You are on page 1of 9

PKL 3

Tujuan 3 : Menjelaskan kegiatan statistik di puskesmas yaitu pengumpulan data, pengolahan


data termasuk penampilan statistik dasar, statistik morbiditas, dan mortalitas serta
produktivitas kerja.
Statistik di pelayanan kesehatan adalah suatu metode yang digunakan untuk
mengumpulkan, mengolah, menyajikan, menganalisis, menginterpretasikan dan mengambil
kesimpulan dari data yang ada menjadi informasi yang digunakan di pelayanan kesehatan.
Statistik di pelayanan kesehatan akan bermanfaat sebagai perbandingan penampilan sarana
pelayanan kesehatan di masa lalu dan saat ini, sebagai bahan acuan pengembangan sarana
pelayanan kesehatan di masa depan serta evaluasi/penilaian program kesehatan, penampilan
kerja tenaga medis, perawat dan staf yang lain.
Puskesmas Gamping 2 membuat laporan bulanan, tahunan, promosi kesehatan,
kesehatan lingkungan, dan lain-lain. Pengumpulan data-data yang dibutuhkan untuk laporan
bulanan dan tahunan dilakukan secara manual, petugas SP2TP akan memberikan buku
blangko kunjungan puskesmas pada masing-masing poliklinik kemudian buku blangko
tersebut diberikan kepada petugas pelaporan untuk diolah dan diinput ke dalam komputer
dalam bentuk tabel-tabel. Sedangkan data-data untuk laporan promosi kesehatan dan
kesehatan lingkungan dibuat berdasarkan kegiatan promosi kesehatan dan kesehatan
lingkungan yang telah diberikan kepada masyarakat oleh petugas. Data-data yang diperlukan
untuk pembuatan laporan puskesmas adalah data yang dikumpulkan dari masing-masing
poliklinik, kegiatan-kegiatan yang telah diberikan kepada masyarakat baik di dalam gedung
maupu maupun diluar gedung.
Setelah data terkumpul, kemudian data-data statistik tersebut disusun dengan manual
dan dimasukkan kedalam komputer agar diolah untuk menjadi sebuah informasi. Data
tersebut diolah oleh bagian pelaporan, yang kemudian akan dilaporkan ke Dinas Kesehatan.
Pada pelaporan tersebut akan dijelaskan dan dirinci kegiatan/program yang diberikan oleh
masing-masing poliklinik ke pasien/masyarakat. Sehingga dapat memberikan informasi
terkait kegiatan apa saja yang telah dilakukan dan kegiatan yang belum dilakukan. Setelah
laporan sudah dilaporkan ke Dinas Kesehatan, maka puskesmas akan menerima balasan dari
Dinas Kesehatan terkait hasil laporan tersebut apakah laporan sudah benar atau ada yang
perlu diperbaiki. Laporan tersebut akan dilaporkan ke Dinas Kesehatan setiap bulan sehingga
dapat diketahui perkembangan pelayanan yang diberikan oleh puskesmas ke
pasien/masyarakat. Laporan yang dibuat dijadikan sebagai produktivitas unit kerja pada
masing-masing bagian di Puskesmas Gamping 2.
Selain membuat laporan-laporan, di Puskesmas Gamping 2 juga membuat statistik
morbiditas yang sumber datanya berasal dari poliklinik KIA (Kesehatan Ibu dan Anak). Data-
data yang dikumpulkan seperti pasien yang akan memeriksakan kehamilan, serta orang tua
yang akan memeriksakan anaknya. Sedangkan, untuk stastistik mortatilitas di Puskesmas
Gamping 2 sekarang sudah tidak ada, tetapi dahulu statistik mortalitas pernah dibuat.
Puskesmas Gamping 2 tidak membuat statistik mortalitas karena dari Dinas Kesehatan tidak
meminta tentang statistik mortalitas. Statistik mortalitas yang pernah dibuat sumber datanya
berasal dari desa-desa yang ada disekitas Puskesmas Gamping 2.
