak mau

menjalani hemodialisa (Notoatmodjo, 2010).

Setiap orang memiliki sikap yang berbeda beda terhadap tindakan

hemodialisa. Hal ini disebabkan oleh tingkat pengetahuan dan pengalaman

pasien dalam menjalani hemodialisa. Sikap merupakan factor penentu dalam

tingkah laku seseorang termasuk dalam memutuskan untuk selalu rutin menjalani

hemodialisa. Sikap pasien terhadap ketaatan yang diajalaninya dapat dinilai dari

waktu kedatangan, tingkat keparahan penyakit, komplikasi penyerta, gagal ginjal

3
4

yang makin memburuk. Pada awal menjalani hemodialisa, respon pasien seolah-

olah tidak menerima atas kehilangan fungsi ginjalnya dan sedih dengan kejadian

yang dialami sehingga memerlukan waktu yang cukup lama untuk dapat

beradaptasi dengan program hemodialisa (Notoatmodjo, 2010).

World Health Organization (WHO) memperkirakan setiap satu juta jiwa

terdapat 23-30 orang yang mengalami gagal ginjal kronik pertahun. Kasus gagal

ginjal di dunia meningkat pertahun 50%. Di negara yang sangat maju tingkat

gizinya seperti Amerika Serikat, setiap tahunnya sekitar 20 juta orang dewasa

menderita gagal ginjal kronik (Santoso, 2007).

Penyebab Gagal Ginjal Kronik (GGK) yang paling sering ditemukan di

New England adalah glomerulonefritis kronik (24%), nefropati diabetic (15%),

penyakit ginjal polikistik dan nefritis intenstinal lain (85%) (Price, 2006).

Sedangkan di Amerika Serikat, insiden penyakit ini berkisar 1200 pendertia

persatu juta penduduk dan di Australia berkisar 500 penderita persatu juta

penduduk.

Jumlah pasien penderita penyakit gagal ginjal kronik di Indonesia

diperkirakan 60.000 orang dengan pertambahan 4.400 pasien baru setiap

tahunnya. Sedangkan jumlah alat cuci darah yang ada di indonesia sekitar 1.000

unit. Jumlah ini hanya bisa melayani 4.000 orang setiap tahun. Ini berarti jumlah

pasien yang dilayani kurang dari 10% (Wijaya, 2009).

Penderita gagal ginjal di RSUD dr. M. Yunus Bengkulu setiap tahunnya

mengalami peningkatan, ini dapat dilihat berdasarkan data yang didapat di rekam

4
5

medik RSUD dr. M. Yunus Bengkulu. Pada tahun 2012 jumlah pasien Gagal

Ginjal Kronik (GGK) berjumlah 115 orang, pada tahun 2013 berjumlah 156

orang, pada tahun 2014 berjumlah 260 orang dan bulan januari sampai oktober

tahun 2015 penderita Gagal Ginjal Kronik (GGK) berjumlah 205 orang.

Berdasarkan survey awal yang dilakukan peneliti pada tanggal 20

Oktober 2015 di ruang Hemodialisa RSUD dr. M. Yunus Bengkulu, dari 10

orang pasien yang melakukan hemodialisa 3 diantaranya tahu dan rutin

melaksanakan hemodialisa sesuai dengan jadwal yang diberikan oleh dokter dan

4 diantaranya tidak rutin melaksanakan hemodialisa karena tidak adanya biaya, 2

diantaranya tidak mengetahui manfaat dari rutinitas pelaksanaan hemodialisa dan

1 diantaranya tidak sutuju dilaksanakan hemodialisa

Melihat fenomena di atas bagi peneliti ada beberapa faktor dominan yang

berhubungan dengan rutinitas pelakasanaan hemodialisa. Maka penulis tertarik

meneliti “analisis faktor dominan yang berhubungan dengan rutinitas

pelaksanaan hemodialisa pada pasien gagal ginjal kronik di ruang hemodialisa

RSUD dr. M. Yunus kota Bengkulu tahun 2016”.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, peneliti merumuskan masalah yakni,

terjadinya peningkatan pasien gagal ginjal kronik di RSUD dr. M.Yunus

Bengkulu sejak tahun 2012 sehingga timbul pertanyaan penelitian “ analisis

faktor dominan yang berhubungan dengan rutinitas pelaksanaan hemodialisa

5
6

pada pasien pasien gagal ginjal kronik (GGK) di ruang hemodialisa RSUD dr. M.

Yunus Bengkulu Tahun 2016 ?” .

C. Tujuan penelitian

1. Tujuan umum

Tujuan penelitian ini adalah diketahui analisis faktor dominan yang

berhubungan dengan rutinitas pelaksanaan hemodialisa pada pasien Gagal

Ginjal Kronik (GGK) di ruang hemodialisa di RSUD dr. M. Yunus

Bengkulu tahun 2016

2. Tujuan khusus

a. Diketahui gambaran pengetahuan, sikap, tingkat ekonomi, dukungan

keluarga, motivasi, dengan rutinitas pelaksanaan hemodialisa pada pasien

Gagal Ginjal Kronik (GGK) di RSUD dr. M. Yunus Bengkulu tahun

2016.

b. Diketahui hubungan pengetahuan dengan rutinitas pelaksanaan

hemodialisa pada pasien Gagal Ginjal Kronik (GGK) di RSUD dr. M.

Yunus Bengkulu tahun 2016.

c. Diketahui hubungan sikap dengan rutinitas pelaksanaan hemodialisa pada

pasien Gagal Ginjal Kronik (GGK) di RSUD dr. M. Yunus Bengkulu

tahun 2016.

d. Diketahui hubungan tingkat ekonomi dengan rutinitas pelaksanaan

hemodialisa pada pasien Gagal Ginjal Kronik (GGK) di RSUD dr. M.

Yunus Bengkulu tahun 2016.

6
7

e. Diketahui hubungan dukungan keluarga dengan rutinitas pelaksanaan

hemodialisa pada pasien Gagal Ginjal Kronik (GGK) di RSUD dr. M.

Yunus Bengkulu tahun 2016.

f. Diketahui hubungan motivasi dengan rutinitas pelaksanaan hemodialisa

pada pasien Gagal Ginjal Kronik (GGK) di RSUD dr. M. Yunus

Bengkulu tahun 2016.

g. Diketahui faktor dominan yang berhubungan dengan rutinitas

pelaksanaan hemodialisa pada pasien Gagal Ginjal Kronik (GGK) di

RSUD dr. M. Yunus Bengkulu tahun 2016

D. Manfaat Penelitian

1. Secara teoritis

a. Untuk Akademis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah

yang dapat bermanfaat dalam perkembangan kurikulum keperawatan

medikal bedah dan sebagai sumber pustaka yang berhubungan dengan

Gagal Ginjal Kronik (GGK) dan hemodialisa.

b. Untuk Peneliti Lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai data dasar

untuk penelitian serupa yang akan dikembangkan lebih lanjut.

7
8

2. Secara Praktis

a. Untuk RSUD dr. M. Yunus Bengkulu

Sebagai bahan masukan dalam rangka peningkatan program pelayanan

kesehatan dan sekaligus memberikan informasi tentang analisis faktor

dominan yang berhubungan dengan rutinitas pelaksanaan hemodialisa pada

pasien Gagal Ginjal Kronik (GGK) di ruang hemodialisa RSUD dr. M.

Yunus Bengkulu.

8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Gagal Ginjal Kronik

1. Defenisi

Gagal Ginjal Kronik (GGK) atau penyakit ginjal tahap akhir adalah

gangguan fungsi ginjal yang menahun bersifat progresif dan irreversibel.

Dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan

keseimbangan cairan dan elektrolik, menyebabkan uremia (retensi urea dan

sampah nitrogen lain dalam darah) (Brunner dan Suddarth, 2005).

Gagal ginjal kronik merupakan keadaan klinis kerusakan ginjal yang

progresif dan irreversibel yang berasal dari berbagai penyebab. Gagal ginjal

kronik terjadi setelah berbagai macam penyakit tidak dihambat, maka pada

semua kasus seluruh nefron akhirnya hancur dan diganti dengan jaringan

parut. Meskipun penyebabnya banyak, gambaran klinis GGK sangat mirip

satu dengan yang lain (Price dan Wilson, 2006).

Dari berbagai defenisi di atas dapat simpulkan bahwa gagal ginjal

kronis adalah kerusakan pada ginjal yang terus berlangsung dan tidak dapat

diperbaiki, dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan

metabolisme, keseimbangan cairan dan elektrolit, yang dapat menyebabkan

terjadinya uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah).

9
10

2. Anatomi fisiologi

Gambar 2.1 ginjal tampak dari depan

(Sobotta, 2006, Atlas Anatomi Manusia / E. 22. Jakarta: EGC)

a. Ginjal

Secara anatomi, kedua ginjal terletak pada setiap sisi dari

kolumna tulang belakang antara T12 dan L3. Ginjal kiri terletak agak

lebih superior dibanding ginjal kanan. Permukaan anterior ginjal kiri

diselimuti oleh lambung, pankreas, jejunum, dan sisi fleksi kolon kiri.

Permukaan superior setiap ginjal terdapat kelenjar adrenal (Suharyanto

dan Madjid, 2006).

Posisi dari kedua ginjal di dalam rongga abdomen dipelihara

oleh : dinding peritonium, kontak dengan organ organ viseral, dan


11

dukungan jaringan penghubung. Ukuran setiap ginjal orang dewasa

adalah panjang 10 cm ; 5,5 cm pada sisi lebar, dan 3 cm pada sisi sempit

dengan berat setiap ginjal berkisar 150 gram (Suharyanto dan Madjid,

2006).

Lapisan kapsul ginjal terdiri atas jaringan fibrous bagian dalam

dan bagian luar. Bagian dalam memperlihatkan anatomis dari ginjal.

Pembuluh-pembuluh darah ginjal dan drainase ureter melewati hilus dan

cabang sinus renal. Bagian luar berupa lapisan tipis yang menutup

kapsul ginjal dan menstabilisasi struktur ginjal. Korteks ginjal

merupakan lapisan bagian dalam sebelah luar yang bersentuhan dengan

kapsul ginjal. Medula ginjal terdiri dari 6-18 piramid ginjal. Bagian

dasar piramid bersambungan dengan korteks dan di antara piramid di

pisahkan oleh jaringan kortikal yang disebut kolum ginjal (Suharyanto

dan Madjid, 2006).

b. Nefron

Gambar 2.2 Anatomi Nefron

(Jan Tambayong, 2001, Anatomi dan fisiologi untuk Keperawatan)


12

Ada sekitar 1 juta nefron pada setiap ginjal di mana apabila

dirangkai akan mencapai panjang 145 km (85 mil). Ginjal tidak dapat

membentuk nefron baru, oleh karena itu pada keadaan trauma ginjal

atau proses penuaan akan terjadi penurunan jumlah nefron secara

bertahap di mana jumlah nefron yang berfungsi akan menurun sekitar

10% setiap 10 tahun, jadi pada usia 80 tahun jumlah nefron yang

berfungsi 40% lebih sedikit dari pada usia 40 tahun. Penurunan fungsi

ini tidak mengancam jiwa karena perubahan adaptif sisa nefron dalam

mengeluarkan produk sisa yang tepat (Muttaqin dan Sari, 2011).

c. Aliran Darah Ginjal

Ginjal menerima sekitar 1.200 ml darah per menit atau 21% dari

curah jantung. Aliran darah yang sangat besar ini tidak ditujukan untuk

memenuhi kebutuhan energi yang berlebihan, tetapi agar ginjal dapat

secara terus-menerus menyesuaikan komposisi darah. Dengan

menyesuaikan komposisi darah, ginjal mampu mempertahankan volume

darah, memastikan keseimbangan natrium, klorida, kalium, kalsium,

fosfat, dan pH, serta membuang produk-produk metabolisme sebagai

urea (Suharyanto dan Madjid, 2006).

d. Pembentukan Urine

Kecepatan ekskresi berbagai zat dalam urine menunjukkan

jumlah ketiga proses ginjal yaitu filtrasi glomerulus, reabsorpsi zat dari
13

tubulus renal ke dalam darah dan sekresi zat dari darah ke tubulus renal

(Suharyanto dan Madjid, 2006).

e. Ureter

Ureter adalah organ yang berbentuk tabung kecil yang berfungsi

mengalirkan urine dari pielum ginjal ke dalam kandung kemih. Pada

orang dewasa, panjang kurang lebih 20 cm. Dindingnya terdiri atas

mukosa yang dilapisi oleh sel-sel transisional, otot-otot polos sirkuler

dan longitudinal yang dapat melakukan gerakan peristaltik

(berkontraksi) guna mengeluarkan urine kekandung kemih (Suharyanto

dan Madjid, 2006).

Ureter memasuki kandung kemih menembus otot detrusor di

daerah trigonum kandung kemih. Normalnya ureter berjalan secara

oblique sepanjang beberpa sentimeter menembus kandung kemih yang

disebut dengan ureter intramural kemudian berlanjut pada ureter

submukosa. Tonus normal dari otot detrusor pada dinding kandung

kemih cenderung menekan ureter, dengan demikian mencegah aliran

balik urine dari kandung kemih saat terjadi tekanan di kandung kemih.

Setiap gelombang peristaltik yang terjadi sepanjang ureter akan

meningkatkan tekanan dalam ureter sehingga bagian yang menembus

kandung kemih membuka dan memberi kesempatan kandung urine

mengalir ke dalam kandung kemih (Suharyanto dan Madjid, 2006).


14

f. Kandung Kemih (Vesika Urinaria)

Kandung kemih berfungsi menampung urine dari ureter dan

kemudian mengeluarkannya melalui uretra dalam mekanisme miksi

(berkemih). Dalam menampung urine, kandung kemih mempunyai

kapasitas maksimal, dimana pada orang dewasa besarnya adalah kurang

lebih 300-450 ml. Pada saat kosong, kandung kemih terletak di belakang

simfisis pubis dan pada saat penuh berada diatas simfisis sehingga dapat

di palpasi dan diperuksi (Suharyanto dan Madjid, 2006).

Kandung kemih adalah organ berongga yang terdiri dari 3 lapis

otot detrusor yang saling beranyaman. Pada dinding kandung kemih

terdapat dua bagian yang besar. Ruangan yang berdinding otot polos

adalah sebagai berikut :

1) Badan (korpus) merupakan bagian utama kandung kemih di mana

urine berkumpul.

2) Leher (kolum), merupakan lanjutan dari badan yang terbentuk

corong, berjalan secara inferior dan anterior ke dalam daerah segitiga

urogenital dan berhubungan dengan uretra. Bagian yang lebih rendah

dari leher kandung kemih disebut uretra posterior karena

hubungannya dengan uretra.

g. Uretra

Uretra merupakan tabung yang menyalurkan urine karena keluar

dari kandung kemih melalui proses miksi. Secara anatomis uretra dibagi
15

menjadi dua bagian yaitu uretra posterior dan uretra anterior. Pada pria,

organ ini berfungsi juga dalam menyalurkan cairan sperma.

Panjang uretra wanita kurang lebih 3-5 cm, sedangkan uretra pria

dewasa kurang lebih 23-25 cm. Perbedaan panjang inilah yang

menyebabkan keluhan hambatan pengeluaran urine lebih sering terjadi

pada pria. Uretra posterior pada pria terdiri atas uretra pars prostatika

yaitu bagian uretra yang dilingkupi oleh kelenjar prostat dan tonjolan

verumontanum, dan di sebelah proksimal dan distal dari verumontanum

ini terdapat kista uretralis. Bagian akhir dari vas deferens yaitu kedua

duktus ejakulatorius terdapat di pinggir kiri dan kanan verumontanium,

sedangkan sekresi kelenjar prostat bermuara di dalam duktus prostatikus

yang tersebar di uretra prostatika (Suharyanto dan Madjid, 2006).

h. Kelenjar Prostat

Prostat adalah organ genetalia pria yang terletak di sebelah

inferior kandung kemih, di depan rektum dan membungkus uretra

posterior. Bentuknya seperti buah kemiri dengan ukuran 4x3x2,5 cm

dan beratnya kurang lebih 20 gram. secara histopatologik kelenjar

prostat terdiri atas otot polos, fibroblas, pembuluh darah, saraf dan

jaringan penyanggah yang lain (Suharyanto dan Madjid, 2006).

Prostat menghasilkan suatu cairan yang merupakan salah satu

komponen dari cairan ejakulasi. Cairan ini dialirkan melalui duktus

sekretorius dan bermuara di uretra posterior untuk kemudian


16

dikeluarkan bersama cairan semen yang lain pada saat ejakulasi.

Volume cairan prostat merupakan kurang lebih 25% dari seluruh

volume ejakulat (Suharyanto dan Madjid, 2006).

i. Berkemih

Berkemih (micturition) adalah pengeluaran urine dari tubuh.

Berkemih terjadi sewaktu sfingter uretra internal dan eksternal di dasar

kandung kemih berelaksasi. Kandung kemih terdiri atas sel-sel otot

polos, yang dipersarafi oleh neuron-neuron sensorik yang berespon

terhadap peregangan kandung kemih dan serat-serat parasimpatis yang

berjalan dari daerah sakrum ke kandung kemih. Bagian otot polos yang

terletak di dasar kandung kemih (sfingter internal) juga dipersarafi oleh

saraf parasimpatis, sfingter eksternal terdiri atas otot-otot rangka dan

terletak di uretra bagian atas (Suharyanto dan Madjid, 2006).

3. Etiologi

Gagal ginjal ditandai oleh ketidak mampuan ginjal mempertahankan

fungsi normalnya untuk mempertahankan volume dan komposisi cairan

tubuh dalam keadaan asupan makanan normal. Gagal ginjal kronik terjadi

setelah berbagai macam penyakit yang merusak massa nefron

(Chandrasoma, 2006; Price dan Wilson, 2006).

Penyebab gagal ginjal kronik tersering dibagi menjadi 8 kelas :

a. Infeksi tubulointerstisial : pielonefritis kronik

b. Peradangan : glomerulonefritis
17

c. Hipertensi : nefrosklerosis, stenosis arteri renalis

d. Gangguan jaringan ikat : LSE, seklerosis sistemik

e. Kongenital : penyakit ginjal polisiklik, asidosis tubulus ginjal

f. Metabolik : DM, gout, dll

g. Nefropati toksik : nefropati timah

h. Nefropati obstruktif : batu ginjal, hiperplasi prostat, tumor

( Reilly, 2005).

4. Manifestasi Klinis

a. Kardiovaskuler : hipertensi, pitting edema, edema periorbital,

pembesaran vena leher.

b. Pulmoner : krekels, nafas dangkal, kusmaul, sputum kental dan liat.

c. Gastrointestinal: anoreksia,mual dan muntah, perdarahan saluran GI,

ulserasi dan perdarahan pada mulut, konstipasi / diare, nafas berbau

amonia.

d. Muskuluskeletal : kram otot, kehilangan kekuatan otot, fraktur tulang,

foot drop

e. Integumen : warna kulit abu-abu mengkilap, kulit kering, bersisik,

pruritus, ekimosis, kuku tipis dan rapuh, rambut tipis dan kasar.

f. Reproduksi : amenore, atrofi testis (Padila, (2012) dalam: Smeltzer C,

Suzanne, 2002).
18

5. Klasifikasi

Klasifikasi penyakit ginjal kronik dikelompokkan atas dasar derajat

(stage) penyakit dan atas dasar etiologi penyakit. Klasifikasi atas dasar

penyakit dibuat berdasarkan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) yang dihitung

dengan rumus kockcroft-Gault (Suwira, 2007). Klasifikasi tersebut dapat

dilihat pada tabel 2.1.

