You are on page 1of 16

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Kultur jaringan adalah budidaya jaringan atau sel tanaman menjadi tanaman
utuh yang kecil yang mempunyai sifat yang sama dengan induknya. Kultur jaringan
adalah kultur aseptic dari sel, jaringan, organ atau bagian lainnya yang kompeten
untuk dikulturkan dalam komposisi kimia tertentu dan dalam keadaan lingkungan
yang terkendali (Harahap, 2011).
Pelaksanaan kultur jaringan tanaman memerlukan sebuah laboratorium,
dimana berfungsi untuk mengkondisikan kultur dalam suhu dan pencahayaan yang
dilengkapi dengan alat dan bahan untuk pembuatan media, penanaman, serta
pemindahan kultur, yang harus dilakukan dalam keadaan steril. Di samping itu, juga
diperlukan rumah kaca untuk proses aklimatisasi planlet dari botol-botol ke
lingkungan ekternal. Permasalahan di FMIPA Unimed adalah kurangnya variasi
tanaman yang ada di taman Gedung Fakultas MIPA, sehingga nilai estetika yang
ditunjukkan kurang menonjol.
Untuk meningkatkan simbolis keindahan tanaman tersebut maka harus
dilakukan perbanyakan variasi tumbuhan. Tanaman anggrek merupakan salah satu
tanaman yang memiliki bunga yang indah. Tanaman anggrek (Orchidaceae) meliputi
25.000–30.000 spesies dan merupakan 10% dari jumlah tanaman berbunga di dunia.
Anggrek memiliki nilai ekonomi yang tinggi bila dibandingkan dengan tanaman hias
lainnya, baik untuk bunga potong maupun untuk bunga pot. Iklim tropis Indonesia
selain cocok untuk hidup anggrek juga sangat potensial untuk menghasilkan anggrek
alam yang bermutu (Tuhuteru, 2012).
Dari pernyataan diatas, kami tertarik untuk melaksanakan aklimatisasi
anggrek. Tujuan dari proses aklimatisasi adalah untuk mengadaptasikan tanaman
hasil kultur jaringan dengan lingkungan tumbuhnya yang baru. Hal ini disebabkan
karena tanaman hasil kultur jaringan telah terbiasa tumbuh pada kondisi lingkungan
yang kondusif dengan ketersediaan kandungan hara dan kelembaban yang cukup,

1
sehingga setelah dipindahkan ke rumah kaca tanaman harus beradaptasi dengan
lingkungan tumbuhnya yang baru (Purnamaningsih, 2006).
Untuk mendapatkan hasil yang baik dalam proses aklimatisasi, diperlukan
sumber dan tempat yang dapat dikontrol. Kelompok kami memilih Laboratorium
Kultur Jaringan di Universitas Medan Area (UMA) untuk dijadikan tempat
penelitian, karena Fakultas Pertanian Universitas Medan Area memiliki laboratorium
yang memadai dan orang-orang yang berpengalaman dalam bidang kultur jaringan.
Hasil observasi dan wawancara yang kami lakukan kepada Bapak Usman
sebagai laboran di Laboratorium Kultur Jaringan menyatakan bahwa kegiatan di
Laboratorium Kultur Jaringan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area (UMA)
saat ini tergolong aktif, karena banyak dilakukan penelitian perbanyakan tanaman di
laboratorium tersebut. Untuk bidang pangan, tumbuhan yang diperbanyak seperti
tanaman kentang, pisang, dan cabai. Setiap jenis tanaman yang diperbanyak
disesuaikan dengan profil penelitian dosen di Universitas Medan Area (UMA).
Berdasarkan pernyataan diatas, penulis tertarik untuk melaksanakan penelitian
dengan judul, “Aklimatisasi Tanaman Anggrek di Laboratorium Kultur
Jaringan Universitas Medan Area”.

1.2. Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini, sebagai
berikut:
1. Bagaimana kondisi Laboratorium Kultur Jaringan di Universitas Medan Area ?
2. Apa saja kegiatan yang dilakukan di dalam Laboratorium Kultur Jaringan
Universitas Medan Area ?
3. Apa saja jenis tanaman yang diteliti di Laboratorium Kultur Jaringan Universitas
Medan Area ?
4. Bagaimana proses aklimatisasi tanaman anggrek ?