Pembahasan :
Menurut Huffman (1994) kegiatan statistik melibatkan beberapa hal, yaitu
pengumpulan data, analisis, interpretasi data dan presentasi data. Statistik fasilitas pelayanan
kesehatan merupakan statistik yang menggunakan dan mengolah sumber data dari pelayanan
kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan untuk menghasilkan informasi, fakta dan
pengetahuan berkaita dengan pelayanan kesehatan di suatu tempat. Informasi yang dihasilkan
dapat digunakan untuk berbagai kepentingan antara lain untuk perencanaan, pemantauan
pendapatan dan pengeluaran fasilitas pelayanan kesehatan, mengetahui kinerja petugas medis
dan non medis.
Menurut Depkes RI (1992) Sistem pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas
adalah kegiatan pencatatan dan pelaporan data umum, sarana, tenaga dan upaya pelayanan
kesehatan di puskesmas termasuk puskesmas pembantu, yang ditetapkan melalui surat
keputusan Menteri Kesehatan RI No.63/Menkes/SK/II/1981. Pencatatan dan pelaporan
penyelenggaraan tiap kegiatan bagi tenaga kesehatan adalah melakukan pencatatan data
penyelenggaraan tiap kegiatan bagi tenaga kesehatan dan melaporkan data tersebut kepada
instansi yang berwenang berupa laporan lengkap pelaksanaan kegiatan dengan menggunakan
format yang di tetapkan.
Kegiatan pengumpulan data dilakukan dengan cara mengambil data dari kunjungan
pasien pada setiap klinik ataupun pada kunjungan, kegiatan-kegiatan puskesmas dalam
gedung maupun kegiatan puskesmas diluar gedung. Data yang diambil dari setiap poliklinik
maupun data kegiatan puskesmas. Data diolah pada bagian pelaporan yang menjadi laporan
bulanan puskesmas. Pengolahan data untuk mengubah data yang telah dikumpulkan menjadi
informasi yang dibutuhkan untuk tujuan tertentu. Pengolahan data dilakukan oleh petugas
pelaporan agar data yang diperoleh menjasi informasi dalam kegiatan di puskesmas setiap
bulannya. Data yang telah selesai diolah selanjutnya akan disajikan dalam bentuk tabel,
grafik batang, grafik garis, pemetaan, dan pie chart (lingkaran).
Pengolahan data dilakukan dengan memasukan data dari setiap poliklinik dalam
komputer yang dikerjakan pada bagian pelaporan. Penyajian data dalam bentuk grafik antara
lain adalah agar pembaca dapat melihat secara cepat informasi yang ingin disampaikantanpa
harus melihat tabel, agar menarik dan mengurangi kejenuhan dalam penyajian data atau
informasi serta pengambilan keputusan dapat dilakukan secara cepat dan tepat waktu
(Depkes, RI).
Tujuan 4 : Menganalisis kuantitatif berkas rekam medis
Analisis kuantitatif adalah telaah atau review bagian tertentu dari isi berkas rekam
medis dengan maksud menemukan kekurangan khusus yang berkaitan dengan
pendokumentasian berkas rekam medis. Tujuan dari analisis kuantitatif rekam medis yaitu
untuk menemukan ketidaklengkapan pengisian dan memperbaiki sehingga didapatkan rekam
medis yang lengkap dan berkesinambungan, didapatkan rekam medis yang dapat digunakan
untuk kepentingan hukum pasien, dokter dan fasilitas pelayanan kesehatan serta untuk
memenuhi persyaratan akreditasi dan sertifikasi.
Sebelum melakukan analisis kuantitatif rekam medis, terdapat beberapa hal yang
perlu ditentukan yaitu jadwal analisis akan dilakukan perhari / minggu / bulan, menyiapkan
petugas yang akan melakukan analisis, dan menyiapkan peraturan / SOP / standar sebagai
acuan petugas dalam melakukan analisis kuantitatif. Petugas rekam medis yang
melaksanakan analisis kuantitatif diharapkan dapat mengidentifikan tentang elemen data
rekam medis yang harus ada di formulir rekam medis, siapa yang bertanggung jawab mengisi
rekam medis, siapa yang harus melegalisasi penulisan pada rekam medis serta dapat
mengenal dan menemukan bagian-bagian yang kurang/belum lengkap/belum tepat
mengisinya.