Tabel 2.1 Klasifikasi Penyakit Gagal Ginjal Kronik atas Dasar Derajat
Penyakit

Derajat Penjelasan LFG


(ml/mm/1.73m2)
1 Kerusakan ginjal dengan LFG normal atau ≥ 90
meningkat
2 Kerusukan ginjal dengan LFG menurun ringan 60-90
3 Kerusakan ginjal dengan LFG menurun sedang 30-59
4 Kerusakan ginjal dengan LFG menurun berat 15-29
5 Gagal ginjal < 15
atau
dialisis

(NKF-KDOQI, 2005)
6. Patofisiologi

Fungsi renal menurun karena produk akhir metabolisme protein

tertimbun dalam darah, sehingga mengakibatkan terjadinya uremia dan

mempengaruhi seluruh sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produksi

sampah maka gejala semakin berat.

Gangguan clearance renal terjadi akibat penurunan penurunan

jumlah glomerulus yang berfungsi. Penurunan laju filtrasi glomerulus

dideteksi dengan memeriksa clearance kreatinin urine tampung 24 jam yang


19

menunjukkan penurunan clearance kreatinin dan peningkatan kadar

kreatinin serum.

Retensi cairan dan natrium dapat mengakibatkan edema, CHF, dan

hipertensi. Hipotensi dapat terjadi karena aktifitas aksis renin angitensin dan

kerja sama keduanya meningkatkan sekresi aldosteron. Kehilangan garam

mengakibatkan risiko hipotensi dan hipovolemia. Muntah dan diare

menyebabkan perpisahan air dan natrium sehingga status uremik memburuk.

Asidosis metabolik akibat ginjal tidak mampu mensekresi asam (H+)

yang berlebihan. Penurunan sekresi asam akibat tubulus ginjal tidak mampu

mensekresikan ammonia (NH3-) dan mengabsorbsi natrium bikarbonat

(HCO3-). Penurunan ekskresi fosfat dan asam organik lain terjadi.

Anemia terjadi akibat produksi eritropoitin yang tidak memadai,

memendeknya usia sel darah merah, defisiensi nutrisi, dan kecenderungan

untuk mengalami perdarahan akibat status uremik pasien, terutama dari

saluran pencernaan. Eritropoitein yang diproduksi oleh ginjal, menstimulasi

sumsum tulang untuk menghasilkan sel darah merah, dan produksi

eritropoitein menurun sehingga mengakibatkan anemia berat yang disertai

keletihan, angina, ddan sesak nafas.

Ketidakseimbangan kalsium dan fosfat merupakan gangguan

metabolisme. Kadar serum kalsium dan fosfat tubuh memiliki hubungan

timbal balik. Jika salah satunya meningkat, maka fungsi yang lain akan

menurun. Dengan menurunnya filtrasi melalui glomerulus ginjal, maka


20

meningkatkan kadar fosfat serum, dan sebaliknya, kadar serum kalsium

menurun. Penurunan kadar kalsium serum menyebabkan sekresi

parathormon, sehingga kalsium di tulang menurun, mnyebabkan terjadinya

perubahan tulang dan penyakit tulang. Demikian juga, vitamin D (1,25

dihidrokolekalsiferol) yang dibentuk di ginjal menurun seiring

perkembangan gagal ginjal ( Nursalam, 2006).

7. Pemeriksaan Penunjang

a. Urine

1) Volume : biasanya kurang dari 400 ml/ 24 jam atau tak ada (anuria)

2) Warna : secara abnormal urine keruh kemungkinan disebabkan oleh

pus, bakteri, lemak, fosfat atau urat sedimen kotor, kecoklatan

menunjukkan adanya darah, Hb, mioglobin, porfirin.

3) Berat jenis : kurang dari 1,010 menunjukka kerusakan ginjal berat.

4) Osmoalitas : kurang dari 350 mOsm/kg menunjukkan kerusakan

ginjal tubular dan rasio urine/ serum sering 1:1

5) Klirens kreatinin : mungkin agak menurun

6) Natrium : lebih besar dari 40 mEq/L karena ginjal tidak mampu

mereabsorbsi natrium.

7) Protein : derajat tinggi protein proteinuria (3-4) secara kuat

menunjukkan kerusakan glomerulus bila SDM dan fragmen juga

ada
21

b. Darah

1) BUN/ kreatinin : meningkat, kadar kreatinin 10 mg/dl diduga tahap

akhir

2) Hb : menurun pada adanya anemia. Hb biasanya kurang dari 7-8 gr/

dl

3) SDM : menurun, defisiensi eritropoitin

4) GDA : asidosis metabolik, ph kurang dari 7,2

5) Natrium serum : rendah

6) Kalium : rendah

7) Magnesium : meningkat

8) Kalsium : menurun

9) Protein (albumin) : menurun

c. Osmolalitas serum : lebih dari 285 mOsm/kg

d. Pelogram retrograd : abnormalitas pelvis ginjal dan adanya masa, kista,

obstruksi pada saluran perkemihan bagian atas

e. Endoskopi ginjal, nefroskopi : untuk menentukan pelvis ginjal, keluar

batu, hematuria, dan pengangkatan tumor selektif

f. Arteriogram ginjal : mengkaji sirkulasi dan mengidentifikasi

ekstravaskuler, masa

g. EKG : ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa (Doenges, E

Marilyn, 2000).
22

8. Penatalaksanaan

a. Dialisis

Dialisis dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi gagal ginjal

akut yang serius, seperti hiperkalemia, perikarditis dan kejang.

Perikarditis memperbaiki abnormalitas biokimia; menyebabkan cairan,

protein dan natrium dapat dikonsumsi secara bebas; menghilangkan

kecenderungan perdarahan dan membantu penyembuhan luka.

b. Penanganan Hiperkalemia

Keseimbangan cairan dan elektrolit merupakan masalah utama

pada gagal ginjal akut; hiperkalemia merupakan kondisi yang paling

mengancam jiwa pada gangguan ini. Oleh karena itu pasien dipantau

akan adanya hiperkalemia melalui serangkaian pemeriksaan kadar

elektrolit serum (nilai kalium > 5.5 meq/l; si 5.5 mmol/l) perubahan

EKG (tinggi puncak gelombang) T rendah atau sangat tinggi), dan

perubahan status klinis. Peningkatan kadar kalium dapat dikurangi

dengan pemberian ion pengganti resin (natrium polistriren sulfonat

[kayexalatel]), secara oral atau melalui retensi enema.

c. Mempertahankan Keseimbangan Cairan

Cairan yang diminum penderita gagal ginjal tahap lanjut harus

diawasi dengan seksama. Parameter yang tepat untuk diikuti selain data

asupan dan pengeluaran cairan yang dicatat dengan tepat adalah

pengukuran berat harian, asupan yang bebas dapat menyebabkan beban


23

sirkulasi menjadi berlebihan dan edema sedangkan asupan yang terlalu

mengakibatkan dehidrasi, hipotensi dan gangguan ginjal.

Aturan yang dipakai untuk menentukan banyaknya asupan cairan

adalah : jumlah urine yang dikeluarkan selama 24 jam terakhir + 500 ml

(IWL) (Brunner dan Suddarth, 2001).

9. Komplikasi Gagal Ginjal Kronik

Menurut Smaltzer (2005), komplikasi potensial gagal ginjal kronik

yang memerlukan pendekatan kolaboratif dalam perawatan, mencakup :

a. Hiperkalemia : akibat penurunan eskresi, asidosis metabolic.

b. Perikarditis : efusi peri kardial, dan temponade jantung akibat retensi

produk sampah uremik dan dialisis yang tidak adekuat

c. Hipertensi : akibat retensi cairan dan natrium serta mall fungsi sistem

renin, angiostensin, aldosteron, sindrom uremik.

d. Anemia : akibat penurunan erittropoetin, penurunan rentang usia sel

darah merah, perdarahan gastrointestinal.

e. Penyakit tulang serta klasifikasi metastatik akibat retensi fosfat

B. Konsep Hemodialisa

1. Defenisi Hemodialisa

Hemodialisa berasal dari kata hemo yang berari darah, dan dialisa

yang berarti pemisahan atau filtrasi. Hemodialisa adalah proses pembersihan

darah oleh akumulasi sampah buangan. Hemodialisa digunakan bagi pasien


24

dengan tahap akhir gagal ginjal atau pasien berpenyakit akut yang

membutuhkan dialisis waktu singkat (Nursalam, 2006).

Terapi hemodialisa adalah suatu teknologi tinggi sebagai terapi

pengganti untuk mengeluarkan sisa-sisa metabolisme atau racun tertentu dari

peredaran darah manusia seperti air, natrium, kalium, hidrogen, urea,

kreatinin, asam urat dan zat-zat lain melalui membran semi permeabel

sebagai pemisah darah dan cairan dialisat pada ginjal buatan dimana terjadi

proses difusi, osmosis dan ultra filtrasi (Setyawan, 2008).

Dari berbagai defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa hemodialisa

adalah proses pembersihan darah dengan menggunakan teknologi tinggi dari

sisa-sisa metabolisme atau racun tertentu dari peredaran darah manusia

seperti air, natrium, kalium, hidrogen, urea, kreatinin, asam urat dan zat-zat

lain.

2. Tujuan Hemodialisa

Sebagai terapi pengganti, kegiatan hemodialisa mempunyai tujuan :

a. Membuang produk metabolisme protein seperti urea, kreatinin.

b. Membuang kelebihan air.

c. Mempertahankan atau mengembalikan sistem buffer tubuh.

d. mempertahankan atau mengembalikan kadar elektrolit tubuh.

e. Memperbaiki status kesehatan penderita.


25

3. Indikasi dan Kontra Indikasi Hemodialisa

Menurut konsensus Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI)

(2007) secara ideal semua pasien dengan Laju Filtrasi Goal (LFG) kurang

dari 15 mL/menit, LFG kurang dari 10 mL/menit dengan gejala

uremia/malnutrisi dan LFG kurang dari 5 mL/menit walaupun tanpa gejala

dapat menjalani dialisis. Selain indikasi tersebut juga disebutkan adanya

indikasi khusus yaitu apabila terdapat komplikasi akut seperti oedem paru,

hiperkalemia, asidosis metabolik berulang, dan nefrotik diabetik.

Indikasi hemodialisa yaitu gagal ginjal yang tidak lagi dapat

dikontrol melalui penatalaksanaan konservatif, pemburukan sindrom uremia

yang berhubungan dengan EDRS (misalnya, mual, muntah, perubahan

neurologis, kondidi neuropatik, perikarditis), gangguan cairan atau elektrolit

berat yang tidak dapat dikontrol oleh tindakan yang lebih sederhana

(Patricia, 2006).

Sabatine (2005) memaparkan kontra indikasi yaitu ketidakstabilan

hermodinamik, aritmia, dan perdarahan. Kontra indikasi dari hemodialisa

adalah tidak mungkin di dapatkan akses vaskuler pada hemodialisa, akses

vaskuler sulit, instabilitas hemodinamik dan koagulasi. Kontra indikasi

hemodialisa yang lain diantaranya adalah penyakit alzheimer, demensia

multi infark, sindrom hepatorenal, sirosis hati lanjut dengan ensafalopati dan

keganasan lanjut (PERNEFRI, 2007).


26

4. Proses hemodialisa

Dalam kegiatan hemodialisa terjadi 3 proses utama seperti berikut :

a. Proses defusa yaitu berpindahnya bahan terlarut karena perbedaan

kadar di dalam darah dan di dalam dialisat. Semakin tinggi

perbedaan kadar dalam darah maka semakin banyak bahan yang di

pindahkan ke dalam dialisat.

b. Proses ultrafiltrasi yaiu poses berpindahnya air dan bahan terlarut

karena perbedaan tekanan hidrostatis dalam darah dan dialisat.

c. Proses osmosis yaitu proses berpindahnya air karena tenaga kimia

5. Alasan Dilakukannya Dialisa

Dialisa di lakukan jika gagal ginjal menyebabkan:

a. Kelainan fungsi otak (ensefalopati uremik)

b. Perikarditis (peradangan kantong jantung)

c. Asidosis (peningkatan keasaman darah) yang tidak memberikan

respon terhadap pengobatan lainnya.

d. Gagal jantung

e. Hiperkalemia (kadar kalium yang sangat tinggi dalam darah)

f. Frekuensi dialisa.

Frekuensi, tergantung kepada banyaknya fungsi ginjal yang

tersisa, tetapi sebagian besar penderita menjalani dialisa sebanyak 3

kali/minggu.

Program dialisa dikatakan berhasil jika :


27

1) Penderita kembali menjalani hidup normal.

2) Penderita kembali menjalani diet yang normal.

3) Jumlah sel darah merah dapat di toleransi.

4) Tekanan darah normal.

Dialisa bisa di gunakan sebagai pengobatan jangka panjang untuk

gagal ginjal kronis atau sebagai pengobatan sementara sebelum penderita

menjalani pencangkokan ginjal. Pada gagal ginjal akut, dialisa dilakukan

hanya dalam beberapa hari atau beberapa minggu, sampai fungsi ginjal

kembali normal.

6. Komplikasi Pada Hemodialisa

Menurut Havens dan Terra (2007), selama tindakan hemodialisa

sering sekali ditemukan komplikasi yang terjadi, antara lain kram otot,

hipotensi, aritmia, sindrom ketidak seimbangan dialisa, hipoksemia,

perdarahan, gangguan pencernaan, infeksi atau peradangan bias, pembekuan

darah dan lain-lain.

Pada peritonial dialisa, yang bertindak sebagai penyaring adalah

peritonium (selaput yang melapisi perut dan membungkus organ perut).

Selaput ini memiliki area permukaan yang luas dan kaya akan pembuluh

darah. Zat-zat dari darah dapa dengan mudah tersaring melalui peritonium ke

dalam rongga perut. Cairan di masukan melalui sebuah selang kecil yang

menembus dinding perut ke dala rongga perut. Cairan harus di biarkan


28

selama waktu tertentu sehingga limbah metabolik dari aliran darah secara

perlahan masuk ke dalam cairan tersebut, kemudian cairan di keluarkan, dan

di ganti dengan cairan yang baru. (Medicastore, 2006).

Ada 4 macam dialisis pertitonial yang kini banyak di gunakan,

satu untuk dialisis akut dan tiga lainnya untuk dialisis kronik:

1) Manual intermittent peritoneal dialisis

2) Continuous cycler-asissted peritoneal dialysis

3) Continuous ambulatory peritoneal dialisis (CAPD)

4) Automated intermitten oeritoneal dialysis (IPD)

Metode hemodialisis lainnya :

1) High-Flux Dialisys

2) Continuous Arteriovenus Hemofiltration (CAVH)

3) Continuous arteriovenus Hemodialysis (CAVHD), (Brunner dan

Suddart, 2006)

4) Continuous Renal Replacement Theraphy (CRRT)

Peralatan hemodialisa :

5) Arterial-Venouse Blood Line (AVBL)

Arterial – Venouse Blood Line terdiri dari :

a) Arterial Blood Line (ABL)

Adalah tubing-tubing/line plastik yang menghubungkan

darah dari tubing akses vaskuler tubuh pasien menuju dialiser,

disebut inet ditandai dengan warna merah.


29

b) Venouse Blood Line

Adalah tubing/line plastik yang menghubungkan darah

dari dialiser de ngan tubing akses vascular menucu tubuh

pasien disebut outlet ditandai dengan warna biru. Priming

volume AVBL antara 100-500 ml. Proiming volume cairan

yang diisikan pertama kali pada AVBL dan kompartemen

dialiser.

Bagian-bagian dari AVBL dan kompartemen adalah

konektor, ucung runcing, segmen pump, tubing

areterial/volume pressure, tubing udara, bubble trap, tubing

infuse/transfuse set.

6) Dializer/ginjal buatan (arterficial kidney)

Adalah suatu alat dimana proses dialisis terjadi terdiri dari 2

ruang/kompartemen, yaitu :

a) Kompartemen darah yaitu ruangan yang berisi darah.

b) Kompartemen dialisat yaitu ruangan yang berisi dialisat.

c) Kedua kompartemen dipisahkan oleh membran

semipermiabel.

d) Dialiser mempunyai 4 lubang yaitu dua ujung keluar masuk

darah dan dua samping untuk keluar masuk dialisat.


30

7) Air Wated Treatment

Air dalam tindakan hemodialisis di pakai sebagai pencampur

dialisat peka (dialisol).Air ini dapat berasal dari berbagai sumber,

seperti air PAM dan air sumur, yang harus dimurnikan dulu

dengan cara “water treatment” sehingga memenuhi standar AAMI

(Asociation for the Advhemodialisaement of Medical Instrument).

Jumlah air yang dibutuhkan untuk satu sesion hemodialisa

seseorang pasien adalah sekitar 120 liter.

8) Larutan Dialisat

Dialisat adalah larutan yang mengandung larutan elektrolit

dalam komposisi tertentu. Dipasaran beredar dua macam dialisat

yaitu dialisat asetat dan dialisat bicarbonate. Dialisat asetat

menurut komposisinya ada beberapa macam yaitu : jenis standart,

free potassium, low calsium dan lain-lain. Bentuk bicarbonate ada

yang powder, sehingga sebelum di pakai perlu dilarutkan dalam

air murni/air water treatment sebanyak 9,5 liter dan ada yang

bentuk cair (siap pakai).

9) Mesin Hemodialisa

Ada bermacam-macam mesin hemodialisa sesuai dengan

mereknya. Tetapi prinsipnya sma yaitu blood pump, sistem

pengaturannya larutan dialisat, sistem pemantauan mesin terdiri

dari blood circuit dan dialisat circuit dan berbagai monitor sebagai
31

deteksi adanya kesalahan. Dan komponen tambahan seperti

heparin pump, tombol bicarbonate, control ultrafiltrasi, program

ultrafiltrasi cateter vena dan bloo volume monitor.

10) Perlengkapan Hemodialisis Lainnya

Jarum fungsi, adaah jarum yang dipakai pada saat

melakukan fungsi akses vaskuler, macamnya :

a) Single Needle

Jarum yang dipakai hanya satu, tetapi mempunyai dua

cabang, yang satu untuk darah masuk dan yang satu untuk

darah keluar

b) AV-Fistula

Jarum yang bentuknya seperti wing needle tetapi

ukurannya besar. Jika menggunakan AV-Fistula ini, dilakukan

dua kali penusukan.

C. Rutinitas

1. Defenisi rutinitas

Rutinitas atau kebiasaan adalah pengulangan sesuatu secara terus

menerus atau dalam sebagian besar waktu dengan cara yang sama dan tanpa

hubungan akal, atau dia adalah sesuatu yang tertanam di dalam jiwa dari hal-hal

yang berulang kali terjadi dan diterima tabiat (Sayid, 2006).


32

Menurut Asih (2010), rutinitas atau kebiasaan adalah perbuatan sehari-

hari yang dilakukan berulang-ulang dalam hal yang sama, sehingga menjadi

suatu kebiasaan dan ditaati oleh seseorang

Dari defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa rutinitas adalah suatu

kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang atau terjadwal oleh suatu

individu dan dianggap sebagai kebutuhan atau kewajiban bagi individu tersebut

D. Rutinitas pelaksanaan hemodialisa

Hemodialisa harus dilakukan secara teratur atau rutin tanpa boleh

dilewatkan satu haripun. Biasanya hemodialisa dilakukan 2-3 kali dalam satu

minggu yang membutuhkan waktu 3-6 jam setiap kali melakukan hemodialisa.