2
1.3.Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini, sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui kondisi Laboratorium Kultur Jaringan di Universitas
Medan Area.
2. Untuk mengetahui bentuk kegiatan yang dilakukan di Laboratorium
Universitas Medan Area.
3. Untuk mengetahui jenis-jenis tanaman yang diteliti di Laboratorium
Universitas Medan Area.
4. Untuk mengetahui cara mengaklimatisasi tanaman anggrek dengan baik.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Administrasi Laboratorium
Suatu laboratorium dapat dikelola dengan baik sangat ditentukan oleh
beberapa faktor yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Beberapa peralatan
laboratorium yang canggih, dengan staf profesional yang terampil belum tentu dapat
berfungsi dengan baik, jika tidak didukung oleh adanya manajemen laboratorium
yang baik. Manajemen laboratorium merupakan usaha untuk mengelola laboratorium
dan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan laboratorium sehari-
hari. Untuk mengelola laboratorium yang baik harus dipahami terlebih dahulu
perangkat-perangkat manajemen laboratorium yang berikut.
2.2.1. Tata ruang
Laboratorium harus ditata sedemikian rupa hingga dapat berfungsi dengan
baik. Tata ruang yang sempurna, harus dimulai sejak perencanaan gedung sampai
pada pelaksanaan pembangunan.
2.2.2. Alat yang baik dan terkalibrasi
Pengenalan terhadap peralatan laboratorium merupakan kewajiban bagi setiap
petugas laboratorium, terutama mereka yang akan mengoperasikan peralatan tersebut.
Setiap alat yang akan dioperasikan itu harus benar-benar dalam kondisi siap pakai,
bersih, berfungsi dengan baik , dan terkalibrasi. Peralatan yang ada juga harus disertai
dengan buku petunjuk pengoperasian. Hal ini untuk mengantisipasi terjadinya
kerusakan, di mana buku manual merupakan acuan untuk perbaikan seperlunya.
Teknisi laboratorium yang ada harus senantiasa berada di tempat, karena setiap kali
peralatan dioperasikan ada kemungkinan alat tersebut tidak berfungsi dengan baik.
Beberapa peralatan yang dimiliki harus disusun secara teratur pada tempat tertentu,
berupa rak atau meja yang disediakan. Peralatan digunakan untuk melakukan suatu
kegiatan pendidikan, penelitian, pelayanan masyarakat atau studi tertentu. Karena itu,
alat-alat ini harus selalu siap pakai, agar sewaktu-waktu dapat digunakan. Peralatan
laboratorium sebaiknya dikelompokkan berdasarkan penggunaannya dan setelah
digunakan, harus segera dibersihkan kembali dan disusun seperti semula. Semua

4
peralatan sebaiknya diberi penutup, misalnya plastik transparan, terutama bagi alat-
alat yang memang memerlukannya. Alat-alat yang tidak ada penutupnya akan cepat
berdebu, kotor dan akhirnya dapat merusak alat yang bersangkutan.
2.2.3. Infrastruktur
Infrastruktur laboratorium meliputi sarana utama dan sarana pendukung,
yaitu:
a. Sarana Utama
Mencakup bahasan tentang lokasi laboratorium, konstruksi laboratorium dan
sarana lain, termasuk pintu utama, pintu darurat, jenis meja kerja/pelataran, jenis atap,
jenis dinding, jenis lantai, jenis pintu, jenis lampu yang dipakai, kamar penangas,
jenis pembuangan limbah, jenis ventilasi, jenis AC, jenis tempat penyimpanan, jenis
lemari bahan kimia, jenis alat optik, jenis timbangan dan instrument yang lain,
kondisi laboratorium, dan sebagainya.
b. Sarana Pendukung
Mencakup bahasan tentang ketersediaan energi listrik, gas, air, alat
komunikasi, dan pendukung keselamatan kerja seperti pemadam kebakaran, hidran
dan sebagainya.
2.2.4. Administrasi laboratorium
Administrasi laboratorium meliputi segala kegiatan administrasi yang ada di
laboratorium.
2.2.5. Organisasi laboratorium
Organisasi laboratorium meliputi struktur organisasi, deskripsi pekerjaan,
serta susunan personalia yang mengelola laboratorium tersebut.
2.2.6. Fasilitas pendanaan
Ketersediaan dana sangat diperlukan dalam operasional laboratorium. Tanpa
adanya dana yang cukup, kegiatan laboratorium akan berjalan tersendat-sendat,
bahkan mungkin tidak dapat beroperasi dengan baik.
2.2.7. Inventarisasi dan keamanan
Kegiatan inventarisasi dan keamanan laboratorium meliputi:

5
a. Semua kegiatan inventarisasi harus memuat sumber dana dari mana alat-alat ini
diperoleh/dibeli.
b. Keamanan peralatan laboratorium ditujukan agar peralatan laboratorium tersebut
harus tetap berada di laboratorium.
2.2.8. Disiplin yang tinggi
Pengelola laboratorium harus menerapkan disiplin yang tinggi pada seluruh
pengguna laboratorium agar terwujud efisiensi kerja yang tinggi. Kedisiplinan sangat
dipengaruhi oleh pola kebiasaan dan perilaku dari manusia itu sendiri, oleh sebab itu
setiap pengguna laboratorium harus menyadari tugas, wewenang dan fungsinya.
Sesama pengguna laboratorium harus ada kerja sama yang baik, sehingga setiap
kesulitan dapat dipecahkan/diselesaikan bersama.
2.2.9. Keterampilan SDM
Peningkatan keterampilan dapat diperoleh melalui pendidikan tambahan
seperti pendidikan keterampilan khusus, pelatihan (workshop) maupun magang di
tempat lain.
2.2.10. Peraturan dasar
Peraturan dasar meliputi beberapa peraturan umum untuk menjamin
kelancaran jalannya pekerjaan di laboratorium.
2.2.11. Penanganan masalah umum
Penanganan masalah umum berupa petunjuk bagaimana mencampur zatzat
kimia, zat-zat baru atau kurang diketahui, membuang materialmaterial yang
berbahaya, menangani tumpahan, dan penanganan masalah-masalah yang lainnya.
2.2.12. Jenis-jenis pekerjaan
Semua perangkat tersebut di atas, jika dikelola secara optimal akan
mendukung terwujudnya penerapan manajemen laboratorium yang baik. Dengan
demikian manajemen laboratorium dapat dipahami sebagai suatu tindakan
pengelolaan yang kompleks dan terarah, sejak dari perencanaan tata ruang sampai
dengan perencanaan semua perangkat penunjang lainnya dan pusat aktivitasnya
adalah tata ruang.

6
Dari penjelasan tentang manajemen laboratorium, terlihat bahwa administrasi
laboratorium merupakan salah satu perangkat dari manajemen laboratorium. Kegiatan
administrasi laboratorium adalah merupakan kegiatan rutin, terutama mengenai
penggunaan peralatan yang ada, sesuai dengan kegiatan/aktivitas yang dilakukan.
Oleh karena kegiatan administrasi merupakan kegiatan rutin yang berkesinambungan,
maka kegiatan administrasi ini perlu dipersiapkan dan dilaksanakan secara berkala
dengan baik dan teratur.
2.2. Aklimatisasi Pada Tanaman
Seluruh rangkaian proses kultur jaringan, pada akhirnya bertujuan
menghasilkan produk berupa tanaman kultur jaringan yang memiliki kualitas unggul.
Tanamana-tanaman ini, setelah kurun waktu tertenru dibesarkan di ruang kultur,
maka untuk kelanjutannya harus di tanam di lapang. Untuk keperluan tersebut maka
tanaman hasil kultur tersebut terlebih harus melewati tahapan AKLIMATISASI.

Aklimatisasi adalah suatu tahapan penyesuaian diri ranaman hasil kultur


jaringan terhadap lingkungan sekitar. Aklimatisasi dapat disebut sebagai tahapan
penyesuaian diri, sebelum pada akhirnya tanaman mampu hidup di lapangan.
Tahapan ini sering diabaikan oleh banyak orang, mereka senantiasa lebih terfokus
pada perawatan tanaman in vitronya. Padahal, seunggul apapun tanaman yang
dihasilkan dari teknik kulturj aringan terseb ut, jika tidak dilakukan proses
aklimatisasi dengan benar maka tanaman yang dihasilkan dari teknik kultur jaringan
tersebut akan mati.