Di Puskesmas Gamping 2 analisis kuantitatif biasa dikenal dengan ceklist
kelengkapan isi rekam medis. Analisis kuantitatif dilakukan oleh petugas pendaftaran setelah
pemeriksaan pasien selesai dilakukan dan berkas dikembalikan ke bagian pendaftaran.
Dengan cara ini analisis dapat dilakukan secara menyeluruh namun kekurangan terkait data
pasien tidak dapat dilengkapi. Pelaksanaan analisis kuantitatif di Puskesmas Gamping 2
dilakukan setiap hari oleh petugas pendaftaran. Analisis kuantitatif dilakukan dengan mengisi
buku ceklist kelengkapan isi rekam medis petugas pendaftaran. Buku ceklist kelengkapan
tersebut terdiri dari nama lengkap, tanggal lahir, alamat, pekerjaan, nama kepala keluarga,
agama, jaminan, NIK, dan telp.
Ceklist kelengkapan dilakukan dengan memberikan tanda ceklist (√) pada buku
ceklist jika data tersebut sudah lengkap, tetapi jika data tidak lengkap maka diisi dengan
tanda (−). Setelah mengisi pada buku ceklist, kemudian petugas akan menginput ceklist
kelengkapan pada microsoft excel dengan mengelompokkannya setiap bulannya. Formulir
yang dianalisis yaitu formulir pasien yang pada hari itu mendapatkan pemeriksaan dari
dokter. Ceklist kelengkapan merupakan kegiatan yang sangat penting karena digunakan
sebagai indikator mutu pada bagian rekam medis. Dengan ceklist kelengkapan maka akan
diketahui elemen data apa saja yang kurang diisi pada berkas rekam medis dan dapat
digunakan sebagai evaluasi petugas untuk selalu melengkapi data pada rekam medis. Jika
data pada rekam medis lengkap maka dapat memberikan informasi terkait pasien secara
lengkap, serta dapat menjamin efektifitas penggunaan isi rekam medis dikemudian hari.
Pembahasan :
Menurut Depkes 1997, Analisis kuantitatif adalah analisis yang ditujukan kepada
jumlah lembaran-lembaran rekam medis sesuai dengan lamanya perawatan meliputi
kelengkapan lembaran medis, paramedis, dan penunjang sesuai prosedur yang ditetapkan.
Petugas akan menganalisis setiap berkas yang diterima apakah lembaran rekam medis yang
seharusnya ada pada berkas seorang pasien sudah ada atau belum. Ketidaklengkapaan berkas
pasien dari lembaran tertentu agar segera menghubungi ke ruang rawat inap/poliklinik
dimana pasien mendapat perawatan.
Menurut Hatta (2013) kegiatan analisis kuantitatif dimaksudkan untuk menilai
kelengkapan dan keakuratan rekam kesehatan rawat jalan yang dimiliki oleh sarana
pelayanan kesehatan. Untuk melakukannya dibutuhkan waktu analisis, misalnya yang
ditetapkan oleh organisasi profesi atau sarana pelayanan kesehatan. Waktu pelaksanakan
analisis kuantitatif terdiri 2 antara lain :
a. Concurrent Analysis yaitu analisis dilakukan bersamaan dengan saat pelayanan pasien
terkait sedang berjalan. Cara ini memudahkan koreksi dan akan mengurangi salah tafsir
dikemudian hari. Keuntungan lain yaitu terjaganya kualitas kelengkapan data atau
informasi klinis dan pengesahannya dalam rekam medis.
b. Retrospective Analysis yaitu analisis dilakukan pada saat perawatan selesai dilakukan
yang memungkinkan telaah secara menyeluruh walaupun hal ini akan memperlambat
proses melengkapi yang kurang.