Hemodialisa tidak bisa dihentikan kecuali jika menjalani pencangkokan ginjal,

kegiatan hemodialisa akan berlangsung terus-menerus selaman hidupnya (Lubis,

2006). Apabila hemodialisa tidak dilakukan atau dilewatkan satu kali maka pasien

akan mengalami penurunan kesehatan dan akan jatuh kembali ke Gagal Ginjal

Kronik (GGK) yang hebat sehingga dapat mengakibatkan kematian (Rubin, 2006).

E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Hemodialisa

Banyak faktor yang mempengaruhi keteraturan atau rutinitas

pelaksanaan hemodialisa. Faktor-faktor tersebut antara lain tingkat pengetahuan

penderita, tingkat ekonomi, sikap, usia, dukungan keluarga, jarak dengan pusat

hemodialisa, nilai dan keyakinan tentang kesehatan, derajat penyakit, lama

menjalani hemodialisa, motivasi dan keterlibatan tenaga kesehatan, kepatuhan


33

pasien dalam menjalani hemodialisa dapat memperpanjang umur dan mendapatkan

kesehatan yang lebih baik (Fitriani, 2010).

Menurut Notoatmodjo (2010) faktor yang mempengaruhi pemanfaatan

pelayanan kesehatan adalah faktor predisposisi yang terwujud dalam

pengetahuan,sikap, keyakinan dan lain sebagainya. Serta faktor pendorong yang

terwujud dalam sikap dan prilaku petugas kesehatan, motivasi klien, dorongan dari

keluarga dan sebagainya.

F. Konsep Pengetahuan

1. Defenisi Pengetahuan

Pengetahuan merupakan suatu usaha yang mendasari seseorang

berfikir secara ilmiah, sedangkan tingkatnya tergantung pada ilmiah

pengetahuan atau dasar pendidikan orang tersebut (Nursalam dan Pariani,

2006).

Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia, yang

sekedar menjawab prtanyaan “what” yang terjadi setelah sesorang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

melalui panca indera pegihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba

yang sebagian besar dipengaruhi oleh mata dan telinga (Notoatmodjo, 2010).

Handoko (2008) mengatakan bahwa semakin baik pengetahuan

responden, semakin baik pula perilaku sesorang terhadap kesehatannya dan

sebaliknya juga pengetahuan tidak baik maka upaya perlindungan diri

terhadap penyakit rendah.


34

Dari beberapa defenisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa

pengetahuan adalah suatu usaha yang mendasari seseorang berfikir secara

ilmiah yang terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap

suatu objek tertentu dan semakin bbaik pengetahuan responden, semakin

baik pula perilaku seseorang terhadap kesehatannya dan sebaliknya juga

pengetahuan tidak baik maka upaya perlindungan diri terhadap penyakit

rendah.

2. Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010) membagi 6 tingkat pengetahuan. Ada 6

tingkat pengetahuan yang dicapai dalam domain kognitif yaitu :

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya.

b. Memahami (Comprehention)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yan telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.


35

d. Analisis (Analysys)

Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

objek kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur

organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesa (Syntesis)

Adalah suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menggabungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan

yang baru.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penelaian terhadap suatu materi atau objek.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat

penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior),

pengetahuan yang rendah kemungkinan dapat mengurangi rasa

percaya dalam hal wawasan maupun kemampuan dalam mengambil

keputusan baginya. Semakin baik pengetahuan seseorang maka akan

membuat seseorang semakin baik berprilaku (Purwanto, 2006).

Arikunto (2006) membagi tingkat pengetahuan menjadi 3 bagian

yakni:

1) Baik : Hasil presentase 76%-100%

2) Cukup : Hasil presentase 56%-75%

3) Kurang : Hasil presentase <55%


36

G. Hubungan Pengetahuan dengan Rutinitas Pelaksanaan Hemodialisa

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek (Notoatmodjo, 2010), tingkat

pengetahuan seseorang sangat mempengaruhi rutinitas menjalani hemodialisa,

dimana pengetahuan yang kurang terhadap penyakit dan komplikasi yang terjadi

pasien dapat cenderung kurang teratur dalam menjalani program hemodialisa

karena ketidaktahuan atau mengerti tentang penyakit yang di derita. Sedangkan

sesorang yang pengetahuannya baik akan mengerti tentang penyakit dengan

segala komplikasi cenderung akan dapat rutin untuk menjalani program

hemodialisa. Tingkat pengetahuan yang baik, cukup maupun kurang akan

mempengaruhi tingkat rutinitas atau keteraturan menjalani program hemodialisa

(Notoatmodjo, 2010).

Kepatuhan adalah ketaatan pasien dalam melaksanakan terapi, kepatuhan

pasien dalam menjalani rutinitas sangat diperlukan dalam pelaksanaan pasien

gagal ginjal kronik. Salah satu faktor pendukung kepatuhan adalah pengetahuan

pasien tentang program terapi yang dijalaninya. Tingkat pendidikan merupakan

salah satu unsur yang penting bagi sumber pengetahuan seorang yang akan

mempengaruhi pola berfikir seseorang dalam pengambilan keputusan mengenai

kesehatan dirinya, maka makin tinggi tingkat pendidika seseorang diharapkan

makin besar pula tingkat kepatuhannya dalam melakukan program pengobatan

terhadap penyakitnya (Hasbullah, 2006).


37

Proses terjadinya pengetahuan menjadi masalah mendasar bagi pemikiran

seseorang. Status pengetahuan seseorang tentang penyakit gagal ginja kronik

dapat menpengaruhi kemampuannya dalam memilih dan memutuskan terapi

hemodialisa yang sesuai dengan kondisinya dengan pengambilan keputusan yang

tepat.

Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langsung dari pada

cara berfikir seseorang, termasuk kemampuan untuk memahami faktor-faktor

yang berhubungan dengan penyakit dan menggunakan pengetahuan tentang

kesehatan untuk menjaga kesehatan sendiri.

Dwi Ernawati (2011) dalam penelitiannya yang berjudul Pengetahuan

Masyarakat Tentang Gagal Ginjal Kronik. Hasil dari penelitian tersebut

menunjukkan sebagian besar (47,4%) responden berpengetahuan cukup tentang

gagal ginjal kronik. Pengetahuan cukup yang dimiliki responden dikarenakan

kematangan usia dan jenis kelamin. Sejumlah 36,8% responden berpengetahuan

kurang dikarenakan pekerjaan dan juga kurangnya informasi. Sedangkan untuk

meningkatkan pengetahuan masyarakat diperlukan adanya informasi, khususnya

yang berkaitan tentang gagal ginjal kronik.


38

H. Konsep Sikap

1. Defenisi

Sikap adalah evaluasi umum yang dibuat manusisa terhadap dirinya

sendiri, orang lain, obyek atau issue (Azwar S, 2008).

Sikap adalah pandangan-pandangan atau perasaan yang disertai

kecenderungan untuk bertindak sesuai sikap obyek tadi (Gerungan, 2005).

Syah (2006), mengatakan sikap merupakan suatu keadaan internal yang

memperngaruhi pilihan tindakan individu terhadap obyek.

Setiap orang memiliki sikap yang berbeda-berbeda terhadap tindakan

hemodialisa. Hal ini disebabkan oleh tingkat pengetahuan dan pengalaman

pasien dalam menjalani hemodialisa. Pada awal menjalani hemodialisa,

respon pasien seoalah-olah tidak menerima atas kehilangan fungsi ginjalnya

dan sedih dengan kejadian yang dialami sehingga memerlukan waktu yang

cukup lama untuk dapat beradaptasi dengan program hemodialisa

(Notoatmodjo, 2010).

Dari beberapa defenisi di atas maka disimpulkan bahwa sikap adalah

keadaan diri dalam manusia yang menggerakkan untuk bertindak atau

berbuat dalam kegiatan sosial dengan perasaan tertentu di dalam menanggapi

obyek situasi atau kondisi di lingkungan sekitarnya.

Gerungan (2005), menjelaskan tentang sikap yaitu :

a. Sikap tumbuh dan dipelajari perkembangan orang yang bersangkutan

dalam keterkaitannya dengan obyek tertentu.


39

b. Sikap merupakan hasil belajar manusia, sehingga sikap dapat

ditumbuhkan dan dikembangkan dalam proses belajar.

c. Sikap selalu berhubungan dengan obyek, sehingga tidak berdiri

sendiri

d. Sikap memiliki hubungan dengan aspek motivasi dan perasaan

emosional.

2. Proses Terjadinya Sikap

Menurut Notoatmodjo (2010), proses terjadinya sikap digambarkan

sebagai berikut :

Bagan 2.1 proses terjadinya sikap

Stimulasi Proses Reaksi


rangsangan stimulasi
tingkah
laku

Sikap tertutup

3. Komponen Pokok sikap

Azwar (2009), membagi struktur sikap menjadi tiga komponen

yang saling menunjang yaitu :

a. Komponen kognitif

Merupakan rosentasi apa yang di percaya oleh individu pemilik

sikap, komponen kognitif berisi kepercayaan stereotype yang dimiliki

individu mengenai suatu yang dapat disamakan penanganan (opini)


40

b. Komponen afektif

Merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional.

Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai

komponen sikap yang bertahan terhadap pengaruh yang mungkin

mengubah sikap seseorang.

c. Komponen konatif

Merupakan komponen kecenderungan berperilaku tertentu

sesuai dengan sikap yang dimiliki sesorang.

4. Tingkat Sikap

Notoatmodjo (2010), membagi tingkat sikap meliputi sebagai

berikut :

a. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau

memperhatikan stimulasi yang diberikan obyek.

b. Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan tugas

yang diberikan adalah suatu indikasi sikap karena dengan suatu

usaha untuk menjawab pertanyaan yang diberikan.

c. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan

dengan orang lain terhadap suatu masalah.


41

d. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas semua yang telah dipilih dengan

degala resiko adalah mempunyai sikap yang paling tinggi.

5. Ciri-ciri Sikap

Sri Utami Rahayuningsih (2008) ciri-ciri sikap adalah :

a. Berorientasi kepada respon : sikap adalah suatu bentuk dari perasaan,

yaitu perasaan mendukung atau memihak (favourable) maupun

perasaan tidak mendukung (unfavourable) pada suatu objek.

b. Berorientasi kepada kesiapan respon : sikap merupakan kesiapan

untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu, apabila

dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adnya respon:

suatu pola perilaku tendensi atau kesisapan antisipatif untuk

menyesuaikan diri dari situasi sosial yang telah terkondisikan.

c. Berorientasi kepada skema triadik : sikap merupakan konstelasi

komponen-komponen kognitif, afektif, konatif yang saling berinteraksi

dalam memahami, merasakan, dan berperilaku terhadap suatu obyek

di lingkungan sekitarnya.

Sikap adalah evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap dirinya

sendiri, orang lain, obyek atau issue (Azwar S, 2009).

6. Cara Pengukuran Sikap

Sunaryo (2007), berpendapat bahwa secara garis besar pegukuran

sikap dibedakan melalui cara yaitu :


42

a. Secara Langsung

Dengan cara ini, subyek secara langsung diminta bagaiman

sikapnya terhadap suatu masalah atau hal yang diharapkan kepadanya.

1) Langsung berstruktur

Mengukur sikap dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan

yang telah disusun sedemikan rupa dalam suatu alat yang telah

ditentukan diberikan kepada subyek yang diteliti.

2) Langsung tak berstruktur

Pengukuran sikap yang sederhana dan tidak di perlukan yang

cukup mendalam, misalnya mengukur sikap dengan wawancara

bebas atau free interview pengamatan langsung atau survei.

b. Secara tidak langsung

Cara pengukuran sika menggunakan tes, dapat dilakukan

dengan pertanyaan-pertanyaan hipotesis kemudian ditanya pendapat

responden.

7. Skala Pengukuran Sikap

Dalam sikap digunakan skala Likert yaitu skala T :

Rumus :
43

Keterangan :

X= skor responden pada skala sikap yang hendak dirubah menjadi sekor

X= mean sekor pada kelompok

S= standar deviasi

Rumus standar deviasi :

Keterangan :

s = standar deviasi (simpangan baku)

xi = nilai x ke-i

= rata-rata

n = ukuran sampel

Hasil akan diolah pada tiap butir pertanyaan. Pertanyaan positif

atau mendukung untuk kategori sangat setuju,setuju,tidak setuju, sangat

tidak setuju, diberi rentang nilai 3, 2, 1, 0 sedangkan pertanyaan negatif

atau tidak mendukung untuk kategori sangat setuju, setuju,tidak setuju,

sangat tidak setuju, di berikan rentang nilai 0, 1, 2, 3, selanjutnya hasil


44

skor dikategorikan sesuai dengan pertimbangan penelitian sebagai

berikut:

Skor T ≥ mean T : favourable

Skor T < mean T : unfavourable

8. Faktor Yang Mempengaruhi Sikap

Azwar (2006), mengungkapkan faktor yang mempengaruhi sikap

sebagai berikut :

a. Pengalaman pribadi

Untuk dapat menjadi dasar pembentuk sikap, pengalaman

pribadi harus meninggalkan kesan yang kuat, karena itu sikap akan

lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi

dalam situasi yang melibatkan faktor emosional.

b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Pada umumnya individu cenderung untuk memiliki sikap yang

konfirmis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting.

c. Pengaruh kebudayaan

Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh

sikap kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai

sikap anggota masyarakat.


45

d. Media massa

Dalam pemberitahuan surat kabar maupun radio, berita yang

seharusnya faktual disampaikan secara obyektif cenderung

mempengaruhi sikap orang lain maupun diri sendiri.

e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Konsep moral dan ajaran agama sangat menentukan sistem

kepercayaan tidaklah mengherankan jika konsep tersebut

mempengaruhi sikap.

f. Faktor emosional

Suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi

yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan

bentuk mekanisme pertahanan ego.

I. Hubungan Sikap dengan Rutinitas Pelaksanaan Hemodialisa

Sikap merupakan suatu respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau

objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang

bersangkutan (senang, tidak senang, setuju, tidak setuju, baik, tidak baik dan lain

sebagainya). Newcom merupakan salah satu ahli psikologi sosial menyatakan

bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan

merupakan pelaksanaan motif tertentu. Pengukuran sikap secara langsung dapat

dilakukan dengan mengajukan pertanyaan tentang stimulus atau objek yang

bersangkutan. Pertanyaan secara langsung juga dapat dilakukan dengan cara

memberikan pendapat dengan menggunakan kata setuju atau tidak setuju


46

terhadap pernyataan-pernyataan terhadap objek tertentu (Utami dan Srirahayu,

2008).

Sikap dapat didefinisikan dalam banyak versi. Menurut Azwar (2006)

sikap dapat dikategorikan kedalam tiga orientasi pemikiran yaitu : yang

berorientasi pada respon, ang berorientasi pada kesiapan respon, dan yang

berorientasi pada skema triadik.

Sebagai landasan utama dari pengukuran sikap adalah pendefinisian sikap

terhadap suatu obyek. Dimana sikap terhadap suat obyek adalah perasaan

mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan yang tidak mendukung

atau tidak memihak (unfavorable) terhadap objek tersebut. Sifat yang

mendukung (favorable) maupun tidak mendukung/memihak (unfavorable) akan

dapat mempengaruhi tingkat prilaku seseorang (Mar’at, 2006).

Sikap mempengaruhi perilaku melewati suatu proses pengambilan

keputusan yang teliti dan beralasan. Sikap yang di peroleh dari pengalaman akan

menimbulkan pengaruh langsung terhadap prilaku. Pengaruh langsung tersebut

akan di realisasikan apabila kondisi dan situasi memungkinkan. Apabila individu

berada dalam situasi yang betul-betul bebas dari berbagai bentuk tekanan atau

hambatan yang mengganggu ekspresi sikapnya maka dapat diharapkan bahwa

bentuk-bentuk prilaku yang tampak merupakan ekspresi sikap yang sebenarnya.

Terbentuknya suatu prilaku, di mulai dari pemahaman informasi (stimulus) yang

baik kemudian sikap yang di tunjukkan akan sesuai dengan informasi (Mar’at,

2006).
47

Kemudian sikap akan menimbulkan respon berupa prilaku atau tinddakan

terhadap stimulus atau objek tadi. Apabila penerimaan perilaku baru melalui

proses yang didasari oleh sikap yang positif maka prilaku tersebut akan

berlangsung lama. Sikap merupakan penentu dalam tingkah laku seseorang

dalam memutuskan untuk selalu taat menjalani hemodialisa. Sikap mempunyai

daya dorong bagi individu untuk berprilaku secara tertentu terhadap objek yang

dihadapinya (Mar’at, 2006).

Peneliti oleh Nurhayati (2009) tentang Hubungan Antara Pengetahuan,

Sikap Pasien dan Dukungan Keluarga Terhadap Sikap Kepatuhan Menjalani

Hemodialisa di Rumah Sakit Islam Surakarta. Peneliti ini bertujuan untuk

mengetahui hubungan antara pengetahuan, sikap dan dukungan keluarga

terhadap kepatuhan program hemodialisa pada pasien gagal ginjal kronik.

Penelitian ini korelasional dengan rancangan cross sectional dengan jumlah

responden 25 orang. Hasil uji dengan Kendall Tau menunjukkan pengetahuan (r-

0,524 ρ – 0,003) sikap pasien (r – 0,517 ρ – 0,003) dan dukungan keluarga ( r-

0,424 ρ – 0,016). Hal ini menunjukkan terdapat hubungan antara pengetahuan,

sikap pasien dan dukungan keluarga terhadap sikap kepatuhan hemodialisa di

Rumah Sakit Islam Surakarta.


48

J. Tingkat Ekonomi

1. Defenisi

Status ekonomi adalah kedudukan sesorang atau keluarga di masyarakat

berdasarkan pendapatan per bulan. Status ekonomi dapat dilihat dari

pendapatan yang disesuaikan dengan harga barang pokok (Kartono, 2006).

Tingkat ekonomi adalah pembedaan penduduk atau masyarakat ke

dalam kelas-kelas secara bertingkat (hierarkis) (Soekanto, 2006). Unsur-

unsur yang dapat digunakan sebagai tolak ukur dalam melihat pemilikan

kekayaan seseorang individu di dalam masyarakat, walaupun berkait dengan

konsep status sosial lainnya, dapat dijadikan indikator di dalam melihat

status ekonomi seseorang di dalam masyarakat.

Menurut Sumardi (2011) kondisi sosial ekonomi adalah suatu

kedudukan yang diatur secara sosial dan menempatkan seseorang pada posisi

tertentu dalam masyarakat, pemberian posisi itu disertai pula dengan

seperangkat hak dan kewajiban yang harus dimainkan oleh yang membawa

status tersebut.

Dari berbagai defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat

ekonomi adalah kedudukan yang diatur secara sosial yang dapat diukur

melalui penghasilan, pengeluaran, pemilikan terhadap benda-benda

berharga, jabatan/mata pencaharian dan pemenuhan tingkat kebutuhan.

Status ekonomi menurut Saraswati (2009) adalah :

a. Tipe kelas atas (> Rp 2.000.000).


49

b. Tipe kelas menengah (Rp 1.000.000- 2.000.000).

c. Tipe kelas bawah (< Rp 1.000.000).