Tahapan aklimatisasi merupakan satu tahapan kritis. Mengapa dikatakan


demikian? karena tahapan ini merupakan tahapan peralihan dari keadaan yang selama
ini terkondisi dengan baik di dalam ruang kulttn; menuju ke kondisi alam yang suhu,
iklim, temperatur dan lainnya dapat berubah-ubah.

Dibawah ini dituliskan beberapa saran dan petunjuk untuk melakukan


aklimatisasi pada berbagai jenis tanaman, untuk lebih lengkapnya tentang
aklimatisasi, dipersilakan membaca pedoman praktikurn.

7
1. Proses aklimatisasi adalah proses penyesuaian diri, disarankan jika tanarnan
kultur hendak dipindah, maka harus diperhatikan media turnbuh yang tepat untuk
tanaman tersebut.
2. Sebelum digunakan, media tumbuh harus "dijenuhi dengan dengan air''. Hal ini
dilakukan karena tanaman berikut media turnbuh (biasanya di tanam dengan pot
gelas aqua), harus disungkup selama 1-2 hari, sehingga diperlukan sedikit
kelembaban.
3. Pemakaian tray untuk tempat aklimatisasijuga dapat digunakan, tetapi harus
menggunakan sungkup plastik selama beberapa hari sebelurn sungkup dibuka.
4. Tanaman diletakkan pada ruang kulrur selarna 1-2 hari, setelah itu baru dipindah
ke luar ruangan. Penutup I sungkup dibuka sedikit demi sedikit, agar tanaman
secara perlahan-lahan mampu menerima kondisi alam luar.
5. Tanaman tidak langsung ditanam dilapang, tetapi masih memerlukan naungan
umuk beberapa hari sampai tanaman tersebut benar-benar kuat untuk ditanam
dilapang.
6. Berdasarkan pengalaman penulis, untuk tanaman nenas, daun dewa, krisan,
pertumbuhan anakan lanjutan dapat dilakukan langsung dibawah terik matahari.
Untuk tanaman anggrek, rnemerlukan naungan 30-50% sesuai habitat aslinya.
Khusus untuk tanaman manggis, mulaisaat dikeluarkan dari botol kul~ masa
anakan sampai umur 3 tahun, manggis memerlukan naungan sekitar 50%,
biasanya digunakan paranee ataupun a tap nipah yang berlubang (Harahap, 2011).

2.2.1. Kondisi Aklimatisasi

Bibit dapat dikeluarkan dari dalam botol kultur dengan memperhatikan


beberapa hal, terutama mengingat kondisi iklim mikro di dalam botol berbeda dengan
kondisi iklim mikro di luar botol.

1. Bibit hendaknya diletakkan pada tempat yang teduh agar kelembaban udara
tinggi.
2. Usahakan bibit tidak kena sinar matahari langsung.

8
3. Sirkulasi udara di mana bibit ditempatkan harus baik untuk menghindari
timbulnya jamur.
4. Penyiraman dilakukan sesuai dengan kondisi sirkulasi udar4 penguapan dan
pengaturan air pada media.

2.2.2. Syarat Media Aklimatisasi

1. Mempunyai kemampuan menahan air yang tinggi.


2. Mempunyai aerasi yang baik sehingga memudahkan pertumbuhan akar.
3. Tidak mudah ditumbuhi jamur.
4. Mudah menyatu

2.2.3. Macam Media Aklimatisasi

1. Moss
2. Arang sekam
3. Paki
4. Arang kayu
5. Tanah
6. Campuran dari beberapa media

2.2.4. Proses Aklimatisasi

1. Siapkan pot plastik dengan diameter 5 cm, beri label.


2. Siapkan potongan-potongan kecil styrofoam.
3. Masukkan potongan kecil styrofoam ke dasas pot plastik, * l/3 bagian pot.
4. Siapkan mass dan pisah-pisahkan supaya tidak bergerombol, masukkan ke
dalam kantong.
5. Sterilkan mass dengan menggunakan autokraf selam 30 menit dengan tekanan
1,5 psi.
6. Dinginkan mass hingga siap digunakan.