Tujuan dilakukannya analisis kuantitatif rekam medis yaitu untuk menentukan bila ada
ketidaklengkapan rekam medis agar dapat segera dikoreksi pada saat pasien masih dirawat,
dan item kekurangan belum terlupakan untuk menjamin efektifitas kegunaan isi RM di
kemudian hari. Yang dimaksud dengan koreksi yaitu perbaikan sesuai dengan keadaan yang
terjadi. Komponen analisis kuantitatif menurut Huffman (1994) antara lain :
a. Mengkoreksi identifikasi pasien pada setiap formulir
b. Review semua laporan yang perlu
c. Review autentifikasi
d. Review cara pencatatan
Ceklist kelengkapan isi rekam medis di Puskesmas Gamping 2 sudah dilakukan
secara merata pada semua berkas rekam medis. Beberapa kolom analisis kelengkapan rekam
medis sudah tepat, namun akan lebih baik apabila terdapat kolom anamnesa, diagnosa,
terapi/tindakan dan paraf dokter. Sehingga rekam medis dapat dipastikan kelengkapan
datanya baik data sosial maupun data medis.
PKL 4
Tujuan 1 : Menjelaskan aspek hukum yang berkaitan dengan rekam medis di puskesmas
Puskesmas bertanggung jawab untuk melindungi informasi yang ada dalam rekam
medis terhadap kemungkinan hilangnya keterangan atau memalsukan data yang yang ada
dalam rekam medis atau dipergunakan oleh orang yang tidak bertanggungjawab. Rekam
medis harus diberi data yang cukup terperinci sehingga dokter lain dapat mengetahui
bagaimana pengobatan dan perawatan kepada pasien. Rekam medis harus berisi lengkap
tentang proses pelayanan medis di masa lalu, masa kini dan perkiraan yang mungkin akan
terjadi di masa yang akan datang.
Aspek hukum di Puskesmas Gamping 2 menggunakan berkas rekam medis sebagai
kepastian hukum atas dasar keadilan dalam usaha menegakkan hukum serta bukti untuk
menegakkan keadilan bagi pasien, petugas, dokter, maupun puskemas. Bagi pihak ketiga
seperti keluarga, kuasa hukum, asuransi, polisi, perusahaan dan pengadilan apabila ingin
memiliki rekam medis tidak dapat dengan bebas, tetapi harus melalui prosedur dengan
memperlihatkan surat kuasa dari pasien untuk meminta isi rekam medis dan pasien dalam
keadaan sadar mengetahui permintaan itu dengan segala konsekuensi terbukanya rahasia
mengenai dirinya, karena isi rekam medis bukan untuk konsumsi masyarakat bebas.
Pihak-pihak yang berkaitan dengan berkas rekam medis harus dapat bertanggung
jawab terhadap hal yang telah dilakukan dan ditulisnya pada berkas rekam medis tersebut.
Apabila seseorang melakukan kesalahan pada berkas rekam medis maka, berkas tersebut
digunakan sebagai bukti yang kuat dalam menegakkan keadilan. Pihak yang berkaitan dengan
rekam medis antara lain petugas rekam medis, dokter, perawat, dan pihak lain yang melalui
perizinan untuk menggunakan rekam medis.
Berkas rekam medis merupakan milik puskesmas, namun isi berkas rekam medis
tersebut milik pasien dan dibuat oleh dokter/dokter gigi yang memberikan pelayanan kepada
pasien sehingga berkas rekam medis harus disimpan dan dijaga kerahasiaanya oleh dokter,
dokter gigi, pimpinan serta petugas dari puskemas. Siapapun yang ada di puskesmas tidak
diperkenankan untuk membawa berkas rekam medis keluar dari puskesmas kecuali atas izin
pimpinan dan dengan sepengetahuan penanggungjawab/koordinator bagian rekam medis.
Informasi dalam rekam medis bersifat rahasia karena hal ini menjelaskan hubungan yang
khusus antara pasien dan dokter yang wajib melindungi dari pembocoron sesuai kode etik
kedokteran dan peraturan perundangan yang berlaku.
Pada dasarnya informasi yang bersumber dari rekam medis ada 2 kategori yaitu
informasi yang mengandung kerahasiaan, informasi yang tidak mengandung kerahasiaan.