K. Hubungan Tingkat Ekonomi dengan Rutinitas Pelaksanaan Hemodialisa

Perubahan ekonomi akibat dari sakit ginjal dan dialysis tidak hanya

terjadi pada individu dan keluarga pasien. Masalah ekonomi ini juga akan

berakibat kepada perekonomian negara sebagai penanggung jawab atas

penduduknya. Biaya dialisis yang mahal akan membuat pengeluaran di sektor

kesehatan akan meningkat (Shcieppati & Remuzzi, 2006).

Biaya perawatan yang mahal membuat pasien yang harus menjalani

hemodialisa di Negara berkembang sebagian besar meninggal atau berhenti

melakukan dialisis setelah 3 bulan menjalani terapi (Shcieppati & Remuzzi,

2006). Di sisi lain kapasitas kerja dan fisik mengalami penurunan yang sangat

drastis sehingga terjadi penurunan penghasilan.

Individu dengan hemodialisa jangka panjang sering merasa khawatir

dengan kondisi sakitnya yang tidak dapat diramalkan dan gangguan dalam

kehidupannya. Mereka biasanya menghadapi masalah financial, kesulitan dalam

mempertahankan pekerjaan, dan beban yang ditimbulkan pada keluarga mereka

(Shcieppati & Remuzzi, 2006).

Penelitian yang dilakukan oleh Cahyadi (2006) tentang Hubungan Antara

Support Sistem Keluarga dan Sosial Ekonomi (Pendapatan) dengan Kepatuhan

Pengobatan pada Pasien yang Mendapatkan Kemoterapi di Ruangan Cendana 1

RS. dr. Moewardi Surakarta. Penelitian ini dilakukan terhadap 30 responden


50

dengan sampel aksidental sampling. Metode pengumpulan data dengan kuisioner

yang didasarkan dari dokumen yang ada, metode analisis data yang digunakan

adalah analisis deskriptif dan Kendall Tau. Hasil uji Kendall Tau antara variabel

sosial ekonomi dengan dengan kepatuhan berobat kemoterapi r hitung sebesar

0,520 dengan ρ value - 0,000 sehingga dapat disimpulkan variabel sosial

ekonomi ada hubungan yang signifikan dengan variabel kepatuhan berobat

dengan ρ value 0,05 (alpha 5%).

L. Dukungan Keluarga

1. Defenisi

Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan, dan penerimaan keluarga

terhadap anggota keluarga yang sakit. Keluarga juga berfungsi sebagai

sistem pendukung bagi anggotanya dan anggota keluarga memandang bahwa

orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan jika

diperlukan. Dukungan keluarga dapat dibedakan menjadi empat, yaitu

dukungan informasional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental,

dan dukungan emosional (Sutantri, 2008).

Dari defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa dukungan keluarga

adalah sikap, tindakan keluarga terhadap anggota keluarganya yang sedang

sakit untuk selalu mendukung dan siap memberikan pertolongan jika sedang

diperlukan.
51

M. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Rutinitas Peelaksanaan

Hemodialisa

Dukungan keluarga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

ketidakpatuhan dalam perawatan hemodialisa. Hemodialisa adalah suatu

alternatif terapi bagi penderita gagal ginjal kronik yang membutuhkan biaya

besar. Penderita tidak biasa melakukannya sendiri, mengantar ke pusat

hemodialisa dan melakukan kontrol ke dokter. Tanpa adanya dukungan keluarga

mustahil program terapi hemodialisa bias dilakukan sesuai jadwal (Smeltzer,

2006).

Penelitian yang dilakukan oleh Comelia (2009) tentang hubungan antara

dukungan keluarga dengan kepatuhan pada pasien gagal ginjal kronik dalam

menjalani hemodialisa di RSUP DR. Soeradji Tirtonegoro Klaten diperoleh hasil

yaitu chi square hitung (X2) sebesar 11,814 sedangkan nilai chi square (X) tabel

3,841 dengan P- value atau asympd sig (2-sided) sebesar 0,001. Keeratan

hubungannya dilihat dari nilai C yaitu 0,267 yang termasuk kategori rendah

(0,200-0,399) menunjukkan ada hubungan antara dukungan keluarga dengan

kepatuhan pada pasien gagal ginjal kronik dalam menjalani hemodialisa.

N. Motivasi

1. Defenisi

Kesejahteraan sebagai cerminan kesehatan, yang mencakup upaya

yang disadari dan disengaja untuk memaksimalkan kesehatan seseorang.

Sejumlah riset mengatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara apa
52

yang meraka lalukan terhadap kesehatan mereka sendiri. (Brunner &

Suddarth, 2002). Motivasi sebagai arah dan internitas dari usaha seseorang,

motivasi dapat menggerakan dan mengarahkan perilaku seseorang terhadap

tujuan, dan untuk memerlukan usaha sungguh-sungguh (Suhendar F, 2012).

Dari defenisi yang dikemukakan diatas, dapat disimpulkan bahwa

motivasi juga merupakan hal yang juga sangat penting mempengaruhi

kesembuhan pasien. Karena motivasi juga mempengaruhi kepatuhan pasien

dalam pengobatan. Motivasi sebagai sebuah kondisi yang menggerakan

perilaku dan mengarahkan aktivitas terhadap suatu pencapaian tujuan.

O. Hubungan Motivasi dengan Rutintias Pelaksanaan Hemodialisa

Pasien yang menjalani program hemodialisa rutin mengalami berbagai

masalah yang timbul akibat tidak berfungsinya ginjal. Hal tersebut muncul setiap

waktu sampai akhir kehidupan pasien dan menjadi stressor fisik yang

berpengaruh pada berbagai dimensi kehidupan pasien meliputi biopsiko

sosiospiritual. Ketidakberdayaan serta kurangnya motivasi dan penerimaan diri

pasien menjadi faktor psikologis yang mampu mengarahkan pasien pada tingkat

depresi sehingga berpengaruh pada sikap kepatuhan pasien untuk menjalani

rutinitas pelaksaan hemodialisa (Shcieppati & Remuzzi, 2006).

Penelitian yang dilakukan oleh Rahma Dani, dkk (2015) tentang

hubungan motivasi, harapan, dan dukungan petugas kesehatan terhadap

kepatuhan pasien gagal ginjal kronik untuk menjalani hemodialisa. Penelitian ini

dilakukan terhadap 72 orang responden memperlihatkan bahwa mayoritas


53

responden memiliki motivasi tinggi sebanyak 40 responden (55,6%) patuh

menjalani hemodialisa, dan tidak patuh 2 responden (2,8%). Hasil uji statistik

diperoleh nilai ρ value (0,004) < α (0,05) menunjukkan ada hubungan yang

signifikan antara motivasi dengan kepatuhan pasien GGK untuk menjalani

hemodialisa.

P. Kerangka Teori

Kerangka teori adalah suatu model yang menerangkan faktor-faktor

penting yang telah diketahui dan saling berhubungan untuk menjelaskan

beberapa variabel yang diobservasi atau diteliti.

Faktor predisposisi :

a. Pengetahuan
b. Sikap
c. Tingkat ekonomi Rutinitas Pelaksanaan
d. Dukungan keluarga Hemodialisa
e. Motivasi klien

a. Jarak
b. Lamanya menjalani
hemodialisa
c. Keterlibatan tenaga
kesehatan

Bagan 2.2 Kerangka Teori


Sumber : (Fitriani, 2010)

Keterangan : = Diteliti (cetak tebal)

= Tidak diteliti
BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFENISI OPERASIONAL DAN
HIPOTESIS PENELITIAN

A. Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau

kaitan antara konsep satu terhadap konsep lainnya, atau antara variabel yang satu

dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti (Notoatmodjo, 2012).

Untuk lebih jelasnya uraian tentang kerangka konsep maka penulis menyusun

variabel-variabel tentang analisis faktor dominan yang berhubungan dengan

rutinitas pelaksanaan hemodialisa pada pasien Gagal Ginjal Kronik (GGK) di

ruang hemodialisa RSUD dr. M. Yunus Bengkulu Tahun 2016 seperti dibawah

ini :

Variabel Independen Variabel Dependen

- Pengetahuan
- Sikap
- Tingkat ekonomi Rutinitas Pelaksanaan
- Dukungan Hemodialisa
keluarga
- Motivasi klien

Bagan 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

54
55

B. Defenisi Operasional

Defenisi operasional adalah berfungsi untuk membatasi ruang lingkup

atau pengertian variabel-variabel diamati atau diteliti, defenisi operasional juga

berfungsi untuk mengarahkan kepada pengukuran atau pengamatan terhadap

variabel-variabel yang bersangkutan serta pengambilan instrumen atau alat ukur

(Notoatmodjo, 2010).

Tabel 3.2 Defenisi Operasional

Variabel Defenisi Cara Ukur Alat Hasil Ukur Skla


Operasional Ukur Ukur
Pengetahuan - Pengetahuan Wawancara Kuisioner 2.Baik bila Ordinal
pasien tentang jawaban
pengertian, 76-100%
penyebab, benar.
ciri-ciri gagal 1.Cukup bila
ginjal kronis, jawaban
pasien tentang 56-75%
perawatan benar.
GGK, pasien 0. Kurang bila
tentang jawaban
hemodialisa,tuj < 55%
uan, waktu
pelaksanaan
hemodialisa,
dan akibat tidak
rutin
melaksanakan
hemodialisa.
56

Sikap - Sikap pasien Wawancara Kuisioner 1.Favourable Ordinal


terhadap gagal bila skor T ≥
ginjal kronik mean T = 79
dalam rutinitas
0.Unfavourable
pelaksanaan
hemodialisa. bila skor T
< mean T = 79
Tingkat - Penghasilan Wawancara kuisioner 1. Tinggi jika Ordinal
ekonomi keluarga skor ≥ mean
dalam satu =9
bulan 2. Rendah jika
skor < dari
mean = 9

Dukungan - Peran keluarga Wawancara Kuisioner 2. Tinggi, jika Ordinal


keluarga dalam skor lebih
memberikan besar ≥
dukungan mean = 11
kepada klien 1. Rendah, jika
selama skor < mean
menjalani = 11
pengobatan
baik moril
maupun
materil.
Motivasi - Keinginan Wawancara Kuisioner 0. Tinggi, jika Ordinal
klien pasien untuk skor ≥ mean
sembuh, = 16
perasaan 1. Rendah, jika
pasien saat skor < mean
menjalani HD = 16

Pelaksanaa - Keteraturan Rekam Cheklist 1= rutin, jika Nominal


rutinitas pasien medik pasien melaksanakan
hemodalisa melakukan hemodialisa
hemodialisa
sesuai dengan
sesuai jadwal
yang jadwal yang
ditentukan deberikan oleh
dokter dengan dokter
sudah 0=Tidak rutin,
menjalani jika tidak
57

hemodialisa sesuai dengan


minimal 4 kali. jadwal yang
diberikan
dokter.

C. Hipotesis

Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap

permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Hipotesis

dalam penelitian ini :

Ha1: Ada hubungan antara pengetahuan dengan rutinitas pelaksanaan

hemodialisa pada pasien gagal ginjal kronik (GGK) di RSUD dr. M. Yunus

Bengkulu Tahun 2016.

Ha2 : Ada hubungan antara sikap dengan rutinitas pelaksanaan hemodialisa pada

pasien gagal ginjal kronik (GGK) di RSUD dr. M. Yunus Bengkulu Tahun

2016.

Ha3 : Ada hubungan antara tingkat ekonomi dengan rutinitas pelaksanaan

hemodialisa pada pasien gagal ginjal kronik (GGK) di RSUD dr. M. Yunus

Bengkulu Tahun 2016.

Ha4 : Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan rutinitas pelaksanaan

hemodialisa pada pasien gagal ginjal kronik (GGK) di RSUD dr. M. Yunus

Bengkulu Tahun 2016.


58

Ha5 : Ada hubungan motivasi dengan rutinitas pelaksanaan hemodialisa

hemodialisa pada pasien gagal ginjal kronik (GGK) di RSUD dr. M. Yunus

Bengkulu Tahun 2016.


BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian observasional dengan metode pendekatan

deskriptif analitik dengan rancangan cross sectional yang bertujuan untuk

mencari analisis faktor dominan yang berhubungan dengan rutinitas pelaksanaan

hemodialisa pada pasien gagal ginjal kronik.

Baik
Pengetahuan Cukup
Kurang
Sikap favourable

Unfavourable
Tingkat
ekonomi Bawah
Menengah

Atas Tidak rutin


Pasien GGK
Mendukung
Rutin
Dukungan Kurang
keluarga Tidak

Baik
Motivasi
Tidak baik

Bagan 4.1 Desain Penelitian

59
60

B. Tempat dan Waktu Penelitian

b. Tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan di ruang hemodialisa RSUD dr. M. Yunus

Bengkulu tahun 2016.

c. Waktu penelitian

Waktu penelitian ini dilakukan pada tanggal 29 Februari sampai

tanggal 29 Maret tahun 2016.

C. Populasi dan sampel

1. Populasi

Menurut Sugiyono (2010) populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri dari obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti ntuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien yang

menjalani program hemodialisa di ruang hemodialisa RSUD dr. M. Yunus

Bengkulu tahun 2016, dan populasi terakhir penderita gagal ginjal kronik

(GGK) dari bulan Januari sampai bulan Oktober tahun 2015 berjumlah 205

orang.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang

diteliti dan dianggap mewakili keseluruhan populasi (Notoatmodjo, 2010).

Pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan cara accidental

sampling yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan faktor spontanitas,


61

artinya siapa saja yang secara tidak sengaja bertemu dengan peneliti dan

sesuai ddengan karakteristik (ciri-cirinya), maka orang tersebut bisa

digunakan sebagai sampel (responden) (Arikunto, 2006). Maka akan

didapatkan sampel sebagai berikut :

N
n=
1+ N (d2)
Keterangan :

n = sampel

N = populasi

d = derajat kepercayaan (0,1)

perhitungan untuk memenuhi kebutuhan sampel adalah :

N
n=
1 + N (d2)

205
n=
1 + 205 (0,12)

n= 205
1 + 2,05

205
n=
1 + 2,05

n = 67 orang

Sampel pada penelitian ini adalah semua pasien gagal ginjal kronik

(GGK) yang melakukan hemodialisa di RSUD dr. M. Yunus Bengkulu tahun

2016 dengan kriteria :


62

a. Bersedia menjadi responden

b. Telah melakukan hemodialisa minimal 4 kali

c. Kondisi responden yang memungkinkan untuk mengisi lembar kuisioner

d. Responden bisa membaca dan menulis

e. Responden bertempat tinggal di kota Bengkulu

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat bantu pegukuran yang digunakan untuk

mendapatkan data penelitian. Dalam pengumpulan data digunakan lembar

kuisioner dan yang akan menjadi bahan penelitian adalah pasien yang mengalami

penyakit gagal ginjal ktonik yang berada di ruang Hemodialisa.

E. Teknik Pengumpulan, Pengolahan dan Analisis Data

1. Tehnik pengumpulan data

Data yang dikumpulkan adalah data primer dan sekunder. Kesimpulan

data sekunder diperoleh dari sistem pencatatan dan pelaporan di ruang

hemodialisa RSUD dr. M. Yunus Bengkulu. Data primer dikumpulkan

melalui wawancara dengan menggunakan kuisioner terhadap responden gagal

ginjal kronik (GGK) diruangan hemodialisa untuk memperoleh data tentang

hubungan tingkat pengetahuan dan sikap pasien gagal ginjal kronik (GGK)

dengan pelaksanaan menjalani program hemodialisa di ruang hemodialisa dr.

M Yunus Bengkulu tahun 2016.


63

2. Tehnik Pengolahan Data

Data yang telah dikumpulkan diolah dengan menggunakan program

komputer dengan tahap-tahap sebagai berikut (Notoatmodjo, 2010)

a. Editing yaitu untuk memeriksa ulang kelengkapan, kemungkinan

kesalahan dan konsistensi data.

b. Coding data yaitu data yang telah disusun dan diperiksa

kelengkapannya, kemudian diklompokkan atau digolongkan

berdasarkan kategori yang dibuat berdasarkan justifikasi atau

pertimbangan peneliti sendiri. Hal ini bertujuan untuk mempermudah

pengolahan data.

c. Tabulating yaitu memasukkan data kedalam master tabel menurut sifat-

sifat yang dimiliki sesuai dengan tujuan peneliti dengan tujuan peneliti

dengan menggunakan sistem komputerisasi.

d. Processing/entry yaitu menyusun data berdasarkan kelompok data yang

telah ditentukan didalam master tabel.

e. Cleaning data yaitu mengecek kembali data yang telah diproses apakah

ada kesalahan atau tidak pada masing-masing variabel yang sudah

diproses hingga dapat diperbaiki dan dinilai (score).

3. Analisis data

a. Analisis Univariat

Analisis yang digunakan untuk memperoleh faktor distribusi

dari variabel yang diamati dengan menghitung seluruh data dalam


64

bentuk distribusi frekuensi. Untuk mengetahui variabel dan proporsi

dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Arikunto, 2006).

Keterangan :

P : Proporsi/jumlah persentase

F : Frekwensi jawaban

N : Jawaban/ sampel

Dengan interpretasi data sebagai berikut :

0% = Tidak sama sekali

1% - 25% = Sebagian kecil

26% - 49% = Hampir sebagian

50% = Sebagian

50% - 69% = Lebih dari sebagian

70% - 75% = Sebagian besar

76% - 99% = Hampir seluruh

100% = Seluruh

b. Anilisis Bivariat

Metode yang digunakan untuk melihat hubungan antara

variabel independen dan variabel dependen dengan menggunakan uji


65

statistic chi-squere (X2), dengan derajat kemaknaan (α = 0,05), dan

tingkat kepercayaan 95% diolah dengan menggunakan sistem

komputerisasi.

(0 - E)2
X2 = Σ
E

Keterangan :

X2= chi-square

0 = frekuensi yang diobservasi

E = frekuensi yang diharapkan

Hasil uji chi-square dapat dianalisa sebagai berikut :

1. Ha diterima apabila ρ ≤ 0,05, berarti ada hubungan antara faktor

dominan yang mempengaruhi rutinitas pelaksanaan hemodialisa

pada pasien gagal ginjal kronik di RSUD dr. M. Yunus Bengkulu

tahun 2016.

2. Ha ditolak apabila ρ > 0,05, berarti tidak ada hubungan antara

faktor dominan yang mempengaruhi rutinitas pelaksaan

hemodialisa pada pasien gagal ginjal kronik di RSUD dr.

M.YunusBengkulu tahun 2016.


66

F. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian peneliti memandang perlu adanya

rekomendasi dari pihak institusi dengan mengajukan permohonan izin kepada

instansi tempat penelitian, dalam hal ini di ajukan kepada pihak RSUD dr. M.

Yunus Bengkulu. Setelah mendapat persetujuan barulah dilakukan penelitian

dengan menekankan masalah etika penelitian meliputi:

1. Informed concent (Lembar Persetujuan)

Lembar persetujuan penelitian pada responden tujuannya adalah

subyek. Mengetahui maksud dan tujuan serta dampak yang di teliti selama

pengumpulan data, jika subjek tersedia untuk diteliti tidak memaksa dan

tetap menghormati haknya.

2. Anonymity (Tanpa Nama)

Untuk menjaga kerahasiaan identitas subyek, peneliti tidak akan

mencantumkan nama subyek pada lembar pengumpulan data yang diisi oleh

sebyek lembar tersebut hanya diberikan nomer tertentu.

3. Confidentially (Kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi yang diberikan dijamin oleh peneliti (Hidayat,

2003)
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Tempat Penelitian

RSUD dr. M. Yunus Bengkulu adalah rumah sakit negeri kelas B.