9
7. siapkan larutan pupk N : p : K : 30 : 10 : l0 dengan konsentrasi 0,5 gr / lt
aquadest.
8. Rendam mass dalam pupuk selama 30 menit
9. Siapkan larutan fungisida dengan dosis 1 gr per liter aquadest sebanyak 500
ml. 10.
10. Keluarkan bibit dengan cara: (a) Buka tutup botol, masukkan air steril sampai
30 menit sehingga akar dapat dipisahkan dari media. (b) Dengan kawat yang
ditekuk bagian ujungnya, tariklah bibit dengan hati-hati pada bagian pangkal
batang, di atas tempat tumbuh akar. Setalah itu bersihkan sisa media pada akar
dengan air mengalir. (c) Ulangi pencucian bibit hingga benar-benar bersih. (d)
Rendam bibit dalam lerutan fungisida selama 1-3 menito kemudian tiriskan di
atas kertas.
11. Tanamlah bibit pada media mas yang telah disiapkan, usahakan batang jangan
terendam media.
12. Sirami bibit dengan airo usahakan daun-daunnya terkena siraman air.
13. Tempatkan pot-pot yang telah ditanami bibit pada tryi kemudian letakkan
bibit pada tempat yang terhindar dari matahari langsung.
14. Setelah beradaptasi pindahkan seedling ke tempat dengan cahaya matahari
lebih tinggi. Dimana harus memenuhi syarat: (a) Bersih dari hama dan
penyakit dengan cara pemberian fungisida secara teratur. (b) Tidak terkena air
hujan dan cahaya makhari langsung. (c) Terhindar dari tiupan angin secara
langsung.
15. Siramlah bibit menggunakan sprayer agar percikan air yang kelur kecil-kecil
dan tidak melukai (Hardiyati, 2015).

2.3. Tanaman Anggrek

Tanaman anggrek termasuk tanaman yang mempunyai kecepatan tumbuh


yang cukup lambat. Kecepatan tumbuh ini cukup berpengaruh terhadap pemeliharaan
tanaman anggrek. Oleh karena itu, budi daya perlu ditingkatkan untuk memacu
kualitas dan kuantitas tanaman anggrek, salah satunya faktor jenis media dan pupuk

10
yang digunakan. Oleh sebab itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
jenis media tumbuh aklimatisasi dan jenis pupuk daun terhadap pertumbuhan
anggrek.

11
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

3.1.1 Waktu

Penelitian akan dilaksanakan terhitung sejak bulan Maret hingga bulan Mei
tahun 2018.

3.1.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian akan dilaksanakan di Universitas Medan Areea, Jl.Kolam


No.1 Kec.Kenagan Baru, Kel.Percut Sei Tuan, Kab.Deli Serdang Sumatra Utara dan
juga Rumah Kaca di Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negri
Medan Jl. William iskandar No.7a, Kel.Medan State Pasar 5 Medan.

3.2 Populasi Penelitian

Populasi dari penelitian yang akan kami lakukan pada tanaman anggrek
(Vanda sp.).

3.3 Sampel

Sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini sebanyak : 1 tanaman


kentang dan 4 tanaman anggrek, dimana pada tiap plot berisi 1 benih anggrek.

3.4 Alat dan Bahan Penelitian

3.4.1 Alat

 Botol kultur dengan volume 250ml berdiameter 5cm


 Autoklaf
 Laminar Air Flow (LAF)
 Scapel
 Bunsen

12
 Timbangan analitik
 Hot plate
 Gelas ukur, pipet tetes, Erlenmeyer, petridish
 Tutup botol kultur, plastic wrap dan sprayer
 Batang pengaduk, PH Meter, oven, gelas ukur corong kaca & corong Plastik

3.4.2 Bahan

Medium Ms dan arang kayu

3.5 Prosedur Kerja

3.5.1 Tahapan Persiapan

Tahapan persiapan ini meliputi: persiapan ruang, alat-alat yang akan digunakan,
bahan tanaman serta media tanaman.