Informasi yang mengandung kerahasiaan yaitu laporan atau catatan yang terdapat dalam
berkas rekam medis sebagai hasil pemeriksaan, pengobatan, obsevarsi atau wawancara
dengan pasien. sedangkan informasi yang tidak mengandung kerahasiaan yaitu perihal
identitas (nama,alamat,dan lain-lain) serta informasi lain yang tidak mengandung nilai medis.
Pembahasan :
Rekam medis dapat melindungi hukum bagi pasien, sarana pelayanan kesehatan,
dokter, perawat dan petugas bila ketiga belah pihak melengkapi kewajibannya masing-
masing terhadap berkas rekam medis. Dasar hukum rekam medis di Indonesia terdiri dari :
1. Peraturan pemerintah No. 10 Tahun 1966 tentang Wajib Simpan Rahasia Kedokteran.
2. Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan.
3. Keputusan Menteri Kesehatan No. 034/Birhub/1972 tentang Perencanaan dan
Pemeliharaan Rumah Sakit. Dimana rumah sakit diwajibkan
- Mempunyai dan merawat statistik yang terupdate
- Membina rekam medis berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan
4. Peraturan Menteri Kesehatan No. 749a/Menkes/Per/XII/89 tentang Rekam medis
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No 269/MENKES/PER/III/2008 tentang
Rekam Medis Bab 4 pasal 10 ayat (1) menyatakan bahwa informasi tentang identitas,
diagnosis, riwayat penyakit, riwayat pemeriksaan dan riwayat pengobatan pasien harus dijaga
kerahasiaannya oleh dokter, dokter gigi, tenaga kesehatan tertentu, petugas pengelola dan
pimpinan sarana pelayanan kesehatan.
Serta pasal 10 ayat (2) menyatakan bahwa informasi tentang identitas, diagnosis,
riwayat penyakit, riwayat pemeriksaan dan riwayat pengobatan dapat dibuka dalam hal :
untuk kepentingan kesehatan pasien, untuk memenuhi permintaan aparat penegak hukum
dalam rangka penegakan hukum atas perintah pengadilan, permintaan dan/atau persetujuan
pasien sendiri, permintaan institusi/lembaga berdasarkan ketentuan perundang-undangan
yang berlaku dan untuk kepentingan penelitian, pendidikan dan audit medis sepanjang tidak
menyebutkan identitas pasien. Sedangkan pada Bab 5 pasal 12 ayat (1) menyatakan
bahwaberkas rekam medis milik sarana pelayanan kesehatan, ayat (2) isi rekam medis
merupakan milik pasien.
Berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, rahasia kedokteran baru
dapat dibuka apabila diminta oleh hakim majelis di hadapan sidang majelis. Dokter dan
dokter gigi bertanggung jawab atas kerahasian rekam medis sedangakan petugas rekam medis
dan kepala sarana pelayanan kesehatan bertanggung jawab menyimpan dan menjaga rekam
medis.
Dalam pasal 79 UU Praktik Kedokteran secara tegas mengatur bahwa setiap dokter
atau dokter gigi yang dengan sengaja tidak membuat rekam medis dapat dipidana dengan
pidana kurungan paling lama 1 tahun atau denda paling banyak Rp 50.000.000,- Selain
tanggung jawab pidana dokter dan dokter gigi yang tidak membuat rekam medis juga dapat
dikenakan sanksi secara perdata, karena dokter dan dokter gigi tidak melakukan yang
seharusnya dilakuakan dalam hubungan dokter dan pasien.
Tujuan 3 : Mengidentifikasi dokumen terkait akreditasi di puskesmas khususnya di bidang
rekam medis
Akreditasi puskesmas adalah proses penilaian eksternal oleh Komisi Akreditasi
dan/atau perwakilan di provinsi terhadap puskesmas untuk menilai apakah system
manajemen mutu dan system penyelenggaraan pelayanan dan upaya pokok sesuai dengan
standar yang ditetapkan. Untuk menjamin bahwa perbaikan mutu, peningkatan kinerja dan
penerapan manajemen resiko dilaksanakan secara berkesinambungan di puskesmas, mmaka
perlu dilakukan penilaian oleh pihak eksternal dengan menggunakan standar yang ditetapkan
yaitu melalui mekanisme akreditasi. Puskesmas wajib untuk diakreditasi secara berkala
paling sedikit tiga tahun sekali, demikian juga akreditasi merupakan salah satu persyaratan
kredensial sebagai fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama yang bekerja sama dengan
BPJS.