Rumah sakit ini mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis dan

subspesialis terbatas. Rumah sakit ini merupakan salah satu rumah sakit

rujukan pertama yang ada di Provinsi Bengkulu dan beralamat di

Jl.Bhayangkara Kelurahan Sidomulyo, Kecamatan Gading Cempaka Kota

Bengkulu Telp.(0736)52004,52005,52006. RSUD dr. M. Yunus memiliki luas

tanah 200.00 m2 dengan luas bangunan yaitu 16.798 m2. Rumah sakit ini

sangat besar yang memiliki 337 tempat tidur inap, lebih banyak dibanding

setiap rumah sakit di Bengkulu yang tersedia rata-rata 68 tempat tidur inap,

memiliki 70 dokter serta 39 tempat tidur di rumah sakit ini berkelas VIP

keatas

2. Jalannya Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui analisis faktor dominan

yang berhubungan dengan rutinitas pelaksanaan hemodialisa di RSUD dr. M.

Yunus Bengkulu tahun 2016 pada responden yang berjumlah 67 orang.

Pelaksanaan penelitian dibagi menjadi dua tahapan yaitu persiapan dan

tahap pelaksanaan penelitian. Pada tahap persiapan meliputi kegiatan

67
68

penetapan judul, survei awal, pengumpulan data, merumuskan masalah

penelitian, menyiapkan instrument penelitian, ujian proposal dan mengurus

izin penelitian di Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KP2T) Kota Bengkulu

setelah itu dilanjutkan dengan mengurus surat izin di RSUD dr. M. Yunus

Bengkulu dan waktu penelitian dilaksanakan pada tanggal 29 Februari sampai

tanggal 29 Maret 2016. Peneliti ini melaksanakan penelitian dengan

menggunakan instrument penelitian yang berisikan pertanyaan yang disusun

dalam bentuk kuisioner yang diberikan kepada responden yang berisi tentang

pengetahuan, sikap, tingkat ekonomi, dukungan keluarga dan motivasi klien

terhadap rutinitas pelaksanaan hemodialisa. Sedangkan data sekunder dari

rekam medis. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien yan

menjalani program hemodialisa di ruang hemodialisa RSUD dr. M. Yunus

Bengkulu yang berjumlah 205 orang, sedangkan sampel yang digunakan

dalam penelitian ini 67 responden dengan tekhnik accidental sampling

3. Analisis Univariat

Untuk mengetahui gambaran variabel independen (pengetahuan, sikap,

tingkat ekonomi, dukungan keluarga, motivasi klien) dan variabel dependen

(rutinitas pelaksanaan hemodialisa) pada pasien Gagal Ginjal Kronik (GGK)

di ruang hemodialisa RSUD dr. M. Yunus Bengkulu tahun 2016, yang

dilakukan dengan menggunakan analisis univariat. Hasil analisis univariat

selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut :


69

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Pengetahuan, Sikap, Tingkat Ekonomi,


Dukungan Keluarga dan Motivasi Pasien dengan Rutinitas
Pelaksanaan Hemodialisa pada Pasien Gagal Ginjal Kronik di Ruang
Hemodialisa RSUD dr. M. Yunus Bengkulu Tahun 2016

No Variabel Frekuensi (F) Presentase (%)


1 Pengetahuan
a. Baik 9 13.4
b. Cukup 28 41.8
c. Kurang 30 44.8
Jumlah 67 100.0
2 Sikap
a. Favourable 27 40.3
b. Unfavourable 40 59.7
Jumlah 67 100.0
3 Tingkat ekonomi
a. Tinggi 31 46,3
b. Rendah 36 53,7
Jumlah 67 100,0
4 Dukungan keluarga
a. Tinggi 30 44.8
b. Rendah 37 55.2
Jumlah 67 100,0
5 Motivasi klien
a. Tinggi 16 23,9
b. Rendah 51 76.1
Jumlah 67 100,0
6 Rutinitas
a. Rutin 24 35,8
b. Tidak rutin 43 64,2
Jumlah 67 100,0

Berdasarkan tabel 5.1 diatas menunjukkan bahwa hampir sebagian dari

responden (44,8%) memiliki pengetahuan kurang, lebih dari sebagian responden

(59,7%) memiliki sikap unfavourable (tidak mendukung), lebih dari sebagian

responden (53,7%) memiliki tingkat ekonomi yang rendah, lebih dari sebagian
70

responden (55,2%) memiliki dukungan keluarga yang rendah, hampir seluruh dari

responden (76,1%) memiliki motivasi yang rendah, lebih dari sebagian responden

(64,2%) tidak rutin dalam pelaksanaan hemodialisa.

4. Analisa Bivariat

Analisis bivariate dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui

hubungan antar variabel independen dan variabel dependen yaitu analisis

faktor dominan yang berhubungan dengan rutinitas pelaksanaan hemodialisa

di ruang hemodialisa RSUD dr. M. Yunus Bengkulu tahun 2016. Uji statistik

yang digunakan adalah Chi-square dengan derajat kemaknaan sebesar 5% (

= 0,05). Hasil analisis bivariat selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.2 Hubungan Pengetahuan Pasien Gagal Ginjal Kronik dengan


Rutinitas Pelaksanaan Hemodialisa di Ruang Hemodialisa RSUD dr.
M. Yunus Bengkulu Tahun 2016

Variabel Pelaksanaan Rutinitas Hemodialisa 


Pengetahuan Tidak Rutin Rutin Total Value
N % N % N %
Baik 3 33,3 6 66,7 9 100
Cukup 12 43,9 16 57,1 28 100 0,011
Kurang 23 76,7 7 23,3 30 100
Jumlah 38 56,7 29 43,3 67 100

Hasil analisis pada tabel 5.2 dari 67 responden terdapat 9 responden yang

memiliki pengetahuan baik, 6 orang responden (66,7%) rutin melaksanakan


71

hemodialisa, dari 28 responden yang memiliki pengetahuan cukup, 16 orang

responden (57,1%) rutin melaksanakan hemodialisa serta dari 30 responden yang

memiliki pengetahuan kurang, 7 orang responden (23,3%) rutin melaksanakan

hemodialisa.

Hasil uji statistik chi-square (pearson chi-square) didapatkan nilai  value =

0,011 ≤ 0,05 maka dapat disimpulkan ada hubungan signifikan antara pengetahuan

pasien gagal ginjal kronik dengan rutinitas pelaksanaan hemodialisa di ruang

hemodialisa RSUD dr. M. Yunus Bengkulu tahun 2016.

Tabel 5.3 Hubungan Sikap Pasien Gagal Ginjal Kronik dengan Rutinitas
Pelaksanaan Hemodialisa di Ruang Hemodialisa RSUD dr. M. Yunus
Bengkulu Tahun 2016

Variabel Pelaksanaan Rutinitas Hemodialisa 


Value
Sikap Tidak Rutin Rutin Total
N % N % N %
Unfavourable 33 82,5 7 17,5 40 100
Favourable 5 18,5 22 81,5 27 100 0,000
Jumlah 38 56,7 29 43,3 67 100

Hasil analisis pada tabel 5.3 dari 67 responden terdapat 40 responden yang

memiliki sikap unfavourable (tidak mendukung), 7 orang responden ( 17,5%) rutin

melaksanakan hemodialisa, dan terdapat 27 responden yang memiliki sikap

favourable (mendukung), 22 orang responden (81,5%) rutin melaksanakan

hemodialisa.
72

Hasil uji statistik chi-square (Continuity Correction) didapatkan nilai  value

= 0,000 ≤ 0,05 maka dapat disimpulkan ada hubungan signifikan antara sikap pasien

gagal ginjal kronik dengan rutinitas pelaksanaan hemodialisa di ruang hemodialisa

RSUD dr. M. Yunus Bengkulu tahun 2016.

Tabel 5.4 Hubungan Tingkat Ekonomi Pasien Gagal Ginjal Kronik dengan
Rutinitas Pelaksanaan Hemodialisa di Ruang Hemodialisa RSUD dr.
M. Yunus Bengkulu Tahun 2016

Variabel Pelaksanaan Rutinitas Hemodialisa 


Value
Tingkat Tidak Rutin Rutin Total
Ekonomi
N % N % N %
Rendah 27 75,0 9 25,0 36 100
Tinggi 12 38,7 19 61,3 31 100 0,006
Jumlah 39 58,2 28 41,8 67 100

Hasil analisis pada tabel 5.4 dari 67 responden terdapat 36 responden

memiliki tingkat ekonomi yang rendah, 9 orang responden (25,0%) rutin melakukan

hemodialisa dan terdapat 31 responden yang memiliki tingkat ekonomi tinggi, lebih

dari 19 orang responden (61,3%) rutin melaksanakan hemodialisa.

Hasil uji statistik chi-square (Continuity Correction) didapatkan nilai  value

= 0,006 ≤ 0,05 maka dapat disimpulkan ada hubungan signifikan antara tingkat

ekonomi pasien gagal ginjal kronik dengan rutinitas pelaksanaan hemodialisa di

ruang hemodialisa RSUD dr. M. Yunus Bengkulu tahun 2016.


73

Tabel 5.5 Hubungan Dukungan Keluarga Pasien Gagal Ginjal Kronik dengan
Rutinitas Pelaksanaan Hemodialisa di Ruang Hemodialisa RSUD dr.
M. Yunus Bengkulu Tahun 2016

Variabel Pelaksanaan Rutinitas Hemodialisa 


Value
Dukungan Tidak Rutin Rutin Total
Keluarga
N % N % N %
Rendah 34 91,9 3 8,1 37 100
Tinggi 3 10,0 27 90,0 30 100 0,000
Jumlah 37 55,2 30 44,8 67 100

Hasil analisis pada tabel 5.5 dari 67 responden terdapat 37 responden yang

memiliki dukungan keluarga rendah, 3 orang responden (8,1%) rutin melaksanakan

hemodialisa dan 30 responden yang memiliki dukungan keluarga tinggi, 27 orang

responden (90,0%) rutin melaksanakan hemodialisa.

Hasil uji statistik chi-square (Continuity Correction) didapatkan nilai  value

= 0,000 ≤ 0,05 maka dapat disimpulkan ada hubungan signifikan antara dukungan

keluarga pasien gagal ginjal kronik dengan rutinitas pelaksanaan hemodialisa di

ruang hemodialisa RSUD dr. M. Yunus Bengkulu tahun 2016.


74

Tabel 5.6 Hubungan Motivasi Pasien Gagal Ginjal Kronik dengan Rutinitas
Pelaksanaan Hemodialisa di Ruang Hemodialisa RSUD dr. M. Yunus
Bengkulu Tahun 2016

Variabel Pelaksanaan Rutinitas Hemodialisa 


Motivasi Tidak Rutin Rutin Total Value
N % N % N %
Rendah 43 84,3 8 15,7 51 100
Tinggi 9 56,2 7 43,8 16 100 0,035
Jumlah 52 77,6 15 22,4 67 100

Hasil analisis pada tabel 5.6 dari 67 responden terdapat 51 responden yang

memiliki motivasi rendah, 8 orang responden (15,7%) rutin melaksanakan

hemodialisa dan terdapat 16 responden yang memiliki motivasi tinggi, 7 orang

responden (43,8%) rutin melaksanakan hemodialisa.

Hasil uji statistik chi-square (Fisher's Exact Test) didapatkan nilai  value =

0,035 ≤ 0,05 maka dapat disimpulkan ada hubungan signifikan antara motivasi pasien

gagal ginjal kronik dengan rutinitas pelaksanaan hemodialisa di ruang hemodialisa

RSUD dr. M. Yunus Bengkulu tahun 2016.

5. Analisis Multivariat

Analisis multivariat dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui

faktor yang dominan antara variabel pengetahuan, sikap, tingkat ekonomi,

dukungan keluarga dan motivasi klien yaitu analisis faktor dominan yang
75

berhubungan dengan rutinitas pelaksaan hemodialisa pada pasien gagal ginjal

kronik di ruang hemodialisa RSUD dr. M. Yunus Bengkulu tahun 2016. Uji

statistik yang digunakan yaitu digunakan adalah logistic regression dengan

nilai odds ratio terbesar atau > 10%. Hasil analisis multivariat selengkapnya

dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.7 Analisis Faktor Dominan Yang Berhubungan Dengan Rutinitas


Pelaksaan Hemodialisa Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Di Ruang
Hemodialisa RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu Tahun 2016

NO Variabel B Wald Sig OR CL 95%


1 Pengetahuan 1.092 7.456 0.006 2.981 1.361 - 6.529
2 Sikap 3.032 21.964 0.000 20.743 5.836 - 73.722
3 Tingkat ekonomi -1.558 8.545 0.003 0.211 0.074 - 0.598
4 Dukungan keluarga 3.874 21.468 0.000 48.125 9.348 - 247.766
5 Motivasi klien -1.430 5.087 0.024 0.239 0.069 - 0.829

Hasil analisis diatas dapat diketahui variabel pengetahuan  value 0,006 <

0,05 dengan nilai OR 2.981, sikap  value 0,000 < 0,05 dengan nilai OR 20.743,

tingkat ekonomi  value 0,003 < 0,05 dengan nilai OR 0.211, dukungan keluarga 

value 0,000 < 0,05 dengan nilai OR 48.125, motivasi klien  value 0,024 < 0,05

dengan nilai OR 0.239.

Hasil uji statistik diatas dapat disimpulkan bahwa dari keseluruhan variabel

independen, yang di duga sangat dominan dengan rutinitas pelaksanaan hemodialisa


76

di RSUD dr. M. Yunus Bengkulu 2016 adalah dukungan keluarga yaitu dengan nilai

 value 0,000 < 0,05 dan dengan nilai OR terbesar yang di peroleh yaitu 48.125

artinya dukungan keluarga yang tidak rutin melaksankan hemodialisa mempunyai

peluang 48.125 kali menyebabkan tidak rutin melaksanakan rutinitas hemodialisa.

6. Pembahasan

a. Analisis Univariat

1. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Pasien Gagal Ginjal Kronik

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa dari 67

responden terdapat hampir sebagian dari responden (44,8%) memiliki

pengetahuan kurang. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan pasien

gagal ginjal kronik rata-rata masih kurang mengenai pentingnya

pelaksanaan hemodialisa.

Pengetahuan yang kurang ini dipengaruhi oleh banyak faktor,

menurut Prihartini (2008), faktor-faktor yang mempengaruhi

pengetahuan adalah tingkat pendidikan, semakin tinggi tingkat

pendidikan dan pengetahuan seseorang, maka dia akan lebih mudah

dalam menerima hal-hal baru, sehingga akan lebih mudah pula untuk

menyelesaikan hal-hal baru tersebut. Selain pendidikan, faktor

pengalaman juga mempengaruhi pengetahuan seseorang. Pengalaman

disini berkaitan dengan umur dan pendidikan individu, maksudnya


77

pendidika yang tinggi pengalaman semakin luas sedana umur semakin

banyak (bertambah tua).

Menurut Notoatmodjo (2010), pengetahuan (knowledge) adalah

hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan “what”

yang terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu

objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba yang sebagian besar

dipengaruhi oleh mata dan telinga.

2. Distribusi Frekuensi Sikap Pasien Gagal Ginjal Kronik

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa dari 67

responden terdapat lebih dari sebagian responden (59,7%) memiliki

sikap unfavourable. Hal ini menunjukkan bahwa sikap pasien gagal

ginjal kronik rata rata adalah unfavourable.

Menurut Gerungan (2005) Sikap adalah pandangan-pandangan

atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak sesuai

sikap obyek tadi. Menurut Azwar (2008), dikalangan para ahli

psikologi sosial dewasa ini terdapat dua pendekatan dalam

mengklasifikasikan sikap, yang pertama adalah memandang sikap

sebagai kombinasi reaksi antara afektif, perilaku dan kognitif terhadap

suatu obyek. Pendekatan pertama ini sama dengan pendekatan skema

triadik, kemudian disebut juga dengan pendekatan tricomponent, yang

kedua adalah yang meragukan adanya konsistensi antara ketiga


78

komponen sikap di dalam membentuk sikap. Oleh karena itu

pendekatan ini hanya memandang perlu membatasi konsep dengan

komponen afektif saja.

Menurut Azwar (2008), sikap sosial seseorang dapat terbentuk

dengan adanya interaksi social belaka, melainkan juga terdapat saling

pengaruh – mempengaruhi antar individu yang terjadi secara timbal

balik, sehingga akan mempengaruhi pola perilaku masing-masing

individu. Dalam berinteraksi social, reaksi individu membentuk pola

sikap tertentu terhadap berbagai objek psikologis yang dihadapinya.

3. Distribusi Frekuensi Tingkat Ekonomi Pasien Gagal Ginjal

Kronik

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa dari 67

responden terdapat lebih dari sebagian responden (53,7%) memiliki

tingkat ekonomi yang rendah. Hal ini menunjukkan bahwa sikap

pasien gagal ginjal kronik rata rata adalah tingkat ekonominya masih

rendah.

Menurut Soekanto (2006), Tingkat ekonomi adalah pembedaan

penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat

(hierarkis. Unsur-unsur yang dapat digunakan sebagai tolak ukur

dalam melihat pemilikan kekayaan seseorang individu di dalam

masyarakat, walaupun berkait dengan konsep status sosial lainnya,


79

dapat dijadikan indikator di dalam melihat status ekonomi seseorang

di dalam masyarakat.

Menurut Shcieppati & Remuzzi (2006) perubahan ekonomi

akibat dari sakit ginjal dan dialysis tidak hanya terjadi pada individu

dan keluarga pasien. Masalah ekonomi ini juga akan berakibat kepada

perekonomian negara sebagai penanggung jawab atas penduduknya.

Biaya dialisis yang mahal akan membuat pengeluaran di sektor

kesehatan akan meningkat.

Individu dengan hemodialisa jangka panjang sering merasa

khawatir dengan kondisi sakitnya yang tidak dapat diramalkan dan

gangguan dalam kehidupannya. Mereka biasanya menghadapi masalah

financial, kesulitan dalam mempertahankan pekerjaan, dan beban yang

ditimbulkan pada keluarga mereka (Shcieppati & Remuzzi, 2006).

4. Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga Pasien Gagal Ginjal

Kronik

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa dari 67

responden terdapat lebih dari sebagian responden (55,2%) memiliki

dukungan keluarga yang rendah. Hal ini menunjukkan bahwa sikap

pasien gagal ginjal kronik rata rata adalah memiliki dukungan keluarga

yang masih rendah.

Menurut Sutantri (2008) dukungan keluarga adalah sikap,

tindakan, dan penerimaan keluarga terhadap anggota keluarga yang


80

sakit. Keluarga juga berfungsi sebagai sistem pendukung bagi

anggotanya dan anggota keluarga memandang bahwa orang yang

bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan jika

diperlukan. Dukungan keluarga dapat dibedakan menjadi empat, yaitu

dukungan informasional, dukungan penghargaan, dukungan

instrumental, dan dukungan emosional.

Dukungan keluarga merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi ketidakpatuhan dalam perawatan hemodialisa.

Hemodialisa adalah suatu alternatif terapi bagi penderita gagal ginjal

kronik yang membutuhkan biaya besar. Penderita tidak biasa

melakukannya sendiri, mengantar ke pusat hemodialisa dan

melakukan kontrol ke dokter. Tanpa adanya dukungan keluarga

mustahil program terapi hemodialisa bias dilakukan sesuai jadwal

(Smeltzer, 2006).