 Persiapan ruangan dan alat-alat yang akan digunakan merupakan tahap awal
dan sangatlah penting. Factor tersebesar dari keberhasilan teknik kultur
jaringan ada pada tingkat ke sterilisasian yang tinggi. Rungan dan alat-alat
yang akan digunakan haruslah terlebih dahulu di sterilkan dan juga bahan
tanaman dan media tanam yang akan dipergunakan.
 Bahan tanaman yang akan digunakan sebagai eksplan dapar diperoleh dari
daun, tunas,cabang,akar,embrio,bahkan kotiledon atau bagian-bagian tanaman
lainnya.
 Persiapan media tanaman perlu diperhatiakn lebih. Media tanam yang sangat
mendukung pertumbuhan eksplan harus mengandung sukrosa dan hara dalam
konsentrasi yang cukup. Biasanya media tanam diletakkan dalam botol-botol
kaca yang transparan.

13
3.5.2 Tahap Pelaksanaan
Cara aklimatisasi sebagai berikut :
1. Bibit anggrek direndam menggunakan air sampai terendam, tunggu
selama 30 menit.
2. Bibit anggrek dikeluarkan dari dalam botol kultur dengan cara menarik
bibit perlahan-lahan.menggunakan kawat dengan ujungnya berbentuk
huruf U
3. Kemudian bibit anggrek dibersihkan dengan air mengalir hingga
bersih.
4. Bibit anggrek direndam selam 15 detik dalam larutan fungisida benlate
dengan dosis setengah anjuran.
5. Kemudian bibit anggrek ditiriskan diatas kertas koran, sampai semua
fungisida terserap.
6. Menyiapkan bak plastic yang telah di beri lubang-lubang,kemudian
bagian bawah bak dialasi dengan arang kayu yang telah dipisah-
pisahkan terlebih dahulu. Tujuannya agar membantu pengaturan air
siraman agar tidak merusak bibit anggrek.
7. Bibit anggrek ditanam didalam bak plastic. Dimulai dari bibit anggrek
yang berukuran besar berada di luar hingga kecil ditanam di bagian
dalam. Tujuan penanaman bibit anggrek yang besar berada di luar agar
uap air hasil tranpirasi bibit anggrek terjebak disekitar bibit anggrek.
Semakin besar ukuran anggrek maka semakin banyak uap air yang
terjebak disekitar bibit anggrek. Uap air ini nantinya akan membuat
daerah sekitar bibit anggrek akan menjadi lembab. Karena letak antara
bibit anggrek satu dengan bibit yang lainnya cukup dekat, maka uap
air yang berada disekitar bibit akan saling bertautan dan menjadi
banyak. Sehingga menciptakan iklim mikro yang baik untuk bibit
anggrek.
8. Selama 2-3 hari kedepan bibit tidak perlu di siram, cukup dikabuti
saja.

14
9. Anggrek diletakan ditempat yang teduh dengan pengudaraan yang
baik selama 1 minggu
10. Setelah satu minggu bibit berada di tempat yang teduh, bibit anggrek
di pindahkan ke tempat yang agak terang.dan diusahakan dengan
pengudaraan yang baik dan bibit sudah dapat disirami.
11. Satu minggu selanjutnya bibit dapat diberi pupuk dengan dosis
setengah dari anjuran
12. Pengendalian hama, penyakit dan gulma di berikan apabila menyerang
bibit tanaman anggrek.
13. Setelah bibit tanaman anggrek berumur 3 bulan bibit anggrek dapat
dipindahkan ke pot tunggal. Dan perawatannnya disesuaikan dengan
tanaman anggrek remaja.

15
DAFTAR PUSTAKA

Harahap, F. 2011. Kultur Jaringan Tanaman. Medan : Unimed


Harahap, Fauziyah. 2011. Kultur Jaringan Tanaman. UNIMED. Medan.

Hardiyati, Triani. 2015. Aklimatisasi Bibit Hasil Kultur Jaringan Tumbuhan.


Purwokerto.

Purnamaningsih, R. 2006. “Induksi Kalus dan Optimasi Regenerasi Empat Varietas


Padi melalui Kultur In Vitro”. Jurnal Agro Biogen. Vol. 2 (2) : 74-8
Tuhuteru, S, M. L. Hehanussa, S.H.T. Raharjo. 2012. “ Pertumbuhan dan
Perkembangan Anggrek Dendrobium anosmum pada Media Kultur In Vitro
dengan Beberapa Konsentrasi Air Kelapa”. Agrologia. Vol. 1 (1), April 2012 :
1-12

16

You might also like