Tujuan utama akreditasi puskesmas adalah untuk pembinaan peningkatan mutu,
kinerja melalui perbaikan yang berkesinambungan terhadap sistem manajemen, sistem
manajemen mutu dan sistem penyelenggaraan pelayanan dan program, serta manajemen
resiko dan bukan sekedar penilaian untuk mendapatkan sertifikat akreditasi. Pada akreditasi
puskesmas terdapat 9 bab standar akreditasi puskesmas dengan 768 elemen penilaian, yang
termasuk standar akreditasi puskesmas di bidang rekam medis yaitu bab 7 terkait layanan
klinis yang berorientasi pasien dalam standar 1 yaitu proses pendaftaran pasien dan bab 8
terkait manajemen penunjang layanan klinis dalam standar 4 yaitu kebutuhan sata dan
informasi asuhan bagi peyugas kesehatan, penelola sarana, dan pihak terkait di luar organisasi
dapat dipenuhi melalui proses yang baku. Standar akreditasi rekam di puskemas diuraikan
pada bab 7 tentang layanan klinis yang berorientasi pasien dalam standar 1 terdiri dari 5
kriteria antara lain :
 Proses pendaftaran dilaksanakan dengan efektif dan efisien dengan memperhatikan
kebutuhan pelanggan,
 Informasi tentang pendaftaran tertulis dan terdokumentasi pada waktu penaftaran,
 Hak dan kewajiban pasien, keluarga dan petugas dipertimbangkan dan diinformasikan
pada saat pendaftaran,
 Tahapan pelayanan klinis diinformasikan kepada pasien untuk menjamin kesinambungan
pelayanan, dan
 Kendala fisik, bahasa, budaya, dan penghalang lain dalam memberikan pelayanan
diusahakan dikurangi.
Selain bab 7 standar akreditasi rekam medis di puskesmas juga diuraikan pada bab 8 tentang
manajemen penunjang layanan klinis dalam standar 4 terdiri dari 4 kriteria antara lain :
 Ada pembakuan kode klasifikasi diagnosis, kode prosedur, simbol dan istilah yang
dipakai,
 Petugas memiliki akses informasi sesuai dengan kebutuhan dan tanggung jawab
pekerjaan,
 Adanya sistem yang memandu penyimpanan dan pemrosesan rekam medis, dan
 Rekam berisi informasi yang memadai dan dijaga kerahasiaannya tentang identifikasi
pasien, dokumentasi prosedur kajian, masalah, kemajuan pasien dan hasil asuhan.
Puskesmas Gamping 2 khususnya pada bidang rekam medis telah melakukan
persiapan untuk menghadapi akreditasi. Persiapan yang dilakukan yaitu seperti membuat atau
merevisi SOP, membuat pedoman pengelolaan rekam medis, membuat panduan pendaftaran
pasien, melakukan monitoring pada kinerja petugas rekam medis dan mengidentifikasi
kelengkapan rekam medis sebagai indikator mutu di bidang rekam medis. Sebelum akreditasi
dilakukan petugas akan diberikan pembinaan, mengadakan rapat khusus untuk akreditasi dan
membentuk kelompok kerja. Akreditasi puskesmas ini dilakukan secara berkala yaitu 3 tahun
sekali oleh dinas kesehatan kota dan provinsi dengan tim akreditasi yang telah ditentukan.