5. Distribusi Frekuensi Motivasi Pasien Gagal Ginjal Kronik

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa dari 67

responden terdapat sebagian besar responden (76,1%) memiliki

motivasi yang rendah. Hal ini menunjukkan bahwa sikap pasien gagal

ginjal kronik rata rata adalah memiliki motivasi yang rendah.

Menurut Brunner & Suddarth (2002), kesejahteraan sebagai

cerminan kesehatan, yang mencakup upaya yang disadari dan

disengaja untuk memaksimalkan kesehatan seseorang. Sejumlah riset


81

mengatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara apa yang

meraka lalukan terhadap kesehatan mereka sendiri.

Pasien yang menjalani program hemodialisa rutin mengalami

berbagai masalah yang timbul akibat tidak berfungsinya ginjal. Hal

tersebut muncul setiap waktu sampai akhir kehidupan pasien dan

menjadi stressor fisik yang berpengaruh pada berbagai dimensi

kehidupan pasien meliputi biopsiko sosiospiritual. Ketidakberdayaan

serta kurangnya motivasi dan penerimaan diri pasien menjadi faktor

psikologis yang mampu mengarahkan pasien pada tingkat depresi

sehingga berpengaruh pada sikap kepatuhan pasien untuk menjalani

rutinitas pelaksaan hemodialisa (Shcieppati & Remuzzi, 2006).

6. Distribusi Frekuensi Rutinitas Pelaksanaan Hemodialisa

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa dari 67

responden terdapat lebih dari sebagian responden (64,2%) yang tidak

rutin dalam pelaksanaan hemodialisa.

Hemodialisa harus dilakukan secara teratur atau rutin tanpa

boleh dilewatkan satu haripun. Biasanya hemodialisa dilakukan 2-3 kali

dalam satu minggu yang membutuhkan waktu 3-6 jam setiap kali

melakukan hemodialisa. Hemodialisa tidak bisa dihentikan kecuali jika

menjalani pencangkokan ginjal, kegiatan hemodialisa akan berlangsung

terus-menerus selaman hidupnya (Lubis, 2006). Apabila hemodialisa

tidak dilakukan atau dilewatkan satu kali maka pasien akan mengalami
82

penurunan kesehatan dan akan jatuh kembali ke Gagal Ginjal Kronik

(GGK) yang hebat sehingga dapat mengakibatkan kematian (Rubin,

2006).

Menurut Fitriani (2010) banyak faktor yang mempengaruhi

keteraturan atau rutinitas pelaksanaan hemodialisa. Faktor-faktor

tersebut antara lain tingkat pengetahuan penderita, tingkat ekonomi,

sikap, usia, dukungan keluarga, jarak dengan pusat hemodialisa, nilai

dan keyakinan tentang kesehatan, derajat penyakit, lama menjalani

hemodialisa, motivasi dan keterlibatan tenaga kesehatan, kepatuhan

pasien dalam menjalani hemodialisa dapat memperpanjang umur dan

mendapatkan kesehatan yang lebih.

b. Analisis Bivariat

1. Hubungan Pengetahuan Pasien Gagal Ginjal Kronik dengan

Rutinitas Pelaksanaan Hemodialisa

Berdasarkan penelitian didapatkan hasil ada hubungan

pengetahuan pasien gagal ginjal kronik terhadap rutinitas pelaksanaan

hemodialisa di ruang hemodialisa RSUD dr. M. Yunus Bengkulu tahun

2016 dengan nilai  = 0,011. Dari hasil penelitian tersebut terlihat

bahwa pasien dengan pengetahuan yang baik rutin dalam pelaksanaan

hemodialisa. Pengetahuan sangat berhubugan erat dengan kemauan


83

seseorang. Jika pengetahuan baik, secara otomotis dapat membuat

seseorang untuk rutin dalam menjalankan hemodialisa, hal ini

disebabkan pasien mengetahui tentang penyakit gagal ginjal seperti

penyebab, ciri-ciri serta penatalaksanaan dari GGK, serta pasien juga

mengetahui tujuan dari melakukan hemodialisa secara teratur dan

mengetahui tujuan dari melakukan hemodialisa secara teratur.

Pernyataan diatas sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Dwi Ernawati (2011) dalam penelitiannya yang berjudul

Pengetahuan Masyarakat Tentang Gagal Ginjal Kronik. Hasil dari

penelitian tersebut menunjukkan sebagian besar (47,4%) responden

berpengetahuan cukup tentang gagal ginjal kronik. Pengetahuan cukup

yang dimiliki responden dikarenakan kematangan usia dan jenis

kelamin. Sejumlah 36,8% responden berpengetahuan kurang

dikarenakan pekerjaan dan juga kurangnya informasi. Sedangkan

untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat diperlukan adanya

informasi, khususnya yang berkaitan tentang gagal ginjal kronik.

2. Hubungan Sikap Pasien Gagal Ginjal Kronik dengan Rutinitas

Pelaksanaan Hemodialisa

Berdasarkan penelitian didapatkan hasil ada hubungan sikap

pasien gagal ginjal kronik terhadap rutinitas pelaksanaan hemodialisa di

ruang hemodialisa RSUD dr. M. Yunus Bengkulu tahun 2016 dengan


84

nilai  = 0,000. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien dengan

sikap yang kurang mendukung sebagian besar tidak rutin dalam

pelaksanaan hemodialisa. Hal ini disebabkan pasien merasa bahwa

tindakan hemodialisa tidak perlu untuk dilakukan secara rutin dan

pasien tidak mengetahui perlunya tindakan hemodialisa secara rutin

serta akibat yang ditimbulkannya. Sehingga pasien memandang bahwa

tindakan hemodialisa hanya perlu dilaksanakan secukupnya saja.

Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Mar’at (2006),

yang menyatakan bahwa sikap mempengaruhi perilaku melewati suatu

proses dari pengalaman akan menimbulkan pengaruh langsung

terhadap perilaku. Pengaruh langsung tersebut akan direalisaskan

apabila kondisi dan situasi memungkinkan. Apabila individu berada

dalam situasi yang betul-betul bebas dari berbagai bentuk tekanan atau

hambatan yang menganggu ekspresi sikapnya maka dapat diharapkan

bahwa bentuk bentuk prilaku yang tampak merupakan ekspresi sikap

yang sebenarnya.

Pernyataan diatas sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Nurhayati (2009) tentang Hubungan Antara Pengetahuan, Sikap

Pasien dan Dukungan Keluarga Terhadap Sikap Kepatuhan Menjalani

Hemodialisa di Rumah Sakit Islam Surakarta. Peneliti ini bertujuan

untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan, sikap dan dukungan


85

keluarga terhadap kepatuhan program hemodialisa pada pasien gagal

ginjal kronik. Penelitian ini korelasional dengan rancangan cross

sectional dengan jumlah responden 25 orang. Hasil uji dengan Kendall

Tau menunjukkan pengetahuan (r-0,524 ρ – 0,003) sikap pasien (r –

0,517 ρ – 0,003) dan dukungan keluarga ( r- 0,424 ρ – 0,016). Hal ini

menunjukkan terdapat hubungan antara pengetahuan, sikap pasien dan

dukungan keluarga terhadap sikap kepatuhan hemodialisa di Rumah

Sakit Islam Surakarta.

3. Hubungan Tingkat Ekonomi Pasien Gagal Ginjal Kronik dengan

Rutinitas Pelaksanaan Hemodialisa

Berdasarkan penelitian didapatkan hasil ada hubungan tingkat

ekonomi pasien gagal ginjal kronik terhadap rutinitas pelaksanaan

hemodialisa di ruang hemodialisa RSUD dr. M. Yunus Bengkulu tahun

2016 dengan nilai  = 0,006. Hasil penelitian menunjukka bahwa

pasien dengan tingkat ekonomi yang rendah sebagian besar tidak rutin

dalam pelaksanaan hemodialisa. Hal ini disebabkan pasien merasa

bahwa tindakan hemodialisa terlalu mahal sehingga bagi pasien yang

melakukan hemodialisa jangka panjang biasanya mengahadapi

masalah financial, kesulitan dalam mempertahankan pekertjaan dan

beban yang ditimbulkan pada keluarga mereka (Shcieppati &

Remuzzi, 2006).
86

Pernyataan diatas sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Cahyadi (2006) tentang Hubungan Antara Support Sistem

Keluarga dan Sosial Ekonomi (Pendapatan) dengan Kepatuhan

Pengobatan pada Pasien yang Mendapatkan Kemoterapi di Ruangan

Cendana 1 RS. dr. Moewardi Surakarta. Penelitian ini dilakukan

terhadap 30 responden dengan sampel aksidental sampling. Metode

pengumpulan data dengan kuisioner yang didasarkan dari dokumen

yang ada, metode analisis data yang digunakan adalah analisis

deskriptif dan Kendall Tau. Hasil uji Kendall Tau antara variabel

sosial ekonomi dengan dengan kepatuhan berobat kemoterapi r hitung

sebesar 0,520 dengan ρ value - 0,000 sehingga dapat disimpulkan

variabel sosial ekonomi ada hubungan yang signifikan dengan variabel

kepatuhan berobat dengan ρ value 0,05 (alpha 5%).

4. Hubungan Dukungan Keluarga Pasien Gagal Ginjal Kronik

dengan Rutinitas Pelaksanaan Hemodialisa

Berdasarkan penelitian didapatkan hasil ada hubungan

dukungan keluarga pasien gagal ginjal kronik terhadap rutinitas

pelaksanaan hemodialisa di ruang hemodialisa RSUD dr. M. Yunus

Bengkulu tahun 2016 dengan nilai  = 0,000. Hasil penelitian

menunjukka bahwa pasien dengan dukungan keluarga yang rendah

sebagian besar tidak rutin dalam pelaksanaan hemodialisa. Hal ini

disebabkan kurang penerimaan keluarga terhadap anggota keluarga


87

yang sakit. Keluarga juga berfungsi sebagai sistem pendukung bagi

anggotanya dan anggota keluarga memandang bahwa orang yang

bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan jika

diperlukan. Dukungan keluarga dapat dibedakan menjadi empat, yaitu

dukungan informasional, dukungan penghargaan, dukungan

instrumental, dan dukungan emosional (Sutantri, 2008).

Hasil penelitian ini didukung oleh Smeltzer (2006), dukungan

keluarga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

ketidakpatuhan dalam perawatan hemodialisa. Hemodialisa adalah

suatu alternatif terapi bagi penderita gagal ginjal kronik yang

membutuhkan biaya besar. Penderita tidak biasa melakukannya

sendiri, mengantar ke pusat hemodialisa dan melakukan kontrol ke

dokter. Tanpa adanya dukungan keluarga mustahil program terapi

hemodialisa bias dilakukan sesuai jadwal.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Comelia (2009) tentang hubungan antara dukungan

keluarga dengan kepatuhan pada pasien gagal ginjal kronik dalam

menjalani hemodialisa di RSUP DR. Soeradji Tirtonegoro Klaten

diperoleh hasil yaitu chi square hitung (X2) sebesar 11,814 sedangkan

nilai chi square (X) tabel 3,841 dengan P- value atau asympd sig (2-

sided) sebesar 0,001. Keeratan hubungannya dilihat dari nilai C yaitu

0,267 yang termasuk kategori rendah (0,200-0,399) menunjukkan ada


88

hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan pada pasien

gagal ginjal kronik dalam menjalani hemodialisa.

5. Hubungan Motivasi Pasien Gagal Ginjal Kronik dengan Rutinitas

Pelaksanaan Hemodialisa

Berdasarkan penelitian didapatkan hasil ada hubungan motivasi

pasien gagal ginjal kronik terhadap rutinitas pelaksanaan hemodialisa di

ruang hemodialisa RSUD dr. M. Yunus Bengkulu tahun 2016 dengan

nilai  = 0,035. Hasil penelitian menunjukka bahwa pasien dengan

motivasi yang rendah sebagian besar tidak rutin dalam pelaksanaan

hemodialisa. Hal ini disebabkan ketidakberdayaan serta kurangnya

motivasi dan penerimaan diri pasien menjadi faktor psikologis yang

mampu mengarahkan pasien pada tingkat depresi sehingga

berpengaruh pada sikap kepatuhan pasien untuk menjalani rutinitas

pelaksaan hemodialisa (Shcieppati & Remuzzi, 2006).

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Rahma Dani, dkk (2015) tentang hubungan motivasi,

harapan, dan dukungan petugas kesehatan terhadap kepatuhan pasien

gagal ginjal kronik untuk menjalani hemodialisa. Penelitian ini

dilakukan terhadap 72 orang responden memperlihatkan bahwa

mayoritas responden memiliki motivasi tinggi sebanyak 40 responden

(55,6%) patuh menjalani hemodialisa, dan tidak patuh 2 responden

(2,8%). Hasil uji statistik diperoleh nilai ρ value (0,004) < α (0,05)
89

menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara motivasi dengan

kepatuhan pasien GGK untuk menjalani hemodialisa.

c. Analisis Multivariat

1. Analisis Faktor Dominan yang Berhubungan dengan Rutinitas

Pelaksanaan Rutinitas Hemodialisa

Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa dari

keseluruhan variabel independen, yang di duga sangat dominan

dengan rutinitas pelaksanaan hemodialisa di RSUD dr. M. Yunus

Bengkulu 2016 adalah dukungan keluarga yaitu dengan nilai  value

0,000 < 0,05 dan dengan nilai OR terbesar yang di peroleh yaitu

48.125 artinya dukungan keluarga yang tidak rutin melaksankan

hemodialisa mempunyai peluang 48.125 kali menyebabkan tidak rutin

melaksanakan rutinitas hemodialisa.


BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang analisis faktor
dominan yang berhubungan dengn rutinitas pelaksanaan hemodialisa diruang
hemodialisa RSUD dr. M. Yunus Bengkulu tahun 2016 diperoleh beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
1. Diketahui gambaran hampir sebagian dari responden (44,8%) dengan
pengetahuan kurang, lebih dari sebagian responden (59,7 %) dengan sikap
unfavourable, lebih dari sebagian responden (53,7 %) memiliki tingkat
ekonomi yang rendah, lebih dari sebagian responden (55,2 %) memiliki
dukungan keluarga yang rendah, sebagian besar dari responden ( 76,1 % )
memiliki motivasi yang rendah, lebih dari sebagian responden (64,2 %) tidak
rutin dalam pelaksanaan hemodialisa.
2. Ada hubungan pengetahuan pasien gagal ginjal kronik dengan rutinitas
pelaksanaan hemodialisa di ruang hemodialisa dengan nilai  = 0,011.
3. Ada hubungan sikap pasien gagal ginjal kronik dengan rutinitas pelaksanaan
hemodialisa di ruang hemodialisa dengan nilai  = 0,000.
4. Ada hubungan tingkat ekonomi pasien gagal ginjal kronik dengan rutinitas
pelaksanaan hemodialisa di ruang hemodialisa dengan nilai  = 0,006.
5. Ada hubungan dukungan keluarga pasien gagal ginjal kronik dengan rutinitas
pelaksanaan hemodialisa di ruang hemodialisa dengan nilai  = 0,000.
6. Ada hubungan motivasi pasien gagal ginjal kronik dengan rutinitas
pelaksanaan hemodialisa di ruang hemodialisa dengan nilai  = 0,035.
7. Terdapat variabel yang dominan yaitu dukungan keluarga dengan nilai  =
0,000 < 0,05 dan dengan nilai OR terbesar yang di peroleh yaitu 48.125.

90
91

B. Saran

1. Secara Teoritis

a. Untuk Akademis

Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan

wawasan dalam penelitian lain dan pengembangan kurikulum keperawatan

medikal bedah dan sebagai sumber pustaka yang berhubungan dengan gagal

ginjal kronik dan hemodialisa.

b. Untuk Peneliti Lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai data dasar

untuk penelitian serupa yang akan dikembangkan lebih lanjut.

2. Secara Praktis

a. Untuk RSUD dr. M. Yunus Bengkulu

Diharapkan pihak rumah sakit dapat meningkatkan program

pelayanan kesehatan dan sekaligus memberikan informasi yang lebih

banyak kepada penderita gagal ginjal kronik mengenai pentingnya

menjalani hemodialisa secara rutin serta melakukan penyebaran leaflet

dan brosur tentang manfaat menjalani hemodialisa dan memberikan

motivasi bagi penderita gagal ginjal kronik agar rutin dalam

melaksanakan hemodialisa.
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, 2006. Prosedur Pemelitian Pendekatan Prakter. Edisi Revisi V. Jakarta:


Rineke Cipta.
Azwar syaifuddin, 2006. Sikap Manusia, Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Brunner & Suddarth, 2005. Perawatan Medical Bedah, Volume II. Jakarta. EGC
Chandrasoma dan Taylor, 2006. Ringkasan Patologi Anatomi. Ed: ke-2. Jakarta :
EGC
Dewi, R.K. (2011). Hubungan Antara Dukungan Keluarga, Pengetahuan dan Sikap
Pasien dengan Kepatuhan Menjalani Hemodialisa pada Pasien Gagal Ginjal
Kronik di Rumah Sakit Telogo Rejo Semarang. Skripsi Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Muhammadyah Semarang.
Firiani, 2010. Pengalaman Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Perawatan
Hemodialisa di RS Telogorejo Semarang.Diakses dari : http// keperawaan
UNDIP. Ac. Co.id Pada Tanggal 20 Januari 2012
Gerungan , W. A, 2005. Sikap Manusia Perubahan Serta Pengukuran Sikap, Jakarta :
Ghalia
Hasbullah, 2006. Dasar-dasar ilmu Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers
Havens, L. & Terra, R. P, 2007, Hemodialysis. Terdapat pada:
http://www.kidneyatlas.org
Lase, (2011). Analisa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hidup Pasien
Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisadi Rumah Sakit Umum Pusat
Haji Adam Malik Medan. Skripsi Studi Keperawatan Universitas Sumatra
Utara.
Lubis, A, 2006. Dukungan Sosial Pada Pasien Gagal Gijal Kronik
YangMelaksanakan Hemodialisa. USU Medan
Luis, Anggraini, 2011. Populasi Dan Sampel, online : http//
www.googleweblight.com . Diakses pada tanggal 10 November 201
Mar’at, 2004. Sikap Manusia, Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Notoatmodjo, 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta : PT Rineka Cipta.
Nursalam,2006. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem
Perkemihan, Jakarta : Salemba Medika.
Nursalam Dan Siti Parini, 2006. Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan.
Jakarta : Salemba Medika

Price, Sylvia A, 1995. Patofisiologi. Jakarta.EGC

Price dan Wilson, 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Ed : ke-
6. Jakarta: EGC

Rahma, dkk (2015). Hubungan Motivasi, Harapan, dan Dukungan Petugas


Kesehatan Terhadap Kepatuhan PasienGagal Ginjal Kronik untuk Menjalani
Hemodialisa. Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau.

Rania, (2015). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Penderita Gagal


Ginjal Kronik yang Menjalani Program Hemodialisa di PKU Muhammadiyah
Gembong. Skripsi Program Studi SI Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Gembong.

Reilly dan Paerazella, 2005 Nephrology in 30 Days. Singapore : Mc Graw Hill


Education Asia

Rekam Medik, 2014. RS. Dr.Yunus Bengkulu

Sayid,2006 Pengertian Kebiasaan . Diakses dari http//www. Digilib. Unila.ac.id

Syah, Muhibbin, 2000. Psikologi Pendidikan Dengan Perubahan Baru. Bandung : PT


: Remaja Rosdakarya

Suharyanto Tato, 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan


Sistem Perkemihan. Jakarta : Trans Info Media

Wijaya R, 2009. Data Gagal Ginjal Kronik Di Indonesia. Diakses dari


http//www.Wijaya pada tanggal 2 November 2015
LEMBAR KUISIONER

Identitas pasien :

Hari/tanggal :

Jam :

B. Pengetahuan Pasien Tentang Rutinitas Pelaksanaan Hemodialisa

Pilihlah salah satu jawaban yang dianggap benar degan memberikan anda silang

(X).

1. Gagal Ginjal kronik adalah

a. Penyakit ginjal yang tidak bisa diobati

b. Penyakit ginjal tahap akhir, gangguan fungsi ginjal yang menahun sehingga

kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan

keseimbangan cairan elektrolit sehingga menyebabkan kematian

c. Ginjal kurang baik

2. Penyebab gagal ginjal kronik adalah..

a. Penyakit ginjal, batu ginjal dan lain-lain

b. Demam tinggi

c. Penyakit menahun

3. Ciri-ciri penyakit ginjal adalah

a. Kaki bengkak, gatal pada kulit, perdarahan, hipertensi

b. Sakit kepala, muntah-muntah

c. Tidak ada selera makan


4. Salah satu perawatan untuk pasien gagal ginjal kronik adalah..

a. Berobat ke puskesmas setiap bulan

b. Hemodialisa

c. Konsultasi dengan dokter apabila kambuh

5. Hemodialisa adalah..

a. Alat untuk melihat ginjal

b. Obat yang diberikan dokter untuk mengobati sakit ginjal

c. Proses pembersihan darah oleh akumulasi sampah buangan

6. Tujuan dari hemodialisa adalah...

a. Membuang kelebihan air, mempertahankan sistem buffer tubuh,

mengembalikan kadar elektrolit tubuh, memperbaiki status kesehatan dan

lain-lain

b. Membersihkan darah kotor

c. Mengganti ginjal yang rusak

7. Berapa lama hemodialisa dilakukan....

a. Paling lama 3 tahun

b. Selama diinginkan

c. Seumur hidup pasien kecuali jika menjalani pencangkokan ginjal

8. Bagaimana akibatnya jika hemodialisa tidak rutin dilaksanakan....

a. Biasa saja

b. Kondisi penderita akan bertambah buruk, bahkan akan menyebabkan

kematian
c. Darah akan berkurang

9. Hemodialisa juga harus dilaksanakan dengan..

a. Mengikuti anjuran dokter serta tidak memakan makanan pantangan

b.Apa yang diinginkan

c. Sampai bosan melakukan hemodialisa

10. Program hemodialisa dikatakan berhasil jika ..

a. penderita kembali menjalani hidup normal

b.penderita meninggal

c. penderita masih sakit-sakitan

Adopsi : Andi Harman (2012)


C. Sikap
Pilihlah salah satu jawaban yang dianggap dengan benar dengan memberikan
tanda ceklis (√)
No Pernyataan Sikap
SS S TS STS
1. Hemodialisa dapat dilakuan satu kali
dalam seminggu
2. Keadaan penderita gagal ginjal kronik
akan tetap baik meskipun tidak
melaksanakan hemodialisa.
3. Hemodialisa harus rutin dilaksanakan
4. Hemodialisa merupakan therapi yang dapat
membantu meringankan penyakit gagal
ginjal kronik
5. Setujukah anda hemodialisa harus
dilakukan sesuai anjuran dokter
6. Hemodialisa harus dilakukan seumur hidup
bagi pasien gagal ginjal kronik kecuali
dengan melakukan pencangkokan ginjal
7. Hemodialisa harus dilakukan sesuai
dengan jadwal yang telah ditetapkan
dokter
8. Penderita gagal ginjal kronik harus
bergaya hidup sehat untuk meningkatkan
daya tahan tubuhnya.
9. Penderita gagal ginjal kronik tidak
diharuskan untuk melakukan hemodialisa,
cukup dengan mengkonsumsi makanan
yang seimbang
10. Setujukah anda jika hemodialisa wajib
dilakukan bagi penderita gagal ginjal
kronik.
Keterangan :
SS : Sangat Setuju STS : Sangat Tidak Setuju
S : Setuju TS : Tidak Setuju
D. TINGKAT EKONOMI (STATUS EKONOMI)
Pilih salah satu jawaban yang menurut anda paling tepat dengan member tanda
(X).
1. Berapa jumlah nominal penghasilan anda setiap per-bulannya..
a. Diatas Rp. 2.000.000
b. Antara Rp. 1.000.000- 2.000.000
c. Kurang dari Rp. 1.000.000
2. Pekerjaan tetap dan pekerjaan tambahan yang anda tekuni apakah sudah
mencukupi kebutuhan pribadi anda..
a. Mencukupi
b. Kurang mencukupi
c. Tidak mencukupi
3. Apakah semua kebutuhan keluarga anda terpenuhi dengan pendapatan yang
diperoleh
a. Terpenuhi
b. Cukup
c. Tidak terpenuhi
4. Apakah anda mempunyai tabungan
a. Ada menabung di beberapa Bank
b. Ada menabung di satu bank
c. Tidak menabung
5. Bagaimana status rumah tempat tinggal anda
a. Milik sendiri b. menyewa c. menumpang
E. DUKUNGAN KELUARGA

Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan memberikan checklist (√) pada kolom

yang sudah disediakan

No Pernyataan Selalu Sering Kadang Jarang Tidak


kadang pernah
1 Saya diantar keluarga
jika pergi untuk cuci
darah
2 Keluarga saya tidak
memberi semangat untuk
rajin datang ketempat
cuci darah
3 Keluarga saya ikut
memperhatikan dan
mengawasi asupan
minum di rumah
4 Keluarga saya ikut
memperhatikan makanan
yang harus dimakan
sesuai program rumah
sakit
5 Keluarga saya tidak ikut
aktif bertanya pada
petugas kesehatan
tentang apa yang boleh
dan tidak boleh saya
lakukan
6 Keluarga saya siap
kapanpun diperlukan jika
saya memerlukan
bantuan sehubungan
dengan prnyakit yang
saya derita
7 Saya sangat puas dengan
dukungan yang diberikan
keluarga terhadap saya
F. MOTIVASI

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan memberikan checklist (√ ) pada kolom

yang sudah disediakan

No Pernyataan selalu sering Kadang Jarang Tidak


kadang pernah
1 Saya senang dan
bersemangat jika tiba
jadwal cuci darah
2 Saya merasa tempat cuci
darah merupakan tempat
yang menyenangkan
untuk saya
3 Saya lega dan puas jika
telah dilakukan cuci
darah
4 Saya sangat kecewa jika
tidak dilakukan cuci
darah
5 Saya tidak mengukur
konsumsi minum sehari-
hari dengan akurat
6 Saya memperhatikan
makanan yang dimakan
sehari-hari
7 Saya tidak meminum
seluruh obat yang
diberikan oleh dokter
8 Saya tidak memiliki
motivasi yang tinggi
untuk patuh pada semua
program therapy
9 Saya berusaha hadir
untuk cuci darah
walaupun banyak
rintangan yang dihadapi
10 Saya merasakan manfaat
yang banyak dengan
semua program cuci
darah yang saya lakukan.
ANALISIS FAKTOR DOMINAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN
RUTINITAS PELAKSANAAN HEMODIALISA DI RUANG HEMODIALISA
RSUD dr. M. YUNUS BENGKULU TAHUN 2016

A. Analisis Univariat
1. Pengetahuan

PENGETAHUAN
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid KURANG 30 44.8 44.8 44.8
CUKUP 28 41.8 41.8 86.6
BAIK 9 13.4 13.4 100.0
Total 67 100.0 100.0

2. Sikap

SIKAP
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Unfavourable 40 59.7 59.7 59.7
Favourable 27 40.3 40.3 100.0
Total 67 100.0 100.0

3. Tingkat Ekonomi

Tingkat ekonomi
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid tinggi 31 46.3 46.3 46.3
rendah 36 53.7 53.7 100.0
Total 67 100.0 100.0
4. Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid rendah 37 55.2 55.2 55.2
tinggi 30 44.8 44.8 100.0
Total 67 100.0 100.0

5. Motivasi Klien

Motivasi klien
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid tinggi 16 23.9 23.9 23.9
rendah 51 76.1 76.1 100.0
Total 67 100.0 100.0

6. Rutinitas

Rutinitas
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid TIDAK
43 64.2 64.2 64.2
RUTIN
RUTIN 24 35.8 35.8 100.0
Total 67 100.0 100.0

B. Analisis Bivariat
1. Pengetahuan

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
PENGETAHUAN *
RUTINITAS 67 100.0% 0 .0% 67 100.0%

PENGETAHUAN * RUTINITAS Crosstabulation


Rutinitas
Tdk rutin Rutin Total
PENGETAHUAN KURANG Count 23 7 30
% within
76.7% 23.3% 100.0%
PENGETAHUAN
% of Total 34.3% 10.4% 44.8%
CUKUP Count 12 16 28
% within
42.9% 57.1% 100.0%
PENGETAHUAN
% of Total 17.9% 23.9% 41.8%
BAIK Count 3 6 9
% within
33.3% 66.7% 100.0%
PENGETAHUAN
% of Total 4.5% 9.0% 13.4%

Total Count 38 29 67

% within
56.7% 43.3% 100.0%
PENGETAHUAN
% of Total 56.7% 43.3% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 9.059a 2 .011
Likelihood Ratio 9.373 2 .009
Linear-by-Linear
8.100 1 .004
Association
N of Valid Cases 67

a. 1 cells (16.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
3.90.

1. Sikap

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
SIKAP *
67 100.0% 0 .0% 67 100.0%
RUTINITAS
SIKAP * RUTINITAS Crosstabulation
Rutinitas
Tdk rutin Rutin Total
SIKAP Unfavourable Count 33 7 40
% within SIKAP 82.5% 17.5% 100.0%
% of Total 49.3% 10.4% 59.7%
Favourable Count 5 22 27
% within SIKAP 18.5% 81.5% 100.0%
% of Total 7.5% 32.8% 40.3%
Total Count 38 29 67
% within SIKAP 56.7% 43.3% 100.0%
% of Total 56.7% 43.3% 100.0%

Chi-Square Tests
Exact
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 26.880 1 .000
Continuity Correctionb 24.337 1 .000
Likelihood Ratio 28.696 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear
26.479 1 .000
Association
N of Valid Casesb 67
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
11.69.
b. Computed only for a 2x2 table
2. Tingkat Ekonomi
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
tingkatekonomi * rutinitas 67 100.0% 0 .0% 67 100.0%

Tingkat ekonomi * rutinitas Crosstabulation


Rutinitas
Tidak rutin Rutin Total
Tingkat ekonomi tinggi Count 12 19 31
% within tingkat
38.7% 61.3% 100.0%
ekonomi
% of Total 17.9% 28.4% 46.3%
rendah Count 27 9 36
% within tingkat
75.0% 25.0% 100.0%
ekonomi
% of Total 40.3% 13.4% 53.7%
Total Count 39 28 67
% within tingkat
58.2% 41.8% 100.0%
ekonomi
% of Total 58.2% 41.8% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig.
Value df (2-sided) sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 9.018a 1 .003
b
Continuity Correction 7.588 1 .006
Likelihood Ratio 9.199 1 .002
Fisher's Exact Test .003 .003
Linear-by-Linear
8.883 1 .003
Association
N of Valid Casesb 67
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
12.96.
b. Computed only for a 2x2 table

3. Dukungan Keluarga

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Dukungan keluarga *
67 100.0% 0 .0% 67 100.0%
rutinitas
Dukungan keluarga * rutinitas Crosstabulation
Rutinitas
Tidak rutin Rutin Total
Dukungan keluarga Rendah Count 34 3 37
% within dukungan
91.9% 8.1% 100.0%
keluarga
% of Total 50.7% 4.5% 55.2%
Tinggi Count 3 27 30
% within dukungan
10.0% 90.0% 100.0%
keluarga
% of Total 4.5% 40.3% 44.8%
Total Count 37 30 67
% within
55.2% 44.8% 100.0%
dukungankeluarga
% of Total 55.2% 44.8% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig.
Value df (2-sided) sided) (1-sided)
a
Pearson Chi-Square 44.932 1 .000
b
Continuity Correction 41.681 1 .000
Likelihood Ratio 51.820 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear
44.261 1 .000
Association
N of Valid Casesb 67
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
13.43.
b. Computed only for a 2x2 table
4. Motivasi Klien
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Motivasi klien *
67 100.0% 0 .0% 67 100.0%
RUTINITAS

Motivasi klien * RUTINITAS Crosstabulation


Rutinitas
Tidak rutin Rutin Total
Motivasi klien Tinggi Count 9 7 16
% within motivasi
56.2% 43.8% 100.0%
klien
% of Total 13.4% 10.4% 23.9%
Rendah Count 43 8 51
% within motivasi
84.3% 15.7% 100.0%
klien
% of Total 64.2% 11.9% 76.1%
Total Count 52 15 67
% within motivasi
77.6% 22.4% 100.0%
klien
% of Total 77.6% 22.4% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig.
Value df (2-sided) sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 5.520a 1 .019
b
Continuity Correction 4.023 1 .045
Likelihood Ratio 5.016 1 .025
Fisher's Exact Test .035 .026
Linear-by-Linear
5.438 1 .020
Association
N of Valid Casesb 67
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
3.58.
b. Computed only for a 2x2 table
ANALISIS FAKTOR DOMINAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN
RUTINITAS PELAKSANAAN HEMODIALISA DI RUANG HEMODIALISA
RSUD dr. M. YUNUS BENGKULU TAHUN 2016

C. Analisis Multivariat

1. Pengetahuan
Variables in the Equation

95.0% C.I.for
EXP(B)

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper

Step PENGETAHUAN 1.092 .400 7.456 1 .006 2.981 1.361 6.529


1a
Constant -1.042 .388 7.200 1 .007 .353

a. Variable(s) entered on step 1:


PENGETAHUAN.

2. Sikap

Variables in the Equation

95.0% C.I.for EXP(B)

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper

Step 1a SIKAP 3.032 .647 21.964 1 .000 20.743 5.836 73.722

Constant -1.551 .416 13.885 1 .000 .212

a. Variable(s) entered on step 1: SIKAP.


3. Tingkat ekonomi
Variables in the Equation

95.0% C.I.for
EXP(B)

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper

Step 1a Tingkat
-1.558 .533 8.545 1 .003 .211 .074 .598
ekonomi

Constant 2.018 .832 5.883 1 .015 7.521

a. Variable(s) entered on step 1:


tingkatekonomi.

4. Dukungan keluarga
Variables in the Equation

95.0% C.I.for
EXP(B)

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper

Step 1a d.keluarga 3.874 .836 21.468 1 .000 48.125 9.348 247.766

Constant -6.736 1.512 19.859 1 .000 .001

a. Variable(s) entered on step 1: d.keluarga.

5. Motivasi klien
Variables in the Equation

95.0% C.I.for EXP(B)

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper


Step 1a Motivasi .02
-1.430 .634 5.087 1 .239 .069 .829
klien 4

Constant .61
-.251 .504 .249 1 .778
8

a. Variable(s) entered on step 1:


motivasiklien.
HASIL TABULASI DATA
ANALISIS FAKTOR DOMINAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN RUTINITAS PELAKSANAAN HEMODIALISA DI
RUANG HEMODIALISA RSUD dr. M. YUNUS BENGKULU TAHUN 2016
No Pengetahuan Motivasi

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jml % Kategori Kode 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 jml Kode Kategori


1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 2 20 Kurang 0 3 2 1 2 2 3 1 2 1 2 19 0 Tinggi
2 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 5 50 Kurang 0 1 0 2 2 3 2 0 2 2 3 17 0 Tinggi
3 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 9 90 Baik 2 3 1 1 2 1 2 2 0 1 2 15 1 Rendah
4 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 4 40 Kurang 0 1 0 2 1 2 3 2 1 2 3 17 0 Tinggi
5 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 5 50 Kurang 0 1 2 1 2 2 2 0 2 1 2 15 1 Rendah
6 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 4 40 Kurang 0 2 2 2 3 0 1 1 1 1 2 15 1 Rendah
7 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 4 40 Kurang 0 2 2 2 1 0 1 2 2 0 2 14 1 Rendah
8 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 7 70 Cukup 1 3 2 1 0 2 2 1 1 1 2 15 1 Rendah
9 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 8 80 Baik 2 1 2 1 1 1 2 2 2 1 2 15 1 Rendah
10 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 9 90 Baik 2 2 2 3 0 3 1 3 3 2 2 21 0 Tinggi
11 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 7 70 Cukup 1 1 2 2 2 2 1 1 1 2 0 14 1 Rendah
12 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 3 30 Kurang 0 3 2 3 1 2 4 2 2 2 4 25 0 Tinggi
13 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 7 70 Cukup 1 2 1 1 1 1 1 2 3 0 3 15 1 Rendah
14 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 6 60 Cukup 1 2 1 2 2 2 1 0 1 1 2 14 1 Rendah
15 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 4 40 Kurang 0 1 1 1 4 0 1 2 3 2 0 15 1 Rendah
16 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 5 50 Kurang 0 2 1 2 3 1 2 1 2 1 0 15 1 Rendah
17 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 5 50 Cukup 1 1 1 1 3 2 2 1 2 1 1 15 1 Rendah
18 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 9 90 Baik 2 1 2 2 2 4 2 3 2 3 4 25 0 Tinggi
19 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 4 40 Kurang 0 2 2 1 1 2 1 2 2 1 0 14 1 Rendah
20 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 5 50 Kurang 0 2 2 1 1 2 1 2 1 1 1 14 1 Rendah
21 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 7 70 Cukup 1 1 2 1 1 2 3 2 1 1 1 15 1 Rendah
22 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 6 60 Cukup 1 2 1 3 2 2 2 3 1 4 2 22 0 Tinggi
23 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 7 70 Cukup 1 1 2 2 2 3 1 0 2 1 1 15 1 Rendah
24 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 5 50 Kurang 0 2 2 2 1 2 1 2 2 0 1 15 1 Rendah
25 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 5 50 Kurang 0 3 2 1 1 2 1 2 3 2 2 19 0 Tinggi
26 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 8 80 Baik 2 1 0 2 2 0 1 1 1 4 3 15 1 Rendah
27 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 6 60 Cukup 1 2 2 2 0 2 1 2 2 2 0 15 1 Rendah
28 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 5 50 Kurang 0 1 2 3 2 1 3 2 2 4 2 22 0 Tinggi
29 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 9 90 Baik 2 2 1 3 2 1 0 2 1 2 1 15 1 Rendah
30 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 5 50 Kurang 0 2 2 1 2 2 1 2 2 1 0 15 1 Rendah
31 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 6 60 Cukup 1 2 2 3 3 2 1 2 3 2 2 22 0 Tinggi
32 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 7 70 Cukup 1 1 2 2 0 3 1 1 1 1 2 14 1 Rendah
33 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 Baik 2 2 2 0 1 2 3 2 1 1 1 15 1 Rendah
34 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 8 80 Baik 2 3 2 4 4 4 3 3 2 2 2 29 0 Tinggi
35 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 7 70 Cukup 1 2 3 2 0 1 1 2 2 1 1 15 1 Rendah
36 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 8 80 Baik 2 2 1 0 3 1 2 1 1 2 2 15 1 Rendah
37 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 5 50 Kurang 0 1 1 2 2 3 0 2 1 1 2 15 1 Rendah
38 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 7 70 Cukup 1 1 1 1 2 0 2 2 2 2 1 14 1 Rendah
39 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 4 40 Kurang 0 2 3 1 2 2 0 2 1 0 1 14 1 Rendah
40 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 6 60 Cukup 1 1 2 0 1 1 1 2 2 2 3 15 1 Rendah
41 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 6 60 Cukup 1 2 2 1 0 1 3 2 1 1 2 15 1 Rendah
42 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 5 50 Kurang 0 1 3 2 3 2 4 3 3 3 4 28 0 Tinggi
43 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 4 40 Kurang 0 2 1 1 2 2 1 1 3 0 2 15 1 Rendah
44 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 5 50 Kurang 0 3 2 2 2 2 4 4 2 2 3 26 0 Tinggi
45 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 6 60 Cukup 1 2 2 2 1 1 2 2 1 2 0 15 1 Rendah
46 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 5 50 Kurang 0 1 1 1 0 1 1 2 2 2 3 14 1 Rendah
47 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 6 60 Cukup 1 0 1 1 1 2 2 1 0 2 1 11 1 Rendah
48 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 5 50 Kurang 0 1 2 0 1 1 2 1 1 1 2 12 1 Rendah
49 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 5 50 Kurang 0 1 1 1 0 1 2 2 1 1 0 10 1 Rendah
50 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 7 70 Cukup 1 2 0 1 1 2 0 1 1 2 2 12 1 Rendah
51 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 6 60 Cukup 1 2 2 1 4 2 4 4 2 4 0 25 0 Tinggi
52 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 7 70 Cukup 1 1 1 2 2 0 1 1 1 1 1 11 1 Rendah
53 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 5 50 Kurang 0 1 1 1 1 0 2 2 2 1 0 11 1 Rendah
54 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 4 40 Kurang 0 1 3 2 0 1 1 1 2 1 2 14 1 Rendah
55 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 7 70 Cukup 1 1 0 1 1 2 2 1 0 1 2 11 1 Rendah
56 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 6 60 Cukup 1 2 1 1 1 0 1 1 1 2 3 13 1 Rendah
57 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 6 60 Cukup 1 2 2 1 1 2 1 1 2 2 0 14 1 Rendah
58 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 6 60 Cukup 1 1 2 2 0 1 1 2 0 1 1 11 1 Rendah
59 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 4 40 Kurang 0 0 1 2 1 1 1 2 1 2 3 14 1 Rendah
60 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 6 60 Cukup 1 1 1 2 1 2 1 1 3 1 2 15 1 Rendah
61 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 4 40 Kurang 0 2 0 1 1 1 2 2 2 3 3 17 0 Tinggi
62 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 6 60 Cukup 1 2 2 1 1 1 0 2 1 1 0 11 1 Rendah
63 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 4 40 Kurang 0 1 1 2 2 0 1 1 2 2 2 14 1 Rendah
64 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 6 60 Cukup 1 2 2 1 1 2 0 1 1 2 1 13 1 Rendah
65 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 6 60 Cukup 1 1 1 2 1 0 3 3 2 2 2 17 0 Tinggi
66 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 5 50 Kurang 0 2 2 1 1 1 1 0 2 1 1 12 1 Rendah
67 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 5 50 Kurang 0 2 1 0 0 1 1 2 2 2 2 13 1 Rendah
Mean = 16
HASIL TABULASI DATA
ANALISIS FAKTOR DOMINAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN RUTINITAS PELAKSANAAN HEMODIALISA DI
RUANG HEMODIALISA RSUD dr. M. YUNUS BENGKULU TAHUN 2016
No Sikap