Pembahasan :
Akreditasi puskesmas dan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama adalah suatu
pengakuan terhadap puskesmas, klinik pratama, praktik dokter dan praktik dokter gigiyang
diberikan oleh lembaga independen penyelenggara akreditasi yang ditetapkan oleh menteri
setelah dinilai bahwa fasilitas kesehatan tingkat pertama itu memenuhi standar pelayanan
fasilitas kesehatan tingkat pertama yang telah ditelah ditetapkan untuk meningkatkan mutu
pelanyanan secara. Standar akrditasi puskesmas terdiri dari 3 bagian dan 9 bab :
1. Standar administrasi dan manajemen, terdiri dari :
 Bab 1. Penyelenggaraan Pelayanan Puskesmas (PPP)
 Bab 2. Kepemimpinan dan Manajemen Puskesmas (KMP)
 Bab 3. Peningkatan Mutu Puskesmas (PMP)
2. Standar Program Puskesmas
 Bab 4. Program Puskesmas yang Berorientasi Sasaran (PPBS)
 Bab 5. Kepemimpinan dan Manajemen Program Puskesmas (KMPP)
 Bab 6. Sasaran Kinerja dan MDG’s (SKM)
3. Standar Pelayanan Puskesmas
 Bab 7. Layanan Klinis yang Berorientasi Pasien (LKBP)
 Bab 8. Manajemen Penunjang Layanan Klinis (MPLK)
 Bab 9. Peningkatan Mutu Klinis dan Keselamatan Pasien (PMKP)
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No 46 Tahun 2015 tentang Akreditasi
Puskesmas, Klinik Pratama, Tempat Praktik Mandiri Dokter, dan Tempat Praktik Mandiri
Dokter Gigi pada Bab 1 pasal 2 menyatakan bahwa pengaturan akreditasi puskesmas, klinik
pratama, tempat praktik mandiri dokter, dan tempat praktik mandiri dokter gigi bertujuan
untuk :
a. Meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien;
b. Meningkatkan perlindungan bagi sumber daya manusia kesehatan, masyarakat dan
lingkungannya, serta Puskesmas, Klinik Pratama, tempat praktik mandiri dokter, dan
tempat praktik mandiri dokter gigi sebagai institusi; dan
c. Meningkatkan kinerja Puskesmas, Klinik Pratama, tempat praktik mandiri dokter, dan
tempat praktik mandiri dokter gigi dalam pelayanan kesehatan perorangan dan/atau
kesehatan masyarakat.
Sedangkan pada Bab 2 pasal 3 ayat (1) menyatakan bahwa Puskesmas, Klinik Pratama,
tempat praktik mandiri dokter, dan tempat praktik mandiri dokter gigi wajib terakreditasi.
Sumber
 Peraturan Menteri Kesehatan RI No 46 Tahun 2015 tentang Akreditasi Puskesmas,
Klinik Pratama, Tempat Praktik Mandiri Dokter, dan Tempat Praktik Mandiri Dokter
Gigi
 www.enrymazni.com/2017/10/standar-akreditasi-puskesmas-manajemen.html?m=1
diakses pada tanggal 15 juli 2018 pukul 10.30
 https://rumahdaunmuda.blogspot.com/2018/02/pedoman-rekam-medis-
puskesmasakreditasi.html?m=1 diakses pada tanggal 15 juli 2018 pukul 10.30
 https://dokumen.tips/download/link/laporan-praktek-kerja-lapangan-iv-puskesmas-
kalasan# diakses pada tanggal 15 juli 2018 pukul 10.30
 https://www.google.co.id/amp/s/hukumkes.wordpress.com/2008/03/06/aspek-hukum-
rekam-medik-di-indonesia/amp/ diakses pada tanggal 15 juli 2018 pukul 10.30
 https://hasansodikin.blogspot.com/2013/04/makalah-rekam-medis.html?m=1
diakses pada tanggal 15 juli 2018 pukul 10.30
 https://www.google.co.id/amp/s/aepnurulhidayat.wordpress.com/2016/05/31/konsep-
analisis-kelengkapan-isi-rekam-medis-presented-by-aep-nurul-hidayah/amp/
diakses pada tanggal 15 juli 2018 pukul 10.30
 Peraturan Menteri Kesehatan RI No 269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam Medis

You might also like