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Skor (x) x-x x-x (x-x).10 Skor T Kategori kode


SD SD
1 1 0 1 1 2 1 1 1 2 0 10 -5 1 10 60 Unfavourable 0
2 1 1 1 0 2 2 1 2 1 2 13 -2 4 40 90 Favourable 1
3 0 1 0 2 3 2 1 2 1 1 13 -2 4 40 90 Favourable 1
4 1 1 2 2 0 1 0 2 1 1 11 -4 2 20 70 Unfavourable 0
5 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 11 -4 2 20 70 Unfavourable 0
6 0 1 1 2 0 2 2 1 1 1 11 -4 2 20 70 Unfavourable 0
7 1 1 2 1 0 1 1 0 2 1 10 -5 1 10 60 Unfavourable 0
8 2 2 2 1 1 0 1 1 2 2 14 -1 5 50 100 Favourable 1
9 1 0 2 1 1 2 1 2 2 1 13 -2 4 40 90 Favourable 1
10 1 1 2 1 1 2 1 1 0 1 11 -4 2 20 70 Unfavourable 0
11 2 2 0 1 1 1 1 2 2 1 13 -2 4 40 90 Favourable 1
12 2 0 2 1 2 2 1 1 1 1 13 -2 4 40 90 Favourable 1
13 2 2 1 1 1 1 0 1 1 2 12 -3 3 30 80 Favourable 1
14 1 1 0 2 1 2 1 1 2 0 11 -4 2 20 70 Unfavourable 0
15 2 1 1 1 0 1 2 1 1 1 11 -4 2 20 70 Unfavourable 0
16 2 0 1 1 1 2 1 1 1 1 11 -4 2 20 70 Unfavourable 0
17 2 1 0 3 1 2 1 1 1 2 14 -1 5 50 100 Favourable 1
18 2 3 1 2 0 1 1 1 0 2 13 -2 4 40 90 Favourable 1
19 1 2 2 2 1 1 0 1 0 1 11 -4 2 20 70 Unfavourable 0
20 1 1 1 1 2 2 1 0 0 1 10 -5 1 10 60 Unfavourable 0
21 0 2 2 1 1 1 1 1 1 1 11 -4 2 20 70 Unfavourable 0
22 1 2 1 0 2 2 2 1 2 1 14 -1 5 50 100 Favourable 1
23 1 0 2 2 1 1 0 1 3 3 14 -1 5 50 100 Favourable 1
24 0 1 2 1 2 1 1 1 1 1 11 -4 2 20 70 Unfavourable 0
25 1 1 0 2 1 0 1 2 1 2 11 -4 2 20 70 Unfavourable 0
26 0 2 1 1 2 1 1 1 1 1 11 -4 2 20 70 Unfavourable 0
27 1 1 1 1 1 1 3 1 2 2 14 -1 5 50 100 Favourable 1
28 1 1 0 2 1 1 0 1 2 2 11 -4 2 20 70 Unfavourable 0
29 1 0 1 1 1 2 1 0 1 2 10 -5 1 10 60 Unfavourable 0
30 0 1 2 2 1 1 2 1 0 1 11 -4 2 20 70 Unfavourable 0
31 1 1 1 0 2 2 0 1 1 2 11 -4 2 20 70 Unfavourable 0
32 0 1 2 0 1 2 2 3 1 2 14 -1 5 50 100 Favourable 1
33 0 3 0 2 1 1 1 0 1 2 11 -4 2 20 70 Unfavourable 0
34 1 2 1 1 0 2 0 1 1 2 11 -4 2 20 70 Unfavourable 0
35 1 0 1 0 1 2 2 2 3 2 14 -1 5 50 100 Favourable 1
36 0 1 2 1 0 2 1 2 1 1 11 -4 2 20 70 Unfavourable 0
37 1 0 2 0 2 2 1 1 1 3 13 -2 4 40 90 Favourable 1
38 1 2 1 1 1 1 2 1 1 0 11 -4 2 20 70 Unfavourable 0
39 0 2 1 1 0 2 1 2 0 2 11 -4 2 20 70 Unfavourable 0
40 1 1 2 2 0 1 2 1 2 2 14 -1 5 50 100 Favourable 1
41 1 1 1 1 2 1 1 0 1 2 11 -4 2 20 70 Unfavourable 0
42 0 1 1 3 0 2 1 1 1 1 11 -4 2 20 70 Unfavourable 0
43 0 1 1 2 0 2 1 2 3 2 14 -1 5 50 100 Favourable 1
44 0 1 2 1 2 1 1 2 0 1 11 -4 2 20 70 Unfavourable 0
45 0 1 2 3 0 2 1 1 0 1 11 -4 2 20 70 Unfavourable 0
46 1 1 0 1 1 3 1 2 2 1 13 -2 4 40 90 Favourable 1
47 1 2 1 0 2 0 1 2 2 3 14 -1 5 50 100 Favourable 1
48 1 2 1 1 2 0 3 1 2 1 14 -1 5 50 100 Favourable 1
49 0 1 1 2 1 3 1 0 1 2 12 -3 3 30 80 Favourable 1
50 1 0 2 0 1 1 1 3 0 2 11 -4 2 20 70 Unfavourable 0
51 0 1 1 0 2 1 1 2 1 1 10 -5 1 10 60 Unfavourable 0
52 1 0 1 1 2 2 1 2 0 1 11 -4 2 20 70 Unfavourable 0
53 0 2 1 2 1 1 1 1 2 1 12 -3 3 30 80 Favourable 1
54 2 1 0 2 1 2 0 1 1 1 11 -4 2 20 70 Unfavourable 0
55 1 0 1 2 1 0 1 3 1 0 10 -5 1 10 60 Unfavourable 0
56 1 1 3 1 0 2 0 2 1 1 12 -3 3 30 80 Favourable 1
57 1 2 1 0 2 0 2 1 1 2 12 -3 3 30 80 Favourable 1
58 1 1 1 3 1 0 0 2 1 1 11 -4 2 20 70 Unfavourable 0
59 0 1 2 1 0 1 2 0 2 1 10 -5 1 10 60 Unfavourable 0
60 1 2 1 0 2 2 0 1 1 1 11 -4 2 20 70 Unfavourable 0
61 0 2 1 2 1 1 1 1 0 2 11 -4 2 20 70 Unfavourable 0
62 1 1 2 1 2 2 0 2 1 1 13 -2 4 40 90 Favourable 1
63 1 0 2 1 2 0 1 1 2 2 12 -3 3 30 80 Favourable 1
64 1 1 0 2 1 2 0 1 1 2 11 -4 2 20 70 Unfavourable 0
65 0 1 0 2 1 0 3 1 2 0 10 -5 1 10 60 Unfavourable 0
66 1 2 1 0 1 2 0 3 0 1 11 -4 2 20 70 Unfavourable 0
67 2 1 1 0 1 2 1 2 1 1 12 -3 3 30 80 Favourable 1
Mean = 79
HASIL TABULASI DATA
ANALISIS FAKTOR DOMINAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN RUTINITAS PELAKSANAAN HEMODIALISA DI
RUANG HEMODIALISA RSUD dr. M. YUNUS BENGKULU TAHUN 2016
No Tingkat ekonomi Dukungan keluarga Pelaksanaan Rutinitas
Hemodialisa
1 2 3 4 5 jml kode kategori 1 2 3 4 5 6 7 jml kode Kategori Kategori Kode
1 2 2 2 3 1 10 1 Tinggi 0 2 2 1 1 1 2 9 1 Rendah Tidak rutin 0
2 2 1 2 3 2 10 1 Tinggi 1 1 1 1 3 2 2 11 2 Tinggi Tidak rutin 0
3 3 2 3 1 1 10 1 Tinggi 1 1 1 2 2 1 1 9 1 Rendah Tidak rutin 0
4 1 2 2 2 1 8 2 Rendah 2 2 3 3 1 1 0 12 2 Tinggi Rutin 1
5 1 2 2 1 2 8 1 Tinggi 1 3 1 2 1 0 1 9 1 Rendah Tidak rutin 0
6 1 2 2 1 3 7 2 Rendah 2 1 2 1 2 2 1 11 2 Tinggi Tidak rutin 0
7 1 2 2 2 1 10 1 Tinggi 1 1 1 2 2 0 0 7 1 Rendah Tidak rutin 0
8 1 2 2 1 2 8 2 Rendah 0 1 1 1 1 4 3 11 2 Tinggi Rutin 1
9 1 2 1 2 1 7 2 Rendah 1 1 2 2 1 3 2 12 2 Tinggi Tidak rutin 0
10 2 1 1 3 1 10 1 Tinggi 3 1 2 1 2 1 1 11 2 Tinggi Rutin 1
11 2 3 3 2 3 13 1 Tinggi 1 1 3 2 1 2 3 13 2 Tinggi Rutin 1
12 3 1 1 2 1 8 2 Rendah 1 1 1 2 2 2 1 10 1 Rendah Tidak rutin 0
13 2 1 1 2 2 8 2 Rendah 3 2 2 3 3 1 0 14 2 Tinggi Rutin 1
14 3 2 2 2 3 12 1 Tinggi 2 1 3 1 1 2 1 11 2 Tinggi Rutin 1
15 2 1 1 2 2 8 2 Rendah 1 3 1 1 2 1 1 10 1 Rendah Tidak rutin 0
16 2 2 1 1 3 7 2 Rendah 0 1 2 1 2 1 1 8 1 Rendah Tidak rutin 0
17 1 1 2 3 1 10 1 Tinggi 2 1 2 1 2 2 2 12 2 Tinggi Rutin 1
18 2 1 1 1 2 7 2 Rendah 2 1 4 2 2 2 3 16 2 Tinggi Tidak rutin 0
19 2 2 2 2 2 10 1 Tinggi 3 2 2 1 1 1 1 11 1 Rendah Tidak rutin 0
20 1 1 2 1 1 6 2 Rendah 4 1 1 0 0 2 1 9 1 Rendah Tidak rutin 0
21 3 2 3 1 2 11 1 Tinggi 2 2 1 2 1 1 1 10 1 Rendah Tidak rutin 0
22 2 1 1 2 2 8 2 Rendah 1 1 0 4 1 2 2 11 2 Tinggi Rutin 1
23 3 3 3 2 3 14 1 Tinggi 1 1 2 2 2 2 1 11 2 Tinggi Rutin 1
24 2 1 2 1 2 8 2 Rendah 1 2 1 0 2 1 2 9 1 Rendah Tidak rutin 0
25 1 2 3 1 2 9 1 Tinggi 1 2 0 0 3 1 1 8 1 Rendah Tidak rutin 0
26 2 2 2 2 2 10 1 Tinggi 0 2 2 1 2 2 2 11 2 Tinggi Rutin 1
27 2 1 3 3 1 10 1 Tinggi 1 1 3 1 0 3 2 11 2 Tinggi Tidak rutin 0
28 2 1 2 1 2 8 2 Rendah 0 1 2 2 1 2 3 11 2 Tinggi Rutin 1
29 2 2 1 1 2 8 2 Rendah 1 2 1 1 2 2 0 9 1 Rendah Tidak rutin 0
30 2 1 1 2 3 7 2 Rendah 0 1 0 0 2 3 0 6 1 Rendah Tidak rutin 0
31 1 2 2 3 2 10 1 Tinggi 1 2 1 2 1 1 1 9 1 Rendah Tidak rutin 0
32 2 1 2 1 2 8 2 Rendah 1 2 2 2 0 0 2 9 1 Rendah Tidak rutin 0
33 2 1 2 3 1 9 1 Tinggi 2 2 1 1 2 2 1 11 2 Tinggi Rutin 1
34 1 1 2 1 1 6 2 Rendah 2 0 1 4 2 2 3 14 2 Tinggi Rutin 1
35 2 1 2 1 2 8 2 Rendah 1 1 1 1 3 1 2 10 1 Rendah Tidak rutin 0
36 2 2 3 1 3 11 1 Tinggi 2 2 1 1 2 1 1 10 1 Rendah Rutin 1
37 3 3 2 2 3 13 1 Tinggi 2 3 1 1 1 3 1 12 2 Tinggi Rutin 1
38 2 1 2 1 2 8 2 Rendah 2 1 2 1 2 1 0 9 1 Rendah Tidak rutin 0
39 1 1 1 1 1 5 2 Rendah 1 2 1 2 1 1 2 10 1 Rendah Tidak rutin 0
40 1 1 2 2 3 7 2 Rendah 1 2 1 1 2 1 1 9 1 Rendah Tidak rutin 0
41 2 1 2 1 2 8 2 Rendah 2 3 2 1 1 3 2 14 2 Tinggi Tidak rutin 0
42 2 2 2 1 1 8 2 Rendah 1 2 1 2 2 1 1 10 1 Rendah Rutin 1
43 1 1 2 1 3 7 2 Rendah 2 2 2 1 1 1 1 10 1 Rendah Tidak rutin 0
44 2 2 2 1 3 10 1 Tinggi 2 0 1 1 2 2 2 10 1 Rendah Tidak rutin 0
45 1 1 1 1 1 5 2 Rendah 1 1 2 3 2 1 4 14 2 Tinggi Rutin 1
46 3 2 2 1 2 10 1 Tinggi 1 2 2 2 1 1 1 10 1 Rendah Tidak rutin 0
47 3 3 2 2 3 13 1 Tinggi 2 2 1 1 3 2 1 12 2 Tinggi Rutin 1
48 2 3 1 2 2 10 1 Tinggi 1 1 2 3 2 1 1 11 1 Rendah Tidak rutin 0
49 2 1 2 1 3 9 1 Tinggi 1 1 2 2 1 1 2 10 1 Rendah Tidak rutin 0
50 2 1 2 1 2 8 2 Rendah 1 2 1 2 1 2 3 12 2 Tinggi Rutin 1
51 2 2 1 1 2 8 2 Rendah 2 2 0 2 2 1 2 11 2 Tinggi Rutin 1
52 2 3 2 1 3 11 1 Tinggi 1 1 4 0 1 2 1 10 1 Rendah Tidak rutin 0
53 1 2 3 3 2 11 1 Tinggi 2 2 1 1 0 1 2 9 1 Rendah Tidak rutin 0
54 1 2 1 2 3 7 2 Rendah 1 2 1 1 1 2 3 11 2 Tinggi Rutin 1
55 2 2 2 1 1 8 2 Rendah 1 1 2 2 1 1 3 11 2 Tinggi Tidak rutin 0
56 1 1 3 3 1 9 1 Tinggi 2 0 1 1 1 2 3 10 1 Rendah Tidak rutin 0
57 2 3 1 1 2 9 1 Tinggi 1 1 2 3 1 1 0 9 1 Rendah Tidak rutin 0
58 2 1 2 1 2 8 2 Rendah 3 1 1 2 2 1 3 13 2 Tinggi Rutin 1
59 1 2 2 1 2 8 2 Rendah 2 1 1 0 2 1 1 8 1 Rendah Tidak rutin 0
60 1 1 1 1 1 5 2 Rendah 1 2 2 1 1 2 1 10 1 Rendah Tidak rutin 0
61 2 1 2 1 2 8 2 Rendah 1 2 4 2 3 1 2 15 2 Tinggi Tidak rutin 0
62 3 3 3 2 3 14 1 Tinggi 2 1 0 2 2 2 1 10 1 Rendah Tidak rutin 0
63 1 2 2 3 1 9 1 Tinggi 4 3 3 4 3 3 4 24 2 Tinggi Rutin 1
64 2 2 2 1 1 8 2 Rendah 2 1 2 3 0 1 1 10 1 Rendah Tidak rutin 0
65 1 1 1 2 2 7 2 Rendah 1 2 1 2 1 2 1 10 1 Rendah Tidak rutin 0
66 1 1 2 2 2 8 2 Rendah 2 3 3 3 2 2 3 18 2 Tinggi Rutin 1
67 1 1 2 3 3 10 1 Tinggi 1 2 2 0 0 1 1 7 1 Rendah Tidak rutin 0
Mean = 9 Mean = 11

You might also like